Puisi Cinta; Antara DIA, Aku, Kau, dan Bekas pacarmu
T e lah kupesan keranda malam. Bersama tikar untukmu sembahyang. Duhai, kekasih, peri yang kupuji bersama melati. Dimanakah mesti kuletakan hati. Jika disini gundahnya saja tak tertampung lagi. Kekasih, kau tebar bau aroma kesturi. Sedapkan pagi dan itu matahari menyinari. Wajahmu teduh seperti embun pagi. Meski riangmu tak pernah kudapati. Dan sungguh telah kau ciptakan gugusan bintang. Agar mataku mampu memandang. Katamu, banyak pesan kau simpan disana. Tentang kita. tentang anak dan rumah kecil. Sayang kau bangun terlalu pagi. Sementara menunggu malamnya lagi serasa tahunan kita mati. Diam tanpa gerak sang waktu. Kau tersenyum, sudahi mimpi siang hari. hela nafas sebab terlalu jauhnya gugus bintang. “Itu tidak benar..!” desahmu tersadar. Alis mata tak biaskan pesona. Kilasmu semakin tua tiada pesona. Dan hasratmu hanya menggumpal didada. Riuh terasa disana. Ingin kau teriakan, sebab gundahmu tak kau mengerti sendiri. Salah siapa dan dosa siapa .”Aku mestinya tidak terlah