Orang-Orang Masa Lalu-Episode Banyak Wide



Episode LangkahYang Diulang
Jelas menatap awan berarak. Wajah murung semakin terlihat. Sekian tahun lamanya bergelut dengan entitas dari alam tak kasat mata. Ternyata kata sama dia dapatkan.
“Layaknya musim ini berkaca pada sikapmu ?!?”
Suara itu terdengar lirih saja,  desahan nafas tertahan. Seperti hanya ingin berbicara kepada dirinya sendiri. Tidak ada ekspresi dalam wajahnya. Alam sekitar senyap menahan gelisahnya,  bahkan suara anjing yang biasa melolong dari rumah tetangga kini lenyap. Begitu juga makhluk tak kasat mata yang biasa lalu lalang di dalam rumahnya, kini diam seakan mereka paham tuan rumah sedang tidak ingin diganggu. Mereka menahan langkah. Memberikan kesempatan lelaki tersebut memasuki dimensi ghaib mereka. “Jelas menatap awan berarak dan wajah murung semakin terlihat.” Desah nafas memberat menyisakan kehampaan udara di seputar dada dan lehernya.
Pandangan lelaki tersebut menatap  lurus ke depan. Dari bibirnya kembali berdesah, mengucapkan perkataan yang sama. Tidak menghiraukan apakah pernyataannya tersebut akan ada yang mendengar . Lantas sebenarnya kepada siapkah dia berkata itu? Entahlah… mimik wajahnya terlihat sekali apa yang disampaikannya itu mengandung bobot dan isi kedalaman yang yang luar biasa. Sesekali dia meringis seraya sedang menahan kesaktian yang menyelinap di dadanya. Otot-otot syaraf yang muncul di keningnya terlihat bergerak-gerak. Menahan sensasi yang terus semakin dalam menyentuh syaraf disana.
Jantungnya membengkak sudah dirasakan beberapa hari lalu. Itulah penyebab sesak nafas, dan bersin-bersin sepanjang hari. Tubuh lemah, nyaris tak bertulang. Waktu menjadi diam menanti keadaan,menunggu apakah yang akan terjadi setelahnya. Jeda serasa lama,  menimbulkan kekosongan suara. Nampak pusaran udara hampa terbentuk disana. Energi kesadaran yang terpancar dari hati yang dilontarkan lelaki tersebut. Menerobos diantara detik ke detik,  jeda kosong yang diam. Celah lorong waktu yang meliuk  bagi kesadarannya. Semisal inilah lubang cacing yang menembus ujung dimensi sebelahnya.
Sosok  Banyak Wide nampak jelas diujung sana. Berada dalam kesadaran lelaki setengah baya yang rupanya adalah sosok Mas Thole. Terlihat sekali Mas Thole menghela nafas yang apa boleh buat. Dadanya terlihat naik turun diterpa gempuran kesadaran Banyak Wide. Yah,  Seperti udara kasih yang diberikan Banyak Wide kepada para ponakan. Hingga didetik ini, meskipun telapak kakinya telah  penuh darah dan penuh nanah. Dia ingin kembali ke mayapada. “Alam semesta dalam titik kulminasinya, putaran magnet bumi demikian cepatnya. Bagaimanakah jadinya dengan keselamatan para ponakannya” Itulah alasannya, dia tetap tidak tega meninggalkan para ponakannya. “Bukan-bukan salah para ponakannya. Hanya saja dia memang kurang sabaran menghadapi para wanita.“  ujar Banyak Wide dalam gundahnya, menunggu kepastian lelaki setengah baya itu.
Ada guratan kesedihan yang sulit dijelaskan mengapanya,  pada wajah tua Banyak Wide. Penemuan monster  black hole  beberapa hari ini sungguh mengkhawatirkannya, makanya dia memaksa untuk bertemu dengan raga terkininya. Meminta diberikan kesempatan sekali lagi untuk membereskan tugas-tugasnya. Dia sadar bahwa sudah bukan bagiannya. Tetapi alam telah mengijinkannya. Phrameswara tetap akan berkidung pada dimensinya. “Tidak usah  khawatirkan akan dirinya” Banyak Wide memberikan keyakinan. Maka tidak ada alasan bagi Mas Thole untuk menolaknya. Terlihat jelas dialog mereka tergambar disini. Menjadi rangkaian kisah terbarukan kisah “Kembalinya Banyak Wide” dalam sebuah tugas baru. Menyusuri peradaban Majapahit dan Sunda. Inilah dialog diantara mereka dan KAMI.
 “Sang penjaga alam hadir dalam hidup dan kehidupan. Kepingan-kepingan yang tersebar harus tumbuh dengan kesadaran alam. Aku dan kamu bagian alam. Menyiraminya seperti memberi siraman kesadaran. Jejak berbeda bukan halaman dalam denyut perjalanan. Seringkali jalan dan genta dlm api asmara tanpa warna. Serpihannya menyengat membumi hanguskan sekitarnya. Seiring perjalanan, berjalan tanpa jeda menjadi bahasa tanpa irama. Arrahman arrahim itu tanpa batas. Kasih sayang Allah tidak bisa dibatasi oleh definisi. Karena kalau diterjemahkan, maka sama dengan menyempitkan arrahman arrahim. Merasakan Arrahman arrahim adalah tugas Kami. Kami itu termasuk dirimu. Kamu adalah Kami, dan Kami adalah kamu. Arrahman arrahim bg segenap makhluk Allah. Hanya yg merasakan Arrahman Arrahim Allah, maka itu adalah Arrahman Arrahim Allah.
Debur ombak yang meninggi seperti percikan dalam setiap raga yang memancar dalam hati. Ada kata dan laku. Sikap dengan hati menjadi satu kesatuan.  Bukan mengada-ada atau tidak ada. Satu entititas dalam perjalanan kehidupan. Bukan untuk dicari atau mencari. Dalam bayangan imajinasi. Mengembalikan pada rangkaian entitas yang menjadi sejatinya jati. Bila pembelajaran kesadaran dgn hal tersebut menjadikan jiwa dlm raganya mengenal Tuhan. Kami mengijinkan. Tetapi tetap kesadaran ditetapkan.Harus ke Kawalu dan Triwulan.  Meluruskan kabar kesadaran. Keputusan telah ditetapkan menjadi tugas perjalanan.  Merangkaian rangkaian kehidupan dengan kesadaran. Bukan emosi atau prasangka. Menjadi aku dalam mengaku2.  Karena nanti akan menjadi batu, batu yang menjadi bahan kayu bakar.  Aku dalam putaran waktu akan melibas pusaran masa lalu, maka lihatlah dengan berjalan pada sejatinya kesadaran. Ketika raga sudah merasa-rasa, maka rangkaian emosi dan aku membatu. Selama ini hanya itu dulu. Rangkaiannya akan menyusul seiring waktu. Itu kabar dr Kami.”
 Kami telah memberikan isyarat agar lelaki setangah baya itu kembali kepada jatidirnya dan membiarkan Banyak Wide turun ke  mayapada. Seluruh makhluk berada dalam liputan arohman dan arohiem maka bagi makhluk yang bersungguh-sungguh ingin menjalani perannya maka Allah akan memberikan kesempatan kepadanya. Begitulah pesan itu kuat terasa. Datang bagai gelombang dan berulang-ulang.  Memberikan keyakinan kepada lelaki setengah baya itu untuk percaya. Meniti jalan bersama rekan lainnya kembali untuk berjuang dan terus bersabar dalam menyampaikan setiap pesan-pesan alam. Apalagi dengan situasi sekarang ini dimana para siluman semakin gencar memasuki dimensi kesadaran manusia. Tidak ada pilihan bagi lelaki tersebut untuk bersiap menerima kembalinya Banyak Wide.

...
“Pesan itu ada di mana2. Bahkan, secara jelas Al-Quran berisi pesan dalam kesadaran.  Namun, tidak sedikit yg menyalahartikan atau menfasirkannya. Poin yang harus diingat adalah pemahaman dgn kesadaran. Kami hanya mengarahkan pesan-pesan tersebut, karena yg menerima atau menolaknya adalah diri kalian sendiri. Jadi jangan khawatir dengan ulah siluman yang menguping pesan. Pesan Kami tetap terjaga. Semalam adalah benturan energi siluman dengan Kami. Kami mempercepat proses penebalan pada raga dan energinya, karena kekuatan energi yang akan dihadapinya akan semakin besar. Para pencuri itu akan berusaha dgn segala upayanya untuk mengambil kabar. Padahal apa yg dia lakukan akan sia-sia.  Sangat sia-sia. Terapannya menjadi makhluk yg menjadi nafsu dr makhluk tersebut. Untuk menghadapinya harus dengan pelan.”
Benturan energi. Raga yang letih dan sakit yang sudah mengeram hampir 10 hari, menjadi kelelahan tersendiri. Inilah keadaan yang harus dijalani. Namun semua tidak mengecilkan hati. Semangat ingin terus berbagi menjadi obat dihati. Dan kisah ini dibuka dengan sebuah pesan Kami. Agar manusia membuka hatinya. Pesan berada dimana-mana. Pada daun yang jatuh, pada kelopak yang membisu. Pada deru angin yang saru. Pada serpihan masa lalu. Pendek kata dimanapun aku kita memandang disitulah pesan dihamparkan. “Dimanapun engkau memandang disanalah wajah Allah.” Maka yang menolak pesan adalah diri kita sendiri. Karena itu janganlah pernah khawatir bahwa pesan itu tidak sampai. Pesan akan terus menetap di alam semesta ini. Sebagaimana kita sekarang ini menatap alam semesta dan melihat keadaan diri kita sendiri. Itulah pesan dan kita hanyalah penyambung pesan. Menjadi penerus rangkai para penyampai pesan-pesan sampai hari kemudian. Adapun para pencuri rahasia langit yang terus mencoba memasuki raga-raga manusia guna melakukan penyadapan, tidak perlu terlalu dirisaukan. Serahkan urusannya kepada Allah.
“Kami tdk bisa menghukumnya. Hanya Allah yg dapat menghukumnya. Kalian hendaknya memohon perlindungan Allah swt dan tetap waspada.  Kaitkan semua peristiwa atau kejadian kepada Allah swt.  Serahkan semua kepada-Nya. Siluman tak jauh berbeda dengan iblis, halus dan tidak terlihat. Serahkan semuanya kpd Allah.  Kami menjadikan kalian para penyampai pesan sebagai manusia biasa, seperti halnya orang-orang terdahulu. Muhammad, Rasulullah juga manusia biasa. Benturan yg dirasakan sangat terasa, terutama dalam emosi atau hati.  Babak belur raga itu menjadi lebih baik daripada emosi atau hati yang terkoyak oleh mereka. Pesanku hanya waspada, krn kalian sekarang sudah tau. Dan tetap, segalanya serahkan kepada Allah swt.  Ksatria atau bukan, akan terlihat dalam perjalanan.”
Banyak Wide  berkata dalam tiwikramanya. “Tak pernah letih raga untuk setia. Tak pernah lelah jiwa untuk merasa. Bersama derita, bersama air mata. Bersama duka nestapa. Untuk senantiasa ada, menantikan sepenuh jiwa dalam pengajaran cinta. Biar dicerca dan dicela. Biar dibenci dan dihina. Biar didera disiksa. Relakan raga menderita demi satu kata dalam pemahaman-Nya. Menantikannya sepenuh jiwa. Pengajaran CINTA dari-Nya. Karena cinta demi cinta dari cinta dengan cinta dalam cinta. Meski itu tak semudah kata. Meski hari hari kian sepi. Tiada yang menemani. Merasa kelam betapa kelam hidup. Betapa suram nasib diri. Mungkin sudah suratan dalam tingkatan pemahaman dalam kasih. Terjebak di dalam lorong kesadaran. Hitam terlalu hitam. Terlalu sayang terlalu cinta.  Langkah mana yang harus di tempuh dalam menempuh jalan. Kelam betapa kelam hidup. Suram betapa suram hidup. Terlalu dalam mendamba.”   
Apa yang dirahsa telah dilontarkannya, merasa rahsa di jiwa. Menebus mega dan pekatnya prasangka. Perjalanan menembus raga terkini melelahkannya. Sesaat setelahnya, jiwanya kemudian menjelajah kerangkaian DNA nya. Mencari serpihan yang terasa. Disana rangkaian kesedihannya serentak saja  terbaca, mengisi langit. Derita! Betapa cinta telah membutakan dirinya. Kecintaannya kepada anak-anaknya, dan juga kepada para keponakannya, telah menghancurkan hidupnya. Kesaktian dan pengabdiannya kepada Raja menjadi sia-sia di mata alam semesta.  Sebagaimana  Pendeta Dorna pada kisah Mahabarata yang dibutakan kecintaan kepada Aswatama. Sehingga pada saat perang di padang Kuruseta Kresna meminta kematiannya untuk menebus kesalahannya. Jika Pendeta Dorna tersadar atas kesalahnnya dan menebus dengan kematiannya.
Maka tidak dengan  Banyak Wide kematian Ragalawe anaknya terus menghantui dirinya. Disamping itu sisa kesadaran atlantis yang masih terus menghujam di dalam relung alam pikirannya selalu mengganggunya. Tanggung jawabnya kepada ponakannya para putri raja memburunya hingga kemanapun dirinya bersembunyi. Dirinya masih memiliki tujuan yang belum terlaksanakan. Ada sebuah keinginan yang harus dilaksanakan. Maka jikalaupun dirinya menyerahkan kematiannya kepada Raden Wijaya, pada saat itu, hal itu lebih disebabkan rasa putus asa karena sebab kematian Rangga Lawe dan juga para ponakannya.  Para ponakan yang tidak mengerti apa-apa di kaputren saat itu, telah diserang dibunuh oleh pasukan Majapahit yang dipimpin Mahapati. Satu Kadipaten diluluh lantakandiratakan dengantanah dan Lembu Sora pamannya setrta Patih Nambi pun turut gugur bersama ribuan pasukan pilihan yang turut mendirikan Majapahit.  Majapahit yang telah diperjuangkannya, justru berbalik menghancurkan orang-orang yang dicintainya. Dialah pendiri Majapahit dan sekarang dirinya hancur oleh kerajaan yang didirikannya sendiri. Betapa tidak kelu merindu kesahduan kisah yang membiru ini?
Sungguh menangispun tak akan memburu waktu. Apalagi kemudian mengulang kisah masa lalu dengan episode yang baru. “Tidak..tidak mungkin itu.” Banyak Wide pun mengerti dan memahami iu. Karena sebab itulah dia hanya ingin memastikan hal itu tidak terjadi lagi di masa kini kepada para ponakannya. Hanya itu, dia tidak tahu bahwa itu adalahcinta terlalu. Baginya itu adalah kewajaran saja. Karena sebab itulah alam terus memberikan pengajaran melalui serangkaian pengajaran rahsa dalam putaran masa. Karena sebab itulah bisa dipahami mengapa dirinya terus ber reinkarnasi. Alam membiarkan Banyak Wide memasuki alam-alam  kesadaran lainnya.  Membiarkan Banyak Wide menemukan mencari jawaban dan kepastian. Benarkah kesedihannya terlalu?
“Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat, merupakan dalam setiap susunan atau sistem ada tingkatan-tingkatan. Setiap tingkatan ini menjadi siklus dalam perjalanan. Pendaran cahaya yang menebar dalam setiap sistem akan menjadi proses. Ada banyak hal yang tidak dipahami dalam perjalanannya, ketidakpahaman inilah menjadi titian yang tak terbendung seperti irisan dalam perputaran.  Sebuah perjalanan menjadi kasih dan benci sebagai penyeimbang dalam tahapan-tahapan yang menjadi saksi. Tanpa ada hidup dan kehidupan menjadi padanan yang menyimpan dalam setiap haluan. Jejak itu bukan dalam sebuah kendaraan tetapi seperti ketika angin yang membekas dengan kerlipan debu yang hinggap tak menentu.  Jaring yang menyebar, seperti rangkaian yang tidak teridentifikasi.  Cerita hanya seperti angon bila dalam tatapan menjadi siklus dalam perjalanan. Antara ada dan tidak ada seperti rangkaian. Semua dlm proses, maka perhatikan dan amati.
Setiap perjalanan, kami yg membawamu kembali.  Setiap perjalanan ada dalam ketidaktauan dan pengetahuan. Jaman yg mengantarkanmu kpd Kami. Perjalanan kemarin menjadi saksi.  Karena dalam prosesi, kami lakukan hari ini. Ratu Kidul sudah menerima semuanya. Dia ada dan hadir dimana saja kamu memanggilnya.  Secarik kertas dalam goresan tinta, bukan berasal dari min ruuhi.  Ruh-Ku. Kami memahami banyaknya entititas dalam setiap perjalanan. Tak ada yg mengetahui beda warna atau rasanya. Seperti jejak tanpa alas kaki. Seringkali dalam iring waktu yg tidak dimengerti.”
Yah, kesedihannya begitu hebat manakala tidak ada yang mengerti apa-apa yang dimaksudkannya. Bahkan niat baiknya kadang lebih sering dipahami keliru oleh para ponakannya. Dalam prasangka dalam iba dan nelangsa sebab ketiada sepahaman disana. Bukankah ini dukalara dibelantara rahsa? Lebih hebat sakitnya daripada saat kematiannya saat di tarik oleh empat ekor kuda?!?  Perjuangannya menjadi serasa sia-sia. Katakanlah, “Sedihku mengalahkan langit yang biru.” Maka wajar saja jika kemudian dirinya meminta kepada Kami untuk kembali ke alam dimensi asalnya. Jejak yang berliku, rasa khawatir yang berlebihan atas jiwa-jiwa orang-orang yang dikasihinya telah mengabaikan kenyataan bahwa atas jiwa-jiwa manusia ada yang lebih berkuasa. Allah yangberkuasa atas jiwa manusia. Maka betapapun inginnya Banyak Wide menyelamatkan orang yang dicintainya tidaklah sepantasnya jika dirinya mengabaikan kekuasaan Tuhan atas jiwa manusia.   Seharusnya dirinya mampu menyerahkan urusan jiwa manusia ini kepada Tuhannya. Tidak ada satupun yang mampu diperbuatnya tanpa ijin-Nya. Bukankah kepastian ini sudah diketahuinya? Mengapa kesedihannya masih saja merajai hatinya?
“Jejak perjalanan itu berliku dan terjal, tak ada yang meragukan ketika Muhammad bersedih pilu dalam relung malam memikirkan umatnya. Begitulah jalan… Benturan dan reaksi akan selalu berhadapan. Maka serahkan semuanya kepada Allah swt.  Mengabarkan pada yang sudah mendapat kabar, seperti pengajaran Muhammad pada kaum Yahudi atau Nashrani yang sdh mendapat berita. Mereka ada yang menerima, aada yang pergi dan berpaling. Dan ada yang membantah dan melawan. Itu pelajaran emosi, perjalanan kekuatan hati.  Tahu dan tidak tahu tiada berarti bagi orang yang belagu. Sering mengutuk dan menyeru. Liat dan pahami kembali surah Al-Insyiqaq. Karena kabar ghaib sering menjadi sandaran pada keraguan dan ketidaktahuan. Kami tidak dalam perjalanan yang tidak diketahui. Setitik hati tak berarti dalam rangkaian perjalanan. Lihat dan baca, maka akan paham dalam setiap ayat yang terkabarkan. “
“Setitik hati tak berarti dalam rangkaian perjalanan.
Lihat dan baca, maka akan paham dalam setiap ayat yang terkabarkan!”
Banyak Wide tertunduk lesu. Ribuan tahun telah berlalu. Semua dalam kehampaan dan keriangan semu. Kini ketetapan sudah tentu. Dirinya sudah bersatu dalam raga terbaru. Dalam susunan yang tak mungkin saru. Meniti kembali jalan-jalan-Nya yang  pernah dulu dia jemu. Berharap dalam kehidupan terkini selesailah pengajaran hakekat malu pada rindu.  “Setitik hati tak berarti dalam rangkaian perjalanan. Kemanakah berpijak. Bila selalu dibawa rahsa di jiwa. Ku rangkai kata sebagai pembuka  jalan di mayapada? Duh, seandainya diri mampu membuat orang-orang yang dicintai kembali. Hati ini tak akan beku merasa sendiri.” Begitu Banyak Wide membatin sendiri.
Langit terbuka. Dalam tarikan nafas.  Tercurah hujan dari atasnya. Berkata langit kepada para penyaksi, yang menyaksikan. Mereka yang menyaksikan dan menyangsikan ilah-ilah dalam jiwa. Ilah yang berbentuk rahsa. Rahsa yang menjadi Tuhannya. Maka…” Ya sin bukan dalam penerjemahan makhluk. Setiap yang memahaminya ada dalam tahapan ketiadaan.  Meniadakan ilah-ilah yang menghangatkan jiwa2 yang pekur dalam larut waktu.  Pengajaran dan pembelajaran menjadi bagian perjalanan. Termasuk saksi dan menyaksikan.  Masih ingat akan pendapat karakter dlm Quran. Penjabaran diri dengan mengambil penggalan-penggalan ayat.  Seluruhnya berada dalam entitas di antara aksara dan kata.  Serahkan semua kabar kpd Allah swt. Tiada yg mengetahui hanya Allah yg Maha Tahu. Nanti kalian akan mengetahuinya.” 
Begitulah pesan kepada Banyak Wide, kesaksian bukanlah penyaksian. Kata tiadalah berguna di pengadilan akhir nanti. Akankah rahsa di jiwa tetap menjadikan Tuhannya? Menjadi tujuan dalam hidupnya. Menjadi pengejaran dalam ber spiritual? Tidakkah ada yang menyadari bahwasanya pengejaran rahsa khusuk saat sholat adalah  sama saja keadaanya. Menjadi bagian dari pengejaran rahsa? Akankah begitu seterusnya kesadaran diajarkan, kepada lainnya? Banyak Wide hanya terpekur tak pahami realitas keadaan sebenarnya. Baginya tujuannya ke mayapada adalah dalam rangkai sebuah urusan rahsa di jiwa. Itu saja.
Sembilu rahsa terikat di jiwa. Berharap rembulan malam berpijak di bumi yang berdebu. Hamparannya pasti akan mengkisahkan kembalinya  orang terdahulu dan sekarang. Menuai impian yang tak kuasa di analogi lagi. Lautan bergelora, menahan gejolak buncah gembira rahsa cinta mendalam. Menanti  langit terbuka bagi manusia sebab cahaya-Nya pasti akan datang menerangi hati. Temaramnya luka siangnya panas bara. Semoga akan sirna menjadi kuasa atas cinta. Maka pesan terbaca, “Sudah saatnya kembali berjalan ke utara, menuju ke selatan dan juga barat daya. ” Kami telah memilih bukan dalam anggapan diri siapa. Tidak ada yang tahu sebab kenapa dan siapa terpilih diantara makhluk alam semesta lainnya. Apakah karena niat semata. Tidaklah ada yang tahu, yang jelas Allah Maha Kuasa. Maka siapa saja mulailah rapikan diri dan tetapi saja apa yang menghampiri. Amati dan ikuti nurani. Bagai lagu senandung rindu, melodi yang akan menghantarkan perjalanan dalam terpaku. Maka kesanalah setiap manusia di tunggu.
“Semesta dalam proses pemutarbalikan. Seperti dalam jalan arti seperti kendari dalam serpihan api. Ada dalam keretakan menjadi pedar. Lihat dan amati. Dalam dekap jantung sejap seperti kerikil dalam kendi. Menyusup dalam sulap seperti air yang merembes dalam jejak sanubari. Lihat dan amati, karena pergerakan emosi seperti retakan bumi, getaran alam dalam detak alam tak berkaca.  Sekali lagi, pahami al Insyiqaq, nanti ada jawaban dlm kegundahan”
Lelaki setangah baya itu menatap meratapi. Bertanya mengapakah raganya terpilih dan menjadi tepat para Raja bersinggasana. Bukankah akan perih terasanya di jiwa? Bukankah sama saja dirinya harus bersiap atas perjalanan rahsa sebagaimana dahulu. Menjadi media reinkarnasi bagi  leluhurnya dahulu. Sungguh itu  tidaklah seenak angapan manusia.  Bagaimana menjelaskan jika Banyak Wide  hanyalah salah satunya. Dan berapa banyak lagi para raja yang diulang pembelajarannya, sehingga melakukan reinkarnasi? He..eh. Entahlah itu..yang bisa dilakukan hanyalah meyakini atas takdir di jiwa. “Semua sudah dalam ketetepan-Nya!”
Karena Kami sudah memilihmu. Para raja itu bukan dilihat dr kesaktian atau kedudukannya.  Tetapi lihatlah dr pembelajaran mereka yg diulang. Kenapa mereka juga memilihmu?  Karena mereka ingin kembali ke ilahi rabbi. Maka mencari jiwa-jiwa yang berada dlm perlindungan Kami.”
Episode Jejak Dalam Penantian
Jendela dunia terbentang, seperti terbangun dari mimpi. Lelaki itu memandang sekelilingnya. Takjub dan entah apa yang dirasa. Melihat langit serasa dirinya ada disana. Melihat awan seakan dia gerak bersama sang awan. Melihat ujung ufuk, serasa dirinya juga berada di titik terjauhnya. “Apakah yang terjadi..?” Kesadarannya menjadi begitu luas. Meliputi alam raya ini. Berada diluar, di dalam dan meliputi. Anehnya tidak ada yang berubah di raganya,  dia juga merasa masih seperti yang dahulu. Luar biasa sekali. Sudut pandang saja yang berubah. Sekarang dirinya mampu merubah-rubah sudut pandangnya.  Jika sebelumnya dia melihat dunia dari dalam keluar, maka sekarang dirinya seperti melihat dari luar ke dalam. Diluar berada di alam semesta dan melihat keadaan di dalam raganya.  Hmm..pencerahan yang dialami Banyak Wide membawa dampak bagi kesadaran lelaki itu. Kini dia mampu melihat dari dalam keluar, dan/atau melihat dari luar ke dalam, bahkan kesadarannya mampu meliputi keduanya. “Subhanalloh” tak pelak pada sholat setiap pagi diantara adzan dan ikomat, dia memanjatkan syukur kepada ilahi robbi.
Masih terbayang jelas dalam ingatan lelaki itu, saat Banyak Wide memasuki portal dimensi kesadaran terkini. Putaran waktu seperti berimpit, dan menimbulkan ruang hampa yang menyesak. Hal itu termanifestasi pada jantung yang membengkak dan sesak nafas. “Apakah yang harus dilakukan Banyak Wide?”  Pertanyaan itupun terjawab sudah. Tugas pertama Banyak Wide adalah menyelamatkan Batari. Tugas yang lainnya adalah menjadi saksi atas entitas ghaib yang sering mengaku-aku menjadi wakil Kami di muka bumi. Kesadaran entitas ini selalu ingin dikenali, misi mereka adalah agar kesadaran manusia selalu mengingat mereka. Maka mereka pasti akan berusaha menanam jasa sebanyak-banyaknya, memberikan apa saja kemauan dan keingin tahuan manusia. Ego makhluk melatar belakangi gerak mereka. Tentu saja hal ini akan membahayakan misi Kami yang hanya menghantarkan kesadaran ingat Allah kepada manusia. Banyak Wide paham siapa-siapanya. Pengalamannya cukup untuk menghadapi mereka maka selain tugas baru yang diemban, misi lainnya adalah membongkar kepalsuan entitas yang mengatas namakan Kami.
Tadi saya pusing Pak pas di Pamulang. Waktu keluar rumah langsung hujan. Di jalan hujan makin deras, dan kepala saya pusing. Pusing ada keterkaitannya sama besok katanya. Naik angkot pondok gede, kepala saya makin pusing dan pengen pas turun hujan berhenti atau gerimis kecil aja. Kepala saya malah makin pusing sama ngeludah terus. Pas jalan nanti turun angkot kehujanan juga nggak apa2. Hujan makin deres, tp pusing saya agak mendingan. Seperti ada yang ngasih tau atau pemahaman, bahwa hujan sedang menjalankan takdirnya hujan. Yg kena hujan bukan saya aja. Saya liat keluar banyak penjual atau yg sedang jalan berteduh dr kehujanan. Alam sedang menjalankan tugasnya, termasuk hujan. Maka, jangan mencegah atau berpikir utk menghindarinya. Bukankah dlm Quran hujan itu berkah? Hanya persepsi manusia yang menganulir hujan sebagai keberkahan.  Air yg turun dr langit itu sedang menjalankan takdirnya. Manusia sebagai bagian alam, harus juga menerima hujan.
Kepergian ke Cisanti untuk silaturahim. Kesadaran alam lebih baik dari manusia sekarang ini. Kedatangan ke sana untuk menyelaraskan kesadaran manusia dengan alam. Bahwa, masih ada manusia yg sadar. Ini penting dalam sebuah harmoni alam.  Dan kehadiran ke sana sebagai perwakilan, bahwa manusia masih sadar dan berada dalam garis yang selaras dengan yg ditetapkan oleh ilahi rabbi.” Inilah khabar dari WA sebelum kejadian kemarin ini. Khabar yang sudah berlangsung sekian hari. Namun kesakitan lain lagi dialami, demikian berlipat dialami Avatar di hari kemarin ini. Adakah semua terkait dengan kehadiran Banyak Wide?
Yah, sejak kisah ini dituliskan kemarin siang  ini (4/3), seperti terkoneksi  raga Batari (Avatar) . Tak kuasa menahan gempuran energi yang melintasi. Pada jam yang sama saat hadirnya Banyak Wide. Disaat itu tanpa ada sebab,  Avatar  sakit kepala hebat, panas demam. Rasa membuncah di bawah perut naik terus ke rongga dada, hingga ke kepala dan turun lagi membuncah. Puncaknya sakitnya terjadi, saat turun dari angkutan kota sepulang dari rumah rekannya, mendadak dari perutnya keluar memuntahkan seluruh isinya. Rasa lemas, seluruh aliran darahnya seperti sungsang. Nyaris saja pingsan. Untunglah masih ada sisa kekuatan untuk berjalan pulang. Sesampainya di tempat kost, mendadak perut kembali melilit. Sambil menahan sakit avatar berlari ke belakang. Hampir saja dia berteriak ketakutan manakala mendapati puf nya berupa darah segar.
Hingga hari ini tulisan ini ditayangkan keadaan avatar masih sedemikian lemahnya. Diare dan sakit masih meradang, menerjang seluruh persendiannya. Tak pelak lagi sudah dua hari ini dia hanya berbaring saja di ranjang. Diare yang aneh, hanya air saja yangkeluar. Membuat kondisinya semakin lemas saja. Raga avatar bagai layang-layang tanpa tali. Jika saja kedatangan Banyak Wide terlambat, entah bagaimanakah keadaan Batari. Sosok yang kontraversial ini  memang saat ini perlu dilindungi.  Begitulah pesan yang terungkap. Energi Banyak Wide mampu menerobos, seperti energy  yang mampu mengubak-ubakan sarang naga, sehingga mampu menindih kekuatan golongan makhluk yang mengincar keselamatan Batarai.  Kekuatan Banyak Wide memang  semakin kuat semenjak di murnikan energinya di nirvana. Halus namun kokoh. Lembut namun tegas dan keras. Menghantam kepada sosok yang terus mencengkeram Batari.
Bila ini kebetulan mengapakah ini semua terjadi. Jika hanya angan mengapakah realitasnya selalu bersambungan. “Siapakah yang menginginkan nyawa Batari” Banyak Wide berusaha menjawab apa yang ditanyakan sendiri. Makhluk setengah dewa mereka makhluk bukan dari golongan sembarang. Merekalah yang telah menghuni nusantara dari mula. Bahkan sebelum diturunkan manusia. Makhluk ini serupa dengan makhluk raksasa yang menghuni Gunung Padang. Hampir satu generasi dengan mereka. Mereka juga menghuni gunung-gunung dan danau di seputaran jawa barat. Merekalah yang sering dipuja dan diminta berkah oleh manusia. Mereka memiliki kepentingan kepada Batari. Selalu saja kekuasaan yang menjadi latar belakang perseteruan ini. Semua membela klan dan juga trah mereka. Keinginan mereka semakin menguat. Beberapa diantara mereka sudah menguasai kelompok manusia. Mengarahkan gerak manusia menuju kepada tempat-tempat yang di keramatkan untuk memuja. Ada diantara mereka kemudian mengaku-aku menyebut dirinya sebagai “Maha Guru’. Entah Maha Guru yang mana yang dimaksudkan. Di tlatah tanaha jawa dan sunda ini ada ribuan Maha guru.
Sebenarnya bukan tentang nama yang dpersoalkan oleh Banyak Wide. Terserah kepada mereka mau menyebut diri mereka apa. Hanya saja jika mereka mengatas namakan Kami dan turut menyampaikanpesan-pesan kepada manusia, inilah yangtidak boleh dibiarkan. Harus ada segolongan makhluk lainnya yang mengingatkan mereka. Inilah tugas Banyak Wide. Jauh sebelum dia hadir ke mayapada ini, sempat Banyak Wide  mencatat pembicaraan makhluk ini dengan Kami. Inilah perbincangan mereka disandingkan dalam kisah ini.
Kenapa kau sebut namaku bila itu hanya anganmu. Aku bukan kamu. Kamu bukan Aku. Atas nama-Ku kau limpahkan semua maksudmu. Aku tau, kamu tau. Apakah harus Aku tunjukkan jalanmu dalam peraduan laku. Aku tau kau ingin mengaduku. Tapi Aku bukan kamu. Dan kamu bukan Aku. Sadarkah kau bila dalam ragamu ada benalu yang mengaku maha guru. Itu lakumu, maka jalankan sesuai dengan perjalananmu. Aku mengutus kami dalam langkah yang tidak kau mengerti, bahkan Kami pun tak tau apa yang sudah ditetapkan ilahi.
Batari sudah dalam perjanjian dengan Kami, dan menjadi bagian Kami. Maka dalam derapmu kau mengaku-aku dalam lakumu, maka jangan kau sebut nama-Ku. Aku tau, kamu tau. Tapi Aku bukan kamu. Maka jangan sekali-kali mengaku Aku.  Gianjar Wengkang Sengakata dalam rasa tak perlu kau kata. Kami tak lagi menyertaimu. Pelajaran-pelajaran rasa tak akan memperdaya. Kau bisa menarik Batari dgn kekuatanmu, tapi Kami tak akan melepaskannya. Tuhan telah mengutus Kami untuk membimbingnya dalam perjalanan raga ini.  Maka bila kau sudah melampaui batas, Kami tak ada dalam batas. Silakan berjalan dalam perjalananmu yang terbatas. Jika ada yang ingin dalam resapan, maka jejak langkahmu akan terkuak seiring bongkahan bumi.
Seiring perjalanan, silakan… Kami tak lagi dalam batasmu. Batari tak akan mengikuti bujuk rayumu. Sejatinya dia lahir ke bumi dalam pembelajaran Kami. Maka, jangan sekali-kali menghalangi, maka kau akan berhadapan dengan Kami. Dunia yang kau tasa dalam genggaman, silakan kau gambarkan sesuai dengan tugas dan karaktermu. Namun sekali-kali tidak. Kami akan menjaga para pengikut ilahi rabbi, atas kehendak Sang Maha Pencipta.  Tak ada kuasa atas kekuasaan Allah Pemilik Semesta Alam. Allahu Akbar. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.  La ilaha ilallah. Allahu Akbar. Kabar ini terserah akan kau kabarkan atau tidak. Hanya ini yang dapat Kami katakan.
Banyak Wide bersedih hati. Masih saja di jaman ini ada entitas yang mengaku-aku atas nama Kami. Berdalih ini dan itu mereka selalu saja membuat kerusakan di muka bumi. “Siapakah makhluk itu. Mengapakah dirinya berkepentingan kepada Batari?”  Pertanyaan itupun segera mendapatkan jawabannya. “Adapun jiwa-jiwa yang kembali dan makhluk dlm dimensi lintasan alam merupakan saksi dan menyaksikan.  Seuntai tali bukan dalam tarian.  Tapi hanya untuk menghiasi.  Dalam pembelajaran makhluk-makhluk, dapat dipahami dlm surah Al Mujadalah, Mumtahanah, dan Nuh.  Kami mengabarkan dengan bereferensi pd surah tersebut. Kenapa? Karena apa yg Kami ketahui, sebenarnya ada di dalam Al Quran.  Untuk saat ini, pahami dan sadari satu per satu… Tidak bisa sekaligus. Harus berangsur-angsur.  Karena ini bukan hanya pemahaman, tetapi juga penyadaran dan pengamalan.”
Terlihat Banyak Wide berdiri, bersedakap. Tangan melipat diatas dadanya. Kesadarannya terus mengamati , dirinya  tidak ingin ada yang luput dari pengamatannya. Pengajaran demi pengajaran diresapinya. Begitu juga halnya pesan-pesan Kami.  Pandangannya tajam bagai mata elang terus mengamati keadaan Batari yang masih kepayahan. Seluruh energi Batari telah disedot oleh makhluk tersebut. Sehingga mengakibatkan lemas di seluruh persendian raga terkininya. Namun syukurlah keadaannya sekarang sudah tidak apa-apa. Maka kembali kesadarannya lurus berhadapan dengan Kami, untuk mendapatkan pengajaran.
 “Dari atas menatap seperti butiran kecil di antara warna yang menyergap mata.
 Jantung dalam setiap raga menjadi saksi atas setiap perjalanan.
 Bukan dari tepi ataupun tengah dalam mencapai suatu masalah, tetapi dari setiap sudut yang tanpa ada sekat.
 Ketika dalam alurnya tidak mengerti alirnya
 Lihatlah dalam seluknya di antara dua tepian
 Karena alur akan mengikuti aliran
 Sejak awal dalam pembahasan yang tersampaikan pada tahapananya akan berbeda
 Seperti hal yang tidak dimengerti tp memang harus dijalani.
Di antara dua batas dan tepi, maka lihat dan amati
 Jangan turut dalam menyikapi ataupun menyakiti
 Karena belum tentu kau mengerti
 Diam dan biarkan saja
 Jangan dalam sanggahan ke adigungan
 Krn raga yang sekarang belum memahami, hanya melihat dalam batas ego diri
Pelajarannya dalam pengajaran yang mengagungkan diri
 Seperti gelombang yang tidak terlihat tetapi terasa.
Menjadi urusan kami dalam menyambung dan memutuskan perjanjian
 Karena mereka berada dalam kesepakatan kami
 Raga terkini mereka tidak mengerti
Karena msh banyak terbawa ego diri dan ambisi yg ada di dalam yg menempati.
Jejaknya terlihat tp tidak terlihat
 Ada tetapi tidak ada.
 Biarkan saja
Letakkan saja kakimu dalam tanah yang mengajarimu
 Bentangkan tangan pada udara yang akan memahamimu
 Tengadahkan kepala pada sinar yang menerangimu
 Basuhlah raga dengan air yang membersihkanmu
 Demikian itu bagian dari pembelajaran
Ketetapan tersebut yang harus kau ingatkan
 Yang lainnya adalah bagian perjalanan yang harus kau lewati dalam alur yang mengalir
 Demikian pesan kami
 Dan ingat, baca dan pahami surah Al Hijr, agar paham arti dari kitab dan manusia itu sendiri
 Seperti debu yang beterbangan
 Kadang debu hinggap, kadang terbang tak berkesudahan
 Tidak usah memikirkan sama atau tidak
Tetapkan dirimu seperti yang telah aku sebutkan
Karena itu bukan hanya dalam polah, tetapi hati dan niat yang menentukan
 Aku sudah dalam ketetapan ilahi rabbi
 Kami hanya berada dlm kehendak Sang Pencipta Yang Maha Kuasa
 Bila ingin tau, lihatlah aku, maka kamu akan tahu.
Para ksatria  yg masih dlm tahapan mengaku-aku
Maka Kami pun hanya dapat membantunya sampai yg mereka inginkan
Untuk selanjutnya, mereka harus berada dlm tahapan menuju sang waktu
 Biar waktu yg akan mengajarinya
 Dia dalam reses antara irisan itu
Lepaskan mengaku-aku
 Maka Kami akan langsung membantunya
Bila dirasa dia cukup olehmu, lihatkan pengajaran waktu …
 Waktu dalam percepatan cahaya
 Tidak ada massa
 Seumpama menurutmu dia sudah paham, maka beri dia kekuatan, lalu lihat apa yang dia lakukan?
 Setelah itu, maka kamu sendiri tau apa yang Kami maksudkan
 Sekarang terserah padamu, apakah akan mencoba apa yang Kami sebutkan, atau mempercai Kami?
 Iya, lakukan apa yg menurutmu terbaik
 Untuk menghilangkan mengaku-aku, benturkan pd waktu
Kalau kau ingin membantu, baca dan pahami olehnya surah al waqiah
 Tanyakan padanya setiap hari akan pemahaman ayat al Waqiah
 Dia berada dalam raga berserah, namun makhluk yg di raganya masih dalam kelebatan keakuan
Pergulatannya sering membentur waktu
Maka pengajarannya langsung dengan waktu
 Dan itu berada dlm surah Al Waqiah
Setiap benturan akan membuat pergesekan
 Bila benturannya kuat, maka akan membuat jejak dalam setiap hantaman.
 Sering dalam perjalanan menanyakan kenapa?
Maka jawabnya ada dlm diri aku
 Siapa yg lelah?
 Raga?
 Jiwa?
 Aku?
 Kami?
 Apakah sistem yang berproses akan menjadi tanpa benturan?
Lihatlah…
Itu yg kau perlu”
Dan awanpun menatap lelaki itu dengan syahdu.
Kisah ini akan terus berguliran. Perang kesadaran para makhluk dari dimensi lain akan semakin mengguncangkan. Siapakah yang bersedia mengambil peran disini. Pada ranah dimensi yang tak diketahui? Pertanyaan itupun terus digulirkan. Menerobos kesadaran di mayapada. Adakah yang tergerak hati menjaga kesadaran manusia disini. Pada portal kesadaran disini. Pintu masuk dimensi ketiga. Adakah yang bertanya untuk apa? Yah, agar memori manusia nanti tetap dalam kesadaran ingat Allah. Bukan kepada makhluk lainnya. Bukankepada ilah lainnya. Semisal harta, tahta atau wanita, apalagi makhluk tak kasat mata. “Aku menunggu, bersama kalian menunggu, meninggalkan JEJAK DALAM PENANTIAN”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali