Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

Paregreg, Perang Yang Tak Usai (2)

Gambar
K anvas putih di sudut ruang. Satu titik dalam kesepian. Merayapi kegelapan malam. Menggores perlahan, satu huruf demi satu huruf dalam bahasa kawi. Tekanan tak sama dari setiap hurufnya. Seperti menahan beban. Nafasnya tertahan diantara iga dan belikat.  Kemudian dihempaskannya dalam satu erangan. “Argh......!” Getaran hawa magic membangkitkan alam alam kesadaran. Kesedihan yang melumatkan hati. Erangan siapakah itu? Adakah Bhre Wirabumi? Kisah Menak Jingga dan Dhamarwulan yang terbangkitkan? Kisah Majapahit Timur dan Barat yang luput dari semua kajian. Kisah rindu dendam para penguasa kerajaan. Kisah yang dibadikan oleh perang. Perang Paregreg. “Dari sisi manakah keindahan perang?” *** Lolongan anjing bersahutan. Jemari gemetaran tak mampu ditahan. Tangan seperti ingin menuliskan. Namun diotaknya tidak ada referensi atas huruf dan bahasa yang ingin disampaikan.  Menangis dirinya terguguk, sementara dibiarkan tangan menggoreskan satu huruf demi satu huruf. Huruf

Paragreg, Perang Yang Tak Usai (1)

Gambar
Pengantar;  Kerajaan Majapahit berdiri tahun 1293 berkat kerja sama Raden Wijaya dan Arya Wiraraja. Pada tahun 1295, Raden Wijaya membagi dua wilayah Majapahit untuk menepati janjinya semasa perjuangan. Sebelah timur diserahkan pada Arya Wiraraja dengan ibu kota di Lumajang. Perang Paregreg adalah perang antara Majapahit istana barat yang dipimpin Wikramawardhana, melawan istana timur yang dipimpin Bhre Wirabhumi. Perang ini terjadi tahun 1404-1406 dan menjadi penyebab utama kemunduran Majapahit. *** Siang menunjukan warna merahnya. Panas membakar. Tubuh itu terhuyung, “Siang ini bukanlah siang yang kemarin.” Bisiknya menahan haru.  Seluruh kesadaran dicobanya dikumpulkan. Namun aneh tidak diketemukan jejaknya. “Bukankah langit ini masih sama dengan langit yang kemarin?” Melangkah seperti tak menapak. Sementara bumi terus memanas. Pertanyaan yang sepertinya tidak perlu dijawabnya lagi. Langit itu masih sama dengan langit semasa hidupnya di ribuan tahun lalu. Penda

Menggugat; Sang Batara Kala (3)

Gambar
Aduh...apakah aku tengah diam menunggu waktu? Ataukah waktu yang telah mendahuluiku? Manakah yang benar atas prasangkaan-ku ini. Atau mungkin waktu lah yang tengah mengejarku dan aku telah jauh meninggalkan sang waktu itu sendiri. Yah, semua serba mungkin sekali. Sebab dengan kedangkalan pemahamnku ini semua hanyalah praduga dalam ilusi sang waktu. “Aku telah sampai di akhir dan waktu telah kutinggalkan.”  Demikian prasangkaanku. Aku tak peduli manakah yang benar. Mungkin saja aku yang telah keliru dan menjadi gila. Sejak bertemu Batara Kala ada yang aneh dalam lintasan pikiranku. Benarkah aku memasuki dimensi waktu? Ataukah waktu yang memang diam untukku? Atau ada kekuatan lain yang begitu dashyat yang telah menghantarkanku dari satu ujung waktu ke ujung waktu lainnya? Kekuatan siapakah? Apakah Batara Kala? Entahlah, yang kupahami  saat melintasi dimensi waktu tubuhku mengalami demam yang sangat tinggi. Panas yang sulit kumengerti dan anehnya begitu selesai kutuliskan s

Menggugat; Sang Batara Kala (2)

Gambar
Aku diam bersama sang waktu. Ah..benarkah sang waktu diam? Apa hanya prasangka-an ku saja. Apakah waktu bergerak? Benarkah waktu itu bergerak? Sungguh aku tak pahami. Kumpulan waktu demi waktu membentuk satu kumpulan yang disebut masa. Suatu masa biasa disebut dalam bahasa jawa sebagai KALA. Apakah hubunganku dengan sang KALA. Apakah KALA itu ada? Ataukah hanya sebuah dimensi dalam fikirkan manusia saja. Apakah semua lintasan perihal sang kala ini terjadi sebab panas demam tinggi yang menderaku hingga pintu-pintu portal antar dimensi seperti terbuka dan memaksa aku memasuki dimensi sang waktu. Aku memasuki diriku. Mana mungkin? Aku memasuki portal jiwaku yang lainnya. Suatu dimensi dimana aku mampu menghentikan waktu sesuka diriku sendiri. Dimensi pada masa kala waktu manusia (menjadi)  biasa disebut sebagai sang BATARA KALA. Manusia yang sudah mencapai titik spiritual tertinggi akan disebut BATARA. *** Aku kembali dihempaskan ke dalam suatu dimensi yang tak bisa

Menggugat: Sang Batara Kala (1)

Gambar
I nilah kisah tentang aku. Aku yang terbangun dalam labirin-labirin sang waktu. Seperti melihat layar monitor TV yang menyala di depan, di belakang, di kanan, di kiri, diatas dan di bawah. Kemanapun wajahku melihat, hanya layar monitor yang menyajikan gambaran tentang aku. Aku dalam dunia paralel. Imajinasi-ku tak berbatas, tiada ruang dan sekat yang mampu menampung liarnya pikiranku. Jiwaku tidak dibumi, bahkan mungkin tidak di langit. Semua nampak sama disana, dalam dimensi yang tak mampu kusebut. Aku tidak diluar dimensi, aku tidak didalam dimensi namun aku juga di dalam dimensi serta diluar dimensi, meliputi semua dimensi. Semisal aku berada disebuah ruangan hologram. Entah harus kusebut apa diriku ini apakah ruh, ataukah imajinasi. Hanya rasa ingat yang kumiliki. Rasa ingat yang kemudian kubawa ke dimensi sekarang ini. Semua dimensi telah kudatangi, semua jejak-jejak peradaban telah kutandai. Semua mengkisahkan pada sebuah muara perihal misteri penciptaan manusia. Miste