Kebaikan Diantara Kebenaran

Konsepsi Kebenaran
Masih melanjutkan bahasan pada Kajian 2; Hampir semua golongan menyatakan kebenaran akan ajarannya. Kebenaran akan tindakannya. Islam sendiri dengan tegas menyatakan  kebenaran atas dien-nya. Pernyataan ini membuat gerah sebagian penganut agama lainnya. Pernyataan dalam al qur’an yang meng-kafir-kan orang dan juga sebagian golongan atas golongan lainnya; di klaim sebagai pernyataan yang memicu perselisihan dalam memperebutkan klaim kebenaran. Siapa benar dan siapa salah. Siapa kafir dan siapa muslim. Kemudian berkembang menjadi siapa kuat dan siapa lemah. Kebenaran kemudian menjadi identik dengan kekuatan. Akhirnya dengan ‘kebenaran’ model seperti ini , setiap kelompok menyusun kekuatan untuk mendukung produk ‘kebenaran’ tersebut. Maka munculah pemerintahan dan kelompok-kelompok ‘egaliter’ dengan kekuasaan model seperti ini. Benarkah sejauh itu..?.

Kebenaran hakekatnya berada dalam dimensi keyakinan kita, sementara hakekat  keyakinan dapat bertumbuh seiring  dengan; dan merupakan resultan atas  ilmu-ilmu yang dicapai. Ilmu diperoleh dan berkembang atas dasar  referensi, obeservasi, pengamatan, meditasi, kontemplasi, dan serta keseluruhan aspek yang baik sengaja atau tidak telah melatih instrument ketubuhan kita.  Konstilasi tersebut membuat kita menjadi paham, dipahamkan, disadarkan atas sesuatu hal. Atas kebenaran itu sendiri. Keunikan  nilai Kebenaran; adalah dikarena keberadaannya yang senantiasa selaras dengan hati nurani; selaras dengan keyakinan  dan atau selaras dengan fitrah manusia itu sendiri.

Jika konsep kebenaran sesungguhnya  selaras dengan hati nurani dan fitrah manusia, bagaimana menjelaskan;
Konsep kebenaran seperti apakah yang di perebutkan, dan  yang di klaim..?
Mungkinkah bentuk-bentuk kekerasan atas nama agama (di televisi) adalah sebuah konsep kebenaran..?.
Benarkah kebaikan yang ditampilkan  (di televisi) adalah sebuah  konsep kebenaran..?.
Apakah masih dapat disebut kebenaran jika   tidak   memiiliki nilai  kebaikan..?.
Lantas mengapa setiap orang dan setiap golongan ingin merasa benar..?.
Mengapa begitu enggannya diri kita menyatakan kalau kita salah..?.
Dimanakah dimensi salah dan benar ..?
Mengapa orang kemudian menjadi begitu bangga jika dirinya benar..?. Hingga berbangga-bangga dengan ‘kebenaran’nya..?. berikut berbangga-bangga dengan golongannya, dengan nenek moyangnya..?.
Begitu berharga dan bernilaikah ‘kebenaran’ tersebut, hingga manusia memperebutkan dengan segala daya dan upaya mereka..?.
Dan lain-lain, dan lain-lain…???

Kebenaran yang dipertanyakan..(?)
Masih banyak pertanyaan.; maka meski kita kumpulkan seluruh manusia dan seluruh kitab untuk membahas ‘kebenaran’ perihal sesuatu; yakinlah itu, tidak akan menghentikan manusia untuk mempertanyakan hal ihwal  ‘kebenaran’ tersebut. Sekali lagi,. Sekali lagi dan lagi..!, dan mereka dengan suka cita bertanya lagi, mempertanyakan itu lagi, tidak akan berhenti. Sebelum lawan biacara mereka mengalah atau mengakui akan ‘kebenaran’ produk ‘ego’ mereka.  Mereka selalu berupaya agar semua manusia mengikuti ‘kebenaran’ mereka. Inilah pola kerja ‘akal’ mereka.

Nah, bagaimana kesudahannya ketika ‘kebenaran’ produk manusia berhadapan dengan berita ‘kebenaran’ berdasarkan wahyu illahi..?. Al qur’an kemudian meng-kisahkan bagian tersebut. Bagaimana kaum Ad, kaum Luth, kaum Nuh, Bagaimana kaum Israel,  serta para  para ahli kitab, dan lain-lainnya. Bagaimana  kesudahannya, dan bagaimana dengan perilaku mereka, kesadaran mereka, keyakinan mereka, dan bagaimana kita melihat akhir dari  ‘kebenaran’ dalam konsepsi mereka; dan bagaimanakah tingkah polah mereka; yang bersunguh-sungguh; mempertaruhkan hidup dan mati, dalam menantang ‘kebenaran’ wahyu yang di bawa para nabi dan rosul..?.  Bagaimana saat dengan kepongahan mereka meminta diturunkan azab dan minta disegerakan kiamat, dan lain sebagainya, dan  sebagainya. Sungguh sekarang kita dapat membaca kisah-kisah itu.

Jika kita kaji dengan hak, ternyata pola berfikir kaum yang diceritakan oleh Al qur’an tidak saja menjadi monopoli kaum-kaum terdahulu, namun pola tersebut telah merambah; menjadi perilaku yang berlaku umum.;  menggejala dari dahulu hingga kini.  Menjangkiti semua lapisan masyarakat, di seluruh level strata sosial, dalam setiap peradaban dan setiap generasi. Pada setiap agama, bahkan dalam tatanan masyarakat Islam sekalipun. Pola berfikir kaum Ad, kaum Luth, kaum Nuh, kaum Yahudi, dan kaum  ahli kitab, dan kaum yang menentang lainnya;  telah menjadi virus bagi seluruh umat manusia. Menjadi virus bagi umat Islam.. Maka apakah kisah yang di ceritakan Al qur’an hanyalah dongengan saja..?.

Maka perhatikanlah ; Al qur’an mengajarkan kepada kita; berjalanlah di permukaan bumi dan pelajarilah bagaimana kesudahannya apabila suatu kelompok/kaum  memiliki pola berfikir ; sebagaimana kaum-kaum yang di kisahkan oleh Al qur’an. Sebuah kepastian akan datang kepada mereka, azab yang pedih dan neraka. Itu yang Al qur’an ingin sampaikan kepada kita. Maka kita meski belajar dari kesalahan kaum-kaum terdahulu yang sudah di sebutkan jelas-jelas , sebab dan akibatnya. Mereka adalah kaum-kaum yang mengelola ‘kebenaran’ berdasarkan nafsunya sendiri.

Bagaimana memahaminya.?. Dalam posisi mereka; sebenarnya mereka sendiri tidak merasa berada dalam kesesatan itu.  Mereka melihat baik perbuatan yang buruk. Lha bagaimana bisa begitu..?. Disebutkan ternyata mereka adalah orang-orang yang sombong, yang dengan kesombongannya tidak pernah mau memperhatikan ‘kebenaran’ dari Al qur’an. Semua di kisahkan, agar menjadi pelajaran bagi kita, agar kita mau berfikir. Maka jika kita kaji lebih dalam fenomena-fenomena tersebut yang terpampang di layar kaca dan keseharian kita ; begitu nyata tergambarkan , begitu dekat kisah-kisah Al qur’an dalam keseharian kita. Tinggal bagaimana kita memaknai dan mengambil sikap serta hikmah dalam setiap kejadian yang di tampilkan di televisi atau media lainnya, atau mungkin di dalam keseharian kita.

Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yang sombong. Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Apakah yang telah diturunkan Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Dongeng-dongengan orang-orang dahulu."  (ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikit pun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu. (QS; An Nahl ; 22-25 ).

Apakah yang kita lihat dalam tayangan televisi adalah cermin dari pola dan cara berfikir seperti itu..?. Walohualam..!.
Maka karenanya, kemudian saya memaknai bahwa Yahudi hakekatnya adalah sebuah trend gelombang pemikiran, sebuah cara dan pola berfikir manusia. Efek dari kesombongan manusia yang mencoba mencari  ‘kebenaran’nya sendiri, tidak mau  tunduk kepada ‘kebenaran’ wahyu. Ketika wahyu tidak berpihak kepadanya maka dia dengan sekehendaknya merubah ayat,, merubah tafsirnya sehingga menjadi sesuai atau disesuaikan dengan kepentingan ego mereka. Kebenaran mereka tidak pernah diselaraskan dengan hati nurani. Tidak pernah mereka hadapkan kepada Allah, kepada wahyu. Kebenaran yang hanya berlandaskan ‘anggapan’ atau ‘persepsi’ saja. Mereka menganggap kisah dalam Al qur’an hanyalah dongengan, mereka tidak mau mengambil ‘hikmah’ yang diajarkan di dalam kisah-kisah tersebut.  Inilah  cara dan pola berfikir ‘menggampangkan’ ‘mau enak sendiri’; karena kesombongan mereka itu, yang tidak mau tunduk kepada ‘kebenaran’ wahyu..

Akibatnya sudah bisa ditebak muncullah perilaku sebagaimana orang-orang,/ kelompok atau kaum yang ada dalam kisah-kisah Al qur’an. Inilah hukum kepastian Al qur’an. Sehingga sangat mungkin sekali pola dan cara berfikir orang-orang Yahudi sudah menjadi ‘virus’ yang  mulai menjangkiti umat muslim.  Sehingga tampilan mereka menjadi ‘gahar’ dan senantiasa memaksakan kepada orang lain ‘kebenaran’ yang dipahami mereka, kepada golongan lainnya. Marilah kita saksikan ‘totontan’nya melalui ‘layar’ kaca saja.

Faktanya saat sekarang dapat kita lihat disekeliling kita dan juga dalam kelompok Islam itu sendiri.  Dalam masyarakat Islam, di Libya, di Mesir, di Irak, Afganistan, di Inonesia dan juga di tempat-tempat lainnya. Bagaimana para pemimpin-pemimpin mereka.  Maka berjalanlah dan saksikanlah; di seluruh permukaan bumi; bagaimana kesudahannya, jika manusia memiliki pola dan cara berfikir sebagaimana orang-orang ‘sombong’ yang di kisahkan Al qur’an, bagaimana perilaku mereka, bagaimana penentangan mereka, bagaimana kesombongan mereka. Semua itu menjadi bahan pelajaran buat kita semua, agar kita senantiasa introspeksi diri.

Setiap perbuatan manusia sangat tergantung kepada hati; apa-apa yang di rahasiakan , yang menjadi niat dalam melakukan ‘aksi’nya. Hanya dia dan Allah yang mengetahui. Ketika kita melihat tampilan di layar kaca sulit bagi kita untuk mengetahui ‘niat’ mereka untuk apakah; Betulkah karena alasan membela kepentingan  ‘kebenaran’ wahyu atau hanya untuk membela kepentingan mereka sendiri ?.. Allah telah memperingatkan dengan tegas dan mengancam kepada setiap pelaku ‘aktor’ yang terlibat di dalamnya, apa akibatnya jika mereka hanya menuruti hawa nafsu mereka saja. Apalagi mengatas namakan Islam, mengatas namakan ‘kebenaran’ Islam. Allah maha tahu isi hati mereka.   Maka selanjutnya, jika kita melihat tontonan tersebut, sebaiknya kita kembalikan semua pada Allah. Dengan senantiasa memohon kepada ampunannya.

“Lha..Jangan-jangan saya pun terjangkit strain virus ‘kesombongan’ model seperti itu”. Waduh…?!?. ”.  Astgfirulloh hal ‘adzhiem.

SEKIAN
Maka kebenaran seperti apakah yang kemudian kita perjuangkan…?.
Apakah kebenaran kemudian membawa kebaikan ?.
Apakah kita telah merasa seperti nabi Ibrahim atau nabi Khidir yang memahami hikmah ‘kebenaran’..?....Sehingga kemudian kita dengan ‘sombong’nya berani menghilangkan nyawa manusia…?.  Bagaimana menjelaskan ini...?. Bersambung !.

Wasalam
arif

Komentar

  1. ijin copas kang, dan saya selaraskan seperlunya. suwun

    www.akarasa.com

    BalasHapus
  2. Mereka sibuk meributkan cangkang tanpa memperdulikan isinya, padahal utk mengetahui isi kita harus memecahkan cangkangnya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali