Kisah Spiritual; Penjala Nyala Jejak Mataram Kuno (3)
Pengantar;
Kembali kisah perjalanan menelisik jejak Wangsa Sanjaya di hantarkan dengan doa dan harap cemas. Mungkinkah nanti akan ada yang menyerangnya lagi? “Bukankah ini hanya kisah ?” Dirinya menghela nafas tak
mengerti. Semua dipasrahkannya kepada Tuhan sang pemilik alam ini. Mas Thole
hanya ingin membuat buku catatannya sendiri, yang dituliskan disini. Semoga
Allah ridho.
"Sanghyang Agung, menggalung di
samudera Galuh dengan luruh pada setiap hal yang menjadi bagian pada setiap
keadaan yang menjadi beberapa hal yang ada, seperti perjalanan Bujangga Manik,
maka catatlah pada setiap perjalan, itu yang terbaik pasa singgahan jati
diri"
Lihatlah
langit. Bulak bulan mencangkul tabir malam. Kisarannya seperti lajunya pedati.
Perlahan namun pasti, semua jeda menjadi misteri tersendiri. Terbangun dari
mimpi. Kisah ini kembali menyambangi dalam balutan kesedihan dan iba yang
semakin menguliti. Tentang seorang
putri, tentang harapan yang tersudahi,
tentang cintanya yang pergi, tentang sunyinya sebuah hati. Tentang kisah yang
tidak pernah mampu dia akhiri. Seperti
mati yang berulang kali. Terbangun saat gumpalan bara menyekat kerongkongannya.Berulang
dalam siklus reinkarnasi. Hiks..! Hidup dan mati, mati dan hidup. “Sampai dimanakah kini?” Dirinya
bertanya dan bertanya lagi. Mungkin seribu lamanya dia mati. Semua serba
misteri. Tak percaya namun rahsa tak pernah berdusta. Bukan hanya sebab iba,
tapi lara membokah di dada. Menyamar disudut iga. Terus mendekam dalam waktu
lama. Hingga suatu masa, bara hawa bertumpu di raga, meledak pada amarahnya. Letupan itu bagai dentuman
meriam, membongkar sunyinya angkasa.
Mas
Thole tersungkur menahan gempuran energi kata. Semua bagai cerita dan kisah
fiksi saja. Bagai film-film laga yang mengumbar visual sinema. Kata bagai sebuah
pedang, menjadi energi yang menyerang kesadaran. Mematikan instrumen ketubuhan.
Ya, energi tak kasat mata telah merasuk dijiwa. Terus membelit bagai ular
phyton yang meremukan mangsa. Begitulah keadaan Mas Thole. Berhari-hari dirinya
berusaha melepaskan diri dari belitan rahsa. Berbagai cara telah dicoba agar
dia bisa terbebas dari energi dendam yang tak pernah bisa terbaca. “Ada
apa dengan Ratu Shima?” Batinnya tak percaya. “Mengapakah begini rahsanya. Aduh...Ya, Allah Tuhan penguasa alam. Jika begini rahsa sakit ini. Ijinkan
hamba tak terlahir lagi. Jika saja atas semua yang terjadi, nyawa ini, mampu
mencukupi. Hamba rela dan ikhlaskan berjanji.” Begitulah keadaan Mas Thole
dalam eksplorasi diri. Alam kesadaran
terus di masukinya. Memasuki rahsa sakit itu sendiri. Menghujam jauh ke lubuk
hati.
Kata
demi kata bagai hantu yang terus meliputi kepala. Menyerangnya sedemikian rupa,
jauh setelah kata-kata terangkai menjadi alinea yang terbaca. Mungkin keadaan ini tanpa di sengaja oleh
pemilik kata itu sendiri. Mungkin saja mereka yang menggoreskan pena tak
berkaca. Kata-kata itu bagai pedang yang langsung menikam siapa saja. Kata
mampu mendamaikan dan mampu mengobarkan perang. Yah, perang kesadaran tersulut
sebab rangkaian kata. Energy kata meluncur bagai dentuman meriam. Meledakan
semuanya! Lihatlah berapa banyak sudah nyawa melayang, mungkin saja jutaan
jumlahnya, atau lebih dari itu. Mari kita telusuri peradaban, dan juga
jejak-jejak kesadaran manusia. Darimanakah asal mula perang antar manusia? Kata
‘kafir’, ‘pendusta’, ‘sesat’, dsb telah
mampu mengobarkan perang antar golongan. Siapakah yang mau terima jika
orang-orang yang kita kagumi dan kita sayangi disebut sebagai ‘pendusta’,
‘penipu’, dan juga kata-kata nista lainnya? Tidak! Tidak ada yang mau. Maka
sebutan manusia atas manusia lainnya lewat kata-kata menjadi pemicu perang
dimana-mana. Betapalah ironisnya manusia yang tidak sadar, bagaimana mekanisme
ini.
Maka
coba katakanlah, bagaimanakah manusia harus menyikapi kata-kata yang tidak
patut? Marah? Dendam? Sakit hati? Ataukah harus diam tak mengindahkan! Perhatikanlah
lintasan pemikiran ini. Perhatikanlah! Adakah yang diam saja? Sejarah telah
mencatat fakta bagaimana saat kata ‘KAFIR’, kata “SESAT’ kata ‘PENDUSTA’ dan
kata-kata semisal itu disematkan pada satu manusia atau satu kaum, darisanalah asal
mula manusia mengibarkan bendera perang. Perang yang akan akan meluluh lantakan
peradaban. Bahkan jauh setelah kata-kata itu dilontarkan. Tiada maaf disana,
wanita dan anak-anak, bahkan semua akan dihancurkan. Sungguh betapa dahsyatnya
energi kata ini! Lihatlah bagaimana
kelompok Syiah dan Suni. Kelompok Islam dan Kristen. Lihatlah! Saat mana ketika
kepada mereka disematkan kata kata yang tidak mereka suka. Maka jawaban
kepastian adalah; Peranglah jawabannya! Adakah manusia mau berkaca? Dan mau
meredam egonya untuk tidak melontarkan kata-kata tak pantas? Sudahkah manusia
paham akibatnya? Apakah orang-orang berilmu diantara mereka tidak
memperhatikan?
Mengapa? Apakah perjalanannya menyusuri jejak
Nusantara menjadi awal itu semua? Apakah perjalanannya mencari jawaban atas
sebab apa tragedy menimpa bangsa ini,
menjadi mula membaliknya kesadaran yang memusuhi kepada dirinya? Ataukah karena sebab dirnya
sedang dalam upaya menyusuri jejak kesadaran Sanjaya. Tokoh luar biasa yang
telah menorehkan sejarah bagi Nusantara. Pada jamannya tekhnologi dan juga ilmu
pengetahuan berjaya. Pada jamannya dibangunlah candi-candi yang megah tak
terkata. Candi yang sekarang diakui
oleh dunia internasional, sebagai karya yang fenomenal bagi sejarah peradaban
manusia.
...
Perjalanan
Mas Thole sempat terhenti kemarin, semua menyoal ini. Telah dikisahkan dalam 6 episode.
(Dimana) Kisah kemarin mengkisahkan bagian yang lain dari kisah perjalanannya. Dirinya
harus berhenti sejenak seblum melanjutkannya lagi. Yah, sebuah perjalanan
spiritualnya sendiri. Semua untuk keperluan dirinya sendiri, dalam upaya mencari jawaban atas musibah yang
menimpa bangsa ini. Jawaban atas gundah hati melihat nasib bangsa nusantara ini
yang terus saja seperti sekarang ini.
Jika kemudian dikisahkan disini itu hanyalah dalam upaya berbagi disamping agar
menjadi pengingat diri. Sebuah perjalanan panjang anak manusia yang mencari
jatidiri. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terus saja bergumulan di dalam
batinnya sendiri. Jika kemudian kisah perjalanannya mengantarkan kepada jejak
kesadaran Raden Patah yang sempat kontraversi, sehingga admin menghapusnya dari
folder. Itu adalah konsekuensinya. Perang kesadaran pasti akan menimbulkan korban. Ini adalah pilihan! Entahlah dengan kisah perjalanannya kali ini menuju lintasan Wangsa Sanjaya.
Dan
jika saja pemaknaan dirinya tidak sebagaimana kesadaran kolektif manusia,
bukankah itu sah dan wajar saja. Mengingat bahwa pemaknaan atas sebuah kejadian
hanya untuk dirinya sendiri dan akan dibuatkan sebagai buku catatannya sendiri.
Kitab (buku) catatan yang akan menjadi pertanggung jawaban dirinya kepada Tuhan
atas pemaknaan yang dia berikan dari suatu kejadian. Jika kejadiannya mengenai
lintasan yang bersinggungan dengan masa lalu ataupun masa depan, bukankah tetap
saja semua merupakan pemaknaan? Bukanlah perihal salah dan benar. Pemaknaan
adalah itu buah dari hasil
pemikirannya. Pemikiran yang sangat subyektif sifatnya. Maka pemaknaan disini
tentu saja akan berbeda satu sama lainnya. Pemaknaan yang dalam bahasa simbol
yang diajarkan Kami telah disimbolkan dengan Nun.
Persoalannya
adalah mengapa pemaknaan yang diyakini Mas Thole mengusik manusia lainnya
sehingga mereka menyerang dengan energi kata-kata? Apakah pemaknaan yang
didapatkannya sebagai hikmah harus sama dengan yang lain? Apakah dia harus
berdusta? Atau lintasan Sanjaya telah membangkitkan kesadaran lainnya.
Kesadaran yang dahulu telah membantu Sanjaya dalam membangun candi-candi?
Benarkah Itu? Adakah entitas tersebut, adalah mereka yang membantu Sanjaya?
Hhhh...Apakah mereka itu (makhluk) yang telah menghantarkan energy kata dan menyakitinya?
Aduh...! Siapakah entitas yang dihadapi
Mas Thole? Luarnya saja kata-kata, namun sesungguhnya setiap hurufnya sudah
terisi dengan makhluk tak kasat mata.
Mereka yang tak rela jika kisah Sanjaya diungkapkan sebagai fakta.
....
Langit
dan bumi menjadi saksi, saat mana kemudian Dieng memutahkan air, lava dan api. Benarkah
ledakan itu membawa khabar dan menjawab resah? Hhhh...Kisah perjalanan ini ingin diungkapkan kepada sahabat, menjadi senandung kesedihan tersendiri.
Kesedihan yang pernah tertangkap, dan menjadi syair dan lagu di kemudian hari. ‘Berita Kepada Kawan’. “Perjalanan
ini/Trasa sangat menyedihkan/Sayang engkau tak duduk/Disampingku kawan” Hhh...siapakah yang mampu merasakan kesedihan
perjalanannya ini? Hampir selama 10 hari
jiwa Mas Thole dihimpit kepedihan. Namun semua tentu ada hikmah. “Perjalanan ini pun/Seperti jadi saksi/Gembala
kecil/Menangis sedih/Kawan coba dengar apa jawabnya/Ketika kutanya mengapa?..dst” Perjalanan yang tak terungkapkan sehingga
kemudian Mas Thole melanjutkan perjalanananya ke pantai selatan. “Sesampainya di laut/Kukabarkan semuanya/Kepada
karang kepada ombak/Kepada matahari/Tetapi semua diam/Tetapi semua bisu/Tinggal
aku sendiri/Terpaku menatap langit.”
Barangkali
di sana
ada
jawabnya
Mengapa
di tanahku terjadi bencana
Mungkin
Tuhan mulai bosan
Melihat
tingkah kita
Yang
selalu salah dan bangga
dengan
dosa-dosa
Atau
alam mulai enggan
Bersahabat
dengan kita
Coba
kita bertanya pada
Rumput
yang bergoyang
(Syair
Berita Kepada Kawan by Ebiet G Ade)
Selesai
sudah pembelajaran, selesai sudah pemaknaan. Kemudian saat Mas Thole melihat
kejadian jam dan menit saat kapan Dieng
meletus. Dirinya luruh dan menangis. Rupanya hikmah ingin dihantarkan Kami
melalui seluruh kejadian yang menyakitkannya, rupanya apa-apa yang diterima sebagai makian dan
hujatan dan juga tentangan adalah untuk menguatkan keyakinannya. Semua demi (hanyalah)
serangkaian pemaknaan atas kebenaran al qur an.
Kejadian meletusnya Dieng antara waktu 11.27 s/d 11.32 WIB. Dibukalah al
qur an surah 11 ayat 27-32 dari sana Mas Thole mendapatkan pemahaman. Ayat ini
seperti mengkisahkan tuduhan yang dialamtkan kepadanya. Perkataan yang sama.
Sungguh aneh. Mengapa perkataan yang diemailkan kepadanya bisa sama redkasinya?
Mereka menuduh Mas Thole. Sebagaimana dialektikanya sudah dituliskan di al qur
an di surah Hud. . Allah hu akbar!
“.....dst:
"Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa)
seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan
orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami
tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami
yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta". (QS; 11: 27)
Dan seperti kebetulan saja, bahwa Mas Thole selalu mengkhabarkan bahwa dirinya adalah manusia biasa, dirinya tidak memiliki pengetahuan atas hal-hal ghaib. Kepada siapapun. Apa-apa yang dikisahkan adalah menyoal pemaknaan atas apa-apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Bahkan kepada rekan-rekan Mas Thole lainnya yang satu perjalanan spiritual dikatakan hal yang sama. Tidak ada kelebihan pada diri Mas Thole. Hari ini ingat besok bisa lupa. Semua terjadi hanya atas ijin Allah. JIka para nabi saja mengatakan demikian apalagi Mas Thole. Sungguh Mas Thole termasuk orang yang zalim jika mengatakan bahwa dirinya mengetahui perbendaharaan ghaib. Demikianlah Mas Thole diingatkan Kami.
Dan seperti kebetulan saja, bahwa Mas Thole selalu mengkhabarkan bahwa dirinya adalah manusia biasa, dirinya tidak memiliki pengetahuan atas hal-hal ghaib. Kepada siapapun. Apa-apa yang dikisahkan adalah menyoal pemaknaan atas apa-apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Bahkan kepada rekan-rekan Mas Thole lainnya yang satu perjalanan spiritual dikatakan hal yang sama. Tidak ada kelebihan pada diri Mas Thole. Hari ini ingat besok bisa lupa. Semua terjadi hanya atas ijin Allah. JIka para nabi saja mengatakan demikian apalagi Mas Thole. Sungguh Mas Thole termasuk orang yang zalim jika mengatakan bahwa dirinya mengetahui perbendaharaan ghaib. Demikianlah Mas Thole diingatkan Kami.
“Dan
aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa): "Aku mempunyai gudang-gudang
rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang ghaib", dan
tidak (pula) aku mengatakan: "Bahwa sesungguhnya aku adalah
malaikat", dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang
hina oleh penglihatanmu: "Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan
kebaikan kepada mereka". Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri
mereka; sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang zalim.
(QS; 11: 31)
...
Berjalan
melintasi malam. Melintasi rangkaian pemikiran dan kejenuhan atas kejumudan
yang terus saja mencengkrami. Ada apakah dengan negri ini. Mengapa semua khabar
seperti tak bisa dimaknai dengan sekali dua kali perjalanan. Sebuah dialektika
dihantarkan, mungkin saja dari sana kita akan paham dari manakah harus memulai.
Mencari jejak mula asal kesadaran akal. Menelisik jejak Sanjaya di Bumi
Nusantara.
Diskusi
1
12/06/17,
22.21 - Fulan: Iya mas saat ini kita kembali ke zaman 500 tahun yll dimana
agama menjadi sumber inspirasi fitnah
12/06/17,
22.25 - Fulan: Agama dengan mudah menjadi tameng menghukum seseorang benar dan
salah seperti mereka menghukum isa bin
maryam
12/06/17,
22.26 - Mas Thole: Kemunduran kesadaran...🙏😰🙏
12/06/17,
22.27 - Mas Thole: Ada inside kita mulai dr mana mas?
12/06/17,
22.28 - Fulan: Keliatannya polarisasi ini akan semakin meruncing sampai pada
titik yg jelas siapa yg kalah dan siapa yg menang sebagai puncak dari siklus
zaman
12/06/17,
22.30 - Mas Thole: Benar mas...petunjuk yang sama...🙏😰🙏
12/06/17,
22.33 - Fulan: Seperti yg mas sering sampaikan yg perlu dilakukan adalah
membangun kembali kesadaran hanif meskipun dilakukan dalam 'diam' dan mengikuti
hukum gravitasi bergerak kemana...
12/06/17,
22.36 - Mas Thole: Iya mas...🙏
Alhamdulillah...dalam
perjalanan yang sama...
Meskipun
nantinya kita bersiap utk tidak dianggap...😰
12/06/17,
22.37 - Fulan: 🙏
12/06/17,
22.39 - Mas Thole: Iya mas...sebab kita bukan ahli agama yang hapal kitab kitab
😰
12/06/17,
22.42 - Fulan: Mas dulu mas bilang kita mulai dari medang kamulan di barat
12/06/17,
22.45 - Mas Thole: Iya benar mas...ada inside kah...🙏
12/06/17,
22.48 - Fulan: Ada bbrp tempat yg berasosiasi dengan nama medang kamulan selain
yg dibangun sanjaya di sekitar merapi. Pertama adalah gunung padang, kedua
adalah cihunjuran atau gunung mandalawangi.
12/06/17,
22.50 - Fulan: Konon diatas cihunjuran
(gunung mandalawangi) juga ada situs cuma jarang dikunjungi krn jalan
kaki nya lumayan keatas.
12/06/17,
22.51 - Fulan: Kalau yg paling barat jelas cihunjuran atau tepatnya areal
gunung mandalawangi
12/06/17,
22.52 - Mas Thole: Wah...kenapa bisa saling terkoneksi ya mas...sepertinya acak
namun seperti menyusun puzle
12/06/17,
22.53 - Mas Thole: Benar sekali..klik mas
12/06/17,
22.59 - Mas Thole: 🙏
12/06/17,
23.00 - Fulan: Apa perlu di eksplore lebih dalam ya hehe
12/06/17,
23.14 - Mas Thole: Keliatannya iya mas...bagian dari perjalanan kita...🙏😌🙏
Diskusi
2;
12/07/17,
22.40 - Mas Thole: Bagaimana keadaan mas? Ada pengajaran?
12/07/17,
22.41 - Fulan: Sabtu kemarin sambil nganter si eneng testing di undip. Malemnya
ke candi angin rame2.
12/07/17,
22.41 - Mas Thole: Candi mana mas?
12/07/17,
22.43 - Fulan: Termasuk akang, eneng, Jaya, pakde, dan bbrp org semarang. Mas Bejo
tidak bisa naik krn tiba2 ngantuk di rmh
kuncen nya.
12/07/17,
22.43 - Fulan: Candi angin di keling jepara. Dideket gng muria.
12/07/17,
22.43 - Mas Thole: Wah...Mas Bejo kok bisa ngantuk ya?
12/07/17,
22.44 - Fulan: Aneh tuh mas
12/07/17,
22.44 - Mas Thole: Oh...yaya
12/07/17,
22.44 - Fulan: Saya hampir drop di sepertiga perjalanan. Kt akang sih ada yg
ganggu.
12/07/17,
22.46 - Mas Thole: 🤔...benturan mas...seperti roda bandul...
12/07/17,
22.47 - Mas Thole: Terbuka disana...beberapa pintu terbuka
12/07/17,
22.47 - Mas Thole: Sudah kehendakNya
12/07/17,
22.47 - Fulan: Feeling saya disitu tpt mandito nya Sanjaya
12/07/17,
22.48 - Mas Thole: Bisa jadi mas
12/07/17,
22.48 - Fulan: Ada clue apa ya mas
12/07/17,
22.48 - Fulan: Kata usup dia dapat pesan dalam bahasa sunda
12/07/17,
22.49 - Mas Thole: Iya mas...setiap tempat akan selalu berpasangan Yin dan Yang
12/07/17,
22.49 - Mas Thole: Portal juga demikian
12/07/17,
22.50 - Mas Thole: Portal yg lebih dahulu terbuka dg kehadiran mas dkk disana
portal yg dimaknai negatif
12/07/17,
22.50 - Fulan: Maksudnya gmn mas
12/07/17,
22.50 - Mas Thole: Temen temen mulai terasa dr hari minggu
12/07/17,
22.51 - Mas Thole: Hari senin ada teman yang mendadak pingsan
12/07/17,
22.51 - Fulan: I c
12/07/17,
22.51 - Fulan: Dimaknai negatif itu gmn ya mas
12/07/17,
22.52 - Mas Thole: Nah ...renteran kejadian ini bagai kartu tersusun...yg di
sentuh ujungnya akan merobohkan yang lain
12/07/17,
22.53 - Mas Thole: Akan merubah tatanan alam kesadaran...dimana di realitas
akan muncul kejadian2
12/07/17,
22.54 - Mas Thole: Dalam konsepsi manusia....dalam hukum alam negatif dan
positip sama saja
12/07/17,
22.54 - Fulan: Saya notice ada 3 kejadian gempa setelah itu: sukabumi, toba dan
wahau (kudungga)
12/07/17,
22.55 - Mas Thole: Benar mas....seperti kebetulan...namun kalau mas mau
perhatikan akan ada dinamika tren yg bisa kita lihat pola nya
12/07/17,
22.55 - Fulan: Bisa dijelaskan mas
12/07/17,
22.55 - Mas Thole: Apalagi kalau mau kita amati jam menit dan detik
12/07/17,
22.59 - Mas Thole: Siklus angin...ada tekanan tinggi dan rendah...tanpa
perbedaan ini tdk akan ada flow...
Arus
listrik tidak ada positip san negatif tdk mengalir..
Bgt
halnya kesadaran..
Negatif
di maknai sebagai musibah atau sebagai kesialan..malapetaka dll..dan positip
sbg anugrah..naik gaji...pangkat dll..
Nah...portal
yg terbuka adalah portal negatif...apakah negatif...?
12/07/17,
22.59 - Mas Thole: Tidak !..alam kesadaran hrs ada flow...
12/07/17,
23.01 - Mas Thole: Kita buka ayat al qur an...di jam trsbt...maka akan ada
hikmah dr perjalanan kita
12/07/17,
23.02 - Mas Thole: Banyak pertanyaan kita akan di jawab alam
12/07/17,
23.03 - Mas Thole: Rangkaian trsbt akan menjelaskan peta atau pola perjalanan
12/07/17,
23.03 - Fulan: Saya coba cerna dulu mas
12/07/17,
23.03 - Fulan: Kira2 yg kasih pesan ke akang itu siapa ya mas
12/07/17,
23.04 - Mas Thole: Boleh share pesannya mas
12/07/17,
23.05 - Fulan: Kata dia ketika saya
meditasi di bagian paling atas..ada angin dan kabut..terus ada sosok
seorang yg tua tapi gagah di dekat saya..lalu berpaling ke akang..bicara..setelah itu menghilang dengan kabut dan angin
12/07/17,
23.07 - Fulan: Pesannya dalam bahasa sunda...yg kalau saya tdk salah tangkap
kira2 artinya: sampaikan sama dia (maksudnya ke saya) perintahkan ke rakyatnya
agar hidup dengan benar...kira2 spt itu...
12/07/17,
23.07 - Fulan: Akang gak jelas ngomongnya jadi saya juga gak yakin apa spt itu
12/07/17,
23.08 - Mas Thole: Kakek tsb Sanjaya mas
12/07/17,
23.08 - Mas Thole: Sanjaya langsung yg datang
12/07/17,
23.08 - Fulan: Gt ya mas
12/07/17,
23.08 - Mas Thole: Iya mas
12/07/17,
23.09 - Mas Thole: Sanjaya memiliki ilmu angin...
12/07/17,
23.09 - Fulan: 🙏
12/07/17,
23.09 - Mas Thole: Ciri2 kedatangan beliau bgt
12/07/17,
23.10 - Fulan: Ada bbrp hal yg aneh
12/07/17,
23.11 - Mas Thole: Boleh di share mas
12/07/17,
23.12 - Fulan: Akang bawa hanjuang dari kampus undip. Tiba2 Pakde nggak tau
drmn tau kalau Akang bawa hanjuang. Dan nyuruh ditanam diatas. Dilalah pas naik
keatas si akang lupa bawa dari mobil.
12/07/17,
23.13 - Mas Thole: Wah
12/07/17,
23.13 - Mas Thole: Ga ke tanam mas
12/07/17,
23.14 - Fulan: Iya. Saya fikir apa emang disuruh tanam diatas.
12/07/17,
23.16 - Fulan: Mas Bejo begitu mau berangkat (hrs naik ojeg dulu). Tiba2 pusing
dan ngantuk. Saya taunya dia gak ikut pas mau jalan kaki naik. Dia juga nanya
kenapa ya dia gak boleh ikut keatas.
12/07/17,
23.17 - Mas Thole: Sprt nya benturan energynya dg mas bejo
12/07/17,
23.18 - Fulan: Pas sampai di candi brubah dibawahnya candi angin. Pakde nanya...kenapa katanya saya disebutnya rayi (adik) sama 'mereka'.
12/07/17,
23.20 - Mas Thole: Masih sama sama dr pasundan
12/07/17,
23.21 - Fulan: Oya mas Bejo itu siang sebelumnya coba naik ke atas..tapi gak
tau kenapa belum jauh udah turun lagi. Saya blom nanya kenapa2 nya. Katanya gak
enak badan.
12/07/17,
23.22 - Mas Thole: Iya mas...kalau nekad keatas..pulangnya bisa di gotong
mas...😰
12/07/17,
23.22 - Mas Thole: Oh ya kalau boleh tahu...kondisi badan skrg bgmn mas
12/07/17,
23.23 - Mas Thole: Coba nanti scaning
12/07/17,
23.23 - Fulan: Baik2 aja mas..cuma ada sedikit sakit perut kemarin
12/07/17,
23.24 - Mas Thole: Diare?
12/07/17,
23.24 - Fulan: Jadi kalau saya hubungkan dengan cerita mas dan pendapat Pakde saya melihat benang merahnya.
12/07/17,
23.25 - Fulan: Situs keling itu dikenal sbg situs Ratu Sima
12/07/17,
23.25 - Mas Thole: Bagaimana mas?
12/07/17,
23.27 - Fulan: Kata Pakde kalingga atau medang kamulan kemudian dibagi 3. Yaitu
barat dia menyebutnya daha itu sanjaya, tengah saya lupa namanya dia sebut apa,
satu lagi timur yg kata dia namanya kahuripan.
12/07/17,
23.27 - Fulan: Mas kan pernah menyebut kita mulai dari medang di bagian barat.
12/07/17,
23.27 - Mas Thole: Yaya...cocok itu mas
12/07/17,
23.28 - Mas Thole: Benar
12/07/17,
23.28 - Mas Thole: Alhamdulillah
12/07/17,
23.29 - Mas Thole: Simpul2 nya mulai terbuka
12/07/17,
23.30 - Fulan: Jadi pemahaman yg saya dapatkan dari candi angin itu mas...masih
meraba2 dgn apa yg dimaksud di mulai dari medang barat ini..
12/07/17,
23.32 - Fulan: Saya tadinya mau nyuruh orang utk nanam hanjuang di sana. Tapi
saya masih ragu2 krn belum tau niat dan maksud Pakde utk menanam hanjuang
diatas itu apa
12/07/17,
23.33 - Mas Thole: Secara realitas kita liat respon dan tanda alam mas..utk
membantu pemahaman...petunjuk alam
12/07/17,
23.33 - Fulan: Siap
...
Pesan alam terbaca, sebagai pengingat kepada manusia.
Pesan alam terbaca, sebagai pengingat kepada manusia.
– “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan
membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang
kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan
yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu”
(QS; Jamuan (Al-Mā'idah):48)
Dan itulah
rangkaian pesan Kami, bumi bergoyang untuk menandai pembelajaran anak manusia.
Wolohualam
BERSAMBUNG
Perjalanan Mas Thole memasuki babak baru, kepadanya diperintahkan agar menuju titik portal segitiga. Titik segitiga yang telah memakan korban ratusan manusia. Titik portal antara Gunung Halimun, gunung Salak dan gunung Gede. Dalam kesadarannya, tidak lama lagi ketiga gunung ini akan meluapkan amarahnya. Sebagaimana Uga Wangsit Silihwangi. Dan pada tataran realitas lihatlah keadaan negri ini. Situasi politik yang bagai magma gunung berapi. Realitas dan ghaib sedang sama-sama di titik kulminasi. Apakah yang bisa manusia lakukan? Mas Thole hanya diam berdoa dalam tiwikramanya.
Kilo menurut saya ketiga portal ITU tiga saudara atau kakak beradik
BalasHapus