Rahasia Simbol (2); Misteri Sagara Hyang

Hasil gambar untuk situs sanghyang


Ingin mengawali hari dengan berkisah lagi. Kisah kehidupan yang senantiasa mengajari sang diri. Sebuah pengulangan kisah yang selalu terbaca saat bangun pagi. Seperti membaca kisah yang tak diingini namun selalu diulang-ulang lagi. Kisah ini selalu menyambangi seperti memori yang tak ingin pergi. Walau sejuta cara telah dilakukan sang diri agar kisah model begini tidak datang lagi. Namun itu tidak pernah terjadi. Kisah berulang dan diulang lagi. Kisah-kisah anak manusia yang selalu menyakiti diri, menjebak dalam delusi, ilusi dan menjebak masuk ke dalam  iba diri.

Kehidupan mengajari banyak hal. Termasuk bagaimana manusia mampu belajar melepaskan dan menerima. Dua pengajaran yang begitu sulit dijalani. Menerima takdir dan melepaskan kehendak diri. Disinilah pelajaran kehidupan (QoLaM). Pengajaran alam yang tak dimaui namun Kami pasti akan menepati janji kepada TuhanNya utk mengajari setiap manusia, sukarela atau terpaksa Kami pasti mengajari atas makna  arti hikmah kesakitan dan juga kebahagiaan. Menjauhi keinginan dan menerima yang tak dimaui. Sebuah siklus kesadaran alam manusia. Manusia dipaksa untuk menerima takdir apa saja yang menyambanginya.

Selama menapaki perjalanan spiritual. Sungguh kehidupan tidak pernah salah mengajari. Semua diperlakukan sama oleh sang guru. Pembelajaran ilah (Sin) dan pembelajaran hukum didalamnya (Lam) dalam kesadaran diri (M) yang terus bersiklus (Q). Pelajaran QoLaM.

Guru?
Ya, guru manusia adalah QoLaM yaitu ‘Sang Takdir’ itu sendiri. Suka atau tidak suka, terserah saja. Sukarela atau terpaksa silahkan saja. Semua sama saja. Manusia akan diberikan pelajaran dan pengajaran yang sama dari satu manusia ke manusia lainnya. Semua dimaksudkan agar jiwa manusia manusia sempurna... jiwa mampu beradaptasi... memiliki kemampuan dan daya tahan di alam materi dan nanti juga di alam setelah mati. Manusia akan diajari Kami agar mampu melintasi dan mengarungi alam alam dimensi. Meningkatkan  daya tahan dan kemampuan untuk beradaptasi di setiap dimensi.

Dengan kekuatan adaptasi ini diri akan mampu menerima tekanan dan benturan energi. Sehingga Diri tak terpengaruh lagi dengan gesekan dan juga tekanan, Sang diri akan meleset dengan kecepatan cahaya diatas cahaya. Setelah memiliki kemampuan ini, terserah Sang diri apakah ingin berpulang menemui  Tuhan nya ataukah ingin bermain-main lagi. Menjelajah kembali di seluruh alam semesta, memasuki lapisan demi lapisan dimensi lainnya lagi. Menyaksikan kekuasaanNya di seluruh dimensi. Kemudian diam dan tenang menjadi Penyaksi kekuasaan Allah  yang sedemikian besarnya, sdemikian luasnya, demikian dahsyatnya... menjadi saksi Ya Hu... Allah.. Diri puas telah menjadi penyaksi kehidupan ini  Kemudian setelahnya diri  puas tenang dan ridho telah diciptakanNya di alam ini,

Sagara Hyang kemudian Situs SangHyang menjadi tempat tujuan untuk perjalanan yang dimulai, ini. Bersama mereka para pencari dan perindu negri, mengisi hari ini dengan sesuatu yang pentng untuk hati. Sebuah makna dan keyakinan diri yang nanti disini disimbulkan dengan ‘Ain. Simbol makom dari keyakinan diri yang disusun atas argumentasi ilmu dan referensi hasil pengolahan jiwa ini. Itulah lambang jati (galuh) sang diri yaitu keyakinan atau iman.

+++

Jika pelajaran telah dimulai maka diamlah dengan takjim, sebab takdir tidak pernah salah mengajari. Dalam setiap perjalanan selalu akan ada hikmah..kesedihan dari setiap makhluk yang disambangi yaitu kerinduan mereka atas hidup itu sendiri. Jika mereka yang di datangi merasakan kerinduan kepada manusia yang datang, menjadi pertanyaan semua..apakah hakekat mati?

Ketika makhluk dimensi masa lalu dan sekarang bertemu dalam sebuah ruang dan waktu kemudian saling meluapkan rindu, bagaimanakah kesadaran manusia memaknai atas hidup itu sendiri?  

Masa lalu dan sekarang terhubung dengan satu perasaan, tali rahsa yang mempertemukan dua waktu dan dua dimensi. Tali  itu adalah rahsa rindu. Terhubung lah kerinduan itu dalam satu layar kesadaran yang eksis, mengapa bisa begitu?

Menangislah..menangislah wahai rindu. Ketiga sosok yang manusia yang hadir disiitu larut dalam kenangan dan kerinduan yang bisu milik portal dimensi waktu. Benarkah yang hadir mereka itu dari masa lalu? Diri hanya diam dalam kelu, sebab tak pahami, kenapa.

Sagara Hyang...menjadi saksi portal dimensi lautan kehidupan ..pertemuan dan kerinduan...dan semua makhluk dalam kesedihannya ...mereka bertemu di satu waktu, rindu kepada masa dimana mereka merasakan hidup itu, mereka ingin kembali ke kehidupan  materi...dan kita sering salah arti ...lupa mensyukuri atas nikmat hidup itu sendiri.

Yah, mereka yang dari masa lalu saja ingin kembali ke masa kini, di kehidupan terkini ini, mengapa manusia yang hidup sekarang ini tak mampu menikmati hidup itu sendiri? Dimanakah yang salah?

Simbol Ha Ya dan Ain...terbaca HYaNG...dibalik membacanya ‘Ain Ya Hu....(‘Ain adalah keyakinaan atas ilmu dan Ya itu kehidupan dan Ha adalah ruh kesadaran alam semesta) maka pertemuan disana akan membawa kesedihan bagi makhluk2 Nya.
.
Lautan kehidupan ...kesedihan dan kesenangan, ketakutan dan ketenangan...dualitas rahsa akan terus berguliran..menjadikan samudra atau sagara itu nyata adanya. Manusia mengarungi samudra ini. Smudra kehidupan.  Sagara Hyang ini...kadang datang badai disana...dan manusia berdoa kepada Tuhan. Namun kadang manusia kemudian  lupa jika kalau sudah pernah berdoa. Setelah Allah menyelamatkannya diri justru  berbangga bangga dengan kemampuannya, beranggapan itu terjadi sebab kemampuannya sendiri. Lupa bahwa keselamatan adalah anugrah dan nikmat yang diberikanNya. Samudra Hyang menjadi saksi atas polah-polah manusia yang seperti itu.

+++

Samudra atau Sagara Hyang banyak makna disana....dan bagaimana manusia memaknai setiap portal yang ada dimuka bumi bahkan di bumi Pertiwi ini maka ."Berjalanlah ke seluruh muka bumi...disana ada tanda tanda kekuasaan Allah" ...Sagara Hyang menjadi penanda salah satunya. Diri manusia ibarat kapal yang berlayar di Samudra kehidupan...berlayar di Samudra Hyiang.

" Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur." (QS. Surat Luqman Ayat 31)

Maka sebab apa datang disana kemudian dipenuhi air mata dan kesedihan?

Raga adalah ibarat kapal bagi sang diri ....alam kehidupan ini adalah samudra nya...Keyakinan (Ain) Ya (Kehidupan) dan Hu (Kesadaran alam) adalah makna HYaNG <==> H Y Ain <== Ain Ya Hu....Keyakinan Ya Hu....Ya Hu Allah. Tidak ada yang berbeda keyakinan leluhur kita dengan peradaban yang baru...hanya ibarat CAI disebut AIR.  Maka tidaklah sia sia dalam setiap perjalanan spiritual ==> disana alam akan mengajari manusia. Maka jagalah portal-portal itu...disana dari jaman dahulu menjadi portal pengajaran.

Batu dan kayu disana akan banyak bercerita dan mengkisahkan kepada manusia, bagaimana manusia yang datang dan menyambangi mereka, mengeluh dan berbicara kepada mereka menyoal hidup dan kehidupan, perjalanan takdir manusia. Ini terjadi sietiap peradaban manusia yang terus silih berganti seiring bergantiannya hidup manusia itu sendiri. Portal yang bisu ini akan berbicara jika perlu.

Maka Janganlah bersedih sebab hidup.  meskipun hidup itu keras mengajari, namun yakinlah itu demi dan untuk kebaikan dan kesempurnaan jiwa itu sendiri..bangkit dan senyumlah..sambutlah para Sang Hyang..yaitu .Para Sin (Leluhur) yang sudah memiliki Ain...mereka sang ghaib. Sang ghaib dari para Hyang, merekalah para Sang Hyang. Sang Ha Yu Ain..sebuah keadaan perwujudan atau manifestasi atau Kalki dari Sang Hidup.

Sang hidup ini sendiri ingin mewujudkan  sosok entitas di alam materi yang sesuai dengan rencanaNya dan kehendak Tuhannya, yaitu seorang khalifah dimuka bumi ini.  Wujud entitas ini harus memiliki Cover yang kuat (Kaf) didalamnya ada sebuah rencana besar (R) dari sesosok makhluk (Sin) yang terwujud dalam kesempurnaan jiwa (Nun). Maka berwujudan dari Sang Hidup sering disebut sebagai KRESNA.

Pemahaman Kresna kemudian menjadi keyakinan beribu tahun lamanya. Sebuah rencana dari Sang Hidup untuk mewujudkan rencanaNya akan membentuk jatidirinya.  Kemudian atas kehendakNya diri sang hidup ini menjadi mengambil perwujudan KRESNA. Sang hidup turun ke alam dimensi manusia melalui sebuah simbol ini. Dia sendiri bukanlah Tuhan, dia sendiri adalah Sang Hidup. Tanpa adanya Sang Hidup maka alam mayapada ini akan diam seperti gambar mati. Seperti screen server layar monitor saja.

+++

Kepada batu dan pohon disana di setiap portal layak kita bertanya, bagaimana manusia sebelum kita ini menyikapi hidup mereka sendiri? Yah, Mereka menjadi saksi yang diam bagaimana manusia merespon takdir masing2. Ada yang meminta tolong kepada mereka padahal mereka hanyalah batu dan kayu semata. Maka merekapun  akan berkisah bagaimana manusia yang datang  kemudian dihancurkan karena sebab ini.

Mereka para Hyang bersklus mengikuti kisah setiap peradaban manusia..menjadi saksi pergiliran kekuasaan dari satu dan lainnya...merasakan kesedihan dan kesengsaraan umat manusia dari satu dan lainnya. Manusia yang datang ke portal akan mendengarkan kisah ini dan kemudian YAKIN dengan keyakinan utuh atas peran dan bagiannya...dan inilah 'AIN..

Batu dan kayu hanya mengkisahkan hukum kepastian dari Tuhannya, agar manusia (Sin) memiliki  YAKIN (Ain) menjadi SANG. Setelah menjadi Sang manusia kemudian YAKIN (AIN) dengan hidup dan kehidupan (Ya) yang sudah ada dalam liputanNya (Hu), agar manusia sendiri mampu menjadi Hyang, yaitu sosok entitas yang mampu yakin atas eksistensi Ha Yu. Bahwa hidup dan kehidupan itu sendiri sudah dalam kekuasaan-Nya dalam pengaturan dan kendali Sang Ha Yu. Dalam keyakinan. Yah agar manusia menetapi keyakinan diri bahwa sesungguhnya  Sang Hyang itu adalah dirinya sendiri.

 ‘Ain?
Yakin kepada Sang Hyang....sang Ghaib yang mewujud menjadi entitas sang diri, di setiap portal..pasti ada perwujudan sang diri yang mewakili jatidiri, ada yang mewujud dalam wujud Sang Dewi..dan kadang menjadi banyak lainnnya lagi. Bagaimana yakin ini? Maka menangislah sebab tidak mengerti hakekat ini dan itu pantas sekali sebelum kita dihantarkan dengan tangisan oleh manusia lainnya, emikian hikmah yang bisa dihantarkan atas perjalanan spiritual di Sagara Hyiang dan Situ Sanghyang.

+++

Apa yang telah manusia pelajari dari kehidupannya sendiri?  Kemarahankah? Kebenciankah? Kesakitankah? Pada bagian mana manusia mampu berdrii tegak diantara kesakitannya sendiri dan kemudian menetapi arti diantara pergantian rahsa itu? Rahsa telah menggulungnya berhari-hari bagai tsunami menggilas sampai kepada harga diri, hingga orang-orang yang dicinta satu demi satu pergi , apakah yang manusia bisa petik dari kesendirian ini?

Kemarahan?

Kesedihan? Kehinaan? Keputus asaan? Apakah yang ingin engkau khabarkan kepada Tuhanmu wahai sang diri atas kejadian-kejadian yang engkau alami  di bumi ini?
Apakah semua khabar adalah kedukaan?
Apakah tiada ada khabar satu debu  dzarah saja kebahagiaan yang  engkau ingin khabarkan kepada Tuhanmu? Apakah tiada satu titik saja kenikmatan yang engkau rahsa  dalam pikiranmu , wahai diri? "Janganlah berlebihan dalam kesedihan sebab kehilangan kesenangan. Dan janganlah berlebihan dalam kesenangan saat kehilangan kesedihan."

Siksaan, kehinaan, kehilangan, kelaparan, pendek kata seluruh penderitaan manusia mereka alami. Dan semua itu adalah pembelajaran yang mendewasakan dan menyempurnakan jiwa mereka. Namun apakah mudah memkanai danmengerti ini?

Setiap bangun pagi menetapi arti bagaimana hidup ini dan bagaimana mati itu sendiri. Berjuang bertahan dalam hidup mencoba menerima atas mati. Alam materi begitu keras penuh dengan ambisi dan anarkhi semua manusia tidak ingin berbagi maunya menyakiti orang lain yang tidak disukai... ambisi dan keinginan diri... manusia memenuhi alam ini dengan energi iba diri dan sakit hati... tidak peduli jika manusia lainnya mati yang penting diri puas di alam materi... semua dikangkangi utk kepuasan sang diri...

Tiada yang salah memang Tuhan berharap manusia puas hidup di alam materi dan kembali ke alam ruhani dengan ikhlas dan tenang. Seperti serang anak yangt pulang kemali ke orang tua setelah puas bermain-main. Namun  apa jadinya jika kepuasan diri didapatkannya dari menyakiti.. apakah itu kepuasan diri yang dimaksudkan?

Belajar dan belajar lagi untuk berani menyikapi keadaan sang diri yang terus saja mencari kepuasaan sang diri. Bertahan dari bombardiir lintasan nafs yang terus datang dari muka dan belakang. Berjuang hingga kesadaran murni saja yang  menguasai sang diri... dan pagi akan tetap misteri.. mengapa aku bisa terbangun kembali dari mimpi?

Siapa yang membangunkan aku utk membaca pikiranku lagi? Dan hidup itu berjalan diatas pikiranku sendiri...Bagaimana dengan Tuhan?  Apakah yang lebih menakuti mati bertemu Tuhannya lagi atau hidup bertemu ambisi nya lagi?

Laku dan laku...

Metode ini banyak dilakukan oleh leluhur kita. Dalam hindu dan budha juga mengadaptasi metode laku ini. Meditasi bertapa..puasa dll. Semua pola sama. Yang membedakan adalah kalau kita membuat metodenya. Membuat pembelajaran diri kita dengan serangkaian ibadah atau ritual tertentu akan kita mengalami  sendiri bagaimana lapar, susah dll.

Sementara para nabi tidak. Mereka belajar dari takdir yang disiapkan Allah. Mereka tidak membuat silabusnya. Berjalan sebagaimana adanya. Mereka belajar menetapi takdirnya sendiri. QoLaM

Mereka belajar apa itu QoLaM.

Jiwa diam diatas gerak sang raga yang beraktifitas adalah hidup berkesadaran. Jiwa bergerak atas raga yang diam adalah hidup berkecerdasan. Jiwa dalam keseimbangan gerak dan diam adalah hidup dalam  kebermaknaan. Tenang diam dantakjim mempelajari QoLaM. Raga diam jiwa bergerak. Raga bergerak jiwa diam.                                       

Gerak dan diam. Saling bergantian dalam keseimbangan (sustainable). Mengamati keseimbangan dalam gerak dan diam bersama Gusti Allah. Itulah hidup dan kehidupan. Mengenali Ya Hu..Allah. Menenali Kresna.  Resultan ada pada gerakan meditasi diatas gerak. Diam tapi sesungguhnya bergerak dan bergerak tapi sesungguhnya diam. Itulah mati dalam hidup atau hidup dalam mati.

Adalah sebuah laku kesadaran dan kecerdasan. Sadar bahwa jiwa harus mengikuti gerak raga..Apapun geraknya raga jiwa selalu sadar..Dimana raga bergerak di situ ada jiwa yang sadar (diam) mengamati. Cerdas dalam memilih perjalanan jiwa ketika raga sedang diam Dalam kondisi raga diam inilah Barangkali saatnya perjalanan jiwa menuju Tuhan..

Bagi sang kesatria kesadaran yang akan bersiap untuk maju ke medan perang, perlu pemahaman ini. Bersatunya trinitas dalam satu wadah (lokus) dan kemudian bergerak dengan satu  titik fokus seperti saat arjuna ingin memanah seekor burung,  tidak ada satupun yang terlihat di matanya kecuali hanya titik sinar di bola mata burung. Diantara lingkaran hitam mata sang burung emprit yang ingin di panahnya...ada satu titik cahaya, dia sudah ada disana..fokus...satu titik tujuan ...

Kesadaran awal (M1) adalah kesadaran diri kita yang paham betul diri ini siapa dan apa, sadar atas sumberdaya yang dimilikinya, sadar bahwa hanya yang melekat pada diri ini saja yang dimilikinya. Inilah penerimaan totalitas penerimaan (berserah diri) atas semua aset pemberianNya. Kesadaran diri M1 melakukan penerimaan atas keadaan ini.

Kemudian kesadaran diri aktif melakukan koneksi dengan Ya Hu, dengan Sang Hidup. Terus mebuka frekuensi dengan  Ha, meminjam properti Ha pemilik seluruh alam semesta untuk sebuah tujuan muli. Kesadaran akhir M2 sang diri focus kepada keinginan akhir atau permintaan sang diri, keinginan sang diri telah menjadi kesadaran akhir sang diri inilah M2. Maka  dalam sebuah ikatan kesadaran akhir sang diri M2 muncul pemahaman bahwa  Akulah yang awal (M1)dan yang akhir  (M2) dalam satu liputan H maka akulah M2H. Akulah air kehidupan  H2O yang meliputi segala materi, akulah SANG KESADARAN, akulah yang menentukan awalku dan akulah yang menentukan akhirku sendiri....maka jadilah KUN FA YA KUN..kesadaranKu meliputi dan menjadi gerak D. Peta perjalanan spiritual ini terbaca MHMD kita sering menyebut dan mengcapkannya dengan penuh santun MuHaMaD.

Inilah  perkataan Al Halaj dan Syeh Siti Jenar dan juga sang KRESNA dalam Perang Mahabarata  yang sulit dipahami manusia biasa, LOKUS sang Kresna , Al Halaj dan para kaum sufi lainnya yang menjadi dasar landasan ucapannya, dan sayang sekali pemahaman ini kemudian menjadi fitnah besar. Karena sebab berbeda LOKUS kesadaran ini manusia saling baku hantam.

LOKUS  telah ditetapkan oleh sang diri, lokus kesadaran menjadi pijakan bagi diri mereka , mereka menyatu dengan alam semesta ..(inilah hikmah Al Ikhlas). Berangkat dari lokus disana..berangkat dari pemahaman Al Ikhlas ini ..diri kemudian memohon kepadaNya.."Allah hu Somad.....Allah hu somad..” Memohon kepada Allah agar mewujud di alam materi keinginan sang diri.

Hendaknya Sang diri fokus kepada tujuan akhirnya..apa permintaan. Sebagaimana Ajuna saat akan memanah.  Arjuna focus kepada apakah yang akan dipanahnya. Mata burung dan keadaan sang dirinya menyatu. Sang diri menyatukan antara awal dan akhir, menyatu antara keadaan akhir dan awal. Fokus kepada akhir  dari permintaannya. Maka akhir dari permintaannya telah selesai di alam kesadaran dirinya telah yakin bahwa permintaan itutelah dikabulkan Tuhan.

Kesadaran dirinya M telah bersama Ha telah meliputiya..semisal ikatan M1 dan M2 yang telah disatukan dengan perantaraan H..menjadi satu ikatan M2H...maka bayangkan kekuatan liputan air...air akan membawa dan mengalirkan apa saja ke dekat kita..

+++

Maka wajar para kesatria jaman dahulu akan melakukan meditasi..akan melakukan laku spiritual...padahal  mereka tidak memeiliki apapun...Kisah Raden Wijaya yang tidak memiliki apa-apa ..kisah heroik Raja raja jawa yang menggunakan metodologi ini  untuk merebut kekuasaan.

Maka apakah yang sekarang ada dalam memori pikiran? Apakah keluh kesah dan hanya berisi penyesalan atas karuna Tuhan...sungguh manusia itu sering dikuasai oleh iba dirinya sendiri, sehingga tidak mampu melihat sisi lainnya lagi.

Jika cara dan metode ini sudah terbukti sukses menghantarkan para raja dan para penguasa ke puncak kekuasaannya, cara yang terbukti sangat simple dan sederhana, cara yang sama yang diajarkan kami diseluruh muka bumi ini..yang digunakan manusia dari golongan apa saja..maka apakah masih banyak pertanyaan  lagi? Sesungguhnya ada diri manusia yang tahu, sebab mengapa manusia masih berkeluh kesah atas takdirnya sendiri...

Maka selesaikanlah bentukan entitas MH2 ...selesaikanlah dengan diri sendiri...inilah laku sesungguhnya para kesatria yang ingin turun ke gelanggang peradaban. Jika tidak sungguh-sungguh dalam menyelesaikan permasalahan dengan sang diri ini, maka lupakanlah segala keinginan..sebab keinginan itu adalah sumber penderitaan saja ...pulanglah ke sisi Tuhan dengan melakukan penerimaan atas apa apa yang sekarang melekat pada diri..tenang dan puaslah atas semua...abaikan keinginan sang diri...ikhlas dan ridholah dengan kehidupan yang setia menemani minum kopi dipagi hari...puaslah dengan keadaan hari ini dan jangan bermimpi lagi. 

Jika kesatria telah menyelesaikan lakunya, selsai dengan proses M2H ini dan kemudian trinitas M2H ini menggerakan gerak refleksnya (D) maka dapat kita bayangkan kekuatannya. Maka jadikanlah spirit MuHaMaD ...M2H--> D...spirit yang bisa kita jadikan meta model tanpa harus bersusah payah melakukan tapa brata di hutan dan di gua-gua...disana ada hikmah bagi umat Muhamad

Siapakah yang mampu menahan gerakan D alam semesta. Bukan dirinya yang bergerak tapi Kami yang bergerak. Gerak dirirnya (D) adalah gerak alam semesta, bayangkan bagaimana kekuatan yang ada disana. Maka  dirinya tidak perlu mengandalakan kekuatan ilah apapun ..cukup hanya Allah,...sang Pemilk Alam semesta.

Demikianlah metodologi bagi umat Muhamad yang ingin berkiprah dalam peradaban...penyerdehanaan dari sebuah metodologi....Pertanyaannya apakah percaya? Dan kepercayaan atas metodologi inilah yang justru menjadi permasalahan besar bagi umat Muhamad, mereka tidak yakin dengan metodologinya sendiri...

LOKUS manusia ..lokus menjadi persoalan serius bagi manusia...jika persoalan lokus ini belum mampu diselesaikannya maka yakinlah mereka tidak akan pernah mampu FOKUS...

Ketika tidak mampu FOKUS maka percayalah mereka akan gagal hidup di  alam materi.

Wolohualam bisawab…

Komentar

  1. Trima kasih pengajarannya...
    Semoga saya bisa menjalankan ...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali