Kisah Perjalanan Paku Bumi (2), Tanah Yang di Haramkan
“Pengajaran fundamental tentang kehidupan.
Ada beberapa hal yang menjadi bagian tak
terhindarkan
dan tersusun pada setiap objek yang sudah
ada
Jika memang sudah dalam pelajaran dan
perjalanan,
maka harus berada dlm keadaan siap.
Siap dlm menjalankan kehidupan
Segeralah berangkat ke selatan arah
kiblat,
di sana ada wangsit satya dharma ing brata
Sesungguhnya, semua itu berada dlm
kehendak Yang Maha Kuasa”
…
Peraduan
telah sepi. Bunga-bunga dan putik telah
berguguran disini. Perjamuanpun telah berganti.
Malampun memasuki sunyi sendiri. Tapi mengapakah badan ini rahsanya seperti disayat
belati? Seluruh instrumen ketubuhan kembali terasa nyeri. Sakitnya menjalari
hingga syaraf-syaraf tak mampu menopang energy. Tidak mampu menyalurkan
informasi. Otak seperti dikerubuti ribuan semut api yang menggigiti. “Aduh…betapa rahsanya sakit sekali.” Mas Thole mencoba bertahan dalam kesakitan
luar biasa. Tubuhnya direbahkan di sebuah masjid di kompleks perumahan. Mendadak
saja, hujan turun dengan lebatnya. Aneh saja, hujan yang sudah lama tidak turun
mengapa bisa pas keadaannya.
Kesadaran
Ms Thole perlahan menghablur, hilang. Lamat-lamat masih didengarnya suara rintik hujan yang
keras menghantam atap masjid yang terbuat dari seng. Antara ada dan tiada namun
rasanya sperti menghantam langsung dadanya. Keras sekali terasanya. Sayang kesadarannya
sudah mulai hilang. Maka dia tidak mampu berbuat apa-apa. Rasa sakit yang membeni jiwa dan raganya
benar-benar tak mampu ditahannya lagi. Ya, dia dalam perjalanan menyusuri jejak
dimanakah harus ditanamkan paku kelima. Baru di pagi hari tadi dia singgah di
Kota Batam, itu juga baru pertama kali ini.
Sudah
tidak terhitung lagi pengalaman yang semacam itu. Kesakitan dan kekalutan
pikiran selalu datang bersamaan dnegan tugas-tugas Kami. Sehingga dalam
realitas Mas Thole seperti berubah peringainya. Betapa tidak, raganya terus
dijadikan ajang pertempuran kesadaran. Seluruh makhluk lintas dimensi bertarung
di raga Mas Thole. Coba bayangkan bagaimana sakitnya. Hal yang sama perjalanan
ke Selatan kali ini. Pikirannya rahsanya penuh sekali dengan informasi. Semua
dimensi berebutan ingin menguasai. Bilakah keadaan ini terjadi pada kesatria lainnya? Ya, pasti akan sama saja keadaan mereka itu.
“Duh, Tuhan. Rahsanya sakit sekali” Mas
Thole mengeluh sendiri. Kesadarannya mulai muncul. Hawa panas terus memutari di
seluruh tubuhnya. Akhirnya diapun diare berkali-kali. Entah ada apa dengan kota
Batam ini. Para makhluk lintas dimensi disini seakan tidak mengijinkan jika
dirinya menginjakan kaki disana. Baru saja pesawat mendarat sudah terjadi
keanehan. Pintu pesawat tidak bisa dibuka. Para penumpang resah di dalamnya.
Mereka semua sudah terlanjur berdiri. Hapir 1 jam lebih itu terjadi.
Bagaimanakah mereka tidak merasa kesal. Teriakanpun terjadi dengan riuh.
…
Entah
mengapa Kami membawanya ke kota ini, kota yang dahulunya pernah diberkati kini
rahsanya seperti kota mati. Perjalanan ke Selatan kali ini dalam upaya
menancapkan 9 (Sembilan) paku kesadaran. Kapasitasnya kali ini hanyalah pembawa
pesan. Bukan sebagai pelaku penancapan. Pada penancapan sesi pertama sudah
dilakukan di seluruh nusantara, dia dibantu oleh Ratu Pambayun. Pada sesi kedua
ini, ada 5 team yang berangkat menyebar ke seluruh nusantara. Baru saja team
yang berangkat ke Klaten mengabarkan bahwasanya paku ke dua sudah berahasil di
tanamkan di mata air candi Boko. Begitu juga pada hari berikutnya (6/10) paku
ketiga berhasil di tanamkan di Donggala, Sulawesi. Pada hari yang sama paku ke
empat berhasil di tanamkan di kota Bandung.
…
Rasa syukur
dan suka cita dirasakan menyelimuti ketubuhan. Bangun di pagi hari ini (7/10)
badan Mas Thole terasa segar. Ketidakstabilan emosinya, keresahan jiwa,
kemarahan, dan seluruh rahsa yang berkecamuk di dada satu minggu kemarin ini seperti
hilang di telan bumi. Otaknya kembali noprmal biasa. Perasaan seperti bangun
pagi saja, tidak ada kesan jika sebelumnya badannya nyaris lumpuh. Betapa Mas
Thole sangat berterima kasih kepada para kesatria alam yang dengan sukarela
melakukan penancapan paku kesadaran. Betapa besar jasa mereka bagi alam
semesta. Walau mungkin saja apa yang mereka lakukan tidak berarti apa-apa bagi
manusia.
Yah,
mas Thole yakin sekali bahwa sangat sedikitlah manusia yang peduli atas apa-apa
yang mereka lakukan itu. Bahkan mungkin saja mereka akan dikatakan ‘gila’
dengan melakukan hal-hal aneh semacam itu. Apakah ada korelasinya atas paku
yang ditancapkan dengan kesadaran manusia? Apakah ada penjelasan ilmiahnya?
Sudah tentu kita akan disergap oleh pertanyaan-pertanyaan itu. Walaupun ilmu
pengetahuan sudah berkembang dengan pesatnya. Ilmu pengetahuan sudah
mengungkapkan misteri alam semesta bahwa seluruh manusia itu terhubung dalam
satu kesatuan (oneness). Ilmu pengetahuan juga sudah mengungkapkan adanya hukam
Law of Attraction.
Teori Butterfly
Effect juga menjelaskan semua kemungkinan. Kepakan sayap kupu-kupu di amazon mampu
menimbulkan badai Tornado di Atlanta. Bila kita anggap saja mereka para
kesatria adalah sang kupu-kupu kecil yang terus mengepakan sayap kesadaran
mereka. Tidakkah ada peluang bahwa suatu saat badai kesadaran ingat Allah akan
melibas dan melluh lantakan bangun kesadaran manusia? Begitu perumpamaannya. Bangun kesadaran yang selama ini hanya ingat
kepada harta, tahta, dan wanita akan di hancur leburkan oleh badai tornado kesadaran
ingat Allah.
Maka
sesungguhnya mereka para kesatria alam sedang menyatakan perang kesadaran. Mereka telah menentukan berada di pihak
manakah mereka berkiblat. Yah, mereka berkiblat kepada kesadaran yang diajarkan
oleh Bapak para nabi yaitu nabi Ibrahim. Apakah yang mereka lakukan itu
benar-benar akan terjadi? Sungguh apapun hasilnya tidak penting bagi mereka.
Semua kejadian sudah ditentukan oleh Allah. Apakah gerak yang mereka lakukan
akan menghasilkan perubahan atau tidak, semua dikembalikan kepada Allah. Setidaknya
mereka telah mengambil sikap keberpihakan mereka dalam perang kesadaran ini.
Mereka berpihak kepada nabi Ibrahim. Itulah pilihan mereka.
...
Rangkaian
kisah perjuangan nabi Ibrahim dalam melakukan kesadaran adalah sebagaimana yang
di kisahkan dalam al qur an, surah Ibrahim, 35-37, sbb:
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata:
"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan
jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.”
“Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala
itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang
mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
…
Perhatikanlah
bagaimana pola dan mekanismenya, lihatlah dengan hati terdalam. Begitulah para
kesatrai berdoa kepada Allah Tuhan. Nabi Ibrahim tidak hanya melakukan perang
terbuka kepada kaumnya. Namun terlebih lagi nabi Ibrahim datang ke pelosok yang tidak
berpenghuni berdoa kepada Tuhannya. Nabi Ibrahim menuju titi-titik portal
lintas dimensi. Koordinat kekuatan grafitasi bumi dengan galaksi. Darisana nabi
Ibrahim berdoa untuk kebaikan anak keturunan mereka dan juga untuk kejayaan
bangsa, negri mereka. Bukankah itu sebuah teladan yang sempurna? Sebuah
standart operating procedure (SOP) yang harus diikuti oleh suatu bangsa yang
menginginkan kebaikan bagi bangsa, negara dan anak keturunannya. Kemudian nabi
Ibrahim juga tandas sekali menyampaikann barang siapa mengikuti jalan-jalannya
ini maka dia termasuk golongannya.
…
Bangsa
ini adalah bangsa yang telah men Tuhankan harta, tahta, dan wanita. Itulah
berhala-berhala bangsa ini. Bangsa ini lebih takut miskin, lebih takut
ditinggal istri/suami, lebih takut kehilangan jabatan/kekuasaan daripada kehilangan Allah. Maka tidak ada
jalan lain yang dapat kita lakukan untuk menyadarkanbangsa ini, selain
mengikuti pola dan jalan-jalan ynga ditempuh nabi Ibrahim dalam upaya untuk
menyadarkan bangsa ini. Al qur an sudah memberikan kisah teladan, mengapakah
kita masih ragu untuk mengikuti petunjuk al qur an ini? Bukankah Umat Islam
sangat percaya dengan kitab mereka ini? Maka salahkah jika para kesatria mencoba
mengikuti jalan-jalan para nabi? Di tempat dimana paku di tanamkan mereka
berdoa, sebagaimana nabi Ibrahim berdoa sbb;
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah
menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman
di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian
itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan,
mudah-mudahan mereka bersyukur. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui
apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun
yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. Segala
puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan
Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. Ya
Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan
shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku
dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab
(hari kiamat)". (QS. Ibrahim 37-43).
...
Entah disadari atau tidak oleh para kesatria yang menancapkan paku di sebuah daerah yang dinamakan Pada Larang, yang artinya adalah tanah yang diharamkan. Tanah yang dharamkan dalam keyakinan setiap bangsa pasti ada. Sebagaimana nabi Ibrahim meyakini tanah Mekah. Maka tidakkah bangsa ini memiliki tanah yang diharamkan? Ditanah yang diharamkan itulah mereka para kesatria melakukan sebuah ritual doa sebagaimana yang diajarkan oleh nabi Ibrahim. Melakukan ritual yang sama dan doa yang sama bagi anak keturunan dan juga bangsa ini. Menjadi keyakinan sendiri bagi Mas Thole, bahwa peperangan atas tanah yang diharamkan akan dimulai dari kota Bandung. Perang Bratayudha akan dimulai dari wilayah ini. Perang antara Pandawa dan Kurawa. Perang saudara segera akan dimulai disini di tanah haram ini. Dan paku bumi sebagai tanda segera dimulai perang puputan ini. hhh....
....
Alam kesadaran menuju titik kulminasi, mereka semua telah menyiapkan diri. Pasukan Pajajaran juga telah dimobilisasi sebagaimana pesan Kami, Kian Santang telah turun ke mayapada. Ini bukanlah kisah mitos atau legenda lagi, lihat saja realitasnya nanti;
"Satu dalam sewindu akan membentuk satu barisan yang menjadi jajaran pada setiap
paku. Paku jajar yang akan terlihat kuncupnya sebelah tenggara khatulistiwa. Di
sana ada sejumlah pasukan yang siap menjadi pembela setiap paku. Dari dalam
perbuatan yang menjadi satu, terdapat banyak hal yang tak dapat diukur oleh
satu biru, tp bisa menjadi sebuah hal baru. Satu dan dua, berpadu dalam satu
kesatuan utuh yg terpadu.…
Pesannya, jangan membagi satu bagian pada
hal-hal yang berbeda. Ketika membentuk pada salah satu keadaan yang berbeda,
maka lihat pada titik yang berbeda pula. Kian
Santang yang
sekarang telah menjelma, akan membawa pada hal-hal yang sudah ada, dan menjadi
bagian yang sudah ditetapkan dengan tugasnya dalam kembali menyapa negeri
melalui hal-hal yang tidak dikehendaki.”
…
Sejalan
atas apa-apa yang dilakukan para kesatria, panggilan kepada para penjangga
nusantara terus bergaung. Maka berita turunnya Kian Santang menjadi khabar yang
menggembirakan bagi semua. Tumbuhlah semangat dalam diri mereka, bahwa ternyata
mereka tidaklah sia-sia….
Bersambung
kisah…Kedatangan Kian Santang
wolohualam
Assalamualaikum mas admin. . .sya hanya mau tanya,apakah mas admin kenal secara pribadi dengan mas thole?
BalasHapusAssalamualaikum mas admin.saya tunggu kisah-kisah selanjutnya.terima kasih.
BalasHapus