Rahasia Simbol (2); Misteri Sagara Hyang
Ingin
mengawali hari dengan berkisah lagi. Kisah kehidupan yang senantiasa mengajari
sang diri. Sebuah pengulangan kisah yang selalu terbaca saat bangun pagi. Seperti
membaca kisah yang tak diingini namun selalu diulang-ulang lagi. Kisah ini
selalu menyambangi seperti memori yang tak ingin pergi. Walau sejuta cara telah
dilakukan sang diri agar kisah model begini tidak datang lagi. Namun itu tidak
pernah terjadi. Kisah berulang dan diulang lagi. Kisah-kisah anak manusia yang selalu
menyakiti diri, menjebak dalam delusi, ilusi dan menjebak masuk ke dalam iba diri.
Kehidupan
mengajari banyak hal. Termasuk bagaimana manusia mampu belajar melepaskan dan
menerima. Dua pengajaran yang begitu sulit dijalani. Menerima takdir dan
melepaskan kehendak diri. Disinilah pelajaran kehidupan (QoLaM). Pengajaran alam
yang tak dimaui namun Kami pasti akan menepati janji kepada TuhanNya utk
mengajari setiap manusia, sukarela atau terpaksa Kami pasti mengajari atas
makna arti hikmah kesakitan dan juga
kebahagiaan. Menjauhi keinginan dan menerima yang tak dimaui. Sebuah siklus kesadaran
alam manusia. Manusia dipaksa untuk menerima takdir apa saja yang
menyambanginya.
Selama
menapaki perjalanan spiritual. Sungguh kehidupan tidak pernah salah mengajari.
Semua diperlakukan sama oleh sang guru. Pembelajaran ilah (Sin) dan
pembelajaran hukum didalamnya (Lam) dalam kesadaran diri (M) yang terus
bersiklus (Q). Pelajaran QoLaM.
Guru?
Ya,
guru manusia adalah QoLaM yaitu ‘Sang Takdir’ itu sendiri. Suka atau
tidak suka, terserah saja. Sukarela atau terpaksa silahkan saja. Semua sama
saja. Manusia akan diberikan pelajaran dan pengajaran yang sama dari satu
manusia ke manusia lainnya. Semua dimaksudkan agar jiwa manusia manusia
sempurna... jiwa mampu beradaptasi... memiliki kemampuan dan daya tahan di alam
materi dan nanti juga di alam setelah mati. Manusia akan diajari Kami agar
mampu melintasi dan mengarungi alam alam dimensi. Meningkatkan daya tahan dan kemampuan untuk beradaptasi di
setiap dimensi.
Dengan
kekuatan adaptasi ini diri akan mampu menerima tekanan dan benturan energi. Sehingga
Diri tak terpengaruh lagi dengan gesekan dan juga tekanan, Sang diri akan meleset
dengan kecepatan cahaya diatas cahaya. Setelah memiliki kemampuan ini, terserah
Sang diri apakah ingin berpulang menemui
Tuhan nya ataukah ingin bermain-main lagi. Menjelajah kembali di seluruh
alam semesta, memasuki lapisan demi lapisan dimensi lainnya lagi. Menyaksikan
kekuasaanNya di seluruh dimensi. Kemudian diam dan tenang menjadi Penyaksi
kekuasaan Allah yang
sedemikian besarnya, sdemikian luasnya, demikian dahsyatnya... menjadi saksi Ya
Hu... Allah.. Diri puas telah menjadi penyaksi kehidupan ini Kemudian setelahnya diri puas tenang dan ridho telah diciptakanNya di
alam ini,
Sagara
Hyang kemudian Situs SangHyang menjadi tempat tujuan untuk perjalanan yang
dimulai, ini. Bersama mereka para pencari dan perindu negri, mengisi hari ini
dengan sesuatu yang pentng untuk hati. Sebuah makna dan keyakinan diri yang nanti
disini disimbulkan dengan ‘Ain.
Simbol makom dari keyakinan diri yang disusun atas argumentasi ilmu dan
referensi hasil pengolahan jiwa ini. Itulah lambang jati (galuh) sang diri
yaitu keyakinan atau iman.
+++
Jika
pelajaran telah dimulai maka diamlah dengan takjim, sebab takdir tidak pernah salah
mengajari. Dalam setiap perjalanan selalu akan ada hikmah..kesedihan dari
setiap makhluk yang disambangi yaitu kerinduan mereka atas hidup itu sendiri.
Jika mereka yang di datangi merasakan kerinduan kepada manusia yang datang, menjadi
pertanyaan semua..apakah hakekat mati?
Ketika
makhluk dimensi masa lalu dan sekarang bertemu dalam sebuah ruang dan waktu kemudian
saling meluapkan rindu, bagaimanakah kesadaran manusia memaknai atas hidup itu
sendiri?
Masa
lalu dan sekarang terhubung dengan satu perasaan, tali rahsa yang mempertemukan
dua waktu dan dua dimensi. Tali itu
adalah rahsa rindu. Terhubung lah kerinduan itu dalam satu layar kesadaran yang
eksis, mengapa bisa begitu?
Menangislah..menangislah
wahai rindu. Ketiga sosok yang manusia yang hadir disiitu larut dalam kenangan
dan kerinduan yang bisu milik portal dimensi waktu. Benarkah yang hadir mereka
itu dari masa lalu? Diri hanya diam dalam kelu, sebab tak pahami, kenapa.
Sagara
Hyang...menjadi saksi portal dimensi lautan kehidupan ..pertemuan dan
kerinduan...dan semua makhluk dalam kesedihannya ...mereka bertemu di satu
waktu, rindu kepada masa dimana mereka merasakan hidup itu, mereka ingin
kembali ke kehidupan materi...dan kita
sering salah arti ...lupa mensyukuri atas nikmat hidup itu sendiri.
Yah,
mereka yang dari masa lalu saja ingin kembali ke masa kini, di kehidupan
terkini ini, mengapa manusia yang hidup sekarang ini tak mampu menikmati hidup
itu sendiri? Dimanakah yang salah?
Simbol
Ha Ya dan Ain...terbaca HYaNG...dibalik membacanya ‘Ain Ya Hu....(‘Ain adalah
keyakinaan atas ilmu dan Ya itu kehidupan dan Ha adalah ruh kesadaran alam
semesta) maka pertemuan disana akan membawa kesedihan bagi makhluk2 Nya.
.
Lautan
kehidupan ...kesedihan dan kesenangan, ketakutan dan ketenangan...dualitas
rahsa akan terus berguliran..menjadikan samudra atau sagara itu nyata adanya. Manusia mengarungi
samudra ini. Smudra kehidupan. Sagara Hyang ini...kadang datang badai disana...dan manusia berdoa kepada Tuhan. Namun kadang manusia kemudian lupa jika kalau sudah pernah berdoa. Setelah
Allah menyelamatkannya diri justru berbangga bangga dengan kemampuannya, beranggapan
itu terjadi sebab kemampuannya sendiri. Lupa bahwa keselamatan adalah anugrah
dan nikmat yang diberikanNya. Samudra Hyang menjadi saksi atas polah-polah
manusia yang seperti itu.
+++
Samudra atau Sagara Hyang banyak makna disana....dan bagaimana manusia memaknai setiap portal yang ada dimuka bumi bahkan di bumi Pertiwi ini maka ."Berjalanlah ke seluruh muka bumi...disana ada tanda tanda
kekuasaan Allah" ...Sagara Hyang menjadi penanda salah satunya. Diri
manusia ibarat kapal yang berlayar di Samudra kehidupan...berlayar di Samudra
Hyiang.
" Tidakkah kamu memperhatikan bahwa
sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya
diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua
orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur."
(QS. Surat Luqman Ayat 31)
Maka
sebab apa datang disana kemudian dipenuhi air mata dan kesedihan?
Raga
adalah ibarat kapal bagi sang diri ....alam kehidupan ini adalah samudra
nya...Keyakinan (Ain) Ya (Kehidupan) dan Hu (Kesadaran alam) adalah makna HYaNG
<==> H Y Ain <== Ain Ya Hu....Keyakinan Ya Hu....Ya Hu Allah. Tidak
ada yang berbeda keyakinan leluhur kita dengan peradaban yang baru...hanya
ibarat CAI disebut AIR. Maka tidaklah
sia sia dalam setiap perjalanan spiritual ==> disana alam akan mengajari
manusia. Maka jagalah portal-portal itu...disana dari jaman dahulu menjadi
portal pengajaran.
Batu
dan kayu disana akan banyak bercerita dan mengkisahkan kepada manusia, bagaimana
manusia yang datang dan menyambangi mereka, mengeluh dan berbicara kepada
mereka menyoal hidup dan kehidupan, perjalanan takdir manusia. Ini terjadi
sietiap peradaban manusia yang terus silih berganti seiring bergantiannya hidup
manusia itu sendiri. Portal yang bisu ini akan berbicara jika perlu.
Maka
Janganlah bersedih sebab hidup. meskipun
hidup itu keras mengajari, namun yakinlah itu demi dan untuk kebaikan dan
kesempurnaan jiwa itu sendiri..bangkit dan senyumlah..sambutlah para Sang Hyang..yaitu
.Para Sin (Leluhur) yang sudah memiliki Ain...mereka sang ghaib. Sang ghaib
dari para Hyang, merekalah para Sang Hyang. Sang Ha Yu Ain..sebuah keadaan
perwujudan atau manifestasi atau Kalki dari Sang Hidup.
Sang
hidup ini sendiri ingin mewujudkan sosok
entitas di alam materi yang sesuai dengan rencanaNya dan kehendak Tuhannya, yaitu
seorang khalifah dimuka bumi ini. Wujud
entitas ini harus memiliki Cover yang kuat (Kaf) didalamnya ada sebuah rencana
besar (R) dari sesosok makhluk (Sin) yang terwujud dalam kesempurnaan jiwa
(Nun). Maka berwujudan dari Sang Hidup sering disebut sebagai KRESNA.
Pemahaman
Kresna kemudian menjadi keyakinan beribu tahun lamanya. Sebuah rencana dari
Sang Hidup untuk mewujudkan rencanaNya akan membentuk jatidirinya. Kemudian atas kehendakNya diri sang hidup ini menjadi
mengambil perwujudan KRESNA. Sang hidup turun ke alam dimensi manusia melalui
sebuah simbol ini. Dia sendiri bukanlah Tuhan, dia sendiri adalah Sang Hidup.
Tanpa adanya Sang Hidup maka alam mayapada ini akan diam seperti gambar mati.
Seperti screen server layar monitor saja.
+++
Kepada
batu dan pohon disana di setiap portal layak kita bertanya, bagaimana manusia
sebelum kita ini menyikapi hidup mereka sendiri? Yah, Mereka menjadi saksi yang
diam bagaimana manusia merespon takdir masing2. Ada yang meminta tolong kepada
mereka padahal mereka hanyalah batu dan kayu semata. Maka merekapun akan berkisah bagaimana manusia yang
datang kemudian dihancurkan karena sebab
ini.
Mereka
para Hyang bersklus mengikuti kisah setiap peradaban manusia..menjadi saksi pergiliran
kekuasaan dari satu dan lainnya...merasakan kesedihan dan kesengsaraan umat
manusia dari satu dan lainnya. Manusia yang datang ke portal akan mendengarkan
kisah ini dan kemudian YAKIN dengan keyakinan utuh atas peran dan
bagiannya...dan inilah 'AIN..
Batu
dan kayu hanya mengkisahkan hukum kepastian dari Tuhannya, agar manusia (Sin)
memiliki YAKIN (Ain) menjadi SANG.
Setelah menjadi Sang manusia kemudian YAKIN (AIN) dengan hidup dan kehidupan
(Ya) yang sudah ada dalam liputanNya (Hu), agar manusia sendiri mampu menjadi
Hyang, yaitu sosok entitas yang mampu yakin atas eksistensi Ha Yu. Bahwa hidup
dan kehidupan itu sendiri sudah dalam kekuasaan-Nya dalam pengaturan dan kendali
Sang Ha Yu. Dalam keyakinan. Yah agar manusia menetapi keyakinan diri bahwa sesungguhnya Sang Hyang itu adalah dirinya sendiri.
‘Ain?
Yakin
kepada Sang Hyang....sang Ghaib yang mewujud menjadi entitas sang diri, di
setiap portal..pasti ada perwujudan sang diri yang mewakili jatidiri, ada yang
mewujud dalam wujud Sang Dewi..dan kadang menjadi banyak lainnnya lagi.
Bagaimana yakin ini? Maka menangislah sebab tidak mengerti hakekat ini dan itu
pantas sekali sebelum kita dihantarkan dengan tangisan oleh manusia lainnya, emikian
hikmah yang bisa dihantarkan atas perjalanan spiritual di Sagara Hyiang dan
Situ Sanghyang.
+++
Apa
yang telah manusia pelajari dari kehidupannya sendiri? Kemarahankah? Kebenciankah? Kesakitankah?
Pada bagian mana manusia mampu berdrii tegak diantara kesakitannya sendiri dan
kemudian menetapi arti diantara pergantian rahsa itu? Rahsa telah menggulungnya
berhari-hari bagai tsunami menggilas sampai kepada harga diri, hingga
orang-orang yang dicinta satu demi satu pergi , apakah yang manusia bisa petik
dari kesendirian ini?
Kemarahan?
Kesedihan?
Kehinaan? Keputus asaan? Apakah yang ingin engkau khabarkan kepada Tuhanmu
wahai sang diri atas kejadian-kejadian yang engkau alami di bumi ini?
Apakah
semua khabar adalah kedukaan?
Apakah
tiada ada khabar satu debu dzarah saja
kebahagiaan yang engkau ingin khabarkan
kepada Tuhanmu? Apakah tiada satu titik saja kenikmatan yang engkau rahsa dalam pikiranmu , wahai diri? "Janganlah berlebihan dalam kesedihan
sebab kehilangan kesenangan. Dan janganlah berlebihan dalam kesenangan saat
kehilangan kesedihan."
Siksaan,
kehinaan, kehilangan, kelaparan, pendek kata seluruh penderitaan manusia mereka
alami. Dan semua itu adalah pembelajaran yang mendewasakan dan menyempurnakan
jiwa mereka. Namun apakah mudah memkanai danmengerti ini?
Setiap
bangun pagi menetapi arti bagaimana hidup ini dan bagaimana mati itu sendiri. Berjuang
bertahan dalam hidup mencoba menerima atas mati. Alam materi begitu keras penuh
dengan ambisi dan anarkhi semua manusia tidak ingin berbagi maunya menyakiti
orang lain yang tidak disukai... ambisi dan keinginan diri... manusia memenuhi
alam ini dengan energi iba diri dan sakit hati... tidak peduli jika manusia
lainnya mati yang penting diri puas di alam materi... semua dikangkangi utk
kepuasan sang diri...
Tiada
yang salah memang Tuhan berharap manusia puas hidup di alam materi dan kembali
ke alam ruhani dengan ikhlas dan tenang. Seperti serang anak yangt pulang
kemali ke orang tua setelah puas bermain-main. Namun apa jadinya jika kepuasan diri didapatkannya
dari menyakiti.. apakah itu kepuasan diri yang dimaksudkan?
Belajar
dan belajar lagi untuk berani menyikapi keadaan sang diri yang terus saja
mencari kepuasaan sang diri. Bertahan dari bombardiir lintasan nafs yang terus datang
dari muka dan belakang. Berjuang hingga kesadaran murni saja yang menguasai sang diri... dan pagi akan tetap
misteri.. mengapa aku bisa terbangun kembali dari mimpi?
Siapa
yang membangunkan aku utk membaca pikiranku lagi? Dan hidup itu berjalan diatas
pikiranku sendiri...Bagaimana dengan Tuhan? Apakah yang lebih menakuti mati bertemu
Tuhannya lagi atau hidup bertemu ambisi nya lagi?
Laku
dan laku...
Metode
ini banyak dilakukan oleh leluhur kita. Dalam hindu dan budha juga mengadaptasi
metode laku ini. Meditasi bertapa..puasa dll. Semua pola sama. Yang membedakan
adalah kalau kita membuat metodenya. Membuat pembelajaran diri kita dengan
serangkaian ibadah atau ritual tertentu akan kita mengalami sendiri bagaimana lapar, susah dll.
Sementara
para nabi tidak. Mereka belajar dari takdir yang disiapkan Allah. Mereka tidak
membuat silabusnya. Berjalan sebagaimana adanya. Mereka belajar menetapi
takdirnya sendiri. QoLaM
Mereka
belajar apa itu QoLaM.
Jiwa
diam diatas gerak sang raga yang beraktifitas adalah hidup berkesadaran. Jiwa
bergerak atas raga yang diam adalah hidup berkecerdasan. Jiwa dalam
keseimbangan gerak dan diam adalah hidup dalam
kebermaknaan. Tenang diam dantakjim mempelajari QoLaM. Raga diam jiwa
bergerak. Raga bergerak jiwa diam.
Gerak dan diam. Saling
bergantian dalam keseimbangan (sustainable). Mengamati keseimbangan dalam gerak
dan diam bersama Gusti Allah. Itulah hidup dan kehidupan. Mengenali Ya
Hu..Allah. Menenali Kresna. Resultan ada
pada gerakan meditasi diatas gerak. Diam tapi sesungguhnya bergerak dan
bergerak tapi sesungguhnya diam. Itulah mati dalam hidup atau hidup dalam mati.
Adalah sebuah laku kesadaran dan kecerdasan. Sadar
bahwa jiwa harus mengikuti gerak raga..Apapun geraknya raga jiwa selalu
sadar..Dimana raga bergerak di situ ada jiwa yang sadar (diam) mengamati. Cerdas
dalam memilih perjalanan jiwa ketika raga sedang diam Dalam kondisi raga diam
inilah Barangkali saatnya perjalanan jiwa menuju Tuhan..
Bagi
sang kesatria kesadaran yang akan bersiap untuk maju ke medan perang, perlu pemahaman ini. Bersatunya
trinitas dalam satu wadah (lokus) dan kemudian bergerak dengan satu titik fokus
seperti saat arjuna ingin memanah seekor burung, tidak ada satupun yang
terlihat di matanya kecuali hanya titik sinar di bola mata burung. Diantara lingkaran hitam mata
sang burung emprit yang ingin di panahnya...ada satu titik cahaya, dia sudah ada disana..fokus...satu titik tujuan ...
Kesadaran
awal (M1) adalah kesadaran diri kita yang paham betul diri ini siapa dan apa,
sadar atas sumberdaya yang dimilikinya, sadar bahwa hanya yang melekat pada
diri ini saja yang dimilikinya. Inilah penerimaan totalitas penerimaan (berserah
diri) atas semua aset pemberianNya. Kesadaran diri M1 melakukan penerimaan atas
keadaan ini.
Kemudian
kesadaran diri aktif melakukan koneksi dengan Ya Hu, dengan Sang Hidup. Terus
mebuka frekuensi dengan Ha, meminjam
properti Ha pemilik seluruh alam semesta untuk sebuah tujuan muli. Kesadaran
akhir M2 sang diri focus kepada keinginan akhir atau permintaan sang diri,
keinginan sang diri telah menjadi kesadaran akhir sang diri inilah M2. Maka dalam sebuah ikatan kesadaran akhir sang diri
M2 muncul pemahaman bahwa Akulah yang
awal (M1)dan yang akhir (M2) dalam satu
liputan H maka akulah M2H. Akulah air kehidupan H2O yang meliputi segala materi, akulah SANG
KESADARAN, akulah yang menentukan awalku dan akulah yang menentukan akhirku
sendiri....maka jadilah KUN FA YA KUN..kesadaranKu meliputi dan menjadi gerak D.
Peta perjalanan spiritual ini terbaca MHMD kita sering menyebut dan
mengcapkannya dengan penuh santun MuHaMaD.
Inilah perkataan Al Halaj dan Syeh Siti Jenar dan juga
sang KRESNA dalam Perang Mahabarata yang
sulit dipahami manusia biasa, LOKUS sang Kresna , Al Halaj dan para kaum sufi
lainnya yang menjadi dasar landasan ucapannya, dan sayang sekali pemahaman ini kemudian
menjadi fitnah besar. Karena sebab berbeda LOKUS kesadaran ini manusia saling
baku hantam.
LOKUS telah ditetapkan oleh sang diri, lokus
kesadaran menjadi pijakan bagi diri mereka , mereka menyatu dengan alam semesta
..(inilah hikmah Al Ikhlas). Berangkat dari lokus disana..berangkat dari
pemahaman Al Ikhlas ini ..diri kemudian memohon kepadaNya.."Allah hu
Somad.....Allah hu somad..” Memohon kepada Allah agar mewujud di alam materi
keinginan sang diri.
Hendaknya
Sang diri fokus kepada tujuan akhirnya..apa permintaan. Sebagaimana Ajuna saat
akan memanah. Arjuna focus kepada apakah
yang akan dipanahnya. Mata burung dan keadaan sang dirinya menyatu. Sang diri
menyatukan antara awal dan akhir, menyatu antara keadaan akhir dan awal. Fokus
kepada akhir dari permintaannya. Maka akhir
dari permintaannya telah selesai di alam kesadaran dirinya telah yakin bahwa
permintaan itutelah dikabulkan Tuhan.
Kesadaran
dirinya M telah bersama Ha telah meliputiya..semisal ikatan M1 dan M2 yang
telah disatukan dengan perantaraan H..menjadi satu ikatan M2H...maka bayangkan
kekuatan liputan air...air akan membawa dan mengalirkan apa saja ke dekat kita..
+++
Maka
wajar para kesatria jaman dahulu akan melakukan meditasi..akan melakukan laku
spiritual...padahal mereka tidak
memeiliki apapun...Kisah Raden Wijaya yang tidak memiliki apa-apa ..kisah
heroik Raja raja jawa yang menggunakan metodologi ini untuk merebut kekuasaan.
Maka
apakah yang sekarang ada dalam memori pikiran? Apakah keluh kesah dan hanya
berisi penyesalan atas karuna Tuhan...sungguh manusia itu sering dikuasai oleh
iba dirinya sendiri, sehingga tidak mampu melihat sisi lainnya lagi.
Jika
cara dan metode ini sudah terbukti sukses menghantarkan para raja dan para
penguasa ke puncak kekuasaannya, cara yang terbukti sangat simple dan sederhana, cara
yang sama yang diajarkan kami diseluruh muka bumi ini..yang digunakan manusia dari golongan apa
saja..maka apakah masih banyak pertanyaan
lagi? Sesungguhnya ada diri manusia yang tahu, sebab mengapa manusia
masih berkeluh kesah atas takdirnya sendiri...
Maka
selesaikanlah bentukan entitas MH2 ...selesaikanlah dengan diri
sendiri...inilah laku sesungguhnya para kesatria yang ingin turun ke gelanggang
peradaban. Jika tidak sungguh-sungguh dalam menyelesaikan permasalahan dengan sang
diri ini, maka lupakanlah segala keinginan..sebab keinginan itu adalah sumber
penderitaan saja ...pulanglah ke sisi Tuhan dengan melakukan penerimaan atas
apa apa yang sekarang melekat pada diri..tenang dan puaslah atas semua...abaikan
keinginan sang diri...ikhlas dan ridholah dengan kehidupan yang setia menemani
minum kopi dipagi hari...puaslah dengan keadaan hari ini dan jangan bermimpi lagi.
Jika
kesatria telah menyelesaikan lakunya, selsai dengan proses M2H ini dan kemudian
trinitas M2H ini menggerakan gerak refleksnya (D) maka dapat kita bayangkan
kekuatannya. Maka jadikanlah spirit MuHaMaD ...M2H--> D...spirit yang bisa
kita jadikan meta model tanpa harus bersusah payah melakukan tapa brata di
hutan dan di gua-gua...disana ada hikmah bagi umat Muhamad
Siapakah
yang mampu menahan gerakan D alam semesta. Bukan dirinya yang bergerak tapi
Kami yang bergerak. Gerak dirirnya (D) adalah gerak alam semesta, bayangkan
bagaimana kekuatan yang ada disana. Maka
dirinya tidak perlu mengandalakan kekuatan ilah apapun ..cukup hanya
Allah,...sang Pemilk Alam semesta.
Demikianlah
metodologi bagi umat Muhamad yang ingin berkiprah dalam
peradaban...penyerdehanaan dari sebuah metodologi....Pertanyaannya apakah
percaya? Dan kepercayaan atas metodologi
inilah yang justru menjadi permasalahan besar bagi umat Muhamad, mereka tidak
yakin dengan metodologinya sendiri...
LOKUS
manusia ..lokus menjadi persoalan serius bagi manusia...jika persoalan lokus
ini belum mampu diselesaikannya maka yakinlah mereka tidak akan pernah mampu
FOKUS...
Ketika
tidak mampu FOKUS maka percayalah mereka akan gagal hidup di alam materi.
Wolohualam
bisawab…
Trima kasih pengajarannya...
BalasHapusSemoga saya bisa menjalankan ...