Kisah Spiritual ; Begalpati Senantiasa Mengintai Manusia




Tubuh itu sekarang kurus merenta. Terbaring tanpa daya. Pandangannya kosong tampak tak  mengenali sekelilingnya lagi. Meski ingatannya masih tersisa. Namun itupun sering hanya meracau saja.  Lidahnya kelu nyaris tak mampu berbicara lagi. Telinganya sudah tak mampu mendengar. Hanya desahan nafasnya saja yang menandakan masih ada kehidupan dalam raganya. Nafasnya itupun serasa dipaksakannya, yah nafasnya hanya tinggal satu-satu. Terasa berat saat ditarik, seperti bunyi sandal yang terseret. Dialah Ki Wiroguno pria gagah perkasa, yang sempat dikisahkan dalam blog ini. Betapa kontras penampilannya saat masih perkasa. Sekarang kaki-kakinya kurus kering, tak mampu lagi menyangga tubuhnya. Segala keperluannya saat sekarang ini harus dia bantu oleh istrinya. Bahkan sekedar untuk buang airpun sudah tak bisa. Satu kesatria bumi tengah bertarung mempertahankan kesadarannya. 

Mas Thole diam dalam pikirannya sendiri. Entah rahsa apa yang bekecamuk didadanya, yang pasti kesedihannya tidak mampu diceritakannya disini. Tangisnya sudah memenuhi angkasa, menggetarkan alam kesadaran disana. Hatinya menjerit pedih sekali. Dia tahu apa yang terjadi, dia paham siapakah yang membuat olah begini. Siapa lagi, jika bukan saudara se-Iman, saudara se-Islam. Mengapakah mereka bersekutu dengan syetan. Menggunakan ayat-ayat Allah untuk mendzolimi saudaranya se iman. He..eh..!. Ingin rahsanya bumi ini dicungkir balikan. Namun dia hanyalah manusia biasa, yang akan selalu kalah oleh takdirnya sendiri. Hanya selalu bergantung kepada-Nya yang dia bisa. Maka hanya kesedihanlah yang saat ini meliputi seluruh sendi-sendi. Kembali dia harus duduk bersimpuh memohon pertolongan-Nya, atas keadaan saudaranya ini.

Begitu juga keadaan Patih Nambi yang turut datang bersama Mas Thole menyambangi Ki Wiroguno. Sama saja keadaannyanya. Berulang kali dia berkata tidak tega melihat anak-anak Ki Wiroguno yang masih kecil-kecil. Dia tidak tahan melihat tatapan anak-anak Ki Wiroguno, yang masih membutuhkan ayahnya itu. Tatapan mereka yang lugu begitu menikam jantung. mengiris-iris bagai sembilu yang berderit ketika digesekan  di hati. Sakit dan nyeri sekali. Pandangan mereka berharap banyak kepada Mas Thole dan Patih Nambi. Bertanya apakah ayahnya akan dapat disebuhkan. Betapa keji mereka yang diberikan ilmu Allah dan dengan ilmu tersebut mereka menganiaya saudara-saudara mereka sendiri.

Walau tak terucap kepada istri Ki Wiroguno, namun Mas Thole merasa sangat kehilangan. Ki Wiroguno adalah salah satu Panglima yang handal yang menjadi harapannya untuk mengawal lahirnya nusantara baru dalam dimensi kesadaran.  Kemampuannya tidaklah diragukan, dia adalah Panglima terkuat semasa Sultan Agung. Kini dia teronggok bagai baju luruh dari gantungannnya. Betapa tidak nelangsa melihat keadaannya kini. Air kencingnya tak wajar, sebab yang keluar hanya darah segar. Begitu juga apabila di buang air besar maka darahlah yang keluar dari sana. Sungguh ini bukan sakit biasa. Telah dicobanya masuk rumah sakit, namun hasilnya malah semakin parah saja. Dia tidak bisa diberi obat doikter. Begitu juga saat pergi ke alternative. Sama saja keadaannya. Setiap kali diobati, justru malah semakin menambah sakitnya.

Sesuatu yang tak wajar sebenarnya sudah ditangkap Mas Thole jauh sebelum semua peristiwa ini terjadi dan itu sudah disampaikan peringatannya kepada Ki Wiroguno.   Saat mana kali pertama dia datang untuk prosesi. Saat berdiskusi perihal proyek yang akan dikerjakannya. Proyek yang diharapkan akan dapat mengangkat keterpurukan ekonominya. Mas Thole menangkap getaran-getran energi yang tak wajar dalam proses tender dan juga kerajsama yang dilakukan Ki Wiro dengan temannya itu. Ada hawa-hawa Iblis disana. Pengkhianatan dan keserakahan berada di balik itu semua. Dengan gamblang sudah disampaikan apa yang bakal terjadi nanti. Nanti dia akan dikhianati oleh rekan kerjanya sendiri. Namun kala itu Ki Wiro bersikukuh untuk maju terus, sebab katanya proyek tersebut adalah satu-satunya harapan dirinya.  Mas Thole juga tetap dalam pendiriannya. Mas Thole entah bagaimana sudah diberitahu oleh KAMI apa yang bakalan terjadi nanti. Karena perbedaan pandangan inilah maka beberapa saat Ki Wiroguno menjauh dari Mas Thole.

Namun dalam setiap kesempatan bertemu Mas Thole terus mengingatkan. Bahkan pada saat Ki Wiroguno menemani Mas Thole menancapkan Paku Bumi terakhir di Sumenep, pada perjalanan pulang, Mas Thole kembali mengingatkan. Bahkan peringatannya sangat keras sekali. Jikalau memang akan diteruskan maka yang diminta dalah kesiapan mental atas hasil terburuk apapun nanti. Dan sebagai ikhtiarnya buatlah perjanjian hitam diatas putih di depan notaris. Bagi Ki Wiroguno mungkin permintaan Mas Thole terlalu mengada-ada, sebab rekan bisnisnya adalah sahabat karibnya sendiri. Sungguh apa yang dilakukan Mas Thole hanyalah sekedar menyampaikan saja. Sayang sekali Ki Wiroguno tetap bersikeras maju, hingga sekarang beginilah kejadiannya.

Ki Wiroguno tidak sanggup menerima kekalahan ini. Betapa tidak dia sudah memperjuangankan proyek ini selama 2 tahun, dan atas perjuangannya ini proyek tersebut dapat dimenangkan Ki Wiroguno mengalahkan 50 pesaing tender. Bagaimana tidak bungah pengharapannya. Angan-angannya sudah melambung ke angkasa. Hingga dirinya lupa atas peringatan Mas Thole. Begitu tender sudah dimenangkan, maka  terbukalah kedok rekan bisnisnya itu. Ki Wiroguno dicampakan begitu saja, tanpa sepeserpun diberikan pengganti jerih payahnya itu. Betapa tidak sakit hatinya. Betapa tidak goncang kesadaran jiwanya. Siapapun orang nya pasti akan terpukul sekali. Inilah yang menimpa Ki Wiroguno. Meskipun sebelumnya sudah diperingati, bahwa jikalau ada kejadian terpahit apapun harus siap menerima keadaan. Tetap saja jiwa manusia akan sulit untuk  menerima takdir mereka sendiri. karenanya mulai dari situ, sedikit demi sedikit jiwanya termakan, dalam situasi lemah inilah kiriman sihir masuk kedalam tubuhnya.

Betapa sulitnya mendiagnosa apa yang dialami Ki Wiroguno. Pukulan kekecewaan yang hebat akan dapat menyebabkan komplikasi serius di dalam raga manusia. Instrumen ketubuhan manusia pada saat depresi akan kacau sekali. Kekacauan sistem informasi ini akan mampu merusak organ-organ manusia. Maka wajar saja jika kemudian sakit Ki Wiroguno ditangani secara medis. Mas Thole pada mulanya juga beranggapan yang sama. Maka dibiarkannya upaya medis dilakukan terlebih dahulu.

Mas Thole memang lebih memaknai bahwa sakit yang diderita Ki Wiro salah satunya adalah akibat penyelarasan energi ketubuhan dengan level kesadarannya. setelah dirinya berserah atas takdir yang menimpa, maka disaat itulah tubuh akan bereaksi menyesuaikan pemahaman ini. Sebagaimana yang dialami para kesatria lainnya. Walaupun efek depresi akan realitas itu ada. Mas Thole yakin seharusnya dengan level kesadarannya yang sudah tinggi, depresi itu tidak akan terlalu banyak pengaruhnya, walaupun pasti ada. Mas Thole lebih memahami sebagai efek penyelarasan semata.

Dan semua kesatria mengalami fase penyelarasan ini. Bagi yang belum hanya tinggal menunggu waktunya saja. Yaitu saat mana klik dirinya dengan alam. Yaitu saat dirinya sudah mampu menerima takdir mereka sendiri, maka saat itulah penyelarasan akan terjadi. Sang avatar pun mengalami sakit yang sama 1 bulan lamanya. Dan dia berhasil meyakini bahwa itu semua memang pengajaran-Nya. Sehingga dia ikhlas saja menerima sakit itu. Begitu juga dengan Sang Prabu,yang lebih dari 2 minggu lamanya dengan sakit itu.  efek penyelarasan adalah seperti sakit lazimnya, diarea, penemunia yaitu penumpukan lendir di paru-paru, badan panas dingin, menggigil, suhu tubuh naik turun tidak menentukan, dll. Sakit dipersendian, bayangkan jika sel-sel kita pecah dan mengeluarkan isi selnya. Begitulah keadaan proses penyelarasan. Itulah pengajaran "La haula wala kuwata ila billah." Berat sekali keadaannya saat fase ini.

+++

Penyelarasan ini dipermisalkan penggantian air di dalam sel-sel tubuh manusia. Air adalah simbol kehidupan maka prosesi penyelarasan diri dengan alam akan selalu mengakibatkan keadaan ini. Semua yang sudah melakukan prosesi pasti akan mengalaminya. Anehnya saat mula di prosesi, Ki Wiroguno tidak terpengaruh sama sekali. Ditunggu satu dua bulan juga belum penyelarasan. Maka ketika Ki Wiroguno tererang penyakit yang sama sebagaimana disebut dimuka. Mas Thole tidak terlalu khawatir atas sakitnya itu. Maka saat Ki Wiroguno masuk rumah sakit pun. Mas Thole masih  dengan keyakinan dirinya itu. “Nanti juga akan sembuh sendiri “ batinnya kala itu. Maka Mas Thole kembali asyik dengan kesibukannya. Sampai pada suatu saat kira-kira dua minggu yang lalu dirinya dikirimi gambar foto Ki Wiroguno yetrkini oleh istrinya. Tubuh yang sudah kering teronggok di pembaringan.Dan betapa tersentak dirinya melihat itu.

Melihat foto tersebut, Mas Thole seperti terkena listrik ribuan kilovolt.  Dan seketika energy pelindung diri Mas Thole bergerak melingkupi dirinya. Ada yang tak wajar dengan keadaan ki Wiroguno. Tiba-tiba ada energy kegeraman luar biasa bergerak dari hati Mas Thole. Kesedihannya terasa meliputi jiwa, di tatapnya angkasa dengan gemeletak gigi geraham. “Mengapakah ayat-ayat Allah disalah gunakan, untuk menyakiti sesama manusia,   Arrg…gh..!”  Kemarahan Mas Thole benar-benar tidak dapat disembunyikannya lagi.  Gaung suaranya telah membedah punggung bumi, mencari pijakan disana, dimana pada saat jaman nabi Sulaiman sihir-sihir ini diajarkan. Sihir yang dimaksudkan untuk menguji keimanan manusia apakah mereka tetap mampu berserah kepada takdir mereka sendiri atau tidak.

+++

Dengan sihir itu mereka akan merajalela. Menjadi manusia yang menguasai manusia lainnya. Dengan kekuatan itu mereka seakan-akan mampu menentukan nasib seseorang. Ayat-ayat Allah kemudian diperjual belikan. Ada diantar bacaan-bacaan suci yang seharusnya menjadi rahmat telah diajarkan kepada manusia melalui tangan-tangan setan. Sehingga makna dan energi yang di kandungnya sudah berubah sekali. energi ini menjadi makhluk yang sangat telengas sekali, mereka menjadi golongan yang sering kita sebut sebagai 'Kodam'. Kodam adalah frekuensi energi yang memiliki sifat merusak. Merusak kesadaran, menjebol energi batas kesadaran, dan lain-lainnya. Jika energi kesadaran mansuia atas materi jebol, maka seluruh instrumen ketubuhan akan kehilangan kendali. Terjadilah kesalahan sistem metabolisme ketubuhan. Ibarat pesawat yang kehilangan kendali, bersiap-siap saja menghantam bumi.

Betapa miris Mas Thole menyoal ini. Mampukah manusia jaman sekarang membedakan antara hijib yang asli ajaran malaikat Harut dan Marut yang diajarkan kepada nabi Sulaiman dan hijib (amalan) yang sudah melalui pengajaran setan. Hijib tersebut secara kasat mata tidak ada perbedaannya sama sekali. Hampir 100% persen sama, amalannya sama, dan semuanya nyarais tdiak ada yang tahu perbedaannya. Namun jika kita rasakan, akan sangat ketara sekali energinya. Maka hanya orang-orang yang bersih hatinya saja yang akan mampu membedakan asal muasal hijib yang menjadi amalannya itu. Dan Mas Thole masih seroing kesulitan disitu. Dia hanya mampu mengamati dari efeknya saja di badan, manakala hijib itu sudah menghantam, dan itu sering terlambat sekali. Manusia akan menganggap bahwa hijib-hjib itu  adalah dari Al qur an, sehingga mereka memandang baik perbuatan mereka yang jahat itu. Dan disinilah jebakan syetan.

Hijib inilah yang sudah menghantam tubuh Ki Wiroguno sehingga mengalami keadaan sekarang ini. Sungguh dahsyat ayat-ayat Allah, sebegitunya jika digunakan untuk maksud kejahatan. Mas Thole sering harus menguras banyak sekali tenaga dan pikiran untuk mengurai akad hijib ini. Jika tidak terurai maka sulit sekali melepaskan hijib ini. Hijib inilah yang menjadi cikal bakal perjanjian manusia dengan setan. Maka jika perjanjian ini tidak diputuskan, hijib-hijib ini akan terus meminta korban nyawa manusia. Maka bagi yang mengamalkannya akan selalu memiliki daya dorong untuk melakukan kejahatan sihir kepada manusia lainnya. Dengan inilah ada segolongan manusia mencari rejekinya. Mereka meminta bayaran atas sihir mereka itu. Betapa kejinya perbuatan ini. Betapa sedihnya Mas Thole, mengingat semua yang terjadi. Semakin dirinya dipahamkan atas ayat-ayat al qur an, semakin sedih dan pilu hatinya. Sungguh manusia banyak yang melampaui batas. Sambil menghela nafas Mas Thole ber istigfar beberapa kali.

Dipandanginya wajah Ki Wiroguno yang terbaring tanpa ekspresi itu. Teringatlah Mas Thole atas peringatan Allah dalam Al qur an;

"Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir." 

Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya, dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah, dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. 

Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui. (Al Baqarah 102)  

***

Begitulah keadaannya, malam ini (21/11/2013) Mas Thole harus menuntaskan sekali lagi. Firasat itu sudah dirasakan sejak kemarin pagi. Sudah beberapa kali Mas Thole dan Patih Nambi janjian untuk menyambangi Ki Wiro. Namun aneh saja kejadiannya. Mobil mogok, Hp tiba-tiba mati shingga putus komunikasi, sampai ada hal tak terduga lainnya. Sudah 4-5 kali mereka janjian untuk kesana mengobati Ki Wiro. Sayang itu tidak pernah bisa terjadi. Mas Thole akhirnya sendiri. Hanya kemarin ini, sudah bulat tekadnya mereka harus berdua, sebab dengan begitulah kekuatan mereka bisa dipadukan. Kembali kejaidan aneh sekali, hampir 6 kali Patih Nambi berputar-putar disana, hingga nyaris pasrah, ingin balik saja. Pusing di kepala dan juga kebiongungan adanya. Keadaan Mas Thole juga tak jauh berbeda. Bus yang ditumpanginya, biasa hanya 1,5 jam paling lama sampai lokasi. Sekarang harus ditempuh dalam waktu hampir 5 jam. Bagaimana tidak frustasi mereka berdua. Itu masih berlanjut, keadaan Patih Nambi seperti kehilangan arah, memaksa Mas Thole harus berjalan kaki menghampiri posisinya. Sungguh luar biasa perjuangan hanya untuk sampai ke rumah Ki Wiro, bagai mendaki gunung saja rahsanya.

Sesampainya di rumah Ki Wiro, meerka duduk sejenak, dan selekasnya masuk kamar, tidak  terlalu banyak basa-basi. Tidak berlama-lama, segera saja Mas Thole dan Patih Nambi,  duduk bersila disamping tempat tidur Ki Wiroguno. Kepada Patih Nambi segera diminta untuk meditasi, mohon kepada Allah. Begitu juga keadaan Mas Thole mengambil sikap, kesadaran lantas masuk ke seluruh alam dimensi. Entah dimanakah kebetradaan Mas Thole saat itu. Hanya suaranya saja yang terdengar, memecah suasan mistis di kamar itu. Terdengar isak tangsi istri Ki Wiroguno diantara hela nafas berat  Patih Nambi dan Mas Thole.

“Asalamualaikum..saudaraku..bagaimana keadaanmu” dari mulut Mas Thole keluar sapaan itu.
“Walaikumsalam..keadaanku baik ..” Jawab Patih Nambi
“Engkau senagja kupanggil kesini untuk melihat kondisi saudara kita yang terbaring disini. Lihatlah dengan seksama, apa yang terjadi..” Suara yang berat dan terdengar kesan kuat baritonya, terdengar lagi dari mulut Mas Thole.

Perbincangan dua dimensi ini, begitu khusuknya. Disampaikan oleh Patih Nambi bahwa Ki Wiroguno mendapat serangan sihir di 3 tempat. Oleh karenanya dia tidak mampu mendengar lagi, dan sihir itu juga menyerang leher, karenanya sulit bagi dia berbicara. Kakinya juga diserang, sehingga kakinya tidak mampu menopang tubuhnya. Patih Nambi terus berbicara menganalisa keadaan Ki Wiroguno. Sampailah saat dikhabarkannya bahwa makhluk yang bersarang di dalam tubuh Ki Wiroguno baru bisa di cabut 2 hari lagi. Mendengar keterangan tersebut.

Tiba-tiba saja terdengar erangan suara yang dahsyat dari Mas Thole, suara itu mampu menggetarkan ruangan, membuat tangis istri Ki Wiroguno mendadak berhenti. Sebab dia dikagetkan oleh hembusan angin yang sangat kuat menerpa wajah dan tubuhnya. Angin itu membekaskan rahsa ngilu di tulang. Suara itu terdengar sangat murka, mempertanyakan mengapa begitu lamanya,  untuk menumpas makhluk siluman. Belum habis tanda tanya itu. Tangan Mas Thole bergerak keatas seperti menggenggam sesuatu, mengumpulkan seluruh energy di alam semesta. Jauh di lubuk hatinya, ada rahsa perih, kesedihan yang tak terkatakan lagi, mengapakah ayat-ayat Allah digunakan manusia untuk mendzolimi manusia lainnya. Pertanyaan itulah yang terus meluncur dari bibir Mas Thole. 

“Tidak bisa, alam semesta telah murka melihat polah manusia yang menganggap benar perbuatan mungkar. Mereka membaca  al qur an, mereka sholat, puasa, zakat, namun mereka belajar dan melakukan  itu semua untuk sebuah tujuan yang bukan karena Allah. Meerka memuja nafsu mereka sendiri. Ilmu yang mereka pelajari hanya dijadikan alat untuk membunuh dan menyakiti sesamanya. Menceraikan suami dan istri. Maka aku perintahkan kepada engkau wahai Patih nambi untuk memerangi mereka. Kami telah memberikan ijinnya. Engkau akan diberikan pasukan pilih tanding, baik dari kerajaan jin ataupun juga dari pasukan lainnya. Berperanglah engkau dijalan Allah. Tegakkanlah kalimah Allah. ”

Tiba-tiba saja tangan Mas Thole menggenggam sesuatu, yang diserahkan kepada Patih Nambi. Seperti sebuah tongkat komando. Tongkat yang akan mampu memobilisasi pasukan aliansi semua kerajaan di nusantara ini. Tangan Mas thole kemudian bergerak melingkar di udara. Dalam kesadarannya dirinya tengah memanggil seluruh makhluk-makhluk di alam semesta ini. Kerajaan Pajajaran, Sriwijaya, Mataram, Sunda Galuh, Majapahit, dan kerajaan-kerajaan lainnya, yangtidak mungkin disebut satu-satu. datanglah dari lautan, udara, bumi, dan seluruh dimensi, datang dan berbaris demi panggilan ini.

Perintah telah dicanangkan, perintah perang. Memerangi kemungkaran di muka bumi ini. Sasaran utamanya adalah makhluk-makhluk Allah yang telah menyalah gunakan ayat-ayat Allah untuk berbuat kerusakan di muka bumi. Merekalah para siluman yang menjadi kaki tangan manusia. Sudah saatnya alam semesta kembali kepada fitrahnya. Sudah saatnya ayat-ayat Allah hanya digunakan untuk mengagungkan asma-asma Nya. Bukan untuk kepentingan nafsu manusia belaka. Semua pasukan telah dan akan dimobilisasi terus menerus selama 2 hari ini, untuk membersihkan itu semua. Mengembalikan ayat-ayat Allah  kepada fungsi dan peruntukannya.

Selepas perintah tersebut dihempaskan ke alam, selekas itulah alam kesadaran bergejolak.  Hal ini dirasakan sekali oleh Pambayun. Dan jauh disana Pambayunpun segera hening, memerintahkan pasukan Mataram, dan dia sendiri telah memimpin dengan senjatanya 'CEMETI API'. Tangannya membara yang akan membakar apa saja yang disentuhnya. Dengan kudanya yang gagah berani, putih-perak menyilaukan mata, Pambayun maju snediri ke medan perang berperang di alam kesadaran. Geletar pecutnya membahana, menimbulkan gelombang api yang akan menyapu sekelilingnya dalam radius 100 meter per-segi, akan menyapu  siapa saja berdiri disana. Gelombangnya bagai gelombang kejut. Gelombang cahaya dan api. Senjata yang selama ini ditakuti para candala dan siluman.

Maka bersiaplah wahai dedemit dan siluman, sesungguhnya azab Allah amat pedih. Bersiaplah, sebab pasukan KAMI tidak pernah salah. Sebab pasukan KAMI akan melindungi bumi dan keserakahan manusia. Pasukan seluruh kerajaan sudah berbaris rapi, di bawah panji-panji kesadaran baru. Kesadaran Berketuhanan Yang Maha Esa. Yang tidak mentolerir sihir dan juga kesyirikan kepada-Nya.

“Maka bertahanlah wahai Ki Wiroguno. Janganlah takut kepada Begal-begal kematian yaitu sang Begalpati. Pertahankanlah keimananmu. Mungkin engkau sudah tidak mampu mendengar. Mungkin engkau sudah tidak mampu bicara, di saat sekarang ini. Namun kesadaranmu tetap mampu berperang. Maka berperanglah bersama KAMI. Sungguh telah dan akan terus KAMI undang seluruh kesatria bumi, untuk bahu membahu, menegakkan ayat-ayat Allah di muka bumi ini. 

Datanglah, datanglah, kalian semua..baik dengan merangkak atau berjalan kaki, penuhi janjimu kepada Ibu Pertiwi. Penuhi janjimu kepada alam ini. Ingatlah, dimanapun engkau berada, disitu engkau dapat juga mati seketika. Mengapakah hidup tidak kita buat bermakna. Tidakkah selayaknya tempatmu disini, berdiri dibaris terdepan, siap mati demi nama Tuhanmu ?.  Maka janganlah takut akan mati. Sebab kematianmu akan disambut ribuan malaikat disana. Namamu akan diagungkan disegenap semesta. Maka sambutlah panggilan KAMI ini. Jika engkau memang kesatria KAMI...!!!. Dengarlah dan patuhi..!!!.”

Suara itu terus bergema, menggugah langit dengan perkasa, merayap dan menyapu keseluruh dimensi, menembus lapisan langit, dan lapisan bumi. Bergaung di alam semesta, berada diantara hewan-hewan melata. dan gaungnya akan selalu membekas di hati anak-anak manusia. Maka celakalah bagi manusia yang mengerti dan tidak menjawab panggilan hatinya sendiri. Manusia mesti berperang agar kesadarannya tetap terjaga untuk selalu mengaggungkan Asma-Nya !.


wolohualam

Komentar

  1. Mencuplik tulisan lama

    Minggu, 21 November 2010
    Transformasi Spiritual

    Menandai hijab

    Sebuah pertanyaan yang seringkali dilontarkan ketika kita tengah menapaki jalan spiritual adalah antara realitas dan ghaib. Antara imanen dan transeden. Kemudian pertanyaan akan berkembang apakah alam semesta merupakan suatu yang realitas atau suatu yang ghaib.?. Jikalau kita memaknai bahwa alam semesta adalah suatu realitas maka kita menjadi terhijab. Kita tidak akan mampu memahami keghaiban alam semesta. Demikian juga sebaliknya, jika kita memaknai bahwa alam semesta adalah sesuatu yang ghaib maka kita menjadi terhijab pula. Kita akan kesulitan memahami realitas dari alam semesta itu sendiri. Dikotomi ini membingungkan para penempuh jalan spiritual. Saat kapan alam semesta menjadi ghaib dan saat mana merupakan realitas. Cara sederhana sebenarnya adalah menggunakan logika kesadaran manusia. Saat manusia tidur maka alam semesta menjadi ghaib baginya dan saat manusia bangun alam semesta menjadi realitas baginya. Namun bagaimana jika manusia bangun ?. Apakah alam semesta menjadi realitas terus bagi dirinya. Ternyata tidak juga. Saat manusia bangun pun, saat manusia sadarpun alam semesta tetap dapat menjadi realitas ataupun menjadi ghaib, tergantung apakah dia mau meng on kan atau meng off kan kesadarannya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali