KEPASTIAN YANG TERLUPA

Dosa siapa dan salah siapa ? 

Musibah apapun terasa akan megoyak sisi kemanusiaan kita. Banyak sekali manusia kemudian menghujat Tuhannya, Mengapa Tuhan menghukum hamba-hamba-NYA ?. Mengapa musibah ini menimpa saya, mengapa bukan menimpa dia atau mereka saja ?.  Mengapa jika musibah datang tidak padang bulu, tidak peduli akan datang kepada siapa, apakah kafir atau beriman. Mengapa musibah kemudian selalu disandingkan dengan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah?. Lantas apa yang telah kami dustakan. Bukankah kami percaya adanya Allah. Bukankah kami telah ber syahadat. Bukankah kami muslim, apakah layak kami mendapat musibah ini?. Bukankah kami, sebagaimana janji Allah, adalah kaum terbaik. Sebagaimana janji Allah kaum muslimin adalah rahmat bagi semesta alam. Mengapa begini ?, Ada apa dengan kami ini ya Allah ?.  Manusia memang selalu banyak bertanya dengan tak habis habisnya. Dan layaknya kita ber doa agar di jauhkan dari sifat-sifat seperti ini.

”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri Beriman dan Bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’raf, 7: 96).

Ayat-ayat Allah adalah sebuah kepastian, maka jika suatu kaum mendustakan atau siapapun yang mendustakan ayat-ayat Allah. Berlakulah atasnya kepastian tersebut. Marilah kita melihat dari cara-cara yang paling sederhana cara bekerjanya ayat-ayat Allah.
Ayat-ayat Allah dalam pemahaman saya adalah ‘kehendak-kehendak’ Allah, atas alam semesta ini. Atas mikro kosmos dan makro kosmos. Atas manusia dan seluruh makhluk di muka bumi ini. Baik yang telah masuk dalam kesadaran kita ataupun belum sempat kita ketahui dalam kesadaran manusia.

Kaum yang berfikri (ilmuan) telah mengabarkan kepada kita. Sebuah kehendak Allah. Jika atom Na bergabung dengan aton Cl, maka terbentuklah garam. Bukan gula atau lainnya. Inilah kepastian itu. Kepastian yang belaku dari dahulu hingga kini. Tidak berubah sama sekali. Begitu juga yang terjadi pada senyawaan senyawaan lainnya. Misalnya gula tidak akan bisa di susun dari atom H apalagi Cl. Jika kita memaksakan menyusun, membuat  gula dari kedua atom tersebut. Maka yang kita dapati adalah zat beracun. Zat yang sangat korosif, mampu menghancurkan daging kita. Sistem inilah yang terjadi pada alam semesta. Pada darat, laut dan udara.  Ketika kita memaksakan kehendak kita pada alam semesta maka berlakulah ayat-ayat Allah. Kehendak Allah yang sudah dituliskan sebelum alam semesta berbentuk.

Manusia diajak untuk membaca ayat-ayat ini. Membaca kepastian-kepastian yang akan terjadi, jika manusia berbuat ini atau berbuat itu. Jika manusia memperlakukan alam  sekehendak dirinya, Manusia harus kembali bertanya, nanti apa yang terjadi?. Manusia harus segara menyadari. Mengkajinya. Manusia harus mampu membaca ayat-ayat ini, sehingga mampu membaca kehendak-kehendak yang tersimpan disana. Alam memiliki kemampuan untuk memperbaiki dirinya, Sebagaimana kehendak Tuhannya.

Jika hutan di gunduli, tidak ada tanaman lagi. Maka bumi akan kekurangan oksigen.  Sedangkan Bumi harus memenuhi kebutuhan oksigen untuk kehidupan makhluknya. Maka diperlukan proses pertumbuhan tanaman secara cepat, dan fantastik. Untuk itu diperlukan air sebanyak banyaknya agar tanaman dapat segera tumbuh kembali. Bila kebutuhan  tanamanan akan air terpenuhi maka tanaman akan tumbuh dengan baik, sehingga kebutuhan oksigen bumi akan terpenuhi dengan cepat pula. Terjadilah keseimbangan lagi. Harmonisasi. Ini adalah mekanismenya. Sangat sederhana. Hutan di gunduli, oksigen menjadi menipis. Alam menurunkan hujan untuk merangsang tanaman agar tumbuh dengan cepat. Dan seterusnya. Sebagaimana pertahanan dalam tubuh manusia. Jika Bumi dianggap sebagai tubuh, maka wajar saja jika kemudian bumi memperbaiki dirinya. Jika kemudian terjadi banjir, maka bukanlah salah alam, bukan salah dari bumi itu sendiri. Karena kesalahan manusia tidak mampu membaca ayat-ayat Allah. Kehendak Allah atas harmonisasi alam semesta. Maka senantiasa Al qur’an mengajarkan kepada kita untuk melihat ‘tanda tanda’ kekuasaan Allah ini.

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kamu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari dosa-dosamu." (QS. As Syura, 42 : 30)

Jikalau memang sudah menjadi sebuah kepastian. Mengapa kita tidak menjadi tunduk..?. Sungguh dapat kita lihat dalam ayat As Syura ; 30, betapa Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Meskipun manusia telah melakukan kebodohan, karena tidak mampu membaca ayat-ayat Allah tersebut, sehingga menimbulkan musibah yang menyayat kemanusiaan itu sendiri. Allah hanya mengingatkan manusia bahwa musibah tersebut bukanlah kesalahan alam. Musibah terjadi atas kesalahan manusia sendiri. Itulah kepastian yang di berikan  Allah. Maka hendaklah dimengerti. Dan Allah mengampuni dosa-dosa manusia yang terkena musibah tersebut. Karena memang belum tentu di sebabkan oleh kesalahan pribadi-pribadi mereka. Namun lebih disebabkan atas kesalahan kolektif manusia, yang tidak saling mengingatkan dan menasehati atas hal ini. Musibah terjadi atas kesalahan kolektif manusia. Maka tidak layak bagi kita kemudian menuduh saudara-saudara kita dengan kalimat yang tidak semestinya. Seperti kejadian gempa di Padang dan lain sebagainya. Dimana kemudian di banyak milis dihubungkan dengan hal-hal mistis lainnya. Semoga kita dijauhkan dalam berpandangan seperti itu.

Kepastian yang dilalaikan

Sekilas kita mengerti dan sadar, bahwa kita telah mendustakan ayat-ayat Allah ini. Melalaikan atas kepastian ini. Kita tidak mau belajar dari kejadian kaum-kaum terdahulu. tentang semua ini. Tentang kehendak Allah atas alam semesta, tentang kehendak Allah terhadap darat, laut dan udara. Bagaimana ketika dunia di tenggelamkan. Jaman nabi Nuh as. Dan jaman-jaman lainnya setelah itu.   Kehendak yang sama, dari dahulu hingga kini. Sebuah sistem pertahanan tubuh telah diberikan Allah kepada seluruh mahkluk ciptaannya. Sehingga mahluk tersebut mampu memperbaiki dirinya. Tidak saja, dari jasad renik hingga manusia. Namun alam semesta, darat, laut dan udara, mereka juga memiliki kemampuan untuk memperbaiki dirinya. Bahkan gugusan bintang, dan seluruh planet-planetnya senantiasa akan mengembang, dan memperbaiki dirinya.   Kepada bumi dan langit telah dititahkan segala urusannya, sebelum mereka terbentuk. Diantara itu ada malaikat-malaikat penjaga. Di gunung ada malaikat, di laut ada malaikat, di seluruh alam semeta tak terhitung banyaknya, mereka senantiasa bertasbih. Merekalah yang menjaga agar harmonisasi ini alam semesta tetap terjaga sesuai kehendak Tuhannya. dengan gerak mereka, dengan tasbih mereka. Mereka melaksanakan titah Tuhannya dengan khusuk. Mereka jati diri alam semesta.  Untuk inilah Islam mengajarkan agar kita percaya adanya malaikat Allah. Mereka bertasbih seperti kita manusia, mereka berdoa kepada Allah agar alam semesta harmonis.

Apakah kemudian kita manusia mendustakannya. Mendustakan kepastian ini. Bahkan ini sudah diajarkan dalam RUKUN IMAN kita. Kita harus percaya adanya malaikat Allah, malaikat yang menjaga jati diri alam semesta. Mereka harus masuk dalam kesadaran kita manusia. Kemudian kita juga Meng-imani. Sehingga tidak ada lagi manusia yang mengaku ber-iman. Mengaku muslim. Akan berbuat se wenang-wenang. Sekehendak dirinya terhadap alam semesta. terhadap bumi, laut dan udara. Islam sudah membingkainya sebagai pengajaran dalam RUKUN IMAN. Maka kaum yang ber-iman dalam manifestasinya adalah kaum yang senantiasa memperhatikan, tidak ber buat aniaya atas lingkungannya. Menjaga dan senantiasa memafaatkan alam secukupnya. Dan senantiasa didahului dengan Bismilallah. itulah perlakuan yang arif atas alam, sebab atas nama Allah saja mereka ikhlas digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Mereka sempurna, mereka ikhlas atas nama Allah yang menciptakan mereka bukan atas nama lainnya. Maka selanjutnya manusia muslim akan menjadi rahmat bagi alam, karena menyempurnakan setiap benda yang disentuhnya dengan Bismillah. Demikian juga sebaliknya, alam akan berlomba-lomba memberikan, menawarkan hasil terbaiknya. sebab setiap digunakan oleh manusia atas nama Allah, telah menyempurnakan diri mereka. Mereka di ciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia itu adalah kehendak Tuhannya. Kehendak itu, dan dengan terpenuhi  itu mereka sempurna. Wallohualam.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali