Bukit-bukit Pasir (1), Sang Saka
Alam
telah merenda benang-benang yang kusut. Mewujud kini dialam nyata. Menjadi bukit bukit pasir yang tinggi menjulang. Entah angin dari mana yang membawa pasir-pasir itu. Bukit pasir yang akan dengan mudahnya berpindah tempat dari satu bukit ke bukit lainnya. Dari satu tempat ke tempat lainnya.
Membentuk
kesadaran yang terus menggeliat. Esklasi
kesadaran yang terus meningkat. Ranah realitas yang semakin tidak menentu. Lihatlah
kedatangan para penguasa alam materi ke nusantara. Kekuatan naga dan kekuatan
harimau. Kekuatan ular dan kekuatan rubah. Kekuatan hitam dan putih, kekuatan langit
dan dasar bumi. Kekuatan yang akan berbenturan di negri ini. Maka kemudian lihatlah,
hujan silih bergantian tak menentu. Apa yang kita saksikan yang hitam ini memerah,
yang merah menggupal darah. Bagaimana dengan yang putih.
“Aku kata tak berbuku.Mengerumuti waktu. Desah resahku, dalam rahsamu. Aku bilah sembilu .
Kisahkan kalbu yang terkoyak kata-katamu.”
Berkata
Mas Thole mengurai kesepian yang terus meyerang. Ketidak mampun diri untuk
mencegah apa-apa yang akan terjadi, menjadikan malam-malamnya menjadi sebuah
siksaan. Apa artinya tahu jikalau sesungguhnya rahsa tahu itu tidak membantu.
Apa artinya mengerti jika pengertian yang diminta akan menghancurkan. Apa artinya berilmu jika pengetahuannya
semakin memperbesar rahsa bersalahnya. Suungguh, entah apakah masih ada gunanya
jika kisah spiritual ini masih terus dikisahkannya disini. Apa gunanya jika
semua yang dikhawatirkanya sudah terjadi.
“Hh...entahlah..”
...
Layar
buku ini dibuka dalam kekalutan. Menyisiri hati dan keinginan, sebuah keadaan nuansa ketenangan
yang tidak pernah didapatinya di negri ini. Menghablur bersama kereta pagi.
Menuju sudut kumuh sanubari. Ada yang tertinggal. Kesepian. Maka biarkan ini dalam sepi, dalam
penantian yang terus menjejali . “Setiap mimpi adalah harapan.” Keluh dalam penantian. Pengharapan yang terhibar pada
setiap malam, akan datangnya sebuah keajaiban bagi negri ini. Dalam satu senyum
dalam satu kecupan kecil, “Selamat malam”. Selanjutnya, biarkan aku bertanya
sepi. Terbangun dalam satu harap, rindu ini berpadu. Bersama Kerinduan Ibu Pertiwi. Setiap mimpi ku
berharap dan bertanya. Sebuah angan engkau menyambut dalam satu kecupan seorang Ibu. Keindahan tentu
saja akan terasa panorama surga dalam buaian alam semesta. Dalam bekap kasih
sayang dan kehangatan. Meniti sebuah arti kehidupan.
Sang saka merah darah
menangisi
Kibarannya mengombak
Diantara wangi dan jeda ilusi
" Selamat pagi"
Inilah mimpi;
yang terpungut dari yang
terpingit
Yang tersingkap dari yang
tersurat
yang terpapar dari yang
terkapar
yang terlupa dari yang ter
papa
Benarkah
disana ada nusantaraku? Sudah sekian lama Mas Thole diam dalam meditasinya
sendiri. Alam khayal telah menjadikan dirinya diam diatas gerak sang raga yang
terus saja belari kian kemari. Berlari, mendekati pusat-pusat kekuasaan negri
ini. Entah bagaimana caranya dia bisa masuk ke lingkaran keukuasaan. Mungkin
saja Kami yang menghantarkannya. Seiring dengan kondisi negri yang semakin
memanas. Dirinya harus masuk ke dalam
pusaran polituk yangtak dimenegrtinya sendiri. Apakah perannya? Siapakah
dirinya? Sehingga petinggi ini mau menerimanya?.
Bertanya
dan terus bertanya kepada Kami. Benarkah gelombang lautan manusia yang memenuhi
ibukota sebagai akibat telah bangkitnya kesadaran ingat Allah? Yang
bertahun-tahun ini tanpa lelah terus diusungnya. Baik dalam diam maupun
berdiri. Benarkah? Pertanyaan tersebut bertubi-tubi menghantam jantung dan
kepalanya. Siapakah yang tak bangga. Jutaan manusia menyemut , mereka datang
hendak dengan kehendak sendiri. Demi panggilan hari nurani mereka. Benarkah
demikian? Layaknya Mas Thole harus bersyukur jika demikian. Perjuangannya di
alam kesadaran telah mewujud menjadi sebuah gerakan di alam materi. Jutaan
manusia bagai tsunami memenuhi jalan-jalan di Ibukota. Adakah ini ilusi? Apakah
yang terlihat sama dengan yang tersurat?
“Ataukah ini ilusi; yang ter
aliensi dari yang ter difraksi, yang terjaga dari para pen dusta, yang siaga dari para penista, yang
sisakan jejak rahsa bagi pecinta. Ketika rindu tak berbalas kata. Sendu tak
berbekas rahsa. Bermain bilas asmara dalam sabana. Mengurai alinea pada semesta. Telah diukir kata
kunisbatkan kepadaNya. “Aku bukan pualam yang tercipta dari puisi sang pujangga.
Aku adalah lara yang menyesal dari relung dada” Aku bersama cahaya, tersekat
diantaranya. Sekarat tanpaNya. Menunggu waktunya tiada” . Maka
benarkah alam sebagaimana keadaanya ini? Semua dalam pertanyaan saja.
Kisah
Mas Thole telah dimulakan. Kisah Bedar Alam 1 yang terasa mengiris tulang.
Berangkat dari pesan-pesan Kami. Makhluk lintas dimensi telah memasuki
portal-portal Bumi. Mahluk langit, makhluk
dasar bumi, bahkan mahluk-mahluk, dari luar guguusan galaksi Bima Sakti sudah
berdatangan. Merka turut serta dalam perhelatan akbar. Mereka terus membombardir udara bumi. Mereka
bermunculan di dalam kesadaran manusia. Maka lihatlah bagaimana keadaan bumi. Maka perhatikanlah bagaimana perilaku
manusia. Maka lihatlah dengan hati. Kita akan dapati bagaimana keadaan
sesungguhnya di alam kesadaran. Perang telah di canangkan. Gong telah di tabuh
bertalu-talu saatnya Bedar Alam telah tiba. Mas Thole diam dalam sendirinya.
Semua yang diwartakannya bertahun-tahun telah terjadi. Kebenaran Kami tela
dinampakanNya. Mka kisah Mas Thole dimulai disini. Inilah bukit pasir kesadaran.
...
Bismillahirrahmanirrahim
Astrajingga
membangun istana, adanya di Mekarsari, dekat dengan Jaya Pudi. Daerah Wadya
Manggala, Kecamatan Jatinunggal, Sukakersa, Tasikmalaya. Sebuah istana untuk
membangun peradaban yang tertinggal dan tenggelam oleh Jaya Drupadi, Pasukan
Wangsu Aji Mayu, yang menjadi latar dari perbedaan di antara dua kerajaan yang
berbeda. Semua menuju lautan, seperti bertempur dengan pasukan langit dan
mayapada, tak ada yang menang, tetapi bumi menjadi tumpur oleh peperangan. Astrajingga
yang tersisa dari Kerajaan Wangsu Aji Mayu, membuat kerajaan di bumi, dia mulai
meniti menjadi manusia bumi sebagai manusia yang memiliki keistimewaan dari
makhluk lainnya. Astrajingga makhluk bumi, ketika mendekati gravitasi, dia
mewujud menjadi manusia sakti, dalam geraknya cepat menandingi pusaran bumi.
Semua
yang ada dia buat seperti api, tanpa melihat adanya bumi. Semua menjadi sakti,
Astrajingga menikah dengan Dewi Sawitri, istrinya yang ikut turun ke bumi. Tak
ada yang tau dari mana keduanya berasal, tetapi Mangkubumi tahu Astrajingga dan
Dewi Sawitri bukan makhluk bumi. Sesungguhnya semua yg terjadi berada pada
kitab Syang Yu Aji Puti, dalam bab Astrajingga dan Dewi Sawitri menuju bumi. Semua
yang terjadi menjadi hal yang tidak dapat menggambarkan, bahwa kehidupan pada
lintas dimensi menjadi suatu hal yang menjadi bagian dlm perjalanan ini. Ketika
semua menjadi satu, tak ada yang nyaru, semuanya hanya bersujud pada ilahi
rabbi.
Peradaban
di bumi, dibangun atas banyak dimensi dan lintas galaksi, tak ada yang utuh
menjadi penghuni bumi. Adapun manusia kini, berada pada titik perjalanan galaksi
Bimasakti dan galaksi Asterius. Kedua galaksi yang awalnya menyatu dan terpecah
karena gesekan dari perputaran yang terjadi. Seluruh yang ada di bumi bukan hal
yang abadi. Semua yang menjelma di kahyangan pernah ada di dalam putaran
manusia. Seingat malam dan siang, semua menjadi bagian tak tertera pada
perjalanan peradaban. Ketika bertanya tentang makhluk bumi, maka lihat diri
dalam raga yang berbentuk kini. Ketika bertanya tentang makhluk langit, maka
lihat diri dalam raga yang berbentuk sekarang. Ketika semua menjadi satu
paduan, membentuk satu keutuhan yang mencakup semesta alam. Jangan pernah
mengira semua yang ada hanya kebetulan, semua sudah menjadi takdir Tuhan
Bahkan
Kami pun ciptaan atas kehendak-Nya.
Semua
yang ada pada garis bujur selatan Khatulistiwa, pernah ada negara yang bernama
Mekarsari, dipimpin oleh raja langit yang turun ke bumi akibat peperangan antar
dimensi. Semua menjadi bagian pada setiap kutubnya yang membentuk salib di
Jayagiri. Semuanya bisa terlihat dengan jelas pada diri yang menjadi bagian
dari titah ilahi rabbi. Bukan untuk menghantui atau menjadi perbedaan di muka
bumi. Dia satu dari sekian banyak pasukan yang turun ke bumi. Memimpin menjadi
kerajaan yang takntertandingi, membentuk sebuah jaring aplikasi yang sinyalnya
menyatu dan terikat pada satu kesatuan yang berpadu pada keadaan yang menyebar
di seluruh alam semesta
Hal
yang ada pada titik berbeda. Jiwa akan menuntun pada pertemuan dua hal yang
berbeda, tetapi pada dasarnya berada pada satu rasa.
Semua
menganggap akan membentuk bumi pada pribadi yang menjadi sebuah keuntungan bg
yang memegang kuasa. Bukan itu yang akan menjelma pada titik yang berbeda. Pada
setiap keadaan dan peristiwa, berbeda dengan keadaan yang menuju satu keadaan
yang “drupa du in sa yu da ni ka tu pa gi”.
Hal itu yang akan mengajak kalian pada satu keadaan yang melihat semuanya
tanpa melihat tujuan yang tidak nampak. Lihat, dan berbuatlah dengan suatu
keutuhan. Jangan melihat pada hal-hal yang tidak ada, tetapi berada pada satu
jiwa yang berbeda; Pembukaan
(Al-Fātiĥah):6 - Tunjukilah kami jalan yang lurus,Pembukaan (Al-Fātiĥah):7 -
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Lihatlah
ayat 5 4 6 9 8 3 1. Berada pada deretan tiga angka akhir, maka kamu akan tahu
siapa Astrajingga dan apa keterkaitannya dgnmu.
Gemuruh
laut selatan akan terdengar di batas singgahan antara astana gede dengan
panyileukan. Suatu keadaan yang mengukur akan selaksa pasukan sudah datang
mengepung sang baya wang sangkan. Suatu hal yang membuat semua orang melihat,
bahwa tidak ada yg berbuat tanpa itikad
Sesungguhnya
pada setiap hal ada peristiwa besar, sang pusat panembah rasa tinggal di Giri
Laya, dekat dengan Gaja yana. Semua menjadi sirna ketika berhadapan dengan
pasukan perang dari astina pura yg sebentar lagi datang. Lihat ke depan, di
sana ada Ki Bayu Pamanah Rasa yang memang ada untuk menjaga titik yang tersedia
di dua sudut khatulistiwa.
Semua
bergerak pada satu simultan peradaban dengan berbagai rangkaian yang menjelma
pada satu keutuhan yang menjadi bagian dari perjalanan. Semua menjadi suatu
kekuatan pada jiwa yang merasa benar, padahal benar ada pada keadilan, bukan
pengakuan Ketahuilah apa yang akan kalian katakan. Suatu saat, titik garis yang
membingkai di sebelah selatan, akan bergerak ke utara dengan kecepatam 1000
kali cahaya. Saat itu, gunung-gunung melayang, jiwa-jiwa berlarian, semua
menuju tempat perlindungan.
Ketahuilah,
pada setiap ain, ada sin dan mim. Semua membentuk sebuah penyebutan atau
istilah yang asing tetapi sering muncul. Sin, itu ada sebelah hilir dari
bendungan. Ain, adanya sebelah girang dari bendungan. Mim, ada di sebelah
selatan dari bendungan. Dan menjadi titik pusat pada bendungan. Adapun nun, itu
bertingkat-tingkat pada dimensi yang tidak dapat dilhat tetapi dapat dilihat. Suatu
hal yang menjadi keyakinan akan keadaan, maka ih dinash shirathal mustaqim
Suatu
kerja yang membentuk istana dekat swisaya adi paya data mura. Pencipta (Fāţir):3 - Hai manusia, ingatlah
akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan
rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia; maka
mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)? Pencipta (Fāţir):4 - Dan jika mereka
mendustakan kamu (sesudah kamu beri peringatan) maka sungguh telah didustakan
pula rasul-rasul sebelum kamu. Dan hanya kepada Allahlah dikembalikan segala
urusan.
Pada
setiap peristiwa akan hal-hal yang berbicara tentang alam semesta. Semua bicara
tentang kehendak Tuhan. Pada dasarnya semua menu nggu pada satu prasasti yang
menjadi bagian dari diri yang menyatu dengan sang ilahi rabbi. Ain, dalam
paduan ba, sin dan mim, akan hadir pada setiap generasi yang mengimani akan
Tuhan dan kehendak-Nya. Allah Yang Maha Kuasa telah menciptakan berbagai
makhluk dalam rentang hal yang konsisten dan terus berproses. Tahapan demi
tahapan, akan terlihat pada setiap suasana yg menjadi hal2 yang tak terlihat
tetapi nampak. Suatu keadaan yang menjadi kesepakatan antara setiap jejak
dengan suatu buliran yg melukiskan pada daur dengan baluran yang berbeda. Jamgan
pernah menghina atau mencela. Setiap orang berbeda. Ingat, bukan kelebihan atau
kekurangan yang dilihat, tetapi wujud dlm satu keadaan yang sama.
Seluruh
yang berdaya akan menjadi suatu kekuatan pada segenap kehendak Yang Maha Kuasa
Salurannya
membentuk purna pada setiap keadaan.
Guruh
(Ar-Ra`d):3 – “Dan Dialah Tuhan yang
membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan
menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam
kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” Seluruh alam berada pd
kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Laba-laba (Al-`Ankabūt):7 – “Dan orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan
benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka
kerjakan.”
Suatu
perjalanan harus dilalui dengan sabar, tak akan lekas dengan sekejap pandang.
Kalau sudah ada pada keyakinan, maka semua jalan akan terbuka lebar. Pembeda
(Al-Furqān):3 – “Kemudian mereka
mengambil tuhan-tuhan selain daripada-Nya (untuk disembah), yang tuhan-tuhan
itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa
untuk (menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk
mengambil) suatu kemanfaatanpun dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan
dan tidak (pula) membangkitkan.” Penyair (Ash-Shu`arā'):6 – “Sungguh mereka
telah mendustakan (Al Quran), maka kelak akan datang kepada mereka (kenyataan
dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan.” Penyair (Ash-Shu`arā'):13 – “Dan (karenanya) sempitlah dadaku dan tidak
lancar lidahku maka utuslah (Jibril) kepada Harun.”
Bukit-bukit
pasir (Al-'Aĥqāf):4 - Katakanlah: "Terangkanlah
kepadaku tentang apa yang kamu sembah selain Allah; perlihatkan kepada-Ku
apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah mereka berserikat
(dengan Allah) dalam (penciptaan) langit? Bawalah kepada-Ku Kitab yang sebelum
(Al Quran) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika
kamu adalah orang-orang yang benar." Bukit-bukit pasir (Al-'Aĥqāf):5 –
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada
orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat
memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari
(memperhatikan) doa mereka?”
Bukit-bukit
pasir (Al-'Aĥqāf):6 – “Dan apabila
manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi
musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka.” Bukit-bukit pasir
(Al-'Aĥqāf):7 – “Dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat-ayat Kami yang menjelaskan, berkatalah orang-orang yang
mengingkari kebenaran ketika kebenaran itu datang kepada mereka: "Ini
adalah sihir yang nyata". Suatu saat, hal tersebut menjadi sesat
dengan pandangan banyak manfaat, tetapi jg akan menjadi berkah bagi yang
menginginkan kebenaran atas kehendak Tuhan. Maka, niatkanlah karena Allah,
karena kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
Bersambung...
teruslah berjuang saudara saudaraku doa kami akan selalu bersama kalian,,, kami selalu berharap agar segera dapat dipertemukan dengan kalian.
BalasHapusdpatkah segera kami dan kalian saling bersilahturahmi? nanti bila sudah saatnya kita akan berjalan beriringan dengan satu tujuan ,,, tapi untuk saat ini perjalanan kalian dan kami berbeda, dan kita mendapatkan peran yang berbeda juga,, tetaplah dalam perjuangan agar kita dapat bertemu dipersimpangan jalan didepan. 'salam kerinduan dari kami buat kalian pejuang pejuang ALLAH, sampai jumpa bila sudah waktunya tiba, wassalam """dari putra galuh"""
BalasHapusBoleh tau nama fb nya atau no hp yg bisa di contact mas ??? Moga bisa silaturahmi dan sharing keilmua .trimakasih....
BalasHapusSilahkan ke email saja mas.. utomo.arief66@gmail.com
Hapussalam