Babak Perjalanan ke Selatan
Apa lagi yang harus di
hantarkan disini. Rangkaian perjalanan hanyalah impian yang tak bertepi.
Jangankan membuahkan hasil di ranah realitas kenyataan. Bahkan untuk diri sendiri
makna menjadi bias karenanya. Apalagi yang harus dibuktikan? Bukankah alam
semesta yang terhampar ini adalah suatu bukti itu sendiri? Mas Thole diam dalam
kebisuan yang sangat lama. Berbulan keadaannya begitu. Jangankan untuk
mengkhabarkan, sekedar untuk memisahkan apakah itu khayalannya ataukah itu benar
realitas keadaan sesungguhnya? Sering dia tidak mampu melakukan pemisahan itu. Hingga puncaknya akhirnya dia
memastikan bahwa memang lebih baik dia berada di alam kesadarannya. Memisahkan diri dari dunia nyata. Memasuki ke alam di balik alam ini.
Kesakitan yang terus menghujam
ke dalam jiwanya. Kepedihan atas kesadaran yang terus menerpa makhluk-makhluk
alam semesta tak mampu di tahan sendirian. Hatinya terus bertanya-tanya apakah
kemampuan yang dimiliki ini adalah sebuah anugrah ataukah hanya sebuah musibah. Coba katakan, jika dia mengetahui
akhir dari sebuah cerita, jika kemudian dia berusaha agar akhir menjadi lebih baik.
Kemudian dirinya berusaha meyakinkan kepada rekan lainnya bahwa jalan yang sedang ditempuhi rekannya adalah keliru. Namun jika kemudian upaya yang dilakukannya kemudian berbalik
menjadi fitnah bagi dirinya. Apakah itu bukan sebuah musibah namanya? Coba katakanlah!
Menangis, ya dia hanya mampu
menangis dalam hatinya. Entahlah, dan dia selalu saja gagal memaknai. Apapun yang
dilakukannya rasanya keliru. Rasa kasih sayangnya justru berbalik menorehkan
kebencian kepadanya. Senjata makan tuan namanya. Termasuk juga apa yang dialaminya dengan para ponakannya yang kenalnya pada alam kesadaran dimensi lainnya. Apakah mungkin dikarenakan sebab leluhur yang
ada di badannya dahulunya adalah para panglima perang ataukah karena sebab
lainnya? Apakah karena sebab Banyak Wide atau yang lannya, memiliki tabiat yang
keras dan senang menempuh jalan kekerasan untuk mencapai tujuan? sehingga sering menimpulkan kesalah pahaman antara Mas Thole dengan di
realitas kehidupan nyata? Sekali lagi, Mas Thole menggeleng tak pasti.
dan sekali lagi Mas Thole
menggeleng tak mengerti. Jika kemudian dia melanjutkan kisahnya ini. Ya, memang
harus dilanjutkan sebagai catatan untuk dirinya saja. Agar nanti, apa-apa yang
sudah dimulainya bisa diakhiri dengan indah. Biarlah sidang pembaca saja yang menilainya.
Apakah kisah ini nyata ataukah hanya angan semata. Sudah kepalang hujatan dan tuduhan
yang selama ini membumi hanguskan alam imajinasinya. Sudah kepalang untuk mundur dari medan kesadaran ini. Maka keadaan itu tidak merisaukannya lagi. Meskipun jika kisah ini lagi-lagi akan dimaknai keliru
oleh lainnya. Tak apa, toh kisah perjalanan spiritual adalah
kisah tentang dirinya sendiri.
Kishan ini sesungguhnya tidak ada
kaitannya dengan kebenaran apapun. Tidak ada yang ingin dibuktikan kepada siapapun atas kebenaran. Kebenaran adalah kebenaran, jika kemudian Mas Thole memaknai dengancaranya sendiri itu adalah lain persoalan. Setiap manusia memiliki hak untuk memaknai apa-apa yang datang kepadanya. Kebebasan memeilih dan berkehendak ada dan melekat kepada setiap jiwa manusia. Maka jika kemudian dia menuliskannya disini
karena sebab memang sudah tersedia media sosial ini. Bukan karena sebab
lainnya. Maka inilah kisah Mas Thole yang
kembali dilanjutkan.
…
04/20/2015,
7:54 - Kami: Baiklah, tp nanti bila Kami serahkan ke alam, maka dia akan lebih
sangat tersiksa.
04/20/2015,
7:55 - Kami: Kami beri jeda sampai bulan Syawal.
04/20/2015,
7:55 - Mas Thole: Ya...smg dia akan datang ke kita lagi..menjalin silaturahmi.
04/20/2015,
7:56 - Kami: Anak ini menanyakan itu sebagai pengingat dan peringatan dari Kami
04/20/2015,
7:58 - Mas Thole: Aku paham..dan di tataran realitas manusia..kita tdk
bisa...serta merta begitu
04/20/2015,
7:58 - Mas Thole: Allah sendiri yang akan mengajarinya
04/20/2015,
7:58 - Mas Thole: Bagian dari prosesnya
04/20/2015,
7:59 - Kami: Iya, betul....
04/20/2015,
7:59 - Mas Thole: Aku juga sama sepertimu..namun ada ghaib yang menjadi rahasia
Allah
04/20/2015,
7:59 - Kami: Kami hanya mengingatkan saja
04/20/2015,
7:59 - Mas Thole: Sama..aku paham
04/20/2015,
7:59 - Mas Thole: Aku mengerti
04/20/2015,
7:59 - Kami: Keputusan semua berada dlm diri anak itu sendiri
04/20/2015,
8:00 - Mas Thole: Ya..pada dirinya
04/20/2015,
8:00 - Mas Thole: Rasa kasihanku..mungkin melebih dirimu
04/20/2015,
8:00 - Mas Thole: Sebagaimana nabi Musa melihat anaknya..sebagaimana nabi yang
lain yang memiliki anak yang sama...
04/20/2015,
8:01 - Mas Thole: Kecintaanku melebihi dirimu
04/20/2015,
8:01 - Kami: Kami hanya menjalankan tugas, termasuk mengabarkan hal ini
kepadamu
04/20/2015,
8:01 - Mas Thole: Bukan hakku memberikkan petunjuk
04/20/2015,
8:01 - Mas Thole: Pesanmu aku terima...
04/20/2015,
8:02 - Mas Thole: Untuk kepentingan yg lebih besar aku menahan terlebih dahulu
04/20/2015,
8:03 - Kami: Baik, sudah Kami kabarkan hal tersebut.
04/20/2015,
8:04 - Mas Thole: Aku terima khabar ini. Semoga rahmat Allah atasmu..amin
04/20/2015,
8:05 - Kami: Bila engkau menggenggam cinta, raihlah cinta karena Allah. Cinta
bisa melepaskan dan menerima.
04/20/2015,
8:06 - Kami: Ketika sudah dalam haluan yang berbeda, maka bukan cinta, tetapi
belenggu dari rasa kepemilikan itu sendiri.
04/20/2015,
8:07 - Mas Thole: Benar..benar sekali
04/20/2015,
8:07 - Mas Thole: Engkau tahu keadaanku begitu
04/20/2015,
8:07 - Mas Thole: Aku masih belum mampu
Pesan dan perbincangan Mas
Thole di hantarkan disini sebagai pembuka kisah. Saat Mas Thole dalam kesedihan
yang amat sangat atas keadaan salah satu keponakannya itu. Bagaimana Kami
dengan segala macam cara terus mengawal keadaan diri Mas Thole. Kami akan
datang melalui raga siapa saja. Tanpa sang raga mengetahui dan sadar. Tiba-tiba raga yang dipinjam Kami akan mengetikan sesuatu, yang tidak pernah dimengerti dan dipahami. Kali lainnya, kadang
Kami hadir tepat di muka, sering juga datang sebagaimana ilham. Atau acap kali memasuki alam kesadaran Mas Thole. Sehingga Mas Thole bebas berdiskusi disana. Tidak
jarang melalui angin, hujan, pohon, dan juga binatang-binatang, melalui istri dan juga anak-anak Mas Thole sendiri. Dll. Hal ini sering tanpa disadari oleh rekan Mas Thole.
Namun Mas Thole paham dan tahu siapa yang bicara.
Apakah menerima pesan ini
suatu hal yang mudah? Bagai dentingan lonceng yang menghujam. Bagai menaiki
kendaraan yang oleng dan jatuh ke jurang. Badan seperti remuk redam, baik sebelum maupun sesudah
menerima pesan. Apakah itu bukan musibah? Jika dalam seminggu nyaris setiap
hari badan remuk redam. Sel-sel ketubuhan seperti meledak berkali-kali, mengeluarkan
isinya. Mutah dan juga mual, diare, panas dingin, flu pilek, seperti gejala
sakit thypus tapi bukan. Sehingga dalam keseharian keadaan Mas Thole seperti
orang yang tidak waras. Apakah bukan msbah? tlah keadaannya, wala meski tak sepadan apa yang diterima Mas Thole
saat pesan-pesan tersebut disampaikan, namun itu tak mengurangi rasa kasih
sayang Mas Thole kepada para ponakannya itu. “Itu adalah sebagai bagian dari tanggung jawabnya”
Begitu juga saat meninggalnya
salah satu rekan dan sahabat pondok cinde, yang menjadi salah satu alasan
ditutupnya blog pondokcinde.org. Kejadian yang sangat memukul jiwa Mas Thole. Kami
kembali mengawal jiwa Mas Thole dengan memberikan banyak sekali pesan-pesan
yang harus dimaknainya. Kesedihan kehilangan sahabat telah menyebabkan Mas
Thole kehilangan arah dan juga
menyebabkan Mas Thole ingin segera mengakhiri perjalanannya. Perjalanannya ini
dalam anggapannya telah membwa mara bahaya bagi sahabat-sahabatnya. Perang kesadaran
tidak sebagaimana perang biasa. Sedikit saja kita lengah dalam mengingat Allah
maka dalam waktu yang sedikit itu dapat digunakan mereka menghantam ke pusat gerak. Ibarat aliran listrik ke PLN sudah di
putuskan. Maka energy tinggal dari baterai saja. Ironisnya sering ini terjadi tanpa sepengetahuan kesadaran kita.
04/20/2015,
14:08 - Kami: Klu Mpu Baradha, dia memang sudah waktunya meninggal
04/20/2015,
14:08 - Kami: Raganya tidak kuat, apalagi dengan berbagai pengobatan yg dia
lakukan
04/20/2015,
14:09 - Kami: Sentanu sudah mengharu biru
04/20/2015,
14:09 - Kami: Dalam jejak waktu akan menggusur sang banyu
04/20/2015,
14:09 - Kami: Jadi biarkan dalam derap waktu
04/20/2015,
14:09 - Kami: Menitipkan setiap peristiwa pada masa itu
04/20/2015,
14:13 - Mas Thole: Ya..apakah salah satunya sebab ke paranormal?
04/20/2015,
14:13 - Mas Thole: Sebab saya tdk diperbolehkan menanganinya
04/20/2015,
14:16 - Kami: Bisa, itu mempercepat laku
04/20/2015,
14:17 - Kami: Bukan salah dia dan sang guru, tetapi memang sudah waktunya
meninggal
04/20/2015,
14:17 - Kami: Untuk mempercepat atau memperlembat memang dalam kadar waktu
04/20/2015,
14:18 - Kami: Kami memberitahu pun, akan seperti tak berlalu
04/20/2015,
14:18 - Mas Thole: Baik...kalau dg kelahiran yg bersamaan dengan kematian gmn?
04/20/2015,
14:18 - Kami: Maka kami ajarkan dulu untuk menapaki kalbu
04/20/2015,
14:19 - Kami: Setiap torehannya, maka otomatis kalian tahu
04/20/2015,
14:19 - Kami: Tanpa menanyakan kepada kami akan semua itu
04/20/2015,
14:27 - Mas Thole: Baiklah
…
Perjalanan demi perjalanan
mengarungi kegelisahan. Mas Thole terus mendapatkan pelajaran dan pengajaran
Kami. Kehilangan salah satu keponakanya dan kehilangan sahabatnya terus merasuki ke dalam
sukmanya. Mas Thole seperti kehilngan pegangan dalam melangkahkan kaki. Bumi
manakah yang harus dipijaknya. Bumi yang berada di alam kesadaran manakah yang
harus ditetapinya. Banyak bumi yang dapat disinggahinya jikalau saja dia mau. Belum
lagi bicara mengenai realitas keadaannya sebagai manusia normal lainnya.
Manusia yang masih memiliki tanggung jawab di dunia. Betapa perjalanan ini
sangat melelahkan jiwa dan raganya. Kemanakah dirinya mengadu jika bukan kepada
Allah Tuhan semesta alam ini.
04/23/2015,
18:24 - Kami: Kami menguatkanmu bukan
hanya raga, tetapi jiwa dan batin. Ini yang terpenting. Bila kamu, sudah
menyerahkan segala urusan penilaian akan dirimu kepada Allah, maka ikhlaskan
dan terima semua penilaian orang dengan lapang dada.
04/23/2015,
18:25 - Kami: Karena orang yang sudah menyerahkan dirinya, termasuk dlm
penilaian, maka dia tidak akan terusik oleh penilaian manusia.
04/23/2015,
18:26 - Kami: Penilaian ini sama seperti keadilan. Keadilan Allah
04/23/2015,
18:26 - Kami: Dalam berharap, kerjakan yang saat ini ada dengan keyakinan Allah
ada atas hal yg dikerjakan
04/23/2015,
18:27 - Kami: Bila itu sdh dilakukan, tidak akan berharap lg kpd orang
04/23/2015,
18:32 - Kami: Termasuk dalam rezki dan jodoh. Bila yakin Allah Maha Pemberi
rezki, jalani yang saat ini bisa dikerjakan, Allah Maha Pemberi rezki dan
keberkahan
04/23/2015,
18:34 - Kami: Ingat, Kami akan menguatkan jiwa dan raga, asalkan menerima
latihan dengan segenap kesadaran Sang Maha Kuasa
04/24/2015,
5:38 - Mas Thole: Alhamdulillah
04/24/2015,
5:39 - Mas Thole: Alhamdulillah
04/24/2015,
5:40 - Mas Thole: Memang itulah jalan yang akan kita tetapi..hanya itu jalan
mendaki lagi sukar..ditengah persepsi kesadaran kolektif manusia.
04/24/2015,
5:41 - Mas Thole: Mampukah kita bertahan atas penghakiman sebab kita berbeda?
04/24/2015,
5:41 - Mas Thole: Smg Allah memberikan rahmatNya
….
Entahlah, jika saja Kami tidak
terus datang memberikan pengajaranNya. Berat..sungguh berat perjalanan jiwa.
Bukan hanya kita di bawa mengenal satu demi satu makhluk yang ada di alam
semesta ini namun kita juga di bawa ke ruang dan dimensi waktu yang membingungkan
sekali. Keadaan ini kadang sering tertukar, sehingga akibatnya sering Mas Thole
salah mengingat waktu. Seringkali hariu kamis tertukar dengan hari jumat.
Kesadarannya seperti tidak berpijak di ruang dan dimensi waktu bumi. Tetapi lebih
sering beroijak di alam sana. Maka wajar saja jika kemudian orang lebih sering
menyangka Mas Thole sebagai orang aneh. Di kantornya sendiri orang menjadi
takut saat berbicara dengannya. “Horor
kata mereka” Bagaimana lagi jika itu keadaanya. Biarlah, toh dirinya juga
tidak memintanya.
Hanyut
sudah rahsa
Hanyut
dalam duka puspita
Jika
kelana ini dalam gulita
Adakah
dinda menemani disana?
Bunga sakura entah kapan
mekar. Bunga bogenvile telah ditanam untuk menggantikannya. Tidaklah seindah
sakura. Warnanya kuning, satu dua tumbuh di atas kuncupnya. Kini menjadi
penghias rumah depan Mas Thole. Adakah itu menjadi penjelas? Tidak, tidak,
dinda puspita. Pengelana tanpa berita, adakah mampu mewarana alam semesta?
…
Melangut sudah impian dalam
keadaan yang prihatin. Kesadaran Mas Thole terus menyeruak dalam kekalutan dan
kebingungan. Rindu dan dendam masih tak terbaca untuk dan dari siapakah.
Sementara alam terus mengejar janji para kesatria. Lebak Ciwene dan 7 (tujuh)
gunung telah menagih janji. Saatnya para kesatria tidak terus dalam derita.
Menina bobokan iba dirinya sendiri. Siapakah yang nanti akan peduli dengan
nusantara jika para kesatrianya sibuk dalam urusannya sendiri. Siapakah
sesungguhnya khalifah di muka bumi ini? Siapakah yang sudah menerima amanah
dari Tuhannya? Bukankah manusia itu sendiri yang sanggup dan menerima amananNYa?
Lebak Ciwene dan tokoh pemuda berjanggut, suaranya dari pasundan. Hmm…arah
spiritual Mas Thole akan kesana.
Babak kisah spiritual
perjalanan para kesatria yang akan menuju ke selatan akan kembali di kisahkan
disini. Menguak rahasia lebak Ciwene yang sudah melegenda. Konon dari sanalah akan lahir kesatria piningit. Para kesatria yang mengemban tugas masing-masing hanya akan dkisahkan disini.
Masing-masing menuju ke Selatan. Maka kisah in adalah sebuah kenyataan dalam
keghaiban. Siapakah yang akan memaknai
semua? Pertanyaan yang selalu menjadi mula buka kesadaran ini. Begitu pula saat
Mas Thole akan dipertemukan dengan sosok fenomenal dari tlatah tanah Jawa, Ratu
Kalinyamat. Sosok yang akan menjadi misteri. Sebagaimana misterinya kisah-kisah
spiritual ini.
04/24/2015,
7:38 - Kami: Saya rasa itu seperti ada dalam pikirannya, berada dalam satu
dasawarsa yang merasa. Dia berada di antara semua yang terjadi tersebut.
04/24/2015,
7:38 - Kami: Kalau memang seperti ada, tapi tidak ada.
04/24/2015,
7:38 - Kami: Jadi dia sedang berada dalam tarikan untuk menjadi hal yang sudah
ada.
04/24/2015,
7:39 - Kami: Dia sebetulnya sedang bermetamorfosa, dgn latar dan dasawarsa
karsa.
04/24/2015,
7:39 - Kami: Ada yang berkata seperti itu
04/24/2015,
7:40 - Kami: Jadi, anak itu berada dalam runut sebuah perjalanan bererita
tentang Ratu Ayudwia, di Pekanraya.
04/24/2015,
7:41 - Kami: Sesungguhnya dalam rapal dan ritual masih dalam perjalanan masa,
dia berada pada masa kerajaan Amangkurat 5.
04/24/2015,
8:17 - Mas Thole: Siapakah dia sesungguhnya?
04/24/2015,
8:18 - Kami: Dia itu Ratu Kalinyamat
04/24/2015,
8:19 - Kami: Adapun yang memberinya kabar adalah khodam Kalisadra
04/24/2015,
8:27 - Mas Thole: Apakah dia bagian dari kami?
04/24/2015,
8:36 - Kami: Bukan, tapi bagian dalam perjalanan
04/24/2015,
9:15 - Mas Thole: Apakah dia bagian dari kesatria?
04/24/2015,
9:45 - Kami: Iya dan bukan
04/24/2015,
9:57 - Mas Thole: Adakah selain Ratu Kalinyamat? Aku pernah bertemu dg Ratu
Kalinyamat di purwokerto...manakah yang benar?
04/24/2015,
13:27 - Kami: Itu memang bagian dari perjalanan kalian
04/24/2015,
13:28 - Kami: Kami mengabarkan dalam setiap raga ada kecendrungan bagian dalam
perjalanan dan keinginan
...
Keinginan seperti
apakah yang merasuki dan menghasuti hati anak manusia? Apakah harta, tahta, dan
wanita? Bersambung….
Ksatria tak pernah ingin disebut ksatria....
BalasHapusPanglima hanyalah selempang....
Raja tak butuh mahkota......
Luruskan saja niat dengan menyebut nama- Nya yg Maha Pemurah lagi Maha Penyayang....