Episode Rahasia Simbol (1) ; Perjalanan Yang Dimulai
“Ingsun narti
nastiti widiastuti Sesungguhnya semua sirna dalam rangkaian yang sudah tertera.
Pergilah ke Cipatujah, Pamijahan, disana ada Angsapura, lebih tepatnya Dewa
Nararya sdh menyimpan batu di sana. Ada wasiat buat nata kusumah”
Kisah spiritual ini dihantarkan, dan sebuah
tugas telah diberikan. Deg…blaar…! Langit diam memaku. Keheningan langut menuju
sepi. Kusut malam dan bintang temaram. Kening berkerut menuju hening. Namun betapa
riuh alam kesadaran. Diantara laku dan lampah manusia, ~keluh kesah~ saat meniti
keinginan dan harapan yang tak kunjung datang. Bagai menanti hujan yang tidak jua turun di musim ini. Pagi dan siang, bumi panas, dan panas sekali,
sepanas jiwa melahap gunung api, manakala harap itu diujung sebuah ilusi.
Dan ketika kehidupan ini tidak
berpihak kepada keinginannya. Hhhh…Ya rabb, nyata sekali jika ‘keinginan’ ini
telah memalingkan manusia dari realitas dirinya sendiri. Jika kemudian Ibu Ratu
Kidul datang menetapi dan menggenapi pertanyaan ini. Apakah itu delusi?
“Bismillahirrahmanirrahim
Kisanak
nawang jaya kusuma, larti karti jaya mandiri. lurna dirja larta anumerta.
rukiyan datu
siwanggah natasuli.
Aku Ratu
Kidul, ibunya anak ini yang sehari-hari aku temani walau tidak mesti ada dalam
diri.
Dia putriku
dari Dewi Nawang Sari yang menjadi trah gusti nahyang adipati.”
Apakah rasionalitas ini harus
dituliskan lagi? Sebuah hukum yang tidak manusia ingini. Jika catatan kenyataan
dibuka, jika rahasia atas keinginan manusia dinampakan, hamparan apakah yang
akan terealisasi dari diri manusia, selain ego mimpi semata? Meski ghaib itu lebih nyata, senyata
alam ini. Tetap saja hakekatnya manusia tidak mau menetapi.
“Manusia tidak pernah mau belajar dari tidurnya”
Bisikan itu kuat sekali menyelusup di
pagi dan menguat di hari hari
berikutnya. Ada apakah dengan tidur manusia? Mengapa manusia mesti belajar dari
sana. Tidur adalah keadaan mati, dimana kesadaran di tahan oleh alam. Lantas
apa yang mesti harus di pelajari?
“sing riksa
surya darma rahyang bangga data siwa
sanurgi jati
asri, swargi jaga rahsa
rahyang
dumagung rahiyang dewi guntur
lungsur diwa
linggih
lakuning
tiang bakti kusumah”
Manusia lebih menyukai belajar saat
bangun, bukan belajar saat tidur. Manusia belajar bagaimana cara mendapatkan
harta dunia sepanjang waktu bangunnya. Tidak ada waktu sama sekali untuk
manusia belajar saat tidur. Apapun yang
dipelajari manusia saat bangun ujungnya adalah untuk mendapatkan harta di alam
materi. Sekolah untuk apa? Untuk maksud dan niat apa?
Maksud orang tua, niat mereka
menyekolahkan anak-anaknya sampai jenjang perguruan tinggi tidak lain dan tidak
bukan agar anak-anak mereka mampu mencari uang. Bukan untuk mampu mencari
Tuhan. Inilah fakta arti bangun bagi manusia. Kesadaran di bangunkan untuk
menetapi keadaan ini!
Diri tercenung, diri merenung, diri
terkukung, diri tersandung, diri terpasung, diri tergulung ke dalam kesadaran
kolektif yang terus menerus membumbung dan membesar bagai bola salju yang
menggelundung menuju padang gurun pasir. Jelas sesampainya ditujuan akan lenyap
menguap tanpa bekas.
Untuk apa belajar matematika, belajar fisika, belajar kimia, belajar
biologi, kemudian untuk apa kuliah di fakultas bergengsi, untuk apa semua yang
dirinya tahu?. Semua ilmu yang dirinya pelajari hanya untuk satu tujuan, “mencari uang”. Adakah niat selain itu
dari para orang tua? Lihatlah, betapa bangganya orang tua manakala anak telah
bekerja dan mampu mencari uang. Adakah kesedihan dari orang tua manakala anak
tidak mampu mencari Tuhan? Tidak! Tidak ada selintas pikiranpun, bahkan sampai
umur hanya tinggal sisa-sisa tak terbersit kesedihan itu. Orang tua akan khawatir luar biasa manakala
anak-anaknya tidak bisa matematika, fisika, atau ilmu lainnya. Inilah fakta
kesadaran diri manusia.
Apakah diri tersanjung manakal gelar
akademik bergelantung di meja kerja? Bagai belatung diri hanya bergerak tanpa
ada niatan sama sekali untuk hijrah dari keadaan ini. Pernahkah mereka berhitung
berapa waktu yang mereka habiskan? Bukankah tidur lebih panjang dari bangun?. Bahkan saat
bangun pun diri masih tetap tertidur. Diri tidak sadar manakala hari sudah
siang. Diri tidak sadar bahwa saat bangun itu sesungguhnya dirinya itu tidur. Diri
tidak sadar kalau dia bangun. Diri tidak sadar manakala bangun dan yang nampak
adalah kenyataan. Diri terus mengejar impian. Bukankah diri sama saja sednag
tidur?
Apakah kenyataan itu? Kenyataan
adalah sesuatu yang pasti. Apakah yang pasti-pasti itu?
Bangun adalah kemungkinan..ya mungkin
saja esok kita bangun…
Tidur adalah kepastian…ya pasti kita
akan tidur…!
+++
Belajarlah dari kematian, sebab
kematian adalah kepastian. Belajarlah atas keadaan yang pasti-pasti. Bagaimana
keadaan mati itu? Maka belajarlah saat kamu tidur! Saat kesadaran ditahan?
Mampukah diri manusia memindai keadaan dan memaknai kejadian?
“kalipan dati
sita
arjuna
rahyang bagya
Siliwangi
nesta dasta
sisingar diti
nasti
sanginar
dasti rahsa
sanghyang
cakrabirawa”
Apakah manusia berfikir bahwa orang
yang mati dijalan Allah itu mati?
Bagaimana jika mereka hadir dihadapan kalian memberikan saksi? Apakah manusia
akan lari dan sembunyi?
+++
Kisah ini akan banyak pertanyaan,
mampukah manusia mencari jawaban? Bagaiman ketika bumi diguncangkan? Ugh…rahsanya
sulit sekali mengawali kisah ini, walau hanya sebuah rangkaian tulisan semata,
tetap saja demikian sulitnya. Pikiran seperti berebutan ingin dituliskan,
sehingga akhirnya tidak ada satupun yang terbaca sebagai pesan.
“Dihasta
prasta widya safwa data kati kamudya rana pati duja.
Rahyang
simatra datu kata sing uning wungu dati ditya wadyu kancana.
Ilir nati
datu kati
rahyang
dumadi dawadyu mapra kata duja
Ruhyang
samasta data siwa sawasya nanggal duta kati
rahyung datu
manunggal rihyang di mani surti dati jati manunggal putri
lingsir
ngulon wangsit ratri
lingsir wetan
ratri getan
rahayung jati
kusuma
rahiyang
mayapada datasiwa
Sangkuring
mayapada
sangkuhyang
datyamada
mayapada
riska dara, wagyu datu ratu watu”
+++
Tidak lelahnya Kami mengulas dan membolak balikan simbol-simbol
dalam kesadaran manusia agar manusia waspada...dan itu tidak lama lagi. Rangkaian
kejadian akan meluluh lantakan peradaban. Alam semesta ini sendiri adalah simbol-simbol
yang menunjukan hakekat makna atas kekuasaan-Nya. Semua sangat kasat mata,
namun mengapa manusia bisa tidak melihat DIA? Apakah diri yang menutupnya? Apakah
ini makna ter cover? Manusia melihat tapi tidak melihat? Hhh…
Memang membahas simbol akan banyak sekali kita dapati
khasanah intelektual manusia yang melibatkan sistem motorik dan juga intuisi
disana ada nature dan nurture...disinilah problematika yang menjadi
paradoksitas dalam mengkaji simbol atau lambang. Simbol kekuasaan Allah ada
pada diri manusia itu sendiri. Bahkan para makhluk lintas dimensi sesungguhnya
hadir adalah untuk menunjukan keadaan ini.
Bukankah alam semesta ini hakekatnya adalah sebuah simbol?
“Lirti narti
rati patmi yogi sati
satya
anumerta data jatikusumah
Sanghyang
yang menjelma menjadi data kusumah telah hilang dalam ingatan sang putri teja
diri ingsun narti drupti
ryung anggi
sawakya widyastuti nasti lir kati duta kati
hyang nasti
gusti rumanjing data wati ruhyang dati siwa nastiti aji mukti
rahyang
jatimukti indar sati wikyan lilir ati ingdum nasti pudi wati
salaksa data
sala sukma ati aji nirmala
suketi timbal
sari, sukerna timbal rasa
ajina ajian
natasawala
ajina ajian
adiguna
ajina ajian
datuwala
ajina ajian
bragayuda
ajina ajian
dutawala
ajina ajian
sukmajaya
ajina ajian
kahyanwala
ajina ajian
patumada
ajina ajian
fatwala
ajina ajian
siksamanda
ajina ajian
rikyanwala
ajina ajian
sukmalaya
ajina ajian
gatnawala
ajina ajian
pancamada
ajina ajian
rukmawala
ajina ajian
pancamaya
ajina ajian
kutawala
ajina ajian
bayumada
ajina ajian
satyawala
ajina ajian
gandapura
ajina ajian
kutyawala
ajina ajian
rancagida
ajina ajian
suyawala
ajina ajian
resnabadra
ajina ajian
kuntawala
ajina ajian
badramaya
ajina ajian
kitmanwala
ajina ajian
robadara
sayungi data
wali sayunga data siwa
nastiti aji
nukti
nastia aji
nusa
surya darma
kanca wati
surya darma
panca warna
surya darma
adiyaksa badra matra
surya darma
sanghyang dharmapala
sukmana surya
darma
sukmana sirna
rasa
sukmana
sasatya mada yuda
sukmana
satria sanghyang kusuma
purna dikti
purna suti
purna laku
purna waru
sanghyang
kuncup waru dihyang datu
sungguning
rahiyang sati gusti, rahyang data siwa
nasti gusti
rihyang darma gundal dilwana jati warna
duta mada
dati sati
duta mada
sita kati
lir ilang lir
sati
sukmaya
drungdung pati
Ing ngarsa
datu pala. Lir dati wastu kancana. Singlir ngulan wetan data. lingsir wetan
datu sanghyang. Watu wulung darma agung, watu gilang darma raja. Astuning
amangkurat data kuta jaya asih dati kersa anu merta sati jatu rapi data
astuning amangkurat lir boyo witang sati jaya giri
gilang giling
lur madip sati/ilar data lur pati jada/dumadi data sawala/sasakala jata warsa
ingsur kerta
rumingkang di
bumi alam, seja dalam seda, rahyang dharma satya mandala
sing warsa
ingkar darsa
surma jaya
jatining rasa”
+++
Makna sebuah kejadian akan dibuatkan
simbol oleh manusia...simbol Padang Karbala akan bermakna berbeda bagi kaum
Syiah dan kaum Sunni...Bagi kaum Syiah disana ada kisah berdarah darah bagi kaum
nya....ini bukan persoalan yang mudah sebab melibatkan rahsa....demikian simbol-simbol
lainnya. Hakekatnya sebuah simbol akan selalu mewakili remuk redam rahsa suatu
kaum disana. Apakah layak jika sebuah symbol dihinakan?
Simbol akan mewakili rahsa. Rahsa
sakit akan terus bergaung dan digaungkan melalui simbol-simbol ini. Semua agar
dipahami dan dimengerti....bahwa amuk rahsa yang melintasi medan pertempuran
dan juga melintasi benua bahkan sampai menembus langit ketujuh butuh perhatian
dan butuh disikapi denganbijak. Mereka memohon agar rahsa sakit ini terus
bertahan di alam semesta, mengkristal menjadi sebuah spirit dendam yang tak
berkesudahan. Banyak sekali para spirit ini bertahan di alam semesta, tidak saja kisah memilukan ini namun juga
kisah indah lainnya semisal kisah Romeo dan Yuliet dan semisal Rama dan Sinta
atau Yusuf dan Zulaikha...tidak kalah serunya kisah Raden Panji ..rahsa manusia
telah menjadi sebuah energy usikan yang terus berada di alam semesta ini.
Apakah kisah ini layak dipertahankan?
Manusia membutuhkan simbol2 untuk
mempertahankan spirit atas kisah2 ini...Simbol salib adalah kisah pilu anak
manusia yang harus mengalami siksaan pedih penguasa...simbol perlawanan suci
bagi kaumnya...simbol pembebasan bagi jiwa manusia...apakah simbol ini layak di
ganggu...?
Apakah simbol Garuda boleh diganggu? Apakah
simbol Gajah boleh di ganggu? Gajah adalah simbol Thailand maka jangan coba
coba mengganggu simbol ini disana...begitu juga jangan ganggu Garudaku disini
..Maka persoalannya kembali bukan benar dan salah....
Meskipun yang disampaikan adalah
kebenaran ...bahwa manakala sebuah benda dijadikan simbol maka disana akan
menjadi tempat bagi spirit atau SIN bisa JIN bisa Siluman dan bisa juga para
Dewa...bisa makhluk lintas dimensi...sebab hukumnya makhluk lintas dimensi ini
sangat berkepentingan atas kesadaran manusia...ketika dirinya berada dalam
simbol atau benda tersebut maka entitas Sin akan eksis...ini kebenaran
universalitas....Entitas ini akan ada di
patung...keris...patung...yuang...berada di apa saja yang menjadi perhatian
manusia...
Bahkan di dalam diri manusia juga
banyak Sin dari golongan apa saja ...Tidak ada persoalan sebenarnya dengan
keadaan tersebut....makhluk Allah itu akan berada dimana saja selama diijinkan
Allah
Ketika manusia berinteraksi dengan
sebuah simbol apakah itu? pertanda
apakah itu?
Ketika saya melihat tulisan Allah dan
bergetaran dada saya...pertanda apa?
Ketika manusia melihat simbol Garuda
terus menangis dan bergetaran dada itu pertanda apa?
Ketikapun manusia melihat simbol salib... dsb dsb..itu pertanda apakah?
Ketika manusia melihat foto
kekasihnya yang telah meninggal...dan bergetaran menangis...itu pertanda apa?
Disini akan banyak penjelasan perihal
makna sebab apa?
Apakah logika bisa terima jika
dikatakan di foto kekasihnya itu ada JIN KAFIR?
Yang merasa punya foto kekasih jelas akan meradang...walau
kemungkinan tetap saja ada bahwa benar di foto tersebut ada jin yang
menempel...
Disinilah paradoksitas..dimana perlu
bijak dalam menyampaikan makna simbol...hanya WISDOM yang akan menyelamatkan
bangsa Nusantara ini dari perpecahan ...dan perang nanti
Bahasa simbol ...menjadi tema kajian
disini...sebab sebentar lagi akan banyak pertumpahan darah sebab simbol2 yang
disalah arti...banyak mereka yang menguasai ilmu ini akan sengaja membenturkan
...
Tidak lama simbol2 akan menjadi tema
pertumpahan darah...
Bisakah kemudian dikatakan bahwa di
simbol tulisan Allah itu ada JIN nya? 🤦♀Walau kemungkinan tetap saja
ada...sebab dialam materi tulisan hanyalah benda semata...tulisan yang dibuat
patung ada kemungkinan menjadi tempat JIN apalagi jika manusia terus
mensakralkan tulisan tsb....para JIN akan selfi di simbol tadi...Apakah jika dikatakan bahwa ditulisan
Allah itu ada JIN nya salah?
Mengatakan kebenaran itu butuh WISDOM..butuh Ba yang benar. Pemahaman perihal JIN ini adalah ranah ghaib...pemahaman yang tidak boleh di buka di muka umum ...karena sulit dibuktikan dengan science....inilah WISDOM ...
Mengatakan kebenaran itu butuh WISDOM..butuh Ba yang benar. Pemahaman perihal JIN ini adalah ranah ghaib...pemahaman yang tidak boleh di buka di muka umum ...karena sulit dibuktikan dengan science....inilah WISDOM ...
Rasa tahu hal ghaib akan mencelakakan
manusia itu sendiri...Meskipun tahu
ranah ghaib perihal JIN namun tetap lebih baik diam, janganlah dibuka pengetahuan ini,
yah tidak boleh membuka rahasia ghaib
ini kepada orang yang belum siap utk berbeda.
Manusia yang banyak tahu ghaib akan kehilangkan 'rahsa' ..selayaknya dirinya .mengembalikan rahsa TAHU kepada Allah, ini akan membuat manusia lebih berperikemanusiaan....
Manusia yang banyak tahu ghaib akan kehilangkan 'rahsa' ..selayaknya dirinya .mengembalikan rahsa TAHU kepada Allah, ini akan membuat manusia lebih berperikemanusiaan....
+++
Konflik horisontal dan vertikal sudah
sangat jelas karena disebabkan pemaknaan dalam SIMBOL. Meskipun kita paham
bahwa manusia hakekatnya tidak butuh simbol namun dialam materi hanya simbol
itulah alat komunikasi.
Manusia paham bahwa Allah tidak bisa
dipersepsikan tidak boleh disimbolkan...namun bagaimana manusia paham jika
tidak di visulisasikan dan di simbolkan...maka Tuhan bagi manusia juga butuh di personifikasi kan butuh
dinamai...maka nama Tuhan itu diserahkan kepada umat manusia...silahkan jika
personifikasi itu mampu mendekatkan diri manusia kepada Tuhan tidak ada yang salah dengan metode itu...
Namun kenyataannya semakin kesini
justru manusia terjebak dengan model personifikasi ini...justru simbol inilah yang
disembah dan dijadikan Tuhan. Persoalannya disini, bukan pada simbol itu namun ada pada kesadaran manusia itu sendiri.
Uang misalnya adalah simbol atau alat
tukar sebagai konfirmasi atas persetujuan tukar menukar. Uang adalah wujud personifikasi atas ikhlas dan kepercayaan antar satu manusia ke manusia lainnya.
Namun lihatlah bagaimana uang ini kemudian menjadi Tuhan?!?
Namun lihatlah bagaimana uang ini kemudian menjadi Tuhan?!?
Simbol adalah personifikasi sebagai upaya manusia utk
berkomunikasi...baik komunikasi dengan sesama manusia maupun dengan alam-alam lainnya.
Simbol adalah cara manusia untuk
EKSIS.
Melalui simbol simbol inilah manusia
membangun eksistensi..
Allah menciptakan alam semesta
sebagai simbol kekuasaanNya. Simbol Eksistensi Allah adalah manusia dan alam
semesta ini.
Maka penghormatan kepada simbol
adalah hakekat penghormatan atas eksistensi ini. Maka jika ada yang mengusik
simbol simbol ini maka sama saja mengusik eksistensi. Jika eksistensi diri
diusik maka hasilnya hanya satu. PERANG! ...Kalian yang EKSIS di alam ini atau
kami yang Eksis!
Tidak ada cara lain...demikianlah
hukum kesadaran ...yang menjadi sebab perang dan perang menjadi kebiasaan dan
adab manusia...Yaitu "Menumpahkan Darah!”
Perang selalu menjadi solusi yang disukai bagi umat manusia dalam mereka menyikapi
perbedaan pemaknaan atas simbol-simbol dalam kesadaran manusia.
Makhluk lintas dimensipun bertanya
dengan masgul kepada Allah ; “……Mereka
berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"….”” (QS, Surat Al-Baqarah Ayat 30)
Demikian pesan alam dihantarkan kembali. Sebuah gundah yang hingga kini terus bertahan. Pertanyaan yang hanya Allah sendiri memahami esensi jawabannya.
“Ingsun narti nastiti widiastuti Sesungguhnya semua sirna dalam rangkaian
yang sudah tertera. Pergilah Cipatujah, Pamijahan, disana ada Angsapura, lebih
tepatnya Dewa Nararya sdh menyimpan batu di sana. Ada wasiat buat nata kusumah”
Kisah spiritual ini dihantarkan, dan
sebuah tugas telah diberikan.
Semoga ALLAH memberikan yang terbaik , amiin
BalasHapusTerima kasih telah menuliskan suatu ilmu pengetahuan yg sangat berguna bg kits semua.
BalasHapusNamun ...
Anda saya sarankan tidak menjustifikasi negatif anak² kita yg kuliah utk berjuang hidup dalam proses kehidupanannya ini.
Justru ketika mereka kuliah dan kemudian bekerja itulah, (apapun jurusannya) berkembang daya nalar, referensi, pengalaman zohir maupun bhatiin.
Sebagaimana anda sendiri (mungkin) memahami hal² spiritual ini jg setelah dewasa, setelah berkelana kesana kemari, baik ketika kuliah dan bekerja .. yaa khan
Bagaimana mgkin mengajarkan anak² ini dr kecil sampai umur belasan tahun atau duapuluhan hal² spiritual tgkt tinggi spt ini.... dst .. dst ..pahamlah .... tentu mereka akan puyeng, nalar dan logikanya blum baik terbentuk, dibandingkan ketika meeeka sekolah dan kuliah kemudian bekerja ... dst
Jadi
Lbh baik anda menyarankan kpd yg lbh tua dr anak² tsb yaitu yg sdah bekerja, sudah berumah tangga untuk mulai menapaki jalan Tuhan, jangan menyalah nyalahkan, menjelek njelekkan niat, maksud dan tujuan para ortu yg menyekolahkan anak²nya, justru itu sebagai modal sebagai bekal utk menapaki jalan Tuhan kerika mereka dewasa.
Jadi
Sebaiknya anda mengajak dgn bahasa yg baik dan halus, bukan su'udzon dan merasa diri sdah memahami semuanya, sdah paling benar memahami hakikat manusia dan kehidupan ini.
Justru kalau sdah paham tentunya anda akan mempunyai sifat yg bijak, lembut, penuh kasih sayang, jauh dari sifat² sombong dan arogan.
Tks
Mohon maap