Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali


Hasil gambar untuk siklus matahari
Kisah ini bermula dari perjalanan Dewi Ayu Sekartaji, dia berjalan dari Blambangan untuk kembali menghidupkan Panjalu, suatu proses berat yang diamanahkan kepadanya dari mendiang kakeknya di Kretegan ketika dia sedang bermunajat dalam setiap titik asih yang mendampinginya.

Siapa dia mendapat emban yang menjadi cikal bakal dalam kembali menelusuri Panjalu, sedangkan Medang taka da dalam bayangannya. Hingga suatu hari, dalam diamnya di pertapaan dalam mengasingkan diri, sang putri bertemu dengan kakeknya yang menjadi Hyang Agung dari adipate luhung di Panjalu.

Titah itu tidak mudah, tetapi bagi diri yang merasa lemah itu terasa semakin berat. Berbeda bagi yang kuat, itu menjadi ringan dan tidak membawa kecemasan dalam perjalanannya.

“Ingkang sati rayi dumadi panca warna di Girimukti. Nastiti mawarni di kati yani ingkang rayi, raka bitung Hyang Agung.”

Dewi Ayu termenung, dengan Namanya yang selalu mengalun, dia bertempur antara mampu atau mundur.

“Nista narti raya pati,” tegasnya dalam mimpi yang seperti tak ingin berhenti.

Seumpama langit terbelah, akankah aku dapat menyelesaikan titah? Renung Dewi Ayu.

“Sebelum langit terbelah, engkau mampu menyelesaikannya tanpa mesti menanggung malu dan nestapa di Umbul Walu. Ringan dan berat itu hanya ada dalam anganmu,” jelas kakek yang mengaku Hyang Agung.

Seketika Dewi Ayu mengerti, maka ia pun pergi, tanpa mesti pamit pada Rakeyan Inukertapati. Dia pergi membawa misi, mewujudkan keinginan Hyang Agung dalam misi menjadi penerus kakeknya membangun Panjalu.

Seumpama itu diketahui oleh Kertapati, maka cerita pun akan menjadi hulu hilir dalam kisah tak berarti.



+++

Hari masih  hujan. Tampias air nampak mulai muncul di plafon. Memberikan warna kusam. Cat terkelupas dan meninggalkan rasa dingin. Hhh... kemarin belum lama panas terik membakar. Kini dingin menyelimuti ruangan. Rasanya lupa bagaimana rahsa panas itu sendiri. Kemarin juga belum lama kehangatan demikian kental terasa. Kini dingin membekukan tulang. Nyaris malam ga bisa tidur saking dingin nya.

Demikianlah kehidupan manusia. Baru kemarin bercanda tawa dengan keluarga. Harta berlimpah dan semua tidak ada masalah. Seperti berlalunya musim semi berganti dengan musim dingin. Hanya airmata dan dingin di dada yang menyesak. Menggumpal dan menyekat. Meninggalkan sakit yang sangat lama. Yah.. canda dan tawa itu semua sudah hilang. Sudah tidak ada hanya tinggal kenangan.

Demikianlah kisah para Raja dan juga kisah lainnya. Kisah yang akan selalu ada dikesadaran manusia. Kisah Panjalu yang menyisakan kepedihan sebab luluh lantah, hancur akibat perang. Perang yang memperebutkan ego semata. Lantas ada apa dengan kehidupan ini? Mengapa kisah tersebut seperti Nampak diulang kembali. Lihatlah euphoria Para raja dan ratu yang ingin eksis kembali di bumi Nusantara ini. Mereka tanpa rahsa malu melakukan klaim bahwa diri mereka adalah raja sesungguhnya dari tlatah Nusantara ini. Ada apa dengan semua ini? Ada apa dengan kehidupan mengapa silih berganti seperti iklim di Bumi?

Tidak hanya malah ratu dan raja, masalah kehidupan juga sama saja. Silih berganti masalah demi masalah, suka dan duka terus bergantian menyambangi. Tidak peduli siap atau tidak. Sebagaimana hujan akan turun sesuai perintah Tuhannya. Tidak peduli manusia siap atau tdk. Hujan patuh dan semestinya mereka patuh. Lihatlah peredaran siklus ini. Siapakah yang mengaturnya? Jika hujan dan panas datang karena sebab diperintahkan oleh Dzat Yang Mengatur nya. Maka bagaimana manusia menyikapinya?

Maka bagaimana pendapatmu jika memang sudah saatnya diturunkan ratu yang sebenarnya?

+++

Kemunculan para ratu, para wali, para nabi, kemunculan utusan akan selalu diiringi gegap gempita alam semsta dan ributnya alam dimensi. Semua alam akan kacau balau kebingungan menetapi kejadian ini,  sehingga kesadaran manusia sulit membedakan lagi mana ratu yang abal-abal dan mana ratu yang beneran. Kemunculan Nabi Muhammad juga dibarengi denga kemunculan nabi-nabi palsu. Memang demikianlah alam sedang menyamarkannya. Maka semisal itulah musibah2 yang datang kepada manusia2.

Musibah itu datang karena ada yang memerintahkannya. Mereka patuh atas perintah itu dan sudah seharusnya mereka patuh. Maka respon apa yang semestinya manusia2 lakukan dalam menyambut datangnya musibah? Maka respon apa yang seharusnya manusia lakukan dalam menyambut musim hujan ini? Orang yang yakin bahwa siklus itu diperintahkan Allah dan diatur Allah.  Maka pada saat pergantian siklus orang ini akan berkata. "Semua datangnya dari Allah dan akan kembali ke Allah"

Maka apakah beriman itu sulit? Apakah iman itu? Maka Allah mencirikan orang beriman adalah.... 

"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali)." [Al-Baqarah 2:156]

Marilah uji... seberapa banyak saat kita ditimpa musibah. Menyadari bahwa musibah itu datangnya dari Allah. Kemunculan para raja dan ratu adalah musibah kesadaran. Menjadi keprihatinan bersama? Apakah mudah meyakini bahwa sebenarnya bukan salah orang itu tapi semua memang kehendak Allah? Luar biasa sulitnya..Mengimani bahwa semua datangnya dari Allah itu sulit sekali. Iman kepada Allah itu sangat sulit. Selama diirnya masih menaruh dendam dan amarah selama itu sebenarnya cacatlah keimanan nya. Dia tidak beriman.

Selama diri terus menyalahkan segala sesuatu diluar dirinya yang dianggapnya sebagai sumber kesulitan2 hidupnya maka sebenarnya dirinya belum BerIMAN.  Allah mendatangkan musibah utk melihat respon manusia. Apakah respon nya adalah dengan kesadaran utuh berucap "Inalillahi wa Inalillahi rojiun". Atau sebaliknya.... sederhana pengajaran Allah ini.  Inilah output sistem Pengajaran Kami.  Maka jika output ini tidak tercapai Kami akan terus mendatangkan materi2 baru untuk diajarkan dan nanti diujikan. Tentu saja sama saja namanya musibah2 juga.

+++

Manusia mungkin akan berusaha menghindari musibah dengan kemampuan akalnya. Ketahuilah bahwa musibah itu datang dslam diam menunggu saat kelengahan manusia. Menuju titik terlemah manusia. Bagaimana manusia mampu menghindar dr musibah.  Pada saat manusia terbuai dan terlena dalam kehidupan dunia maka saat itulah musibah datang bagai air bah. Pada saat manusia memuja akalnya disaat itulah musibah.

Sebenarnya musibah itu datang setiap hari dalam intensitas yang kecil2. Sebagaimana gempa di Indonesia. Harapan nya dengan musibah2 kecil manusia langsung mendapat output dr pengajaran Kami. Jasmani akan tenang kalau kebutuhan makanan terjamin maka butuh harta, kebutuhan sahwat terjamin maka butuh wanita, dan kebutuhan eksistensi diri terjamin maka butuh tahta. Kebutuhan yang wajar saja sebagai makhluk jasmani.

Kebutuhan jasmani berbeda dengan kebutuhan ruhani bahkan bisa bertentangan.  Ketenangan ruhani misal jika asupan makanan terjaga dengan baik. Jangan makan yang haram. Ketenangan jasmani kalau ada asupan makanan. Jika tdk ada maka jasmani akan mlintir kanan kiri. Maka jasmani tdk peduli mau haram atau halal. Titik dimana kebutuhan jasmani menguasai kesadaran mengesampingkan  kebutuhan ruhani inilah yang disebut ter cover. Maka dibutuhkan latihan menempatikan lokus kesadaran. Atau latihan mengelola Ba. Yaitu lokus dan fokus.

Jika lokus kesadaran ditempatkan pada pemahaman bahwa manusia sejatinya adalah makhluk ruhani maka kebutuhan ruhani akan menjadi skala prioritas pertama. Pijakan pengambilan keputusannya akan didasarkan kepada ruhani ini. Berlatih menempatkan lokus menjadi sangat krusial utk membedakan mana manusia mana bukan meski wujudnya sama2 manusia.

Ketika manusia menempatkan lokus kesadarannya kepada jasmaninya sehingga kesadaran nya tdk memahami hakekat dirinya sendiri sebagai makhluk ruhani maka hilanglah sifat makhluk ruhani nya. Dia jatuh sebagai makhluk jasmani. Apakah makhluk jasmani? Adalah makhluk2 yang hanya mengumbar sahwatnya semata. Lebih rendah dari binatang sendiri.  Binatang ternak hanya makan dan minum secukupnya. Kemudian binatang berbagi. Manusia makan sekenyang2nya dan menumpuk makanan dirinya  tdk rela berbagi kepada lainnya. Ironis sekali

Parameter harta tahta dan wanita menjadikan manusia makhluk2 jasmani. Lebih penting mana bagi manusia apakah kebutuhan jasmani atau ruhaninya. Maka pilihan ini akan menentukan siapa sesungguhnya dirinya itu.

Pertanyaan menggelitik. Apakah manusia tahu kebutuhan ruhaninya?

Hmmm.... butuh ribuan tahun bagi manusia utk memahami kebutuhan ruhani nya.  Maka bagi yang sudah memahami kebutuhan ruhaninya ini.. insya Allah dirinya sudah terbebas dari kebingungan dikotomi ini.  Tidak penting baginya dunia atau akherat. Ruhani nya hanya butuh Allah saja.  Ya makhluk2 ruhani hanya butuh Allah saja.  Benarkah?

Kita anggap ruhani butuh aneka rapalan dan doa doa. Hapal ribuan ayat dan hadis. Maka kepada ruhani dibacakan aneka rupa bacaan. Dianggap nya ruhani sebagaimana makhluk Sin lainnya yang bisa dikenyangkan dengan dupa. Dipuaskan dengan mantra2 dan doa2.  Tidak ruhani manusia tdk sebagaimana yang manusia pikirkan.

Ruhani manusia adalah sifat ketuhanan atau citra Tuhan yang dititipkan didalam diri mamusia. Dia disebut sebagai Ruh AKU. Inilah sejatinya manusia. Sifat ketuhanan yang implementasi nya menjadi kemanusiaan. Sifat kemanusiaan adalah sifat ketuhanan itu sendiri.  Apakah kemanusiaan?  Kemanusiaan adalah sifat yang timbul dari emphaty. Bukan dari akalnya.

Empathy tdk mempersoalkan benar dan salah. Kaya dan miskin. Emphaty muncul begitu saja atas terjadinya musibah atau ketidakadilan. Gerak yang narural. Tanpa memperhitungkan lainnya. Demikian pemahaman terus melingkar dan berputar-putar. Semakin paham satu semakin banyak yang tdk tahu. Sehingga manusia kemudian berhenti hanya diam pada apa apa yang diketahuinya berbangga2 dg ilmunya. Membentuk mahzab dan juga kelompok ilmu. Manusia bangga menjadi penguasa kecil disana.

Apakah ruhani butuh semua itu?  Manusia pada umumnya fokus pada kebutuhan jasmani padahal jasmani semakin tahun semakin menua dan kemudian mati. Sementara ruhani akan terus hidup selamanya.  Bagaimana jika kebutuhan tidak terpenuhi? Bagaimana jika kebutun makan jasmani tidak dipenuhi dalam beberapa hari? Maka demikian halny kebutuhan ruhani jika tidak dipenuhi.

Adakah yang sudah melatih lokus disini? Yang butuh Allah adalah ruhani bukan jasmani.  Jasmani lebih butuh Ilah daripada Allah. Maka bedakan kebutuhan keduanya. Perjuangan melatih keyakinan bahwa apapun yang masuk ke dalam ingatan manusia adalah asalnya dari Allah. Semisal wa, semisal tagihan, semisal khabar buruk, semisal amarah, luapan kebencian dan sakit hati. Apapun itu bentuknya. Adalah perjuangan IMAN. Perjuangan mendamaikan hati dan pikiran.

Coba jika mendadak datang khabar fitnah yang datang. Respon yang muncul adalah self defense mencari pembenaran, mencari dukungan dsb dsb. Sebuah mekanisme yanf nampak nya wajar saja. Ketika lokus kesadaran adalah ruhani. Maka reflek tubuh akan otomatis berkata "Ini datangnya dari Allah dan akan kembali kepada Allah". Keyakinan utuh dan diirnta langsung menhadap Allah bertanya kepada Allah.

Beda orang beriman dan terkover nyatanya sangat tipis. Ketika datang khabar kepada orang beriman maka reflek orang beriman akan otomatis memahami "Ini datangnya dri Allah".  Orang tercover akan sibuk mencari cari kesalahan dan juga pembenaran agar dirinya terbebas dr semua fitnah.

Ujian kecil biasanya dr energy kata di medsos atau keseharian. Repson self devense akan luar biasa. Hawa bergejolak di dada. Mengambil alih kesadaran. Misal dr perkataan 'Kafir' atau 'Anjing' atau semisal kata kata lainnya.  Allah ingin memberi tahu kepada diri kita kondisi jiwa kita sebenarnya maka kata kata itu rasanya bagai palu godam. Hawa panas berputar. Pikiran terus mencari cara membalas dendam. Mencari alternatif solusi agar tubuh nyaman kembali.

Pembahasan yang di ilmu scientist adalah hal biasa saja. Misal ketika disebut Vagina, Penis semisal menyebut mata telinga kaki, jantung, dll. Pikiran sudah kacau kemana2. Tabu jorok ga tau diri dsb dsbb.  Ada apa dengan Ingatan manusia?  Apakah isi kepala manusia?  Bagaimana kondisi jiwa manusia sebenarnya?  Allah mendatangkan sentilan dan usikan melalui orang2 yang mengirimkan kata kata tsb. Ketika respon diri luar biasa amarahnya dg usikan tersebut kemudian lepas kontrol apakah yang membedakan diri kita dg yang lainnya?

Ngaji rahsa adalah mengkaji dan mengamati rahsa yang menjadi daya gerak manusia merespon suatu kejadian. Apakah rahsa ini sudah pas.. sudah benar. Apakah kalau dikatain Kafir kita harus angkat pedang? Lha kalau kata Allah ternyata kita ini memang Kafir mau apa?  Apakah saya harus tersenyum ketika dikatain pesek? Atau harus marah2?

Haruskah saya berharap.  Berharap orang2 itu menipu diri saya. Mengatakan saya mancung dan ganteng. Apakah saya lebih suka ditipu? Apa yang salah dengan pesek? Yang salah jika tdk berfungsi saja. Betapa sulitnya manusia menerima kenyataan bahwa dirinya itu pesek. Betapa sulitnya manusia menerima kenyatasn bahws pada dasarny diirnya masih Kafir.  Mengaku bahwa diri ini masih kafir apakah akan menyebabkan kekafiran?

Justru menurut sy adalah sebaliknya ketika diri tdk mengakui bahwa diirnya masih tercover sesungguhnya dia dalam keadaam tercover. Cover itu penting dan sangat perlu. Harus ada cover antara makhluk dengan Allah. Kenapa jika tdk ada cover maka gunung-gunung juga akan hancur lebur. Yang tidak boleh tercover adalah perubahan itu sendiri. Jangan menutup diri utk berubah. Jangan menutup diri dari petunjuk Allah. Sebab Allah berkehendak utk memasukkan suatu ayat dan atau menghilangkannya dlm ingatan manusia.

Maka jangan malu jika diri masih tercover Sebab kadang diri ini masih tidak mau berubah. Diberikan tanggung jawab besar malahh ketakutan. Manusia diminta berubah seiring dg perubahan lingkungan disekitarnya. Manusia harus mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Lingkungan ini akan terus dipaksa berubah oleh Allah. Dahulu kita kaya sekarang miskin. Dahulu hidup damai dengan keluarga sekarang joblo gak jelas status nya.

Meskipun lingkungan real tidak beruubah namun lingkungan spiritual berubah... dahulu tenang sekarang mudah terbawa emosion. Dahulu emosian semarang justru tenang... kondisi silih berganti... tidak ada yang tetap. Perubahan itulah yang tetap. Mengapa kata kata sekarang mudah membakar jiwa? Ada apa?  Mengapa melihat tingkah laku orang yang tak sama dan tidak sepaham dengan kita menjadi naik kepala? Bukankah layaknya manusia berbeda-beda?

Mengapa mudah sedih dan gampang menangis namun dibalik itu juga mudah tersulut amarah. Mudah jiws bergolak? Usikan satu sms atau satu wa mampu merubah seluruh tampilan jiwa manusia. Inilah energi kata. Setiap energi kata adalah usikan utk menunjukan benarkan jiwa kita telah tenang. Atau seperti air tenang namun dalamnya arus luar biasa derasnya. Seperti nya saja jiwa saya tenang. Tersenyum... mampu menahan diri. Tapi bemarkah? Allah akan menguji dan mengusik di jiwa ini. Menunjukan bahwa tenang jiwa masih hanya dipermukaan saja.

Maka jangan salahkan yang mengirim wa atau usikan. Sebab dia hanya perantara Allah saja. Inilah kajian rahsa... kajian simbolisasi, benarkah rahsa tenang itu nyata? Butuh latihan bertahun-tahun lamanya... dalam keseharian dalam kesibukan. Membuang penyebab rahsa yang memunculkan gelombang. Mengembalikan rahsa yang kita punya. Inilah hakekatnya.  Kalau ada amarah... maka katakanlah bahwa marah itu milik Allah. Maka kembalilah kepada Allah

Allah yang mengajari dalam kehidupan sehari-hari. Inilah uniknya  pengajaran. Pertama, Tuhan ingin menunjukan masih adanya arus deras di dalam jiwa. Kedua, Tuhan ingin menunjukan bahwa setiap apapun yang hadir baik yang diinginkan atau tidak kita inginkan itu adalah kehendak Nya. Ketiga, setiap sesuatu yang hadir adalah materi pelajaran hikmah.

Paling luar biasa adalah usikan nya ternyata mengusik raksasa tidur di jiwa. Sehingga kemudian mengelola raksasa  yang mengamuk ini demikian menyiksa. Konsep paradoksal masih sangat sulit sekali diterima akal sehat manusia. Mengakui bahwa dalam diri manusia ada unsur ketakwaan dan unsur kefasikan masih sangat berat. Apalagi menerima kenyataan bahwa dalam tubuh manusia ada IBLIS dan Malaikat. Manusia akan mengingkari sang Iblis ada dalam dirinya.

Yah...setiap saat IBLIS di diri saya ingin selalu eksis menunggu kesempatan baik. Inilah kenyataan sebenarnya. Apakah berani berkawan dg Iblis? Hhhh…

+++

Sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia. Hadist yang sangat fenomena. Bermanfaat dan dimanfaatkan adakah yang berbeda? Seringkali manusia merass terjebak dalam pemahaman ini. Dirinya merasa dimanfaatkan oleh orang lain.  Orang yang bermanfaat sangat dicintai Allah. Apakah sama orang yang dimanfaatkan ilmunya dan orang yang bermanfaat dengan ilmunya?

Bentuk perbuatan nya adalah sama saja. Misal saya memberikan ceramah atau memaparkan ilmu BiSMi. Orang seakan akan melihat diri saya adalah orang yang bermanfaat dengan ilmu tersebut. Benarkah? Coba bedah pikiran dan hati nya. Akan nampak disana ketika saya di manfaat ilmu saya atau saya memang orang yang bermanfaat. Sama halnya akan sangar terlihat sekali manakala orang itu dimanfaatkan oleh ilmu agamanya dengan orang itu memang bermanfaat dg ilmu agama yang dimiliki nya.

Ketika seseorang dimanfaatkan ilmunya maka dirinya akan melakukan klaim bahws ilmu itu milknya. Dirinya akan meminta penghormatan yang berlebihan dg hapalannya dengan kecerdasannya dan dg segala ilmu yang disandangnya. Dirinya lupa bahwa semua ilmu milik Allah. Dimanfaatkan dan bermanfaat adalah makom yang berbeda lokus dan fokusnya. Berbeda Ba diantara para pelakunya. Dan itu berlaku didimensi apapun itu. Awalan di dan awalan ber juga me.

Namun di dan me adalah satu tempat yang sama. Satu kejadian yang sama. Satu perbuatan yang sama. Dan yang membedakan adalah sudut pandang atau mindset atau Ba masing-masing. Lokus dsn fokus keduanya berbeda sekali. Dan semua itu adalah rahasia setiap manusia dg Allah. Demikianlah paradoksalitas. Kelihatannya saja orang bermanfaat dg ilmunya namun belum tentu bagi Allah. Bisa jadi dirinya justru orang yang dimanfaatkan oleh ilmunya.

+++

Demikian yang mendera dan menerpa Dewi Ayu Sekartaji pembelajaran dan kisah hidupnya bagai sebuah kisah melodrama yang menggiriskan alam semesta. Kisahnya untuk kembali ke Panjalu menyatukan Panjalu di Jawabarat dan Kediri menjadi kisah yang kemudian menguburnya dalam kisah misteri.

Sekian lama perjalanan, Dewi Ayu menemukan jiwa yang seungguhnya, adapun Kertapati dan Panjalu, sebagai rangkaian perjalanannya menemukan jiwa yang sesungguhnya. Bagaimana jejak selanjutnya? Lihatlah pada setiap jejaknya yang akan dibawa pada rasa-rasa jiwa dalam menentukan niskala dan arjuna. Sawangdewa dalam Aryupada, menjadi saksi perjalanan Dewi Ayu Sekartaji yang merajut rangkaian mimpi bertemu Hyang Agung dalam mimpi atas restu Hyang Widhie.

TAMAT


Komentar

  1. Subhanallah...
    Terima kasih telah mengingatkan kembali jiwa yg terkover ini.

    BalasHapus
  2. Innalillahi wa innailaihi Ra jiuun....
    La haula walaaa quwwatta illa billahil aliyyil adziim

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Ikut tergugah jiwa ini, menyimak kisah-kisah blog ini. Pengen ngobrol sama tuan rumah jadinya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)