Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2010

Transformasi Spiritual

Menandai hijab S ebuah pertanyaan yang seringkali dilontarkan ketika kita tengah menapaki jalan spiritual adalah antara realitas dan ghaib. Antara imanen dan transeden. Kemudian pertanyaan akan berkembang apakah alam semesta merupakan suatu yang realitas atau suatu yang ghaib.?.   Jikalau kita memaknai bahwa alam semesta adalah suatu realitas maka kita menjadi terhijab. Kita tidak akan mampu memahami keghaiban alam semesta. Demikian juga  sebaliknya, jika kita memaknai bahwa alam semesta adalah sesuatu yang ghaib maka kita menjadi terhijab pula. Kita akan kesulitan memahami realitas dari alam semesta itu sendiri. Dikotomi ini membingungkan para penempuh jalan spiritual. Saat kapan alam semesta menjadi ghaib dan saat mana merupakan realitas. Cara sederhana sebenarnya adalah menggunakan logika kesadaran manusia. Saat manusia tidur maka alam semesta menjadi ghaib baginya dan saat manusia bangun alam semesta menjadi realitas baginya. Namun bagaimana jika manusia bangun ?. Ap

Fragmentasi Spiritual

  Dikotomi Spiritual Spiritualitas adalah  sebuah jalan batin yang memungkinkan seseorang untuk menemukan esensi d alam memaknai hidup dan kehidupan diri mereka di dunia ini. Praktek-praktek spiritual, termasuk meditasi, doa dan kontemplasi, diarahkan dengan maksud untuk mengembangkan kehidupan batin individu, praktik-praktik tersebut sering bertumpu ke pada pengalaman keterhubungan dengan suatu realitas yang lebih besar, menghasilkan lebih komprehensif diri; dengan individu lain atau komunitas manusia, dengan alam atau kosmos, atau dengan alam ilahi. Spiritualitas sering dialami sebagai sumber inspirasi atau orientasi dalam hidup. Hal ini dapat mencakup keyakinan pada realitas material atau pengalaman sifat imanen atau transenden dunia. Banyak pemahaman kemudian menyandingkan spiritual dengan agama. Agama memiliki kecakupan yang lebih luas, mengatur tatanan peradaban manusia, sedangkan spiritual lebih kepada laku pribadi ma

KEPASTIAN YANG TERLUPA

Dosa siapa dan salah siapa ?  Musibah apapun terasa akan megoyak sisi kemanusiaan kita. Banyak sekali manusia kemudian menghujat Tuhannya, Mengapa Tuhan menghukum hamba-hamba-NYA ?. Mengapa musibah ini menimpa saya, mengapa bukan menimpa dia atau mereka saja ?.  Mengapa jika musibah datang tidak padang bulu, tidak peduli akan datang kepada siapa, apakah kafir atau beriman. Mengapa musibah kemudian selalu disandingkan dengan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah?. Lantas apa yang telah kami dustakan. Bukankah kami percaya adanya Allah. Bukankah kami telah ber syahadat. Bukankah kami muslim, apakah layak kami mendapat musibah ini?. Bukankah kami, sebagaimana janji Allah, adalah kaum terbaik. Sebagaimana janji Allah kaum muslimin adalah rahmat bagi semesta alam. Mengapa begini ?, Ada apa dengan kami ini ya Allah ?.  Manusia memang selalu banyak bertanya dengan tak habis habisnya. Dan layaknya kita ber doa agar di jauhkan dari sifat-sifat seperti ini. ”Jikalau sekiranya penduduk neger