Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Api Yang Kehilangan Sinar

Gambar
Tuliskan saja kenangan wahai tuan Bidadari kecil dengan sayap menjuntai Hantarkan  mutiara dan marjan Tuliskan saja ingatan wahai tuan Daun ranting dan pepohonan Hantarkan buah ranum bertetes embun Tuliskan saja amalan wahai tuan Lihatlah dari muka dan belakang Wajah hitam legam berkain sorban Merubah tanah  menjadi darah dan nanah Tuliskan saja permintaan wahai tuan Kami datangkan buah kuldhi sebagai hantaran Lengkap dengan irisan jeruk nipis diatasnya Tak lupa toping madu dan susu terbaik dari selatan Bilakah engkau tuliskan wahai tuan Sementara malam beranjak kelam Dan api telah kehilangan sinarnya    Bekasi, 24122017

Kisah Spiritual; Melacak Jejak Orang Atlantian (1)

Gambar
H anyut sudah sapa dalam pusaran waktu. “Selamat pagi Indonesiaku”. Demikian selalu tegur sapa mengawali hari-hari. Kemudian dalam penantian yang terus saja membelenggu. Berjuta kenangan bermain dalam ingatan. Tentang kejayaan. Tentang sebuah perjuangan. Tentang kesakitan. Tentang kerinduan dan tentang kehampaan. Berjalan bagai kelopak mayang yang terbawa angin. Menyusuri lautan, menggenangi parit dan coberan. Bersama burung hinggap di dahan. Bersama angin menyusuri padang-padang, gurun-gurun, dan juga ilalang. Benarkah itu hanya kenangan. Sebuah negri yang telah hilang. Indonesiaku. Dahulu atlantian namanya. Kini yang tersisa hanya dalam buku-buku puisi sebagai puji-pujian. Telah diuraikan semua harap. Semua semangat. Tentang negri ini. Masih saja tersisa bergumpal perasaan. Ah, sungguh terlalu. Jika muara waktu adalah rindu. Dan jika muara syahdu adalah saru. Sementara haru telah menjadi paku. Membatu. Kemanakah langkah harus mencari jejak rindu. Jejak Ibu tidak ada yang tahu.

Kisah Spiritual; Dentuman Ghaib Di Kampung Kuta

Gambar
M enanti di ujung waktu, bersama senja biru yang menjadi ungu. Tidakkah penantian ini menjadi luapan ragu? Kekhawatiran sebab kerinduan menjadi dasar pengharapan. Sementara saatnya nanti jika takdir mempertemukan,  kegembiraan disaat perjumpaan hanya akan menjadi satu  penyebab atas serangkaian kedukaan. Musibah tentu saja tak diharapkan.  Bagaimana menjelaskan? Misteri Harisbaya membawa para kesatria dalam sebuah perjalanan spiritual. Mulai dari Panjalu, Kawali, Karang Kamulyan, hingga berhenti dan berdiam dua hari di Karang Paningal. Kampung Kuta sebuah kota kerajaan yang di tinggal. Menyimpan misteri. Menghayal kemudian menangis. Dalam sebuah penghayatan. Kesedihan selalu saja membawa darah ini mendidih. Kisah masa lalu yang terpenjara. Kisah yang tidak mungkin diangkat ke layar kaca. Kisah dibalik kejayaan para putri dan para raja istana. Kisah yang selalu menyisakan tanda tanya. Sebab apa harta, tahta dan wanita tidak membuat mereka bahagia? Konon kampung ini adalah bek

Kisah Spiritual, Bangkitnya Portal Kesadaran (2)

Gambar
  K isah ini kembali menagih janji. Meski tak disukai dan selalu dihujat sana dan sini, namun apalah arti jika demi untuk sebuah negri. Siapakah yang akan berdiam diri jika Ibu Pertiwi disakiti. Siapakah yang akan berpangku tangan sementara tanah ini menyimpan rindu dan dendam. Jangankan kalian kami juga akan meradang, berlari menerjang meski  luka pedih perih. Kejayaan negri ini tinggalah selangkah lagi. Sebuah pertaruhan keyakinan atas orang-orang yang tidak peduli menyoal eksistensi bangsa ini. Jatidiri sebagai bangsa yang berjiwa, bangsa Jawa yang telah menghantarkan peradaban Nusantara, tidak boleh terlupakan. Jangan dianggap bahwa kisah ini adalah sebuah alibi atau kisah ini semisal modus untuk mencari belas kasihan. Mencari ongkos jalan sambil mencari recehan sekedar untuk menopang hidup. Demikian kenistaan yang dialamatkan. Sungguh dengan mudahnya Kami akan hilangkan harta bendanya. Siapakah yang menjamin rejeki? Apakah kalian? Bukankah seluruh makhluk yang melata dimu