Jejak Karang Paningal
Pengantar: Memasuki episode berikutnya,
perjalanan mencari jejak-jejak energy Pajajaran akan disungguhkan disini.
Perjalanan Mas Thole dan kawan-kawan terus akan dituliskan dalam sebuah harapan
dan doa. Semoga ada yang terpanggil untuk membuktikan kisah-kisah yang
disajikan ini. Melakoni dan menetapi langkah para sesepuh dan pinisepuh tanah
bumi jawa. Jayalah nusantara jaya.
....
Karang
Paningal...
Menunggu
waktu dan bumi yang menyarukan
Menunggu
kilas dan bias yang tak terelakan
Menunggu
batas dan cemas yang tak terhindarkan
Menunggu
kalut dan maut yang menggiringkan
Menunggu
anugrah dan musibah yang tersamarkan
Menunggu
kala dan mala yang tak terbantahkan
Menunggu
matahari dan bulan yang membenamkan
Menunggu
diam, menunggu malam, menunggu kelam
Menunggu
perguliran kapan kekuasaan dihibahkan?
masihkan malam sanggup menunggu pagi
masihkan malam sanggup menunggu pagi
(Atau diam
dalam sepi)
Dari tangan-tangan
serakah dan tak terpuaskan
Dari
hati-hati yang hangus
terbakarkan
Alibi,
ilusi, harap
Dan...dalam
“Penantian panjang dalam guratan
pemikiran. Adakah esok akan berulang dalam jeda waktu yang tak sama. Tak
terbilangkan. Tak terindahkan. Tak terhindarkan. Semua dalam jejak dan
kesibukan. Semua dalam pengabaian dan penistaan. Tuhan mana yang harus
disembah? Arrrgh....!
Duhai puspita, duhai fatamorgana yang
hilang dalam sekapan masa. Adakah kilasan rahsa sedikit saja untuk kupuja.
Bukankah indahnya malam terasa jika ada bintang? Bukankah sejuknya air dingin
sangat terasa ketika siang menyengat raga.
Jelaga hitam, jelaga pemikiran adakah yang
ingin dikatakan disini? Katakanlah! Agar kubuat sulaman kain indah dari rangkai
kejadian. Biar kutambahkan warna dari pekatnya kehidupan. Biar kusapukan
sedihnya dalam pengharapan.”
...
Mas
Thole menghiba, didekapnya dada, rahsa sakit menggumpal dari perut terus ke
dada. Sepanjang pagi kepala terasa ada yang mengganjal dari dalam. Tidak enak
sekali rahsanya. Semenjak dia datang ke suatu daerah yang sering dikunjungi
oleh Sang Prabu Siihwangi untuk bersemedi. Pikirannya sering tidak karuan.
Daerah yang nyaris luput dari liputan media. Kampung Adat Kota, desa Karang
Paningal, namnya. Sebuah desa yang terus berusaha mempertahankan warisan nenek
moyangnya. Butuh waktu berjam-jam lamanya dari Jakarta untuk menunju kesana.
Bersama 2 orang temannya Mas Thole kesana.
Karang
Paningal, adalah sebuah tempat yang disinyalir memiliki energy luar biasa. Di
tempat ini reka jejak peradaban bisa terbaca. Jejak-jejak energy masih ketara
sekali. Seperti jalannya kisah yang diputar ulang dari sekeping CD. Mas Thole
diam sesaat disana. Bermeditasi mencari khabar alam. Apakah yang akan terjadi
sebenarnya. Mengapa para scientis dan juga para spiritualis melihat keadaan
yang tidak biasa yang akan terjadi di nuisantara ini. Sesar pasundan, sesar
jakarta, dan sesar-sesar lainnya sudha mulai aktif. Apakah pemicunya? Iklim
yang sudah tak karuan, udara yang seakin aneh terasa. Bahkan di jawa timur sana
telah datang ‘panggebluk’. Beberapa warga Desa hampir tap hari ada saja yang
mati. Ada apakh ini?
Saat
diam dalam meditasi, hampir saja kesadaran Mas Thole terbang kemana.
Diperlihatkan kepadanya, mayat-mayat yang bergelimpangan dengan bermandikan
darah. Nusantara akan banjir darah. Bajir darah...? Hampir saja Mas Thole
pingsan melihat penampakan di depan matanya ini. Sangat nyata sekali. Karang
Paningal telah memberikan penglihatan kepada Mas Thole apa yang akan terjadi
nanti, jika tidak dilakukan sesuatu atas negri ini. Keharuan menyergah,
kesedihan menumpah, kesakitan menengadah, takdir telah terikat kuat dileher Mas
Thole. Bagai kuda setan diriny limbng menabrak kesana kemari. Bagaimana dengan
anak keturunannya nanti, bagaimana dengan jiwa-jiwa yang tidak menegrti. Mereka
yang tidak bersalah akan menjadi korban. Duh..Tuhan. Bukankah Engkau Maha
Pengampun?
Hari demi
hari terus berlalu dnegan kekhawatiran yang semakin tak pasti. Ketakutan ahzab
akan datang ke negri yang dicintainya ini. Maka setiap hari dalam gundahnya
sendiri. Benarkah akan terjadi? Hh..dalam diamnya. Mas Thole mampu merasakan
kekhawatiran sebagaimana kekhawatiran para nabi yang melihat awan bergerak dan
berderak diangkasa. Ketakutan apakah itu hujan ataukah itu ahzab yang akan
ditimpakan atas bangsa ini. Penglihatannya ini sangat nyata sekali, sebagaimana
para nabi melihat ahzab didepan kepala mereka. Ahzab yang terus saja
menghantui. Bagaimanakah jika bangsa ini tidak diberikan kesempatan lagi?
Pada
saat pemahaman ini disampaikan bagaimanakah respon manusia? Entahlah itu. Mas
Thole tidak memiliki kepentingan apa-apa atas hal ini. Dirinya hanyalah
memberikan khabar sebagaimana apa-apa yang diihatnya. Khabar yang bisa saja dimaknai.
Suka-suka. Khabar yang sellau saja akan menimbulkan konraversi. Khabar yang hanya
mengulang pesan sebagaimana pesan-pesan yang telah disampaikan para nabi. Pesan
atas sebuah berita besar. Berita yang akan melandasi pemikiran manusia. Pemahaman
yang muatan dan essensinya sama saja. Pemahaman yang akan dituangkan disini
dalam sebuah kisah. Kisah anak manusia yang terus mencari jalan-jalan Tuhannya.
Inilah rangkai pembicaraan. Pembelajaran yang tidak akan pernah usai. Memaknai
dan memahami hakekat Ba Sin Mim Allah. (Bismi Allah). Agar diri menjadi tenang
dalam seluruh rangkai reka kejadian yang akan dan sedang terjadi di kehidupan
ini. Mmebaca lambang, membaca kemungkinan dan kepastian yang akan terjadi.
Inilah pembelajaran yang disajikan kali ini.
....
Jadi
pesannya, bisa dilihat dari berbagai sudut, maka perhatikan alif dan ain. Semua
menjadi bagian dari suatu peristiwa yang menunjukkan bahwa bagian semesta
titiknya dengan sin. Ain, sebagai pengetahuan, mim, sebagai makhluk...Ain dan
mim, satu kesatuan utuh dalam pengetahuan semua makhluk-makhluk Allah Semua
terangkai dalam satu sistem. Untuk mengetahui ain dan mim (an naba), maka harus
kenal dan tau bismi, rangkauan dari ba, sin, dan min. Hal tersebut yang menjadi
sebuah hadapan akan ain dan mim, sedangkan ain dan mim sudah hampir mendekati
pada rangkaian sin, ya, ain, lam, wau mati, dan nun (sa ya 'lamuuun). Sesungguhnya,
untuk memahami itu bukan dengan beradu pikir, tp melihat secara utuh. Proses
perjalanan utk memahami semua rangkaiannya memerlukan ain, sha dan ra.
Maka
pemaknaan shad, ini berada pada tahapan berikutnya. Suatu istilah yang mudah,
tetapi bila dalam prosesnya akan menghadapi beberapa tahapan. Secara utuh, akan
mudah dipahami, tetapi memerlukan 'ashri yang cepat. Itu mudah, hanya saja
rangkaiannya akan menyisir pada setiap sudut pandang yg berbeda. Satu tahapan
dengan melihat fenomena yang berbeda, maka sebuah kesiapan harus ada pada
pemahamannya. Shad, letakkan pada ayat 15, 26, dan 17.
Baca,
maka akan membentuk rangkaian khatulistiwa. Kha, dengen sebuah pemaknaan, ada
khouf.. Semua dengan satu digit, maka akan membentuk suatu sistem lainnya. Menuju
hal yang sudah ada, maka sesungguhnya sekarang akan menuju pada na ba (nun dan
ba). Untuk mengetahui nun dan ba serta alif dan hamzah, maka harus tahu ya, ta,
sin, lam, wau mati dan nun. Iya, sistem nun inilah yang menjadi tujuan
pemahaman, yg dimulai dari bismi. Semua rangkaian tersebut, dapat mudah
dipelajari, tetapi dengan ikhlas, maka rangkaian nun, akan dihantarkan dengan
sendirinya. Sejumlah hal tersebut, berada pada titik ain, untuk mengetahu sin,
tidak lepas dari ba dan mim.
Maka
ain dan mim, itu adalah suatu kecakupan dari bismi. Sejauh ini, untuk mencapai
ba menuju nun, sangatlah mudah bila melihat dr simbolnya, hanya saja, yang
menjadi pertahanan pada setiap unsurnya akan membentuk, titik. Titik di atas
menjadi nun, dan titik di bawah dinamakan ba. Untuk menuju nun, mulai dari Ba,
dengan mengikuti rangkaian sin dan mim, yang menjadi ain dan mim. Sehingga
membentuk sin, ya, ain, lam, mim, waw dan nun.
Rangkaian
tersebut bisa tanpa shad, tetapi akan menjadi suatu hal yang membentuk satu
perpisahan rangkaian. Shad, sebagai pengikat, karena dari sana ada ain, shad
dan ra. Pemahaman shad, bisa dilihat pada ayat 15, 26 dan 17, maka menuju pada
khatulistiwa. Sebuah pembentukan dari kha, khauf. Sungguh, semuanya menuju satu
titik, hanya saja dalam deret proses yang utuh. Bila ingin langsung pada titik,
itu berada pada manunggaalaning langit. : Ba... Di sana bukan hanya membahas
bumi, tetapi tentang buana2...
Yang
terangkai dalam sin, sistem, yang membentuk pola pada hal tersebut. Ketika
semua berada pd satu titik, rangkaian tersebut melebur pd titik tersebut. Itulah
dalam proses menuju man arafa nafsahu pa 'arafa rabbahu.
“Tidaklah
yang mereka tunggu melainkan hanya satu teriakan saja yang tidak ada baginya
saat berselang. “ (QS;Şād:15)
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu
khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara
manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan
menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin
jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari
perhitungan.” (QS Şād:26 )
“Bersabarlah atas segala apa yang mereka
katakan; dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia
amat taat (kepada Tuhan).” (QS
Şād:17 )
Semua
menjadi bagian dr hal-hal yang berbeda, tetapi ada satu dengan keadaan yang
sudah ada. Seperti menggali yang memang sdh tertera pada keadaan yang nyata
sudah ada. Demikianlah, pembelajaran tentang titik.... Dan sudahkan kalian
mengenalnya? Semua ada pada diri kalian sendiri. Titik tetap titik, cangkangnya
saja yg berbeda. Bisa dibolak balik, dg penamaan tempatnya saja. Semua ada di
satu titik. Baik nun atau ba, maka lihatlah titik tersebuat. Suatu saat, akan
ada yang menanyakan akan titik tersebut, tapi banyak yg memilih utk membolak
balik saja, tanpa melihat rangkaian sistem di atas. Sesungguhnya, keadaan yang
membuat semua hal yang terjadi berdasarkan pada titik, bukan huruf.
Tetapi
rangkaian itu seringkali terabaikan, karena banyak yg mengaku berada di titik,
tanpa melihat rangkaian huruf. Benarkah itu titik? Sebuah hal yang menjadi
bagian dari sebuah oeristiwa yang tanpa melihat rangkaiannya dengan jelas. Semua
ada pada satu bilangan kapilawastu, yang menjadi dasar pada setiap sistem yang
ada.
Kapilawastu
yang letaknya tidak jauh dari batu itu, batu yang seksrang membatu tanoa satu
yang berpadu untuk menyatu. Batu yang menjadi rangkaian tanda dari keberadaan
masa lalu, suatu keterikatan antara shad dan mim. Semua
merangkai dengan satu keadaan yang tanpa memerhatikannya dengan perbedaan yang
menjadi hal-hal yang berkaiatan dnegan alam smesta. Kapilawastu dengan ciri
batu, itu ada di sebuah peletakkan yang terlihat tetapi tidak ada. Sesungguhnya
untuk menemukannya sangat mudah, kecuali orang-orang yang merasa bersalah,
berada pada kehinaan, berada pada keraguan, berada pada ketidaktahuan, berada
oada kebodohan, berada pada kesombongan, berada pada keangkuhan, berada pada
merasa paling benar, berada pada mengukuti keinginan, berada pada pengagungan
diri.
Semua
itu hanya akan menemukan bayangan batu dan kapliwastu. Bukan sesungguhnya akan
hal itu. Perbedaan bayangan dan keutuhan, bisa dilihat pada satu serapan dengan
mengatasnamakan Tuhan. Innalillahi wa inna ilahi rajiun. Kami hantarkan titik
menemukan kapilawastu dengan satu kekuatan fokus energi dari alam semesta
menuju sanubari pada titik siklus sang buana mayapada. Di sana ada beberapa hal
yang menjadi bagian dan perbedaan, seperti getaran dengan dua wujud yang
menyatu dan berpedar. Bukan itu, lihat dengan genap keimanan... Ya... Sin...Iya,
sebagai simbol keyakinan dan sin sebagai rangkaian sistem alam semesta dan
makhluk. Ada pun ba, adalah rangkaiannya sistem. Dan sin, adalah sistemnya itu
sendiri.
Karang
Paningal..
Menunggu
waktu dan bumi yang menyarukan
Menunggu
kilas dan bias yang tak terelakan
Menunggu
batas dan cemas yang tak terhindarkan
Menunggu
kalut dan maut yang menggiringkan
Menunggu
anugrah dan musibah yang tersamarkan
Menunggu
kala dan mala yang tak terbantahkan
Menunggu
matahari dan bulan yang membenamkan
Menunggu
diam, menunggu malam, menunggu kelam
BERSAMBUNG...
Komentar
Posting Komentar