Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2014

Rahasia Sebuah Hati

Gambar
“Ku mulai sebuah kata untuk ku nisbatkan kepada bunga.  Jangan pernah engkau tanya aku siapa !” Tertunduk seorang pemuda. Dihadapannya sang Hafizs berdiri membelakangi. Laut nampak luas terhampar di depan. Angin meninggalkan bau anyir sisa badai. … “Desahmu memindai samudra, sisik melik diantaranya teramu dalam kerinduan semesta. Wujudmu tak ketara di mayapada,  (tapi) ilusi itu nyatanya telah teramu di jiwa.  Meninggalkan kerinduan, membongkar sunyi, maka  Ijinkan  bila sejenak ku uraikan  ayu wajahmu..” Tangan terkepal di dada menahan rahsa. Butir pasir terbelah, air  keluar dari dalamnya. Membasahi kedua kakinya. Lelaki tengah menahan luka. … “Duhai, Hafizs sang penguasa cinta. Bagikan aku untaian kata manikam. " Serasa malam yang berpesan kepada siang agar tak lupa menyisakan cahaya terang buat dirinya,  seakan bintang tak akan pernah datang lagi. Begitu adanya cinta. "Akulah sang Pangeran !” Pekiknya mencoba meyakinkan keadaan Di

Kisah Spiritual, Berjalannya Uga Wangsit Silihwangi

Gambar
Cinta ada dalam satu dimensi.. Cinta adalah energy sebagaimana YIN-YANG Maka jika kita sudah berada dalam dimensi Cinta, maka energy itu pasti akan mencari pasangannya.. … Jauh sudah kelokan yang tertinggal. Nafas menjadi terengah menetapi. Bagaimana menyampaikan ini semua kepada sidang pembaca. Jika bumi dan langit sudah murka keadaannya. Bukankah hanya miris dan duka nestapa. Gejolak makhluk dari alam tak kasat mata. Mereka terus saja berusaha mendekati kesadaran manusia. Membuat semakin banyak manusia kehilangan harkat dan martabat diri, lupa dari mana sesungguhnya mereka berasal. Bahkan manusia tidak pernah tahu betapa diri mereka teramat sempurna. Rasa menghiba, derita, duka lara dan nista, membawa mereka seperti berjalan di balik awan kelabu. Mengapa manusia merasa tersiksa terlahir di dunia. Mereka melangkah dengan perasaan. Hanya menanggung beban derita. Bencana demi bencana, air tercurah. Lihatlah, dimana mereka melangkah maut selalu mengintai. Tanah

Demi Penyempurnaan Jiwa

Gambar
“Diamlah aku butuhkan kesunyian” Berkata Hafizs … Angin bertiup kencang. Hawa tak berkesudahan. Bumi tak mampu menahan bebannya lagi. “Mengapakah Allah menghukumi manusia yang dia ciptakan sendiri ?”  Tornado, Tsunami, badai Haiyan, mutahnya beban bumi, pecah gunung menandai itu. “Tiadakah Allah Maha Pengasih dan Penyayang ?” … “Diamlah aku butuhkan kesunyian”  Berkata Hafizs sekali lagi, seperti menghardik. Majelisnya diantara seluruh makhluk langit dan bumi  “Semua sudah ada bagiannya” Berkata Kami dengan lantang  Ditariklah ubun-ubun manusia dan angin menghempaskan kembali tanpa rahsa iba, “Siapakah diantara mereka kuasa ataukah Kami yang kuasa ?!?” … Semua diam, dalam fikiran, jagad raya bertasbih tanpa jeda. Tak peduli hiruk pikuk di mayapada. Nampak manusia legam berjelaga, bertanya keadilan.  “Jika begini keadaannya, mengapakah Allah tidak menciptakan manusia yang hanya di suka?” Pekikan lautan terdengar dari arah sana, amarah tak biasa, apak

Manakala Cinta-Nya Kupinjam

Gambar
Duhai  Hafizs, Tahukah engkau, Jika aku dalam sepiku, “ Aku seperti kerikil  (yang)  dilempar kedasar palung laut terdalam ” Dan jika aku dalam rinduku,  “ Aku seperti sehelai (jarum) daun  cemara yang terbawa angin muson khatulistiwa ” Serta jika aku dalam cintaku, “ Aku seperti sebuah pena. Beribu lembar kertas kutulisi, dan  lautanpun kujadikan tintanya “ Wahai Hafizs, aku layang-layang tanpa tali Kenalkah  DIA,  cintaku, rinduku, sepiku ? … Kelopak mayangnya telah terurai, bulir putik telanjang siap terbang,  andai saja kumbang tak mengepak-ngepak, entah dia  hilang  terbawa kemana. Sebab angin bertiup amat kencangnya. Lihatlah, ulat sutra telah menempel pada daun murbei, menggulung benangnya, menjadi sebesar jari. Dia  (tengah)  dalam menahan cinta-Nya. … Pernahkah engkau mendekap seperti itu. Menjadikan sebuah penantian. Mengalunnya bersama dzikir. Dan sendu-sendu malam. Mengkhabarkan ringkihnya tubuh yang tak berbalut tulang. … Katakanlah padaku w

Pembenaran Bukan (dari) Kebenaran

Gambar
K ebutuhan makan, kebutuhan pakaian, perumahan, anak sekolah, hingga kartu kredit yang macet. Masih ditambah pula keadan rumah tangga yang tidak kondusif, betul-betul membuat kita kelelahan fisik maupun non fisik. Jiwa menjadi penat, begitu melelahkannya hidup ini. Itulah yang sering kita keluhkan.   Biasanya kemudian kita mencari agama sebagai solusi. Kita datang kepada kyai yang ahli spritual. Kemudian kita diobati layaknya orang sakit; kalau masalahnya adalah rejeki, maka diberikanlah surat atau ayat yang harus dibaca sekian ratus kali atau sekian ribu kali. Kalau masalahnya jodoh juga sama, tinggal nama surah dan jumlahnya saja yang membedakannya. Dan demikian juga masalah-masalahan lainnya.  Betul-betul seperti dokter saja memberikan resep. Dan obatnya harus diminum berapa kali sehari. Dan memang biasanya juga sembuh. Sang kyai bertindak bak dokter saja memberikan parasetamol kalau sakit kepala. Kambuh lagi datang lagi, dan seterusnya. Akhirnya  Kyai dianggap ampuh kemudian