Kisah Perjalanan Paku Bumi (1), Sawung Aji Mukti
“Maka,
mulailah dengan setiap urutan yg menjadi tolak dari keberadaan kalian.
Satu
titik yg berada pd pijak astana badrun, di ujung timur Limbangan
Ada
sebutir telur dengan rumput yg akan melahirkan suatu dinasti,
Dinasti
yang menggantikan penghuni bumi, perlahan tapi pasti
Satya
manunggal gusti
Sawung
aji mukti..”
Itulah
rangkaian sebuah pesan yang harus dijalankan. Pesan-pesan yang menjadi
rangkaian sebuah perjalanan spiritual. Menyiapkan tataran kesadaran bagi
terwujudnya sebuah impian. Sebuah impian bagi bangsa dan negara ini, sebagaimana
apa-apa yang di doakan nabi Ibrahim atas anak keturunannya. Lihatlah dan
perhatikanlah kisahnya, ketika nabi Ibrahim berdoa kepada Tuhannya, agar
diberkahi anak keturunanya dan juga bangsa dan negaranya. Doa tersebut didengar
Allah. Sebuah rangkaian pola pembelajaran yang layak diikuti oleh manusia yang
menginginkan kebaikan bagi anak keturunan mereka, dan juga kemuliaan bagi
bangsanya.
Maka
perjalanan spiritual ini adalah mengikuti rangkaian pola pengajaran nabi
Ibrahim. (Yaitu) Berjalan ke seluruh pelosok negri, dan disana mereka semua berdoa,
dengan doa sebagaimana doa nabi Ibrahim. Semoga Allah ridho dan
mengabulkan doa-doa hamba-hambaNya. Apakah perjalanan ini bermakna? Entahlah..!
Berkali-kali diri disergah keraguan. Untuk apa melakukan perbuatan yang nampaknya
sia-sia ini. Sebagai manusia biasa tentu saja rasionalitas bekerja. Betapa seringkali
keyakinan para kesatria ini dilecehkan bahkan menjadi olok-olokan. Bukan saja
oleh musuh-musuh mereka. Bahkan oleh keluarga yang telah diberikan khabar
gembira kepada merekapun tetap saja keadaannya. Betapa Kami terus
menguatkan mereka dengan memberikan bukti-bukti.
Lihatlah, bukti-bukti
tersebut sudah ada dalam kitab al qur an, berupa kisah-kisah para nabi, yaitu bagaimanakah para nabi menyikapi segala
hujatan dan cemooh kaumnya sendiri. Bahkan oleh anak dan istri mereka pula. Semua
sudah dipaparkan detail kisahnya. Manusia tinggal meyakini saja dan kemudian
melakukan afirmasi. Pola-pola kesadaran sudah jabarkan dengan lugasnya kepada manusia dalam
al qur an. Kisah-kisah tersebut ada pada kitab-kitab terdahulu. Adalah kisah yang selalu menghantarkan pemikiran kita agar terus mengamati, bagaimanakah cara
bekerjanya kesadaran atas manusia.
Sayangnya manusia sering hanya menjadikan al
qur an itu semisal dongengan saja. Menganggap bahwa kisah al qur an adalah berita tentang apa-apa yang dialami nenek dan kakek moyang mereka. Al qur an tidak ada hubungannya sama sekali dengan diri mereka. Al qur an bukan menyoal diri mereka. Inilah
yang menjadi sebab manusia sulit memahami al qur an. Ketika kesadaran menganggap
bahwa al qur an bukan menyoal diri mereka maka tanpa disadari kesadaran akan menganggap bahwa al qur an tidak penting. Sehingga Al qur an diletakan semisal dongengan
orang-orang terdahul Sebagaimana di sinyalir ayat berikut ini.
“Orang-orang kafir itu berkata, “Al qur an
ini tidak lain hanyalah
dongengan orang-orang dahulu” (Al Anam, 26)
dongengan orang-orang dahulu” (Al Anam, 26)
Maka
kisah perjalanan spiritual ini adalah semisal dongengan orang-orang terdahulu.
Kisah orang-orang yang mencoba menetapi keyakinan diri mereka atas sesuatu.
Keyakinan yang menjadi tonggak kesadaran. Kesadaran ingat Allah. Kesadaran inilah yang akan mengawal kelahiran nusantara baru. Kesadaran yang
terus saja dinafikan oleh manusianya sendiri. Bangsa ini tidak yakin atas kemampuan mereka sendiri. Namun Kesadaran inilah yang akan terus diajarkan oleh
Kami, agar manusia mengetahui siapakah hakekat Tuhan mereka dan siapakah hakekat bangsa ini sesungguhnya. Bangsa nusantara adalah bangsa yang besar.
Dengan semangat itulah kisah ini digulirkan, dengan harapan kisah ini memberikan warna dan makna bagi sidang pembaca. Janganlah percaya dan janganlah meyakini apa yang dikisahkan disini. Kebenaran hanya datang dari Allah dan para utusanNya. Kisah ini hanyalah membawa pesan agar manusia kembali mau menetapi kitab-kitab mereka sendiri. Kisah ini buknalh untuk mengajarkan apalagi untuk diikuti. Kembalilah kepada kitab yang sudah diturunkan para nabi, sungguh di dalam kitab yangmereka yakini terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah. Inilah ajakan yang senantiasa digaungkan. Semoga Allah ridho. Amin
Dengan semangat itulah kisah ini digulirkan, dengan harapan kisah ini memberikan warna dan makna bagi sidang pembaca. Janganlah percaya dan janganlah meyakini apa yang dikisahkan disini. Kebenaran hanya datang dari Allah dan para utusanNya. Kisah ini hanyalah membawa pesan agar manusia kembali mau menetapi kitab-kitab mereka sendiri. Kisah ini buknalh untuk mengajarkan apalagi untuk diikuti. Kembalilah kepada kitab yang sudah diturunkan para nabi, sungguh di dalam kitab yangmereka yakini terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah. Inilah ajakan yang senantiasa digaungkan. Semoga Allah ridho. Amin
…
Mobil itu
melaju dengan kecepatan 80 km/jam. Terlihat rintik hujan mulai turun. Menginjak
kilometer 57 di tol Cipularang. Ribuan laron menabrak bagian depan moblinya.
Serentak lelaki setengah baya yang mengemudikan mobil tersebut melambatkan laju
mobilnya dan mengambil laju sebelah kiri. Angannya kemudian jauh mengembara.
Dirinya diliputi gundah yang tak biasa. Bertanya mengapakah laron-laron
tersebut terus saja berdatangan mengejar cahaya lampu-lampu jalan bahkan juga
lampu mobilnya ini. Tidakkah mereka sadari bahwa cahaya lampu tersbut justru
akan membunuh dirinya? Lelaki itu berdesah nelangsa.
Entah berapa ribu laron yang sudah mati tertabrak oleh mobilnya ini, dia tidak dapat menghitungnya. Pandangan matanya tertuju kpeada lampu-lampu jalanan. Dia melihat masih ada jutaan laron yang terus berdatangan mengerubuti cahaya lampu jalanan sepanjang tol Cipularang. Jalanan menjadi gelap tertutup oleh jutaan laron tersebut. Penampakan yang tak biasa bagi pandangan lelaki tersebut. “Dari manakah datangnya ribuan laron tersebut” Diirnya bertanya dalam hati. Tiada ada peristiwa yang datang tanpa makna. Itulah keyakinannya. Neuron otaknya kemudian bekerja menjelajah alam semesta.
Apakah maknanya jika dalam perjalanannya untuk suatu urusan ke Bandung (2/10) disambut para laron yang jumlahnya jutaan di sepanjang jalan. “Pertanda apakah ini? “ Kadang dirinya ingin menipis segala praduga. Tak wajar saja rahsanya jika semua kejadian kemudian dimaknainya. Sama saja dengan ‘gila’ namanya. Mungkin saja ini adalah kebetulan. Sebab peristiwa laron adalah peristiwa biasa saja. Peristiwa alam yang sering terjadi di dunia ini. Sama saja dengan peristiwa daun yang jatuh ke bumi. Biasa dan sangat normal saja. Maka akan habislah waktunya jika seluruh kejadian akan dimaknainya semua. Begitu kilah nafsunya.
Yah, apakah gunanya dirinya memikirkan itu semua. Lelaki tersebut terdiam mengamati perbincangan di dalam hatinya tersebut. Kadang dirinya tersenyum sendiri menyaksikan debat terbuka di jiwanya, seakan sedang menonton acara debat di layar kaca. “Benarkah itu peristiwa biasa saja?” Lelaki tersebut balik bertanya. “Bukankah Newton mengamati apel jatuh kemudian melihat sisi ghaib dari sebuah apel yang jatuh, dan dalam perenungannya tersebut dirinya mampu menemukan hukum alam semesta?”
Entah berapa ribu laron yang sudah mati tertabrak oleh mobilnya ini, dia tidak dapat menghitungnya. Pandangan matanya tertuju kpeada lampu-lampu jalanan. Dia melihat masih ada jutaan laron yang terus berdatangan mengerubuti cahaya lampu jalanan sepanjang tol Cipularang. Jalanan menjadi gelap tertutup oleh jutaan laron tersebut. Penampakan yang tak biasa bagi pandangan lelaki tersebut. “Dari manakah datangnya ribuan laron tersebut” Diirnya bertanya dalam hati. Tiada ada peristiwa yang datang tanpa makna. Itulah keyakinannya. Neuron otaknya kemudian bekerja menjelajah alam semesta.
Apakah maknanya jika dalam perjalanannya untuk suatu urusan ke Bandung (2/10) disambut para laron yang jumlahnya jutaan di sepanjang jalan. “Pertanda apakah ini? “ Kadang dirinya ingin menipis segala praduga. Tak wajar saja rahsanya jika semua kejadian kemudian dimaknainya. Sama saja dengan ‘gila’ namanya. Mungkin saja ini adalah kebetulan. Sebab peristiwa laron adalah peristiwa biasa saja. Peristiwa alam yang sering terjadi di dunia ini. Sama saja dengan peristiwa daun yang jatuh ke bumi. Biasa dan sangat normal saja. Maka akan habislah waktunya jika seluruh kejadian akan dimaknainya semua. Begitu kilah nafsunya.
Yah, apakah gunanya dirinya memikirkan itu semua. Lelaki tersebut terdiam mengamati perbincangan di dalam hatinya tersebut. Kadang dirinya tersenyum sendiri menyaksikan debat terbuka di jiwanya, seakan sedang menonton acara debat di layar kaca. “Benarkah itu peristiwa biasa saja?” Lelaki tersebut balik bertanya. “Bukankah Newton mengamati apel jatuh kemudian melihat sisi ghaib dari sebuah apel yang jatuh, dan dalam perenungannya tersebut dirinya mampu menemukan hukum alam semesta?”
"Ghaib dan
realitas adalah dua sisi mata uang yang sama." Lelaki tersebut mencoba bijak menengahi. Memang apel yang jatuh adalah peristiwa
biasa saja. Berapa milyard apel yang jatuh di seluruh dunia. Namun bukan berarti peristiwa biasa itu tidak ada maknanya atau tidak ada hikmahnya. Melalui pengamatan orang-orang yang berakal, kejadian yang biasa saja, mampu merubah peradaban kesadaran
manusia. Ingatlah, apa yang dilakukan oleh Newton. Dia telah menjelaskan kepada dunia bahwa yang ghaib itu adalah
nyata. Newton mampu menjelaskan bahwa ada kekuatan luar biasa yang menggerakan
apel sehingga tertarik dan jatuh.
Sekali lagi dengan kalimat ini ingin disampaikan hikmahnya, bahwa seorang manusia bernama Newton telah mampu menjelaskan dengan logika bahwa ada kekuatan dan ada daya di luar apel tersebut yang memaksa terhadap apel sehingga apel tidak ada pilihan, sukarela atau terpaksa apel harus mengikuti daya tarik tersebut. Newton kemudian berhasil menyelesaikan persamaan daya tersebut yang kemudian dinamakan sebagai hukum ‘gravitasi’. Daya apa dan siapakah yang bekerja kepada apel tersebut? Maka kesadaran manusia beriman akanmelihat dari sisi yang jauh daripada hanya sekedar penjelasan rumus matematika saja.
Sekali lagi dengan kalimat ini ingin disampaikan hikmahnya, bahwa seorang manusia bernama Newton telah mampu menjelaskan dengan logika bahwa ada kekuatan dan ada daya di luar apel tersebut yang memaksa terhadap apel sehingga apel tidak ada pilihan, sukarela atau terpaksa apel harus mengikuti daya tarik tersebut. Newton kemudian berhasil menyelesaikan persamaan daya tersebut yang kemudian dinamakan sebagai hukum ‘gravitasi’. Daya apa dan siapakah yang bekerja kepada apel tersebut? Maka kesadaran manusia beriman akanmelihat dari sisi yang jauh daripada hanya sekedar penjelasan rumus matematika saja.
“Begitukah keadaannya?” lelaki
tersebut berdesah sendiri. Pikirannya masih terus melayang. Sementara mobilnya melaju dengan
perlahan, kecepatannya tidak lebih dari 70 km/jam. “Apakah laron tersebut adalah sebuah pertanda?” Dirinya mulai bertanya gelisah. Bagaimana tidak,
meskipun realitasnya hanya raganya yang sepertinya sedang menjalankan tugas ke Bandung, namun
hakekatnya secara ruhani dirinya sedang diperjalankan Kami, menjalani laku spiritual tahapan berikutnya. Dirinya diminta menyampaiakan pesan alam. Menghantarkan paku bumi kepada team Bandung agar di tanamkan di daerah
Jawa barat. Kepada team Bandung inilah segala harapan dan doa disematkan dari seluruh makhluk lintas dimensi.
Ya, paku pertama telah di tanam di daerah Cipaku, Bogor, paku kedua telah di tanamkan di kawasan Candi Boko daerah Klaten. Paku ketiga sedang dalam perjalanan ke kota Palu, Sulawesi. Dan Paku keempat yang akan di tanamkan di Jawa Barat. Pusat peradaban nusantara baru berasal dari wilayah ini. Perang Baratayudha akan dimulai dari kota ini. Maka kepada para kesatria yang akan menanamkan Paku Bumi senantiasa di mohonkan ketulusan dan keikhlasan. Selalu mintalah petunjuk Allah. Mohonlah perlindungan kepada Nya atas namaNya yang Maha Pengasih dan Penyayang Paku tersebut akan di tancapkan dengan kesadaran para nabi. Kesadaran nabi Ibrahim.
...
Realitas dan ghaib yang selalu beriringan, terus saja menghantarkan kesadaran. Kilasan seperti dinampakan dalam kesadaran lelaki setengah baya tersebut. Kerutan di dahinya semakin nampak, menambah kesan lebih tua dari umur yang sebenarnya. Yah, dialah Mas Thole yang sedang dalam perjalanan spiritualnya ke selatan. Batinnya seperti teriris iris. Bagaimana tidak, laron-laron selalu mencari cahaya yang dianggapnya akan mampu menolong diirnya. Cahaya lampu yang dianggapnya adalah cahaya yang akan menerangi jalannya. Begitu ‘gila’ keadaan mereka sehingga mereka tidak tahu bahwa cahaya lampu mobil yang dihampirinya akan menabrak mereka. Lampu mobil yang diangga mampu menolongnya ternyata justru mencelakakan diri mereka. Mereka telah mati sia-sia dalam rangka mencari cahaya. Bukankah akan begitu?
Ya, paku pertama telah di tanam di daerah Cipaku, Bogor, paku kedua telah di tanamkan di kawasan Candi Boko daerah Klaten. Paku ketiga sedang dalam perjalanan ke kota Palu, Sulawesi. Dan Paku keempat yang akan di tanamkan di Jawa Barat. Pusat peradaban nusantara baru berasal dari wilayah ini. Perang Baratayudha akan dimulai dari kota ini. Maka kepada para kesatria yang akan menanamkan Paku Bumi senantiasa di mohonkan ketulusan dan keikhlasan. Selalu mintalah petunjuk Allah. Mohonlah perlindungan kepada Nya atas namaNya yang Maha Pengasih dan Penyayang Paku tersebut akan di tancapkan dengan kesadaran para nabi. Kesadaran nabi Ibrahim.
...
Realitas dan ghaib yang selalu beriringan, terus saja menghantarkan kesadaran. Kilasan seperti dinampakan dalam kesadaran lelaki setengah baya tersebut. Kerutan di dahinya semakin nampak, menambah kesan lebih tua dari umur yang sebenarnya. Yah, dialah Mas Thole yang sedang dalam perjalanan spiritualnya ke selatan. Batinnya seperti teriris iris. Bagaimana tidak, laron-laron selalu mencari cahaya yang dianggapnya akan mampu menolong diirnya. Cahaya lampu yang dianggapnya adalah cahaya yang akan menerangi jalannya. Begitu ‘gila’ keadaan mereka sehingga mereka tidak tahu bahwa cahaya lampu mobil yang dihampirinya akan menabrak mereka. Lampu mobil yang diangga mampu menolongnya ternyata justru mencelakakan diri mereka. Mereka telah mati sia-sia dalam rangka mencari cahaya. Bukankah akan begitu?
Mas Thole
merinding membayangkan keadaan tersebut. Begitulah keadaan manusia dalam
mencari cahayaNya. Semisal laron-laron yang mencari lampu. Dan Mas Thole pun
sadar jika dirinya mungkin termasuk salah satu laron yang juga berebutan
mencari cahaya Tuhan. Cahaya kebenaran yang dianggap mampu memberikan
pencerahan bagi kesadarannya justru telah menyesatkan dan menghancurkan dirinya.
Bagaimana tidak, dirinya bisa saja terjebak ke dalam pusaran arogansi
spiritual. Dirinya merasa telah benar, telah mendapatkan cahaya Tuhan, telah
merasa berspiritual. Merasa lebih suci, lebih pintar. Sehingga kemudian segala
rahsa ke aku an menjadi ego spiritual yang pada gilirannya akan menghancurkan
kesadarannya. Kesadaran ingat Allah yang tengah ditetapinya. Bukankah dia juga akan celaka? Astagfirulloh hal 'adziem. Sungguh demikian tipis jarak surga dan neraka ini.
…
Selewat
Isya mobil yang membawa Mas Thole memasuki kota Bandung. Sedikit demi sedikit
dirinya mampu menangkap pesan-pesan. Perjalanan spiritualnya ke Selatan adalah
menyoal arogansi spiritual ini. Arogansi orang-orang berilmu yang merasa bahwa dengan
ilmunya ini mereka mampu menyelamatkan dirinya dari neraka. Dengan arogansi Ilmu
inilah mereka menghadap kepada Tuhannya. Mereka enggan menanggalkan ilmu-ilmu
mereka saat berhadapan dengan Tuhan. Mereka sombong dnegan ilmu-ilmu mereka
itu. Mereka senantiasa beranggapan bahwa dengan ilmu mereka itulah mereka mampu
menuju kpeada Tuhan. Dengan ilmu yang mereka miliki itulah maka Tuhan akan
menemui mereka. Begitulah anggapan keyakinan mereka. Anggapan yang terus saja
diingatkan al qur an.
Cahaya
kebenaran datang adalah kehendak Allah semata kepada siapapun manusia yang
dikehendakiNya. Itulah berita al qur an. Allah memberikan hidayahNya kepada
siapa yang dikehendaki. Bukan atas kemampuan spiritual orang tersebut, bukan
atas kesaktian orang tersebut, bukan atas kekuasaan orang tersebut, bukan atas
ketinggian ilmu orang tersebut, bukan pula atas jumlah kekayaan yang dimiliki
orang tersebut. Bukan, sekali-kali bukan! Allah akan mendatangi hati-hati yang
tulus dalam mengabdikan diri kepada jalan-jalanNya. Meskipun dia miskin,
meskipun dia bodoh, meskipun dia tidak berilmu, meskipun dia seorang penjahat, meskipun..meskipun..
apapun itu sebutannya sekalipun. Allah lebih tahu isi hati manusia. Maka tidak
pantaslah bagi manusia menyombongkan apa-apa yang dimilikinya itu. Sebab semua
apa yang dimiliki manusia atas ijinNya
semata.
…
Cahaya
lampu yang dianggapnya adalah cahaya kebenaran ternyata membunuh manusia itu
sendiri. Apakah sama cahaya lampu dengan cahaya Tuhan? Bagaimana membedakannya,
sebab hakekatnya cahaya lampu juga cahaya, dan sementara semua cahaya adalah
berasal dari cahayaNya juga. Kalau begitu bukankah sama saja cahaya lampu dengan
cahaya Tuhan? Jelaskanlah keadaanya jika bisa! Manusia sering dibingungkan dengan
pemahaman ini saat sudah memasuki level kesadaran yang lebih tinggi. Saking bingungnya,
akhirnya dengan sadar mereka menggunakan
cahaya lampu sebab dalam anggapannya cahaya lampu sama saja dengan cahaya
Tuhannya. Mengapa? Ya, karena cahaya lampu lebih mudah ditemui. Cahaya lampu akan
sesuai dengan anggapannya. Cahaya lampu akan mudah diatur-atur oleh manusia.
Cahaya lampu itu sesuai dengan anggapan ilmunya maka dianggaplah cahaya lampu tersebut adalah cahaya Tuhan itu sendiri. Mengapa keadaannya jadi begitu? Ya, Cahaya Allah tidak mau diatur-atur oleh angannya. Cahaya Allah suci dari itu anggapan manusia. Cahaya Allah tidak bisa dipersepsikan. Maka manakala manusia menggunakan ilmunya untuk mengenali cahayaNya, sudah pasti manusia itu akan tertipu. Cahaya lampu akan disangka sebagai cahaya Allah. Hal yang menjadi sebab mengapa manusia semakin jauh dari cahayaNya, sebab manusia senantiasa menggunakan ilmu atau anggapan mereka dalam menegnali cahayaNya? CahayaNya adalah suci dalam persepsi.
Cahaya lampu itu sesuai dengan anggapan ilmunya maka dianggaplah cahaya lampu tersebut adalah cahaya Tuhan itu sendiri. Mengapa keadaannya jadi begitu? Ya, Cahaya Allah tidak mau diatur-atur oleh angannya. Cahaya Allah suci dari itu anggapan manusia. Cahaya Allah tidak bisa dipersepsikan. Maka manakala manusia menggunakan ilmunya untuk mengenali cahayaNya, sudah pasti manusia itu akan tertipu. Cahaya lampu akan disangka sebagai cahaya Allah. Hal yang menjadi sebab mengapa manusia semakin jauh dari cahayaNya, sebab manusia senantiasa menggunakan ilmu atau anggapan mereka dalam menegnali cahayaNya? CahayaNya adalah suci dalam persepsi.
Maka, mampukah
para kesatria alam menetapi jalan-jalanNya? Sebab begitu pelik keadaannya ini? Semua
manusia merasa telah menemukan cahayaNya. Namun sesungguhnya mereka itu ibarat
laron-laron yang mengerumuni lampu. Itulah makna kejadian jutaan laron-laron
yang menghambat laju Mas Thole ke Bandung. Makna penancapan paku bumi sesi
kedua ini. Bedanya adalah jika dahulu perjalanan ke barat maka kali ini adalah
perjalanan ke selatan. Maka setibanya di hotel. Mas Thole mengkhabarkan kepada
rekannya bahwa sebaiknya malam ini tidak
usah bertemu dahulu. Dimensi ghaib tengah bergolak.
Alam kesadaran tengah mencari titik baru. “Adakah kejadian di dunia itu hal biasa? Ataukah sebuah hikmah?” Sungguh, semua itu tergantung kepada pengamat nya saja. Dalam sebuah pertemuan singkat dengan team Bandung, diserahkanlah paku ke empat. Entah nanti akan ada kejadian apa atas mereka. Mas Thole hanya mampu berdoa. Sungguh tidaklah mudah perjalanan menancapkan paku. Walau secara realitas tidak ada apa-apanya. Yah, hanya sebuah bambu kecil yang tiada arti. Namun jangalah di tanyakan bagaimanakah rahsanya. Jika saja boleh meminta mati maka dia lebih baik mati saja. Luar biasa sekali amuk rahsanya.
Betapa tidak, dalam ranah kesadaran banyak sekali kejadian yang akan mengharu birukan jiwa mereka. Menghancur luluh lantakan kesombongan mereka atas kepemilikan dunia. Apa-apa yang dipunya tidak mampu menolong keresahan jiwa mereka. Dan mereka dipaksa untuk satu pemahamn bahwa suka atau tidak suka mereka harus kembali kepadaNya. Memohon pertolonganNya. Berserah diri atas apa-apa yang terjadi di saat terkini. Sudah dikhabarkan bagaimana ujianmereka nanti. Ujian para kesatria dan juga para nabi. Resah jiwa keadaannya, dari seluruh dimensi seakan memburunya. Dari realitas juga sama saja. Tidak saja dari orang luar yang tiba-tiba berubah peringainya, namun dari orang dekat mereka juga sama saja.
Lihatlah keadaannya nanti, bagaimana dunia ini menjadi aneh bagi mereka. Mereka akan merasa sendirian di alam mayapada ini. Masalah-masalah kehidupan mendadak muncul dengan hebatnya. Yah, inilah keadaan perang kesadaran dikisahkan. Benar sekali, tiada pertolongan selain Allah. Semoga mereka pahami ini.
Alam kesadaran tengah mencari titik baru. “Adakah kejadian di dunia itu hal biasa? Ataukah sebuah hikmah?” Sungguh, semua itu tergantung kepada pengamat nya saja. Dalam sebuah pertemuan singkat dengan team Bandung, diserahkanlah paku ke empat. Entah nanti akan ada kejadian apa atas mereka. Mas Thole hanya mampu berdoa. Sungguh tidaklah mudah perjalanan menancapkan paku. Walau secara realitas tidak ada apa-apanya. Yah, hanya sebuah bambu kecil yang tiada arti. Namun jangalah di tanyakan bagaimanakah rahsanya. Jika saja boleh meminta mati maka dia lebih baik mati saja. Luar biasa sekali amuk rahsanya.
Betapa tidak, dalam ranah kesadaran banyak sekali kejadian yang akan mengharu birukan jiwa mereka. Menghancur luluh lantakan kesombongan mereka atas kepemilikan dunia. Apa-apa yang dipunya tidak mampu menolong keresahan jiwa mereka. Dan mereka dipaksa untuk satu pemahamn bahwa suka atau tidak suka mereka harus kembali kepadaNya. Memohon pertolonganNya. Berserah diri atas apa-apa yang terjadi di saat terkini. Sudah dikhabarkan bagaimana ujianmereka nanti. Ujian para kesatria dan juga para nabi. Resah jiwa keadaannya, dari seluruh dimensi seakan memburunya. Dari realitas juga sama saja. Tidak saja dari orang luar yang tiba-tiba berubah peringainya, namun dari orang dekat mereka juga sama saja.
Lihatlah keadaannya nanti, bagaimana dunia ini menjadi aneh bagi mereka. Mereka akan merasa sendirian di alam mayapada ini. Masalah-masalah kehidupan mendadak muncul dengan hebatnya. Yah, inilah keadaan perang kesadaran dikisahkan. Benar sekali, tiada pertolongan selain Allah. Semoga mereka pahami ini.
BERSAMBUNG
sampurasun...
BalasHapusRampes...
HapusWalaikumsalam
Segala Puji bagi Allah,.
BalasHapusTerima kasih,.
Menyentuh, menyadarkan,.