Kisah Banyak Wide-Apabila Langit Terbelah
"Kita hanya menyaksikan ... Walau sakit, tp hanya bisa menyaksikan ðŸ˜
Sebentar lagi
Gongnya sdh bertalu-talu
Cepatlah menuju koordinat itu
Titik itu akan bergeser pd waktu yg belum tentu kalian masih ada di usiamu
Bergerak cepatlah
Titik itu sdh mulai tampak dalam tumpuan waktu
Genderang kehancuran pertiwi sdh mulai bergaung setiap waktu
Aku siapkan semuanya untuk membantu kalian
Karena ini titik waktu yg sudah tertentu
Besok berangkat dalam urut waktu
Kalian akan mendapatkan semua tanpa ada yang menghalangi perjalanan Kami
Bersiaplah
Titik kordinat itu sudah di ufuk waktu
Satu
Dan menyatu
Itu satu
Dalam kurun waktu
Satu
Dalam waktu
Hanya itu..”
...
Raga
terkininya telah pasrah berserah, membiarkan kesadaran Banyak Wide yang
menguasai pikirannya. Banyak Wide sangat berterima kasih kepada raga terkininya
itu. Pemebelajaran untuk dirinya harus di ulang. “Pesannya Kami, setiap makhluk memiliki tugas dan tanggung jawabnya
masing-masing. Ada yang menjadi tarik dan menarik seperti larik yang
terjabarkan dengan gerak gerik.Ketika sidratul muntaha menarik, maka semua
lepas dalam gerak larik. Berjalan di antara tarian jiwa yng dimengerti ataupun
tidak. Jangan mengharap semua dalam perjalanan seperti kerikil dengan segala
ketajamannya, lihatlah pada yang dirasakan dan perhatikan reaksinya. Yah pergi
menjadi titah kami untuk kalian segera pergi ke tujuan yang sudah kami
tetapkan. Uangnya besok kami siapkan, dan segeralah kalian berangkat sebelum
gerak kordinat berputar dalam rotasi yang sdh ditetapkan.
Kami tetapkan untuk
segera berangkat, dalam dua hari kalian akan mendapatkan semua transportasi dan
akomodasi, dengan laku tersebut menjadi jalan yang sudah ditetapkan. Segera,
dan laksanakan...Ini bukan dalam wacana perbincangan antara realita dalam kasus
yang tak bertepi. Tetapi akan menjadi suatu hal yang pasti untuk menjalankan
misi tersebut. Pesan sudah selesai. Gitarnya liat dalam garis lurus cakrawala
biru
Negeri ini akan
porakporanda... ðŸ˜
…
Pembelajaran di awal
Pesan
tersebut mengisyaratkan sudah saatnya dirinya harus terus berjalan.
Pembelajaran akan terus dilakukan. Kami akan mengajarkan bagaimana memahami al
qur an. Perhatikan dan amatilah serta resapi dalam keyakinan diri, bagaimana
pembelajaran ini;
“
A'udzubillahiminasysyaithaanirrajiiim. Bismillahirrahmaanirrahiim. 1) apabila langit terbelah. ا alif ada hamzah di
bawahnya, dibaca "i" sebagai sebuah peringatan sekaligus perintah. Dza dengan di depannya ada huruf alif sebagai
petunjuk. Petunjuk yg mengarah ke arah jarak yg jauh. Perpaduan huruf2 tersebut membentuk tulisan
.... (hrs ditulis arabnya) dgn dibaca idza, yg terjemahan bebas Indonesia
adalah apabila. Namun secara simbol huruf mengandung makna akan keyakinan dan
menafsirkan ketidak yakinan makhluk atas perintah tersebut. Kata idza (hrs
ditulis arabnya), menjadi suatu sistem dari keyakinan dan ketidakyakinan. Perintah
sekaligus keraguan pd makhluk atas perintah tersebut. Kenapa demikian? Karena perintah itu
menunjukkan pd sesuatu yg jauh dr panca indra Tetapi dirasa oleh panca indra
Simbol ini akan selalu
berdampingan dengan makhluk-makhluk tersebut. Yaitu, jauh dr panca indra tetapi
dirasa oleh panca indra manusia. Kenapa ditujukan kepada manusia? Karena
Al-Quran ditujukan bagi manusia. Pahami kata idza sebagai suatu keyakinan akan
perintah. Dza dipatah sebagai simbol getaran. Sedangkan huruf alif yg bersyakal
mati sebagai petunjuk arah akan tegaknya perintah tersebut. Maka, kata idza
adalah perintah untuk percaya atau yakin akan kekuasaan Allah yg jauh dr panca
indra, tetapi terasa oleh panca indra. Assamaau... Terdiri dari alif, lam sin,
mim, alif dan hamzah. Secara arti bahasa Indonesia artinya langit. Maka ingatlah simbol assamaau (hrs tulis dlm
bahasa Arab) dengan penjabaran. Alif mati sebagai penegak yang lurus. Lam mati
sebagai lapisan-lapisan yang membentang. Sin fatah dibaca sa sebagai simbol
sinar yang terang. Mim sebagai makhluk Allah swt. Alif mati tegak membentang. Hamzah sebagai
penekanan dr bentangan sinar. Syakal yang membentuk bendera, maka itu juga
sebagai penekanan sinar yang membentang dalam pandangan manusia.
Alif mati, nun mati,
sya, qaf tasydid, dan ta mati. Dibaca ingsyaqqat, yg dlm bahasa indonesia
diartikan terbelah. Alif mati sebagai penegak. Nun sebagai wadah. Sya fatah
sebagai saksi-saksi. Qaf fatah sebagai
lekukan dalam sebuah wadah yang menunjukkan adanya kehidupan. Tasydid sebagai penekanan akan wadah2
tersebut. Bukan satu, tetapi dua. Ta mati sebagai titik dari pertemuan. Ingsyaqqat menjadi simbol keterpaduan dalam
sebuah wadah yang tegak, namun ada titik yang menjadi mati dan hidupnya
penghuni tempat tersebut. Dalam deskripsi simbol dari tiga kata simbol di atas
membentuk suatu simbol bahwa adanya perintah Allah bagi penghuni langit atau
sinar yang memudar dan menjadi titik-titik atau terbelah dalam pandangan
manusia.
Memahami ayat pertama
ini harus dengan keyakinan. Bahwa Allah yang memberi perintah atas langit. Begitu
pula manusia harus sadar akan keterbatasan dirinya. Baik dalam ilmu atau
raganya sendiri. Pemahaman yg biasa bg yg menganggapnya biasa. Tetapi menjadi
titik poin dalam pembelajaran untuk mengenal perintah, keyakinan, dan
keterbatasan makhluk. Segala sesuatu atas perintah Allah. Simbol2 di atas tidak
mesti kau jabarkan, krn dalam pemaknaannya akan dibantah. Kami mengabarkan
bahwa setiap kata dlm al Quran adalah simbol. Termasuk huruf. Namun dalam
penjabarannya harus paham dr setiap huruf dan titiknya. Kembali pd terjemahan
apabila langit terbelah.... Itu seperti "jika", padahal itu pasti. Langit
terbelah. Secara ilmu pengetahuan bisa dibawa pada teori-teori fisikia. Adanya
benturan benda-benda langit sehingga berguncang penghuni bumi. Namun secara
kejiwaan, pada dasarnya pandangan atau pikiran yang melihat atau memandang
sesuatu keyakinan yg jauh dr indera tetapi dirasakan oleh indera yg cahayanya
pedar. Sering menjadi ragu. Maka itulah yang dimaknai dlm terbelah.
Allah menciptakan para
makhluknya. Berinteraksi satu dgn lainnya menjadi belahan dalam proses
kehidupan. Demikian pemaknaan ayat pertama. Dan berkaitan dgn ayat kedua. Apakah masih siap menerimanya?
Dan langit patuh kepada
Tuhannya, dan sudah semestinya langit patuh. Dalam setiap gerak makhluk atas ijin atau
kehendak Allah. Dan mereka bergerak sesuai dengan ketetapan yang telah Allah
tetapkan. Langit sebagai salah satu
makhluk yang memiliki rotasi yg sesuai dengan porosnya. Ketika titik pion
rotasi bergeser bukan pd poinnya, maka benturan akan terjadi. Namun, semua yg terjadi atas kehendak Allah.
3) dan apabila bumi
diratakan; Kembali pada bentuk perintah ketika bumi diratakan. Rata tanpa ada
tiang penyangga, yaitu gunung2...Tentu dalam sekilas pandang bahwa bumi itu
rata. Sekali-kali tidak, bumi memiliki pancang-pancang penyangga yang
mengelilingi bumi. Yaitu gunung-gunung
yg betebaran dengan susunannya yang telah Allah tetapkan. 4) dan dilemparkan apa yg ada di dalamnya dan
menjadi kosong. Isi bumi dimuntahkan keluar semuanya. Tahukah kamu amteri apa
yg berada di dalam isi bumi? Api, gas,
batu, air, dan tanah berhamburan keluar untuk mengosongkan setiap lapisannya. 5) dan patuh kepada Tuhannya dan sudah
semestinya bumi itu patuh. Pergerakan bumi atas ijin Allah swt.
Benturan-benturan yang terjadi atas kehendak Allah swt. : 6) Hai manusia,
sesungguhnya kamu telah bekerja dgn sungguh2 menuju Tuhanmu, maka pasti kamu
akan menemui-Nya. Berkenaan dengan kehidupan manusia yang menjalankan proses
hidupnya. Takdir yang telah ditentukan
Tetapi manusia harus
tetap dlm usaha dan niat kesungguhannya. Keraguan seringkali menjadi penghalang bagi
manusia itu sendiri dalam menemui Tuhannya. Langit dan bumi disebutkan di awal
menggambarkan bahwa mereka adalah makhluk-makhluk Allah. Setiap geraknya atas ijin dan kehendak Allah. Ketika
terjadi benturan gerak atau pergeseran titik poin, maka mereka patuh atas
perintah Allah. Benturan gerakan tentunya akan memberi efek juga kepada
makhluk2 tersebut. Namun, kepatuhan dan keyakinan atas semua yg terjadi atas
kehendak Allah, maka mereka patuh. Begitu pula dgn manusia. Bila dihadapkan pd
benturan2 atau interaksi, tetap dlm kepatuhan dan keyakinan kpd Allah dlm
proses perjalanan hidupnya, maka manusia itu dapat menemui Allah. Dalam perputaran lintas dimensi makhluk,
pemahaman ini bisa dlm terapan-terapan kepatuhan mengikuti sistem dan kehendak
Allah. Meski diturunkan ke bumi, atau berada dlm raga tak berarti, maka makhluk
tersebut akan mengikuti petunjuk Allah. Jejak-jejak manusia dlm perputarannya
kadang dlm lintasan yg dekat, kadang jauh dr titik poros. Tetapi bila terus
mengikuti rotasi, maka akan bertemu dengan ilahi rabbi.
Ayat 7 menjelaskan
catatan kitab yg menampilkan saksi-saksi atas setiap kitabnya. Kesaksian yang memudahkannya utk kembali dan
bersama Kami dlm anugerah ilahi, itu ayat 8. Dan ayat 9. Adapun ayat 10 tentang
kitab dr belakang, maksudnya banyak saksi yg berpaling dan enggan menjadi saksi
atas perbuatannya. Kitab di sini adalah alam semesta yg menjadi saksi atas
perbuatannya...Kitab ini sangat enggan dan berpaling dr manusia yang durhaka. Sehingga memilih utk membelakanginya. Menghindar dr orang tersebut. Kitab setiap diri manusia? Krn pada dasarnya
alam semesta berada dlm kesadaran ilahi rabbi. Penjelasan tentang ini bisa
dibuka dlm QS Al Hijr. Penjelasan tentang manusia dan kitabnya. Ingin dilanjutkan Surah Al Insyiqaq atau beralih
ke surah Hijr?
Belajar kitab dan
manusia, lihat surah Al Hijr. Ayat 11... Dengan keengganan para saksi utk hadir
menjadi tanda bahwa dia dlm keadaan celaka. Manusia paham akan hal tersebut. Namun kadang, paham bukan berarti sadar. Inilah
yg menjadi masalah. Banyak yg paham akan sesuatu makna atau peristiwa, tetapi
sayang dia tidak menyadarinya. Tidak
tergerak hatinya. Tidak dalam kesadaran utk dapat melaksanakan atau menjauhinya.
Begitu pula dengan tanda tersebut...manusia paham, dan baru sadar bahwa dia dlm
keadaan celaka. Sayang hal tersebut akan terasa sia-sia bila itu terjadi pd
saat perhitungan amal.
Lanjut ayat 12
Dalam keadaan tersebut,
maka manusia menjadi kacau. Seumpama api yang menyala dia masuk ke dalamnya.
Pada dasarnya,
kegundahanlah yg membuat hatinya bak api yang panas, dan itu akan
menghanguskannya sendiri.
Ayat 13, pada masa dalam
perjalanan hidupnya, dia mengikuti hawa nafsunya. Segala emosi yang ada ia
ikuti, padahal hal tersebut adalah fana.
Masrura yg sering
diartikan bergembira, Kami maknai sebagai mengikuti hawa nafsu atau kemudahan
dalam menjalankan nafsu dan emosi.
Di dalam keluarga atau
lingkungannya, orang tersebut cenderung mengikuti hawa nafsu atau emosinya
sendiri.
Sifat-sifat itulah yang
menguasai raganya.
Ayat 14, Orang tersebut dalam
arus hidup mengikuti emosinya, tanpa sadar bahwa hidupnya adalah perjalanan.
Perjalanan dalam
menjalankan takdir Allah swt.
Berlanjut ayat 15,
karena dikuasai oleh nafsunya, maka ia tidak sadar sedang menjalankan takdirnya
sebagai hamba dan khalifah
Dan Allah melihat atau
menyaksikan apa yang diperbuatnya
Ayat 16, Aku bersumpah dengan
cahaya merah di waktu senja...
Aku di sini bukan
khaliq. Tetapi aku saksi dan yang menyaksikan.
Kenapa cahaya merah
senja atau lembayung dijadikan sumpah? Karena di sana ada proses peralihan atau
perpuataran matahari.
Siang dan gelap
Batas waktu itu
terkhibar dalam cahaya merah
Pantulan cahaya merah yg
diterima oleh panca indera
Maka, Kami menyebut aku
di sini sebagai saksi dan penyaksi, bukan khalik
Masa peralihan ini
sering menjadi proses yang dinikmati atau diingkari
Tergantung dr panca
indera yang menerima hal tersebut.
Ayat 17, Malam yang menyelebungi
berada dlm rasa manusia
Adanya malam sebagai
bukti keterbatasan manusia
Perputaran matahari
sehingga bagian yg tidak disinari menjadi gelap, bak selubung yg menyelimuti
Dalam kegelapan itu,
satelit bumi hadir dlm pendar cahaya dr pantulan sang bintang
Bulan pun sama berputar
dlm rotasinya.
Sehingga dapat membentuk
binar cahaya terang yg dinamakan bulan purnama
Ayat 20, Dari pelajaran cahaya...
Merah, kemudian gelap,
dan terang dlm redup cahaya bulan...
Ada proses dan tingkatan
alam
Begitu pula dengan
manusia
Sinar itulah yang terang
bersinar
Kemudian keterbatasa
panca indera, melihatnya dalam tahapan-tahapan cahaya
Lapisan-lapisan yg
dilewati, menjadi tahapan-tahapan kehidupan
Namun semua berada dalam
satu sistem
Langit, bumi, dan
manusia berada dlm sistem alam semesta.
Ayat 20, Menunjukkan penekanan
Bahwa orang yang paham
dan mengetahui semua hal dengan ilmu pengetahuannya, mengapa masih belum sadar
untuk beriman?
Padahal Allah sdh
menjelaskan semuanya
Baik tertulis maupun
tidak
Bahkan, banyak manusia
yg paham tetapi tidak sadar
Ayat 21, Apabila mereka dibacakan
akan kesadaran, mereka mengingkarinya...
Mereka tidak mematuhinya
Padahal mereka
mengetahui bahwa mereka harus patuh
Ayat 22, Mereka lebih memilih
berdusta atas pengetahuan dan pemahaman yg mereka ketahui
Dan hanya kembang dalam
hidup mereka tanpa sadar
Padahal dlm ayat
berikutnya disebutkan, Allah Maha Mengetahui atas hati dan niat mereka.
Sekali-kali tidak. Hati
itu hanya Allah dan pemilik hati yg mengetahuinya.
Ayat 24, Keadaan mereka yg
demikian, dapat menjadi bumerang dalam setiap apa yg dilakukan.
Siksa yg pedih dianggap
bualan
Padahal mereka sudah
merasakannya sendiri
Buaian-buaian nafsu
mereka menjadi kabar gembira bagi mereka, tetapi sebetulnya itu adalah siksaan
bagi mereka.
Ayat 25, Tetapi bagi orang yg
beramal saleh dan beriman, kebahagian mereka tidak akan terputus.
Mereka yakin akan kasih
sayang Allah, maka Allah pun menyayangi mereka.
Pahala di sini bukan
seperti transaksi jual beli.
Tetapi pahala yg tidak
putus-putus adalah keikhlasan dalam setiap ketetapan yg Allah berikan.
Shadaqallahul'adzhim”
…
Nafas menjadi belukar
raga selesar telah mati
dalam sukar..
…
Perhatikanlah
dan 5 menit ini misteri…
Salam
Komentar
Posting Komentar