Kisah Perjalanan Paku Bumi (2), Tanah Yang di Haramkan


Hasil gambar untuk batara
Penancapan paku kesadaran (bumi) nan dramatis, akan terus dikisahkan disini. Demi keselamatan mereka sengaja tidak akan di sebutkan nama tokoh dan lokasi detailnya. Sungguh perjalanan ini adalah menyoal perang keimanan adalah pengajaran atas hakekat ‘tauhid’, sebagaimana pesan Kami sebagai tersebut dibawah ini, maka perjalanan ini tidak lepas dari gangguan makhluk-makhluk dari seluruh lintas dimensi. Makhluk yang tidak menginginkan kesadaran Ingat Allah berjaya di bumi nusantara ini;
“Pengajaran fundamental tentang kehidupan.
Ada beberapa hal yang menjadi bagian tak terhindarkan
dan tersusun pada setiap objek yang sudah ada
Jika memang sudah dalam pelajaran dan perjalanan,
maka harus berada dlm keadaan siap.
Siap dlm menjalankan kehidupan
Segeralah berangkat ke selatan arah kiblat,
di sana ada wangsit satya dharma ing brata
Sesungguhnya, semua itu berada dlm kehendak Yang Maha Kuasa”


Peraduan telah sepi.  Bunga-bunga dan putik telah berguguran disini. Perjamuanpun  telah berganti. Malampun  memasuki sunyi sendiri.  Tapi mengapakah badan ini rahsanya seperti disayat belati? Seluruh instrumen ketubuhan kembali terasa nyeri. Sakitnya menjalari hingga syaraf-syaraf tak mampu menopang energy. Tidak mampu menyalurkan informasi. Otak seperti dikerubuti ribuan semut api yang menggigiti. “Aduh…betapa rahsanya sakit sekali.”  Mas Thole mencoba bertahan dalam kesakitan luar biasa. Tubuhnya direbahkan di sebuah masjid di kompleks perumahan. Mendadak saja, hujan turun dengan lebatnya. Aneh saja, hujan yang sudah lama tidak turun mengapa bisa pas keadaannya.

Kesadaran Ms Thole perlahan menghablur, hilang. Lamat-lamat  masih didengarnya suara rintik hujan yang keras menghantam atap masjid yang terbuat dari seng. Antara ada dan tiada namun rasanya sperti menghantam langsung dadanya. Keras sekali terasanya. Sayang kesadarannya sudah mulai hilang. Maka dia tidak mampu berbuat apa-apa.  Rasa sakit yang membeni jiwa dan raganya benar-benar tak mampu ditahannya lagi. Ya, dia dalam perjalanan menyusuri jejak dimanakah harus ditanamkan paku kelima. Baru di pagi hari tadi dia singgah di Kota Batam, itu juga baru pertama kali ini.

Sudah tidak terhitung lagi pengalaman yang semacam itu. Kesakitan dan kekalutan pikiran selalu datang bersamaan dnegan tugas-tugas Kami. Sehingga dalam realitas Mas Thole seperti berubah peringainya. Betapa tidak, raganya terus dijadikan ajang pertempuran kesadaran. Seluruh makhluk lintas dimensi bertarung di raga Mas Thole. Coba bayangkan bagaimana sakitnya. Hal yang sama perjalanan ke Selatan kali ini. Pikirannya rahsanya penuh sekali dengan informasi. Semua dimensi berebutan ingin menguasai. Bilakah keadaan ini terjadi pada kesatria lainnya? Ya, pasti akan sama saja keadaan mereka itu.

“Duh, Tuhan. Rahsanya sakit sekali” Mas Thole mengeluh sendiri. Kesadarannya mulai muncul. Hawa panas terus memutari di seluruh tubuhnya. Akhirnya diapun diare berkali-kali. Entah ada apa dengan kota Batam ini. Para makhluk lintas dimensi disini seakan tidak mengijinkan jika dirinya menginjakan kaki disana. Baru saja pesawat mendarat sudah terjadi keanehan. Pintu pesawat tidak bisa dibuka. Para penumpang resah di dalamnya. Mereka semua sudah terlanjur berdiri. Hapir 1 jam lebih itu terjadi. Bagaimanakah mereka tidak merasa kesal. Teriakanpun terjadi dengan riuh.


Entah mengapa Kami membawanya ke kota ini, kota yang dahulunya pernah diberkati kini rahsanya seperti kota mati. Perjalanan ke Selatan kali ini dalam upaya menancapkan 9 (Sembilan) paku kesadaran. Kapasitasnya kali ini hanyalah pembawa pesan. Bukan sebagai pelaku penancapan. Pada penancapan sesi pertama sudah dilakukan di seluruh nusantara, dia dibantu oleh Ratu Pambayun. Pada sesi kedua ini, ada 5 team yang berangkat menyebar ke seluruh nusantara. Baru saja team yang berangkat ke Klaten mengabarkan bahwasanya paku ke dua sudah berahasil di tanamkan di mata air candi Boko. Begitu juga pada hari berikutnya (6/10) paku ketiga berhasil di tanamkan di Donggala, Sulawesi. Pada hari yang sama paku ke empat berhasil di tanamkan di kota Bandung.


Rasa syukur dan suka cita dirasakan menyelimuti ketubuhan. Bangun di pagi hari ini (7/10) badan Mas Thole terasa segar. Ketidakstabilan emosinya, keresahan jiwa, kemarahan, dan seluruh rahsa yang berkecamuk di dada satu minggu kemarin ini seperti hilang di telan bumi. Otaknya kembali noprmal biasa. Perasaan seperti bangun pagi saja, tidak ada kesan jika sebelumnya badannya nyaris lumpuh. Betapa Mas Thole sangat berterima kasih kepada para kesatria alam yang dengan sukarela melakukan penancapan paku kesadaran. Betapa besar jasa mereka bagi alam semesta. Walau mungkin saja apa yang mereka lakukan tidak berarti apa-apa bagi manusia.

Yah, mas Thole yakin sekali bahwa sangat sedikitlah manusia yang peduli atas apa-apa yang mereka lakukan itu. Bahkan mungkin saja mereka akan dikatakan ‘gila’ dengan melakukan hal-hal aneh semacam itu. Apakah ada korelasinya atas paku yang ditancapkan dengan kesadaran manusia? Apakah ada penjelasan ilmiahnya? Sudah tentu kita akan disergap oleh pertanyaan-pertanyaan itu. Walaupun ilmu pengetahuan sudah berkembang dengan pesatnya. Ilmu pengetahuan sudah mengungkapkan misteri alam semesta bahwa seluruh manusia itu terhubung dalam satu kesatuan (oneness). Ilmu pengetahuan juga sudah mengungkapkan adanya hukam Law of  Attraction.

Teori Butterfly Effect juga menjelaskan semua kemungkinan. Kepakan sayap kupu-kupu di amazon mampu menimbulkan badai Tornado di Atlanta. Bila kita anggap saja mereka para kesatria adalah sang kupu-kupu kecil yang terus mengepakan sayap kesadaran mereka. Tidakkah ada peluang bahwa suatu saat badai kesadaran ingat Allah akan melibas dan melluh lantakan bangun kesadaran manusia? Begitu perumpamaannya.  Bangun kesadaran yang selama ini hanya ingat kepada harta, tahta, dan wanita akan di hancur leburkan oleh badai tornado kesadaran ingat Allah.

Maka sesungguhnya mereka para kesatria alam sedang menyatakan perang kesadaran. Mereka telah menentukan berada di pihak manakah mereka berkiblat. Yah, mereka berkiblat kepada kesadaran yang diajarkan oleh Bapak para nabi yaitu nabi Ibrahim. Apakah yang mereka lakukan itu benar-benar akan terjadi? Sungguh apapun hasilnya tidak penting bagi mereka. Semua kejadian sudah ditentukan oleh Allah. Apakah gerak yang mereka lakukan akan menghasilkan perubahan atau tidak, semua dikembalikan kepada Allah. Setidaknya mereka telah mengambil sikap keberpihakan mereka dalam perang kesadaran ini. Mereka berpihak kepada nabi Ibrahim. Itulah pilihan mereka.

...

Rangkaian kisah perjuangan nabi Ibrahim dalam melakukan kesadaran adalah sebagaimana yang di kisahkan dalam al qur an, surah Ibrahim, 35-37, sbb:

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.”
“Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


Perhatikanlah bagaimana pola dan mekanismenya, lihatlah dengan hati terdalam. Begitulah para kesatrai berdoa kepada Allah Tuhan. Nabi Ibrahim tidak hanya melakukan perang terbuka kepada kaumnya. Namun terlebih lagi nabi  Ibrahim datang ke pelosok yang tidak berpenghuni berdoa kepada Tuhannya. Nabi Ibrahim menuju titi-titik portal lintas dimensi. Koordinat kekuatan grafitasi bumi dengan galaksi. Darisana nabi Ibrahim berdoa untuk kebaikan anak keturunan mereka dan juga untuk kejayaan bangsa, negri mereka. Bukankah itu sebuah teladan yang sempurna? Sebuah standart operating procedure (SOP) yang harus diikuti oleh suatu bangsa yang menginginkan kebaikan bagi bangsa, negara dan anak keturunannya. Kemudian nabi Ibrahim juga tandas sekali menyampaikann barang siapa mengikuti jalan-jalannya ini maka dia termasuk golongannya.


Bangsa ini adalah bangsa yang telah men Tuhankan harta, tahta, dan wanita. Itulah berhala-berhala bangsa ini. Bangsa ini lebih takut miskin, lebih takut ditinggal istri/suami, lebih takut  kehilangan jabatan/kekuasaan  daripada kehilangan Allah. Maka tidak ada jalan lain yang dapat kita lakukan untuk menyadarkanbangsa ini, selain mengikuti pola dan jalan-jalan ynga ditempuh nabi Ibrahim dalam upaya untuk menyadarkan bangsa ini. Al qur an sudah memberikan kisah teladan, mengapakah kita masih ragu untuk mengikuti petunjuk al qur an ini? Bukankah Umat Islam sangat percaya dengan kitab mereka ini? Maka salahkah jika para kesatria mencoba mengikuti jalan-jalan para nabi? Di tempat dimana paku di tanamkan mereka berdoa, sebagaimana nabi Ibrahim berdoa sbb;

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)". (QS. Ibrahim 37-43).


...


Entah disadari atau tidak oleh para kesatria yang menancapkan paku di sebuah daerah yang dinamakan Pada Larang, yang artinya adalah tanah yang diharamkan. Tanah yang dharamkan dalam keyakinan setiap bangsa pasti ada. Sebagaimana nabi Ibrahim meyakini tanah Mekah. Maka tidakkah bangsa ini memiliki tanah yang diharamkan? Ditanah yang diharamkan itulah mereka para kesatria melakukan sebuah ritual doa sebagaimana yang diajarkan oleh nabi Ibrahim. Melakukan ritual yang sama dan doa yang sama bagi anak keturunan dan juga bangsa ini. Menjadi keyakinan sendiri bagi Mas Thole, bahwa peperangan atas tanah yang diharamkan akan dimulai dari kota Bandung. Perang Bratayudha akan dimulai dari wilayah ini. Perang antara Pandawa dan Kurawa. Perang saudara segera akan dimulai disini di tanah haram ini. Dan paku bumi sebagai tanda segera dimulai perang puputan ini. hhh....

....

Alam kesadaran menuju titik kulminasi, mereka semua telah menyiapkan diri. Pasukan Pajajaran juga telah dimobilisasi sebagaimana pesan Kami, Kian Santang telah turun ke mayapada. Ini bukanlah kisah mitos atau legenda lagi, lihat saja realitasnya nanti;

"Satu dalam sewindu akan membentuk satu barisan yang menjadi jajaran pada setiap paku. Paku jajar yang akan terlihat kuncupnya sebelah tenggara khatulistiwa. Di sana ada sejumlah pasukan yang siap menjadi pembela setiap paku. Dari dalam perbuatan yang menjadi satu, terdapat banyak hal yang tak dapat diukur oleh satu biru, tp bisa menjadi sebuah hal baru. Satu dan dua, berpadu dalam satu kesatuan utuh yg terpadu.

Pesannya, jangan membagi satu bagian pada hal-hal yang berbeda. Ketika membentuk pada salah satu keadaan yang berbeda, maka lihat pada titik yang berbeda pula. Kian Santang yang sekarang telah menjelma, akan membawa pada hal-hal yang sudah ada, dan menjadi bagian yang sudah ditetapkan dengan tugasnya dalam kembali menyapa negeri melalui hal-hal yang tidak dikehendaki.”


Sejalan atas apa-apa yang dilakukan para kesatria, panggilan kepada para penjangga nusantara terus bergaung. Maka berita turunnya Kian Santang menjadi khabar yang menggembirakan bagi semua. Tumbuhlah semangat dalam diri mereka, bahwa ternyata mereka tidaklah sia-sia….


Bersambung kisah…Kedatangan Kian Santang

wolohualam

Komentar

  1. Assalamualaikum mas admin. . .sya hanya mau tanya,apakah mas admin kenal secara pribadi dengan mas thole?

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum mas admin.saya tunggu kisah-kisah selanjutnya.terima kasih.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali