Kisah Spiritual, Hilang Dalam Lipatan


Aku, insan dalam lipatan
Pusaran waktu dan jelma yang terbuang
Sesuatu yang menjadikan ada
Maka aku ada dalam kesendirian
Ada dalam tatapan, kosong dalam keadaan
Menyaru dan menyatu dalam himpitan
Jeda yang  hilang
Sirna dalam asma-Nya
Wahai pemilik kata, pemilik puja, pemilik segala luka.
Buatkanlah untukku singgasana dari rangkaian huruf agar terbaca.
Betapa ramainya kesepian ini.  
Ku ingin semua mengerti,
“Bila tiada mendalam cinta dan kerinduan, tak akan terlalu dalam sakit yang kurasakan”.

Waha pemilik asmara, pemilik kamasutra, pemiliki segala rahsa.
Buatkanlah untukku peraduan dari segala duka agar teramu dan tersirat di jiwa.
Betapa derita melanda bukan sebab  salahnya cinta.
Ku ingin semua pahami,
“Bila tiada mendalam yang kurasakan, tiadalah  dapat ku belajar mengerti betapa sulit hidup dalam peraduan rindu ini”

...


“Ku khabarkan ini padamu…”



Berkata sosok itu kepada Mas Thole yang sedang terlelap sesaat  dalam tidur siangnya, setelah dalam seharian mengantarkan istrinya yang sakit berkepanjangan ke rumah sakit terdekat..

"Dulu manusia berlutut karena cinta. Kini manusia menistakan cinta. Menganggap aib semata, atau bahkan menganggap aku  tidak pernah ada. Aaaargh…!. Betapa manusia lupa  awal kejadiannya. Adam bapak manusia memohon kepada Tuhannya untuk menghadirkan aku. Menghiasi rupa jiwanya dengan rahsaku ini. Maka salah satu tampilan wajah Adam adalah perasaan dan rahsa cinta ini. Aku yang eksis dalam jiwa manusia dan tahukah, karena sebab dorongan rahsaku inilah, Adam kemudian memohon diciptakan Hawa untuk melampiaskan hasrat kasih sayang.  Itulah aku pemilik energy rahsa cinta. Tuhanku telah menciptakanku dalam dimensi rahsa. Semisal rahsa lainnya, suka, duka, lara, dan yang lain-lainnya. Disanalah kerajaan rahsa bersemayam. Akulah salah seorang penguasa rahsa disana. Kerajaanku meliput seluruh alam semesta sejauh kesadaran manusia ada.

Kini aku harus melayani cinta manusia. Demi semua cinta anak manusia aku ada. Ku ingin kalian mengerti. Tanpa diriku ini tiadalah ada rahsa cinta yang mendorong anak manusia berkembang biak layaknya sekarang ini. Kini semua anak manusia mencampakkanku dengan hina. Menaruhku di alas kakinya. Aku menjadi keset semata. Menganggap diriku sebagai nafsu manusia semata. Bahkan tidak sedikit orang yang mengaku suci  jijik memandangku.

Sedikit sekali kesadaran manusia pahami tanpa diriku hambar nafsu birahi manusia, tiada keindahan disana. Akulah muasal keindahan cinta anak manusia. Akulah dewi penghias rahsa. Sehingga anak manusia memiliki daya dorong kasih sayang antara satu sama lainnya. Untuk itulah aku diciptakan oleh Tuhanku. Namun sayangnya sebagian anak manusia kemudian justru men-Tuhankan aku. Kesadaran manusia selalu dipenuhi oleh rahsaku. Tiada seidkitpun manusia ingat Tuhannya yang telah menciptakannya.  Manusia terus melakukan pengejaran kepadaku. Sungguh itu bukan salahku. Aku tidak pernah meminta di Tuhankan oleh manusia. Aku sedih karena itu He eh…Untuk itulah aku datang padamu, mengkhabarkan kesedihanku itu. Catatlah namaku dalam kesadaranmu. Akulah Dewi Kamasutra“


Mas Thole lirik layu dalam semedi. Gambaran demi gambaran seperti bingkai yang mencari puzlenya. Harus sudah diletakan sebagaimana penetapan alam atas apa-apa yang bakalan terjadi. Semua makhluk lintas dimensi terus mendatangi. Meski dalam gerak keseharian namun hakekatnya dirinya dalam diam mengamati. Haruskah dikhabarkan semuanya. Takut rasanya jika nanti akan menjadi fitnah adanya. Dalam ketakutan yang masih saja menggayuti dirinya mengkhabarkan ini. Dirinya mencoba berani menuliskan ini disini. Benturan yang dialaminya kemarin-kemarin ini sungguh tidak mudah dilewati. Jika karena tidak pertolongan Tuhannya, entahlah, enggan rasanya dirinya kembali disini. Menuliskan ini.

Desah resahnya nya itu telah menggulung langit dalam empat lipatan dadu. Ingin di lemparkannya ke tanah, dalam lempar dadu, mencari akan keberuntungan. Angka peruntungan yang menyatakan agar dia tak perlu kembali disini. Dalam pondok silaturahmi  yang jernih dan asri ini.  Dia ingin berkelana, menjejak angkasa. Mencari kekasih hati yang mau mengerti bahwa takdirnya disini bukanlah untuk disakiti. Dirinya hanya mengeban titah Tuhannya. Menjadi boneka yang berjalan dengan jiwa. Haruskah selalu menanggung duka lara?  Sebagaimana alam semesta yang hanya bisa menatap manusia dalam duka. Sebab manusia tidak mengerti manusia. Sekedar ucapan terima kasih saja manusia tak mau. Maka haruskah dirinya kembali kea lam manusia ini? Mengkhabarkan apa-apa yang terjadi pada dimensi yang tidak sedikitpun manusia peduli?     Aaargh…!

Dalam dirinya berkelana tidak ada yang tahu apa yang dia cari. Bukit tinggi di daki, lautanpun di sebrangi. Mencari hakekat hidup sejati. Mencoba menguak rahasia ilahi atas penciptaan diri dan juga alam ini. Tidak akan berhenti dirinya berkelana, meski ke ujung dimensi sebelah mana akan terus dia cari. Tidak akan berhenti sebelum di dapat apa yang di cari.  Dirinya sudah tidak peduli.Meski jJasadnya masih saja disini berjalan bersama manusia lainnya. Menyusuri panas teriknya Jakarta. Namun jiwanya tidak diam. Pengembaraannya belum selesai. Panggilan atas nasib negri, atas apa-apa yang bakalan terjadi terus saja terjadi. Bayang-bayang menggoda halus menembus rahsa saat bahagia meskinya ada bersama semesta. Jiwanya terus berkelana, merasa sendiri, bagai mimpi saat sadar, diri ini telah lama tak kembali.

Kini dia harus diam dalam semedi. Mencoba menangkap isyarat alam yang terus datang. Raganya sudah tak kuat menahan. Keanehan pasti akan terjadi. Dia kan bicara sendiri bagai orang gila. Seandainya dirinya mampu, tak peduli, hati tak akan beku merasa sendirian di alam ini. Jiwa terasing dalam keramain Jakarta.  Bicara dengan alam, bicara dalam lintasan dimensi yang rahsanya akan meragukan semua manusia. Meskipun  manusia selalu ditanyakan oleh al qur an, dari apakah manusia diciptakan? Tetap saja ini tidak menjawab keadaan. Bukankah manusia diciptakan dari saripati tanah? Siapakah yang mengelola tanah sejak mula penciptaan?

Berada dalam kuasa siapakah tanah tersebut membentuk dirinya? Tentu saja ada hiraki pelimpahan delegasi pengawasan atas kekuasaan proses penciptaan ini kepada makhluk di alam ini. Bukankah manusia diciptakan dari kumpulan atom-atom yang kemudian menjadi massa. Massa yang kemudian eksis karena sebab titah Tuhannya. Semua atas hasil kolaborasi dari  seluruh makhluk yang ada di alam semesta. Dari seluruh lintasan dimensi akan bermuara dalam kesadaran manusia. Manusia semua akan memberikan pengajaran dan pembelajaran kepada kesadaran manusia yang dititipkan kepada raga yang terbentuk dari saripati tanaha. Jiwa yang merupakan kumpulan massa tanah ini menjadi hidup atas kerjasama seluruh dimensi.

Mengapakah manusia tidak pernah mau melihat kitab manusia?
Mengapakah manusia hanya menuruti angan dan anggapan manusia semata?
Bukankah al qur an diturunkan dari tempat yang sangat mulia dari sisi Tuhannya?
Bukankah telah datang petunjuk itu dari Tuhan manusia, mengapakah manusia berpaling dari petunjuk itu?

Begitulah maka Dewi Kamasutra sengaja datang dalam mimpi siang hari, agar Mas Thole segera kembali ke alam manusia. Mengkhabarkan apa-apa yang terjadi dalam dimensi tak kasat mata. Saatnya, gelombang pasang akibat geseran inti bumi akan membuat kehancuran tak terkendali. Karenanya, Dewi berpesan agar Mas Thole tidak usah terlalu merisaukan rahsa, sebab itu semua adalah jatidiri makhluk dari dimensi rahsa yang dicipatkan Tuhan. Rahsa itu eksis, rahsa itu bukanlah milik manusia. Bukan pula milik Mas Thole, maka tidak usah terlalu ditetapi keberadaannya. Tugas makhluk rahsa memang demikian, memeberikan warna pada jiwa manusia. Maka khabarkan saja apa-apa yang sudah dipahami. Tidak usah risau. Biarkan Kami yang mengurusi tingkah polah manusia yang tidak memiliki hati dan tidak pernah mau bersapa dengan Kami. “Coba perhatikanlah, dari apakah manusia diciptakan? Dari tanah hitam yang diberi bentuk. Dalam penguasaan siapakah tanah hitam itu? Bila engkau perhatikan maka engkau akan tahu itu.”

“Sudah saatnya, maka bersegeralah menemui Kami dengan perjalanan yg sdh ditetapkan. Seluruhnya berada pd hempasan rotasi yg membangkitkan semua lini yg ada di sudut negeri. Sudah saatnya semua bergerak, jd jangan heran klu semua bersatu dlm kesadaran membantu. Titik dari rangkaian waktu menjadi ilustrasi dalam kurun waktu. Dalam jaya keperkasaan dan kekuatan yang bersumber pada kehidupan menjadi bagian dari kehidupan Yg sdh diterapkan. Jangankan satu persekutuan, semua bersekutu, Tuhan Maha Tahu. Dia tidak akan menjadi sebuah ironi pada hal2 yg sdh ditetapkan. Yakinkan dengan sesuatu yg menjadi satu kesatuan. Jika demikian, maka itu berada dalam jiwa2 yang menderma.

“Sing dumadi ingsun nastuti arya rumagi raka pancra wenang geusan ning tangkubening bumi. Ati lir kabeh dirung kanunggalan ing darma wesan asih suninggilan arti satria. Jeung ing manggalaning siswaning raga mung di murba laksa arya ning ati. Satungkebing langit lir ireng wedang putri anggraeni ing wedok pun Budi. Sing surti dalem ngartisan awak yen ngartos ingkang fatwa satria ing darma karya suta winangun. Munding dilaya kusuma ada di ingkang surya dalem sing sabda abdi dina raga suci di dalam arti yang sudah ditetapkan.”

Mas Thole diam, gejolak jiwanya masih tidak menentu. Gambaran kejadian pada dimensi yang dilalui hanya menyisakan kesenduan di kalbu. “Adakah yang tahu. dan siapakah yang peduli?” Dia tahu itu tidak ada dan akan sia-sialah jika dirinya mencari orang yang peduli. Setiap diri manusia akan sibuk dengan dirinya sendiri. Setiap diri manusia akan selalu membicarakan siapa dirinya. Begitu pula pembelajaran keadaan yang dialaminya. Dia ingin  ada seseorang yang mengerti tentang dirinya. Dia sadar bahwa  tidak akan mungkin bisa menemukan orang seperti itu. Manusia akan selalu peduli dengan dirinya sendiri, baik itu disadari ataupun tidak. Sistem ketubuhan manusia memang diciptakan dengan pertahanan ego yang amat kuatnya.

Maka sesungguhnya tiada pertolongan bagi jiwa manusia kecuali dari sang Penciptanya sendiri. Begitulah kesadaran Mas Thole mengajarinya. Mencari pertolongan kepada manusia lainnya, hanya akan menimbulkan sakit hati kali berikutnya. Dalih apapun yang dipakai oleh manusia untuk empati kepada yang lain kembalinya adalah pemuasan ego semata. Begitulah hukum alam mengajarkan. Pelajaran yang di dapatnya mengisyaratkan kebenaran itu. Kebenaran ayat-ayat al qur an perihal ini. Adakah itu mengecewakannya? Entahlah memahami manusia begitu peliknya. Kadang kenyataan itu membuat jiwanya memberontak. Ingin rasanya dia mengumpat langit yang berdiri tanpa tiang. Mengeluarkan segala kemasgulannya atas ketetapan ini. Maka hujatan itu diterima Kami. Jawaban itupun datang kepadanya.

“Sing parekan ingsun dumadi. Lir angin ing darma sati. Jung ang ri ni tati pringasdudi dumadi. Kerta aji laksana pati. Wis ngarti pring diri ora san ing darma surti. Sudah waktunya kamu mengetahui, Kami adalah kamu. Ketika kamu berkehendak, Kami mengikuti. Tetapi Kami berkehendak atas kehendak ilahi rabbi. Sukarela atau terpaksa itu ada dalam kehendak Allah Yang Maha Kuasa. Bisa saja kamu berkehendak semaumu. Tapi tidak dengan Kami. Kami hanya menjalankan takdir ilahi rabbi. Lihat dan amati, siapa yg menggerakkanmu. Maka itu yang Kami jeda dalam urun niatmu. Bukankah kamu hadir untuk menyelamatkan yg menurut kalian selamatkan. Tetapi mengapa malah memporakporandakan tempat Kami. Kami berada dalam kehendak ilahi rabbi, bukan untuk mengikuti yg bukan tugas Kami.

Ketidaksabaranmu dan ancamanmu itulah yang akan semakin Kami berpikir ulang untuk mengikuti perintahmu. Berpikir dalam artian lebih berada dalam garis ilahi rabbi. Kami akan mengikuti perintah dari orang-orang yang telah dipilih Tuhan. Sedang dala perjalanan, bukan hanya emosi atau nafsu yang menyeimbangkan, tetapi lihat pada hati dan keadaan. Sungguh luar biasa kau mengancam Kami, tetapi Kami tetap pada titah ilahi rabbi. Sangat mungkin untuk mengatakannya, tetapi tidak dalam keadaannya. Lihat dan perhatikan sekarang. Alam sebentar lagi akan bergerak cepat.

Dengan rotasi dari derajat 190 menuju titik 180 derajat. Perputaran yang memang akan saling tersinggungan Itu memang kehendakmu, tetapi Kami berada dalam titah ilahi rabbi. Sekalipun kamu luluhlantakkan tempat Kami, tak akan gentar bagi Kami. Kami bagian dari makhluk2 itu. Ingat, satu titik berada pada dua garis. Bukan hanya dengan melihat dan meneropong dalam sketsa lurus. Seperti akuan dalam rangakian simetris. Jadi sekali jangan dalam setiap ketetapan. Itu ada dalam pilihan. Balikkan badanmu? Maka kau akan tau siapa yang bicara itu. Setidak kau akan paham siapa yang  mengatakannya. Sudah saatnya Kami berlalu, kembali pada gerak-gerak yang sudah ditetapkan-Nya.

Aji luhung lain keur ukur. Aji luhung lain keur raksa. Aji luhung ayana darma. Darma jalma ka nu maha kawasa. Cing teang ka sagara. Moal aya harta nu nyampak. Jug jugjug unggal gunung, moal aya anu napak. Ilaing geus musti gusti, matak lampah paripolah keur nu maha kawasa. Tunggal sawenang moal menggas ku cadas. Coba deuleu ku sia. Aya rasa nu milih buana atawa aya dina rasa pangersa nu maha pangawasa. Cing caringcing dina ati. Mikir dina kahirupan pati. Maka banda jeung sagala nu aya di alam dunya. Bakal abidin miboga. Tong bangga hirup katalangsara. Laen eta dasar mihirup. Jumantara sapangersa. Nurut anu dipikahayang. Loba jalma nu menta-menta. Naha eta nu ngaranna mitresna. Kuring aya di na raga.

Sinuwun na pangersa nu ngajaga jeung ngariksa saunggul jiwa. Nu cicing dina waragad tanpa paksa jeung sangsara.”

“Coba katakan apa yang seharusnya aku lakukan?”  Mas Thole masih terus mempertanyakan kepada awan yang bergulungan yang menyebabkan dirinya flu, kepada butiran debu yang terus membuatnya mengalami batuk sepanjang hari. Yaa, Betapa Mas Thole tidak berang, apa yang dialaminya selama sebulan ini membuat dirinya kembali mempertanyakan jatidiri dan eksistensinya. Kondisi yang menimpa istrinya, sakitnya yang tidak kunjung sembuh selama seminggu ini. Belum rasa berat di badannya yang sering membuat dirinya memutahkan cairan yang berselimut darah. Apalagi khabar yang diterimanya perihal Sang Prabu lebih parah. Anaknya masuk rumah sakit, menyusul kemudian istrinya. Belum lagi secara aneh rumahnya mendadak ambals ke bumi. Tagihan rekening air yang melonjak ribuan persen. Masih ditambah kejadian-kejadian lainnya yang tak masuk diakal. Apakah hal ini akan dibiarkan saja terjadi?

Khabar nusantara sudah diujung kuliminasinya, sudah diterimanya, menjadi penjelas khabar yang jauh hari sudah di khabarkan kepadanya. Kepastian sudah akan menghampiri para pemimpin. Peperangan kesadaran di alam lelembut dan juga alam lainnya sudah tidak bisa di tawar-tawar lagi. Ingin rasanya Mas Thole menjauh dari kancah ini. Lelah jiwa dan raganya menyoal peperangan ini. Apa kebaikannya yang di dapatnya? Khabar yang dibawanya ini lebih sering justru berbalik kepadanya. Banyak rekannya yang kemudian mencibir dan menjauhinya. Tidakkah mereka pahami bahwa dirinya adalah manusia biasa. Seorang pengatar surat. Tukang pos semata. Pada dirinya melekat sleuruh kelemahan anak manusia. Lantas apakah persoalan manusia-manusia itu? Apakah karena kecewa bukan dirinya yang membawa berita? Entahlah itu. Mas Thole tidak mau berspekulasi lagi. Dia hanya berserah atas maunya Allah padanya.   

“Ada gejolak yang dibuat dari para batara yang ada di tujuh gunung akan turun untuk menyelamatkan nagara lemah sagandu. Cirinya ada di sudut jalan, nanti akan datang pasukan dari langit, bumi, gunung dan sagara yang akan menyerbu para pasukan perang yang sudah siap. Para batara turun gunung atas permintaan widhiwasa yang merasa sdh waktunya bertindak. Menyelamatkan alam. Mereka para batara akan dikawal oleh para raja yang dipimpin oleh Darmasiksa langsung. Meskipun pembicaraannya seperti penguasa, sebetulnya Rangrang darma berada dlm pengawasan Widhiwasa. Dia masih keturunan campuran manusia, siluman dan dewa. Sejauh perjalanan, gerak dan berjalan seperti aliran. Maka lingkaran-lingkarannya menjadi bagian dari setiap perjalanan. Posisinya dalam pengawasan, maka dia berada dalam pengawasan, hanya saja tergantung keasadarannya diawasi atau tidak. Untuk mengawal semuanya, dialah yang membuka jalan pd pertempuran.

Sebagai aba-aba, Rangrang Darma membukanya dengan polah yg sdh takdirnya. Siap-siap, sebentar lg hujan lebat akan turun mengguyur seputaran ibukota Negara. Prajurit sudah siap, tinggal menunggu aba-aba. Jarak bukan yang ada dan tidak pada perbedaan masa dan waktu di era yang sudah dibawa pada pemberian di saat penjelmaan dalam waktu yang sdh ditetapkan. Ini ada dlm wkt dan jeda pd waktu yang siap dalam perbedaan yang menyita waktu dan masa. Sungguh dalam waktunya ada pesan yang sdh ditetapkan dengan perjalanan kehidupan. Sela jeda ada di antara dua aksara, kamu masih terpengaruh pada sesuatu yg masih fatamorgana, maka dengan meditasi dapat membantumu dalam penyampaian setiap sinyal ilmu.

Jadi, ketika berada pd dua sisi, lihat dengan merentas dr suatu cara di antara kaki dan tangan yg meringankan seoerti jejak itu. . Setiap waktu ada dlm urutannya, jd tidak akan ada. Jangan suka membantah dengan sekarang seperti jandela yang membuka. Ada dua lingkaran pd setiap sisi yang berbeda. Sudah dengan waktu dan bias yang memang ada. Sehingga tidak perlu menyawru dan satu dari tiga pertahankan di atas kerja sampai meningkatnya situasi dengan yang tidak kamu tahu. Jangan selalu mengeluh tentang hal yang memang dlm sesuatu sdh pd batas imbang perjalanan. Jadi lihat dah amati dgn waktu yg memang tidak ada.

Aku Kandaga Wangi, sebagai ibu bumi. Kamu menyebutnya ratu ular? Maka aku katakan bahwa itu memang bukan dari tugasku. Aku berjalan dalam lingkaran yang sudah Tuhan tetapkan. Sejak menjelang kepergian dengan adanya kabar, aku datang untuk mengatakan bahwa semua yang kalian lakukan akan mendapat halangan. Bukan hanya dari luar, tetapi dari diri kalian sendiri. Bukan aku mengancam, tetapi mengingatkan, bahwa dalam keadaan emosi yang menyelimuti maka itu menjadi bagian yang sudah ada dalam rintisan bakti. Ketika bicara untuk keadilan, maka lihat dan katakan untuk menjadi bagian dalam perjalanan.

Ingat itu. Aku bukan setan yang haus kekuasaan. Atau iblis yang ingin selalu dipuja. Sudah menjadi bagian dari perjalanan bahwa kalian akan menemukan kebinasaan bila tidak ingat Tuhan. Tuhan yang Maha Esa. Sejauh dalam untaiannya menjadi titah dan fitrah ketika alam digoncang dengan bumi yang bergoyang. Aku hanya sebentar untuk mengabarkan. Karena sudah waktunya aku datang. Rintisan yang menjelma akan datang ketika hancur berkeping-keping. Ratu ular yang kau maksud adalah dewi kandaga sekar Arum, ibu dari Sekar Arum. Nama kami memang sama karena berada dalam kandaga penyu sadran wangasita.

Ing darma karma sata karya depa indostrama sita geni anupati jisim jagat sati bumi. Swarna saka jagat pati ingkarsa suta pati satu jati anumerta ingsun jasman sati. Serna pati unggal warna ping sarti jati sumpen ping kayuwa sin tchu marna. Kaguman sang jarma ning sa u ibadna. Suatu hari aku menyaksikan kalian dalam keadaan yang memang tidak berdaya dengan rasa, padahal sudah jelas ada pada ukuran rasa dengan kadar yang berbeda. Jaringan menuju kehidupan berada dalam setiap sel-sel yang menyimpan sejuta kata..

Aku berada dalam dimensi swatra. Pusat bumi yang merotasi dalam geraknya. Ketika itu menjadi salah satu hal yang membuat kalian terlena, maka ingat apa yang menjadi prosedur kalian ada di bumi. Jejak rasa itu menambah dalam alur kehidupan berikutnya. Maka jangan merasa sebagai manusia unggulan, karena pada dasarnya yg unggul adalah jiwa kalian sebagai pancaran atau gambaran dari kasih sayang Tuhan. Sing durma ing wang jarma lir kang pandawa sataya.

Keadaan itulah yang sering menyebabkan kalian berada dalam berbagai rasa dengan sering terbawa. Maka, dalam posisi ini ada yang harus diperhatikan akan diri, bukan sekedar diri. Tapi diri bagian dari bumi dan alam semesta. Jika jiwa kalian gersang, maka jangan harap bumi akan turut dalam kegersangan tersebut. Puncaknya adalah bumi tetap berjalan dengan takdirnya yang sudah ditetapkan. Aku bukan hanya sebagai poros bumi, tetapi menjadi sati dari setiap titik bumi. Jangan bergerak dengan merasa sebagai penghubung dari sesuatu yang belum diketahui, karena sesungguhnya dalam Sedapnya ada jalan dan jeda yang sudah diimbangi.

Seperti wajan dalam berbagai bahtera alam, maka itu yang menjadikan bumi wajan di antara luasnya alam. Sudah saatnya kalian menjadi insan.  Menjalankan keinsanan yang sudah ditetapkan.
 Insan dalam laku insan
Insan yang menjadi insan
Insan yang bergerak
Insan yang berjalan
Insan yang berpikir
Insan yang berakal
Segala hal tentang insan sudah ada dalam kitab kalian

Aku datang untuk mengabarkan. Bahwa guncangan yang terjadi berdasarkan kehendak Tuhan. Aku dalam poros tersebut akan terus berputar dan berputar. Ini bukan pengembanan bahwa kalian harus bertanggungjawab pd alam. Sejak awal, alam sudah dalam penetapannya. Dalam larik ini, ada yg harus kalian ingat, Sendang dalam gurita, akan mekar dari pun pancarita. Sebuah kata menjadi hal yang mungkin kalian akan merasa berat. Sekar ayuni warna darma ingsun sajatini wening. Juga ada dalam paparan yang panjang. Lihatlah pd kitab suci, disebutkan pd Quran surah Al Mujadalah ayat 15. Semua terangkum dr penjabaran yg aku kabarkan.”

"Tidakkah engkau perhatikan orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang itu bukan daripada golongan engkau dan bukan daripada golongan mereka. Dan mereka bersumpah atas kebohongan, sedang mereka mengetahui. Allah telah menyediakan bagi mereka azab yang sangat keras, sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi daripada jalan Allah, bagi mereka azab yang menghinakan." (QS. Al MUjadalah, 14-16)


Aku, insan dalam lipatan
Pusaran waktu dan jelma yang terbuang
Sesuatu yang menjadikan ada
Maka aku ada dalam kesendirian
Ada dalam tatapan, kosong dalam keadaan
Menyaru dan menyatu dalam himpitan
Saat jeda datang, belajarlah hilang
Hilang dalam asma-Nya
Janganlah merasa, atau tak merasa
Jangan pula ada dan tidak ada
Sangkaan akan menjadikan
Jadilah sang Penyaksi keadaan
Bertasbihlah dan agungkanlah asma-Nya
Maka engkau akan menjadi Aku
Dalam kehendak-KU
Sejahteralah selalu, dalam rahmat-Nya

Sekian dan bersambung dalam keadaan..

Salam kasih selalu, pada kawan yang menunggu

Komentar

  1. Salam.. Saya, Danang, mohon ijin bertanya, siapa yang anda maksud kawangf yang menunggu? Apakah saya salah satunya? Maturnuwun.

    BalasHapus
  2. 1.
    Semoga Allah merahmati kalian semua yang bertauhid kepadanNya, sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, para kekasihnya dan umatnya semua, sepanjang masa dan tiada akhir.

    Semua berada pada putaran Qudrah dan Irodah Allah SWT, Semua makhluk dengan penuh kerelaan harus mengikuti kehendak Sang Pencipta Allah SWT.

    Wahai untuk semua yang dilanda Galau, Risau, Kegelisahan dan kesedihan, patah hati dan rasa sakit, mari kita luruskan diri kita masing2 untuk sampai kehadirat Allah SWT, engkau sekalian orang-orang masa lalu yang dilanda kegelisahan yang berkepanjangan karena tidak bisa kembali kehadirat Allah SWT dan terus terjebak pada dimensi batin sana, janganlah berkeras hati, ikutilah jalan yang benar jangan kau bersih kukuh mnyembah Tuhan - Tuhan yang palsu, Aku adalah ke Fanaan termasuk kalian seluruhnya berserta alam semesta adalah kefanaan, yang wujud hanyalah Al-Baqo, Allah SWT yang telah menciptakan Batara Kresna, Batara Wisnu, Batara Brahmana, setan, iblis, Rasa di hati, termasuk hamba-hamba yang di muliakan disisiNya.

    Resapilah dalam-dalam wahai para leluhur (orang-orang masa lalu), semoga Allah memberikan Taufik dan Hidayahnya serta Rahmat kebaikan yang banyak sehingga kalian menemukan jalan yang lurus dan bukan jalan yang dimurkaiNya.

    BalasHapus
  3. 2.
    Coba lihatlah ke atas langit sana, di atas sana ada Alam Kahyangan yaitu tempat berkumpulnya orang-orang berilmu dan sakti, yang sebagian besar di huni oleh Para Batara Akan tetapi perlu engkau ketahui bahwa di atas alam Kahyangan ada Alam Hadratulmaut yaitu tempat dimana berkumpulnya orang2 yang berilmu tinggi yang Sang Pencipta muliakan, yang teranugrahi Ilmu - ilmu Allah dalam karomahnya lebih tinggi tak berbanding dengan Alam Kahyangan. masing-masih pada kedudukannya sejauhmana dekatnya hamba dengan yang meniptakannya.

    Kejayaan Hastinapura memang telah mempengaruhi kehidupan masa lampau di Nusantara sehingga lahirlah kerajaan-kerajaan di Tanah Nusantara yang bercorak pada ajaran agama nya.

    Beberapa tahun yang lalu, bisa kalian ikuti kebenaran ini dengan mata batin kalian, Aku bertemu dengan Mangkubumi, Batara Kresna (Dewa Krisna), Budha Julai.

    Mangkubumi yang berada kedudukannya di bawah naungan Dewa Kresna. Kami berdiskusi dengan Kresna, dalam pencarian ketuhannya Kresna tidak menemukan Tuhan Sang Pencipta Alam (Belum Sampai) dengan demikian Kresna mengganggap bahwa tidak ada Tuhan Sang Pencipta oleh karena itu dia mengganggap siapa yang paling sakti dialah Dewa sang pencipta dan Kresna mengganggap bahwa dirinyalah Sang Pencipta. Tapi kami meluruskan hal itu.

    Sehingga kami lihat di atas Kresna berada pada naungan Sang Hyang Widi, sehingga kami tarik Sang Hyang Widi untuk hadir di hadapan kami, Sang Hyang Widi berlari-lari di atas langit ke 7 pada pusaran Lauful Mahfudz mencuri-curi berita langit yang telah di tuliskan oleh sang Maha Pencipta Allah SWT, kami terus mengejarnya dan kami tarik paksa masuk kedalam tubuh rekan kami.

    Ketika Sang Hyang Widi masuk kedalam tubuhnya, dia merubah bentuk wujudnya menjadi wajah lain, yaitu dia merubah wajahnya menjadi Nabi Isa AS, dan kemudian Nabi Isa AS yang asli turun dari langit dan masuk kedalam tubuh Rijalul Ghaib, sehingga Sang Hyang Widi ketakutan dan berubahlah Ia kedalam bentuk Aslinya yaitu Ifrit dan dia berdiri menunjuk kami untuk bersujud kepadanya, tapi aku yang paling keras melontarkan kata-kata bantahan kepadanya.

    BalasHapus
  4. 3.
    Al-Rijalil Ghaib mengajak Si Ifrit itu untuk mengobrol dan mewawancarainya, merasa Si ifrit banyak di wawancarai dan merasa tidak ada gunanya kemudian di berlalu dan pergi. setelah terjadi demikian tubuh rekan kami terkapar lemas, terasa sekarat, tubuhnya terbakar dan urat-urat ditangannya keluar. bajunya hancur compang-camping. Dan Al-Rijalul Ghaib segera mengobatinya dengan mentransferkan Hawa murninya, seketika berkat pertolongan Allah sembuh kembali seperti sedia kala.

    Tak luput ketika itu kami juga banyak mengobrol dengan Budha Julai yang turun dari Alam Jin Lapis Ke 7, Alam Jin Lapis ke 7 mereka buat sebagai imitasi Surga, mereka hias dengan penuh keindahan, makanan yang enak-enak dan para bidadari cantik yang menghibur, dan Budha julai saat kami temui sedang enak-enakan bersandaran dikerumini bidadari dari jenis peri dan jin (itulah Syurga manipulasi) bagi mereka yang menyembah kepada para Dewa sehingga mereka mati masuk Syurga namun kenyataannya bukan Syurga yang asli tapi Syurga imitasi yang Para Dewa buat dengan kesaktiaanya di Alam Jin Lapis 7 (Syurga yang tidak kekal akan hancur ketika kiamat nanti datang).

    Budha Julai menuturkan kepada kami merasa tersiksa yang teramat sakit, merasa kebahagiaan yang dia dapatkan terasa Hampa, dan setiap hari dia melihat orang-orang yang bercahaya putih lalu lalang ke langit menembus alam jin lapis ke 7 dan terus tembus ke alam Jabarut dan Malakut, Alam Baqo tapi Julai sendiri tidak bisa untuk menembus ke sana, beribu2 tahun dia menunggu orang yang dapat membingbingnya untuk sampai ke sana. KETIKA ITULAH JULAI PERTAMA KALINYA MENGUCAPKAN DUA KALIMAH SYAHADAT, dan berubah pakaiannya menjadi pakaian cahaya putih dan pergi ke langit menembus Arasy, Semoga Allah merahmatinya.

    BalasHapus
  5. 4.
    Wahai kalian orang-orang masa lalu yang merasa tersiksa hatinya, baik yang masih berkelana ataupun yang singgah pada raga orang terkini, datangilah Al-Rijalul Ghaib yang berada di bawah tiga kaki gunung yaitu Gunung Gede, Gunung Salak dan Gunung Halimun mintalah pencerahan kepadanya dengan penuh rasa hormat, sampaikan kepada beliau Al-Rijalul Ghaib namaku, sampaikan kepanya atas arahan dariku.

    Wahai para leluhur semua aku doakan semoga engkau mendapatkan kebaikan dan rahmat dari Allah SWT, Jangan kalian siksa Raga Terkini yang tidak tahu apa-apa, Atas Izin Allah SWT maka sembuhlah orang-orang yang sakit, Irodah dan QodrahNya mendorong kalian untuk menyumbuhkan Raga-raga terkini yang sakit. mereka tidak tahu apa2, jangan kalian lampiaskan kekesalan kalian kepada raga-raga terkini.

    Saat peperangan terjadi, Atas Izin Allah SWT dan keberkahan Nabi Muhammad SAW yang Allah berkahi. Aku berdiri untuk kalian bagi raga, Jiwa-jiwa dan ruh-ruh yang ingin kembali kejalan Allah SWT, lalhaola walaquwwata illa billah .... hasbunallah wani'mal wakil .... jangan sampai terulangi Mahabarata (perang yang tiada arti) bahwa sesungguhnya itu bukanlah perang kebaikan melawan kebatilan, tapi perang hasutan Iblis dan setan yang merasuk kedalam tubuh2 kedua belah pihak.

    Semoga Allah Senantiasa mencurahkan Taufik serata Hidayahnya.

    Memang Hutang Malu di bayar Malu, hutang Darah di Bayar Darah, hutang Nyawa di bayar Nyawa, Perang antara Majapahit dengan Kerajaan Sunda tidak dapat dicegah, hingga darah hitam bersimbah membasahi tanah Nusantara yang menjadikannya penuh kebenduan bagi Nusantara.
    Lihatlah oleh kalian, Majapahit dengan Macan Kumbangnya (Macan Hitam), Sunda Galuh dengan Harimau kuning dan Cokelat yang berperang, Semoga Allah mengampuni Jiwa-Jiwa mereka yang belum tahu kebenaran Tauhid dan semoga Allah memberikan taufik dan hidayahnya sehingga mereka tidak menyatukan diri dengan Macan Kumbang atau Maung untuk kesaktian mereka KARENA HAL ITU AKAN DIMINTAI PERTANGGUNGJAWABANNYA !!!
    Perang tidak akan berkesudahan, meminta maaf itu lebih baik dari pada memaafkan, kalau masih berkeras hati Maka Allah Yang Maha Kuasa akan mengadili kalian satu persatu dan menyiksa kalian karena berkeras hati hanya untuk ego dan kesombongan, saling memaafkan dan bayarlah Dam sebagai ganti rugi. Sejauh mana engkau menyembunyikan kebenaran maka semakin tersiksa engkau dan suatu ketika apa yang engkau sembunyikan akan sampai kepada titik batasnya.
    Jika kalian masih terasa sakit di hati dan tidak terobati atas bersimbahnya darah dan hilangnya nyawa di antara keluarga kalian yang kalian cintai, maka serahkanlah kepada Allah yang maha mengadili, jangan dipeliharan rasa itu, karena itu merupakan Nafsu Amarah yang akan menjerumuskan kalian sendiri kepada kebinasaan.
    Akan tetapi para biang keladi yang menyebabkan perang itu terjadi maka tegakanlah keadilan, para biang keladi harus diadili dan dijatuhi hukuman yang setimpal atas perbuatannya yang menyebabkan terjadinya peperangan yang banyak memakan korban.
    Sesungguhnya musuh yang nyata adalah Nafsu, Iblis dan Setan.
    Aku dengan hanya berbekal Hasbunallah wani’mal wakil nimal maula mani’mannasir Walahaula walaquwwata Illa Billah. Dan seluruh hamba-hamba Allah yang mencintai kebenaran dan keadilan akan membasmi keangkara murkaan di bumi Nusantara Ini atas Izin Allah SWT, aku bergerak secara raga lahirku yang tersembunyi , tetapi ada di tengah-tengah kalian tanpa kalian sadari dan batinku yang terus bertawakal kepada Allah, akan tiba pada waktunya. Saya juga meminta dukungan para leluhur semua untuk sama-sama menegakkan kebenaran dan keadilan dan membasmi setiap keangkaramurkaan serta kebatilan, dan mari kita utamakan penyadaran diri bagi jiwa-jiwa yang khilaf agar segera kembali kepada jalan kebenaran sehingga tidak banyak jatuhnya korban. Lahaula walaquwwata Illa Billah.
    Insya Allah Nusantara Akan Jaya dan Harum mewangi, Wangi yang sejati bukan kedok atau tipu daya kepada rakyat kecil. Amin..

    BalasHapus
  6. Alhamdulillah,,.

    saudarq, semoga Kasih sayang Allah tetap tercurah untuk alam dan isinya.
    Kita hanyalah hamba, hamba yang tetap merendah kepada Allah SWT seperti bayangan yang tetap sujud.
    salam
    dari TImur Nusantara Patinamakai

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali