Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2013

Kisah Spiritual, Sambutlah Kalabendu Sukarela atau Terpaksa

Gambar
Walau tak terucap, perjalanan kemarin (25/9) ke Bandung sangat melelahkan. Rencananya untuk dapat bertemu dengan Dyah Pitolaka tak kesampaian, memang salahnya juga tidak memberitahu sebelumnya. Informasi yang diterima dari yang bersangkutan memang tidak akurat, katanya dia hanya seorang ibu rumah tangga biasa yang tidak mungkin kemana-mana. Nyatanya Mas Thole keliru, khabar kalau Dyah Pitaloka sedang liburan ke Bali diterimanya dari Putri Sriwijaya, saat dia sudah memasuki Tol Cipularang, sudah di depan pintu tol Pasteur. Tak mengapa memang, ada keperluan lainnya Mas Thole harus berangkat ke Bandung bersama sang Prabu. Maka kalaupun tidak bisa bertemu ada hal lainnya yang bisa dikerjakan. Jalan rasanya lengang, disiang yang tak terlalu panas, mobil yang dikemudikan Sang Prabu selewat dhuhur memasuki sebuah hotel di kawasan Bandung sana. Hotel diatas perbukitan nampak asri sekali. Dibelakang terlihat pepohonan bagai hutan tempo dulu, dengan kolam renang yang berasal dari air

Kisah Spiritual, Tangis KAMI Pecah di Batu

Gambar
Kepada gundah, kepada diam dihat i , Akan kutuliskan lagi disini Kepodang terbang menukik membawa pelangi Harus ku khabarkan, meski semua diam, meski semua bisu Barangkali saja disini akan ku dapati jawabnya Ketika alam mulai enggan bersahabat dengan kita … Puspitaku.. Bukan cinta bukan pula sebab misteri Rasaku nyata disini, langkahku terasa Kecil dan lelah Fatamorgana bersama tebing dan tanah basah Di jalan setapak, seperti garis wajah … K osong pikiran hampa menerawang, kosong langit terasa semakin kelam. Disini dibawah batu ini, pernah kubuat sebuah mimpi, bersama ilusi pagi. Meskinya aku hanya diam dalam tawakal atau ku urai air mata dalam tafakur yang dalam. Engkau bertanya tentang sepi, aku jawab lirih padamu, “Pernahkah kau merasakan patah hati ?” . Engkau bertanya tentang mati, aku jawab lirih padamu, “Pernahkah engkau mendekati mimpi ?”. Engkau bertanya padaku tentang sufi, aku jawab padamu, “Pernahkah engkau mengenali hati ?”. Engkau berta

Kisah Spiritual, Jaman Dimana Tiada Pertolongan (Kalabendu)

Gambar
    Telah sampailah khabar.. Kemenangan para kesatria   di ufuk timur dan barat, KAMI telah siaga, gunung-gunung , lautan, angin, dan seluruh sistem Bergerak serentak agar aliran kesadaran menuju nusantara, Saksikan bahwa sepinya gunung-gunung, akan bersegera mengeluarkan isinya, Laut dan badai menghantam, menghantarkan gelombang  tsunami, Manusia berterbangan bagai laron-laron, Marilah 'bersiap' kita masuki jaman,  dimana tiada jalan pertolongan, selain Allah… dan.. “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. “(QS. 110:1-3) _______________________________________________________________________________ Biarlah aku buang di tengah lautan Kerinduan yang bergelora memecahkan kepala Semoga terhempas gelombang dan berhenti mengejarku “Dan

Kisah Spiritual, Menjejak Jejak Para Bidadari

Gambar
… Diatas puing reruntuhan Gugus alis mata seringkali dimaknai keliru disini tak memberi arti, dan sebagian semangatku jeda dan  henti … Angin bertiup dan layar terbentang Jauh disana dibukit seberang Menantikan engkau yang terbuang Diantara tebing dan jurang … Hampir saja tak peduli engkau jin,manusia, atau danyang Cinta ini telah membuta Ambil saja selekasnya, Biar tak ada sisa, dan luka terbuang.. .. M asih terus menyusuri jejak-jejak cinta dan pedang, bagaimana semuanya itu mampu mengajarkan kasih sayang. Pengajaran demi pengajaran berlalu lalang, tak peduli malam dan siang, maka  gugus alis mata sering dimaknai keliru. Bagai ikan yang terdampar di daratan, bergelepakan menahan derita. Sisa-sisa oksigen mendesak di kerongkongan, menjepit antara tulang iga. Nafas tertelan satu satu, bersamaan dengan itu malam turun bersama gelapnya, menangisi kesatrianya lagi, yang tersungkur tak mampu memahami mana ilusi dan mana realitas diri. Bagai

Kisah Spiritual, Serpihan Jejak Perang Bubat

Gambar
Sang Pamanah Rahsa Menghujam di jantung jiwa tak  berkedip  tak tertata, Sumbu kehabisan minyak,  Jatuh berdentam, d i dalam tenda, Hanya terdengar sayup berkelap sayap kelelawar Nun jauh diseberang, mata pemuda itu membasah, “Citoresmi ,mengapakah engkau harus mati  dengan begitu” Bayangan tiada berjejak,  wangi menyebar keseantero angkasa Singgasana berbayang disana, di antara mayat Prabu Lingga Buana ... C akrawala ingatan , menjejak tanah lapang yang menjadi saksi peperangan yang seharusnya tidak perlu terjadi. Gelapnya malam, tak menyisakan suara apapun. Dingin, sedingin hawa pedang terakhir yang telengas menghabisi kesatria-kesatria  Sunda. Dan badik kecil tidak lebih sepanjang 10 cm, tepat menghujam di dada sang putri. Bisiknya lirih, “Kekasih, ini adalah tragedy, biarkan ku mati disini”. Di ujung lainnya, pada sebuah bukit yang tak bernama, sang pemuda hanya menghela nafas, dukanya telah mencapai langit dan menembus bumi. Di langkahkan kakinya, men

Kisah Spiritual, Kesiapan Menyambut Jaman 'Goro-goro'

Gambar
B erjalan di hutan cemara Langkahku terasa kecil dan lemah Makin dalam lagi mataku ditelan fatamorgana … Aku kan bertanya siapa diriku Aku kan bertanya siapakah kamu Aku kan bertanya siapakah mereka Aku kan bertanya siapakah kita … Makin dalam lagi ku dicekam kerinduan .. Ada seberkah cahaya menembus dedaunan Sanggupkah menerangi jalanku Dan aku berharap kapankah kiranya sampai di puncak sana (by Ebiet G Ade) Masih lekat dalam ingatannya, saat mana dirinya dibesarkan oleh Sang Sabdo Palon dalam kisah  Raden Panji, dimana teman-temannya hanyalah para makhluk jejadian. Separuh manusia separuh binatang, nyaris seperti zombie keadaan mereka. Banyak diantara mereka sudah tidak berbalut daging lagi, hanya otot-otot rangka saja yang menyokongnya. Dan hanya mereka itulah teman-temannya, ditengah hutan yang wingit. Sampai saat sekarang ini, mereka masih saja setia menemani di peradaban terkini. Mengapakah di peradaban sekarang ini terbalik keadaannya, yang w