Kisah Spiritual; Penjala Nyala Jejak Mataram Kuno (3)

Hasil gambar untuk mataram kuno kerajaan
Pengantar; Kembali kisah perjalanan menelisik jejak Wangsa Sanjaya di hantarkan dengan doa dan harap cemas. Mungkinkah nanti akan ada yang menyerangnya lagi? “Bukankah ini hanya kisah ?” Dirinya menghela nafas tak mengerti. Semua dipasrahkannya kepada Tuhan sang pemilik alam ini. Mas Thole hanya ingin membuat buku catatannya sendiri, yang dituliskan disini. Semoga Allah ridho.

"Sanghyang Agung, menggalung di samudera Galuh dengan luruh pada setiap hal yang menjadi bagian pada setiap keadaan yang menjadi beberapa hal yang ada, seperti perjalanan Bujangga Manik, maka catatlah pada setiap perjalan, itu yang terbaik pasa singgahan jati diri"

Lihatlah langit. Bulak bulan mencangkul tabir malam. Kisarannya seperti lajunya pedati. Perlahan namun pasti, semua jeda menjadi misteri tersendiri. Terbangun dari mimpi. Kisah ini kembali menyambangi dalam balutan kesedihan dan iba yang semakin menguliti.  Tentang seorang putri, tentang harapan yang  tersudahi, tentang cintanya yang pergi, tentang sunyinya sebuah hati. Tentang kisah yang tidak pernah mampu dia akhiri.  Seperti mati yang berulang kali. Terbangun saat gumpalan bara menyekat kerongkongannya.Berulang dalam siklus reinkarnasi. Hiks..! Hidup dan mati, mati dan hidup. “Sampai dimanakah kini?” Dirinya bertanya dan bertanya lagi. Mungkin seribu lamanya dia mati. Semua serba misteri. Tak percaya namun rahsa tak pernah berdusta. Bukan hanya sebab iba, tapi lara membokah di dada. Menyamar disudut iga. Terus mendekam dalam waktu lama. Hingga suatu masa, bara hawa bertumpu di raga, meledak  pada amarahnya. Letupan itu bagai dentuman meriam, membongkar sunyinya angkasa.

Mas Thole tersungkur menahan gempuran energi kata. Semua bagai cerita dan kisah fiksi saja. Bagai film-film laga yang mengumbar visual sinema. Kata bagai sebuah pedang, menjadi energi yang menyerang kesadaran. Mematikan instrumen ketubuhan. Ya, energi tak kasat mata telah merasuk dijiwa. Terus membelit bagai ular phyton yang meremukan mangsa. Begitulah keadaan Mas Thole. Berhari-hari dirinya berusaha melepaskan diri dari belitan rahsa. Berbagai cara telah dicoba agar dia bisa terbebas dari energi dendam yang tak pernah bisa terbaca.  “Ada apa dengan Ratu Shima?” Batinnya tak percaya. “Mengapakah begini rahsanya. Aduh...Ya, Allah Tuhan  penguasa alam. Jika begini rahsa sakit ini. Ijinkan hamba tak terlahir lagi. Jika saja atas semua yang terjadi, nyawa ini, mampu mencukupi. Hamba rela dan ikhlaskan berjanji.” Begitulah keadaan Mas Thole dalam eksplorasi diri.  Alam kesadaran terus di masukinya. Memasuki rahsa sakit itu sendiri. Menghujam jauh ke lubuk hati.

Kata demi kata bagai hantu yang terus meliputi kepala. Menyerangnya sedemikian rupa, jauh setelah kata-kata terangkai menjadi alinea yang terbaca.  Mungkin keadaan ini tanpa di sengaja oleh pemilik kata itu sendiri. Mungkin saja mereka yang menggoreskan pena tak berkaca. Kata-kata itu bagai pedang yang langsung menikam siapa saja. Kata mampu mendamaikan dan mampu mengobarkan perang. Yah, perang kesadaran tersulut sebab rangkaian kata. Energy kata meluncur bagai dentuman meriam. Meledakan semuanya! Lihatlah berapa banyak sudah nyawa melayang, mungkin saja jutaan jumlahnya, atau lebih dari itu. Mari kita telusuri peradaban, dan juga jejak-jejak kesadaran manusia. Darimanakah asal mula perang antar manusia? Kata ‘kafir’,  ‘pendusta’, ‘sesat’, dsb telah mampu mengobarkan perang antar golongan. Siapakah yang mau terima jika orang-orang yang kita kagumi dan kita sayangi disebut sebagai ‘pendusta’, ‘penipu’, dan juga kata-kata nista lainnya? Tidak! Tidak ada yang mau. Maka sebutan manusia atas manusia lainnya lewat kata-kata menjadi pemicu perang dimana-mana. Betapalah ironisnya manusia yang tidak sadar, bagaimana mekanisme ini.

Maka coba katakanlah, bagaimanakah manusia harus menyikapi kata-kata yang tidak patut? Marah? Dendam? Sakit hati? Ataukah harus diam tak mengindahkan! Perhatikanlah lintasan pemikiran ini. Perhatikanlah! Adakah yang diam saja? Sejarah telah mencatat fakta bagaimana saat kata ‘KAFIR’, kata “SESAT’ kata ‘PENDUSTA’ dan kata-kata semisal itu disematkan pada satu manusia atau satu kaum, darisanalah asal mula manusia mengibarkan bendera perang. Perang yang akan akan meluluh lantakan peradaban. Bahkan jauh setelah kata-kata itu dilontarkan. Tiada maaf disana, wanita dan anak-anak, bahkan semua akan dihancurkan. Sungguh betapa dahsyatnya energi kata ini!  Lihatlah bagaimana kelompok Syiah dan Suni. Kelompok Islam dan Kristen. Lihatlah! Saat mana ketika kepada mereka disematkan kata kata yang tidak mereka suka. Maka jawaban kepastian adalah; Peranglah jawabannya! Adakah manusia mau berkaca? Dan mau meredam egonya untuk tidak melontarkan kata-kata tak pantas? Sudahkah manusia paham akibatnya? Apakah orang-orang berilmu diantara mereka tidak memperhatikan?

Mengapa? Apakah perjalanannya menyusuri jejak Nusantara menjadi awal itu semua? Apakah perjalanannya mencari jawaban atas sebab  apa tragedy menimpa bangsa ini, menjadi mula membaliknya kesadaran yang memusuhi kepada dirinya? Ataukah karena sebab dirnya sedang dalam upaya menyusuri jejak kesadaran Sanjaya. Tokoh luar biasa yang telah menorehkan sejarah bagi Nusantara. Pada jamannya tekhnologi dan juga ilmu pengetahuan berjaya. Pada jamannya dibangunlah candi-candi yang megah tak terkata. Candi yang sekarang    diakui oleh dunia internasional, sebagai karya yang fenomenal bagi sejarah peradaban manusia.

...

Perjalanan Mas Thole sempat terhenti kemarin, semua  menyoal ini. Telah dikisahkan dalam 6 episode. (Dimana) Kisah kemarin mengkisahkan bagian yang lain dari kisah perjalanannya. Dirinya harus berhenti sejenak seblum melanjutkannya lagi. Yah, sebuah perjalanan spiritualnya sendiri. Semua untuk keperluan dirinya sendiri,  dalam upaya mencari jawaban atas musibah yang menimpa bangsa ini. Jawaban atas gundah hati melihat nasib bangsa nusantara ini yang  terus saja seperti sekarang ini. Jika kemudian dikisahkan disini itu hanyalah dalam upaya berbagi disamping agar menjadi pengingat diri. Sebuah perjalanan panjang anak manusia yang mencari jatidiri. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terus saja bergumulan di dalam batinnya sendiri. Jika kemudian kisah perjalanannya mengantarkan kepada jejak kesadaran Raden Patah yang sempat kontraversi, sehingga admin menghapusnya dari folder. Itu adalah konsekuensinya. Perang kesadaran pasti akan menimbulkan korban. Ini adalah pilihan!  Entahlah dengan kisah perjalanannya kali ini menuju lintasan Wangsa Sanjaya.

Dan jika saja pemaknaan dirinya tidak sebagaimana kesadaran kolektif manusia, bukankah itu sah dan wajar saja. Mengingat bahwa pemaknaan atas sebuah kejadian hanya untuk dirinya sendiri dan akan dibuatkan sebagai buku catatannya sendiri. Kitab (buku) catatan yang akan menjadi pertanggung jawaban dirinya kepada Tuhan atas pemaknaan yang dia berikan dari suatu kejadian. Jika kejadiannya mengenai lintasan yang bersinggungan dengan masa lalu ataupun masa depan, bukankah tetap saja semua merupakan pemaknaan? Bukanlah perihal salah dan benar. Pemaknaan adalah  itu buah dari hasil pemikirannya. Pemikiran yang sangat subyektif sifatnya. Maka pemaknaan disini tentu saja akan berbeda satu sama lainnya. Pemaknaan yang dalam bahasa simbol yang diajarkan Kami telah disimbolkan dengan Nun.

Persoalannya adalah mengapa pemaknaan yang diyakini Mas Thole mengusik manusia lainnya sehingga mereka menyerang dengan energi kata-kata? Apakah pemaknaan yang didapatkannya sebagai hikmah harus sama dengan yang lain? Apakah dia harus berdusta? Atau lintasan Sanjaya telah membangkitkan kesadaran lainnya. Kesadaran yang dahulu telah membantu Sanjaya dalam membangun candi-candi? Benarkah Itu? Adakah entitas tersebut, adalah mereka yang membantu Sanjaya? Hhhh...Apakah mereka itu (makhluk) yang telah menghantarkan energy kata dan menyakitinya? Aduh...!  Siapakah entitas yang dihadapi Mas Thole? Luarnya saja kata-kata, namun sesungguhnya setiap hurufnya sudah terisi dengan  makhluk tak kasat mata. Mereka yang tak rela jika kisah Sanjaya diungkapkan sebagai fakta.

....

Langit dan bumi menjadi saksi, saat mana kemudian Dieng memutahkan air, lava dan api. Benarkah ledakan itu membawa khabar dan menjawab resah? Hhhh...Kisah perjalanan ini  ingin diungkapkan kepada sahabat,  menjadi senandung kesedihan tersendiri. Kesedihan yang pernah tertangkap, dan menjadi syair dan lagu  di kemudian hari. ‘Berita Kepada Kawan’.  “Perjalanan ini/Trasa sangat menyedihkan/Sayang engkau tak duduk/Disampingku kawan”  Hhh...siapakah yang mampu merasakan kesedihan perjalanannya ini?  Hampir selama 10 hari jiwa Mas Thole dihimpit kepedihan. Namun semua tentu ada hikmah. “Perjalanan ini pun/Seperti jadi saksi/Gembala kecil/Menangis sedih/Kawan coba dengar apa jawabnya/Ketika  kutanya mengapa?..dst”  Perjalanan yang tak terungkapkan sehingga kemudian Mas Thole melanjutkan perjalanananya ke pantai selatan. “Sesampainya di laut/Kukabarkan semuanya/Kepada karang kepada ombak/Kepada matahari/Tetapi semua diam/Tetapi semua bisu/Tinggal aku sendiri/Terpaku menatap langit.”

Barangkali di sana
ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana

Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang
(Syair Berita Kepada Kawan by Ebiet G Ade)

Selesai sudah pembelajaran, selesai sudah pemaknaan. Kemudian saat Mas Thole melihat kejadian jam dan menit saat kapan  Dieng meletus. Dirinya luruh dan menangis. Rupanya hikmah ingin dihantarkan Kami melalui seluruh kejadian yang menyakitkannya, rupanya apa-apa yang diterima sebagai makian dan hujatan dan juga tentangan adalah untuk menguatkan keyakinannya. Semua demi (hanyalah) serangkaian pemaknaan atas kebenaran al qur an.  Kejadian meletusnya Dieng antara waktu 11.27 s/d 11.32 WIB. Dibukalah al qur an surah 11 ayat 27-32 dari sana Mas Thole mendapatkan pemahaman. Ayat ini seperti mengkisahkan tuduhan yang dialamtkan kepadanya. Perkataan yang sama. Sungguh aneh. Mengapa perkataan yang diemailkan kepadanya bisa sama redkasinya? Mereka menuduh Mas Thole. Sebagaimana dialektikanya sudah dituliskan di al qur an di surah Hud. . Allah hu akbar!

“.....dst: "Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta". (QS; 11: 27)

Dan seperti kebetulan saja, bahwa Mas Thole selalu mengkhabarkan bahwa dirinya adalah manusia biasa, dirinya tidak memiliki pengetahuan atas hal-hal ghaib. Kepada siapapun. Apa-apa yang dikisahkan adalah menyoal pemaknaan atas apa-apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Bahkan kepada rekan-rekan Mas Thole lainnya yang satu perjalanan spiritual dikatakan hal yang sama. Tidak ada kelebihan pada diri Mas Thole. Hari ini ingat besok bisa lupa. Semua terjadi hanya atas ijin Allah. JIka para nabi saja mengatakan demikian apalagi Mas Thole. Sungguh Mas Thole termasuk orang yang zalim jika mengatakan bahwa dirinya mengetahui perbendaharaan ghaib. Demikianlah Mas Thole diingatkan Kami.

“Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa): "Aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang ghaib", dan tidak (pula) aku mengatakan: "Bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat", dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu: "Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka". Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang zalim. (QS; 11: 31)

...
Berjalan melintasi malam. Melintasi rangkaian pemikiran dan kejenuhan atas kejumudan yang terus saja mencengkrami. Ada apakah dengan negri ini. Mengapa semua khabar seperti tak bisa dimaknai dengan sekali dua kali perjalanan. Sebuah dialektika dihantarkan, mungkin saja dari sana kita akan paham dari manakah harus memulai. Mencari jejak mula asal kesadaran akal. Menelisik jejak Sanjaya di Bumi Nusantara.

Diskusi 1
12/06/17, 22.21 - Fulan: Iya mas saat ini kita kembali ke zaman 500 tahun yll dimana agama menjadi sumber inspirasi fitnah
12/06/17, 22.25 - Fulan: Agama dengan mudah menjadi tameng menghukum seseorang benar dan salah  seperti mereka menghukum isa bin maryam
12/06/17, 22.26 - Mas Thole: Kemunduran kesadaran...🙏😰🙏
12/06/17, 22.27 - Mas Thole: Ada inside kita mulai dr mana mas?
12/06/17, 22.28 - Fulan: Keliatannya polarisasi ini akan semakin meruncing sampai pada titik yg jelas siapa yg kalah dan siapa yg menang sebagai puncak dari siklus zaman
12/06/17, 22.30 - Mas Thole: Benar mas...petunjuk yang sama...🙏😰🙏
12/06/17, 22.33 - Fulan: Seperti yg mas sering sampaikan yg perlu dilakukan adalah membangun kembali kesadaran hanif meskipun dilakukan dalam 'diam' dan mengikuti hukum gravitasi bergerak kemana...
12/06/17, 22.36 - Mas Thole: Iya mas...🙏
Alhamdulillah...dalam perjalanan yang sama...
Meskipun nantinya kita bersiap utk tidak dianggap...😰
12/06/17, 22.37 - Fulan: 🙏
12/06/17, 22.39 - Mas Thole: Iya mas...sebab kita bukan ahli agama yang hapal kitab kitab 😰
12/06/17, 22.42 - Fulan: Mas dulu mas bilang kita mulai dari medang kamulan di barat
12/06/17, 22.45 - Mas Thole: Iya benar mas...ada inside kah...🙏
12/06/17, 22.48 - Fulan: Ada bbrp tempat yg berasosiasi dengan nama medang kamulan selain yg dibangun sanjaya di sekitar merapi. Pertama adalah gunung padang, kedua adalah cihunjuran atau gunung mandalawangi.
12/06/17, 22.50 - Fulan: Konon diatas cihunjuran  (gunung mandalawangi) juga ada situs cuma jarang dikunjungi krn jalan kaki nya lumayan keatas.
12/06/17, 22.51 - Fulan: Kalau yg paling barat jelas cihunjuran atau tepatnya areal gunung mandalawangi
12/06/17, 22.52 - Mas Thole: Wah...kenapa bisa saling terkoneksi ya mas...sepertinya acak namun seperti menyusun puzle
12/06/17, 22.53 - Mas Thole: Benar sekali..klik mas
12/06/17, 22.59 - Mas Thole: 🙏
12/06/17, 23.00 - Fulan: Apa perlu di eksplore lebih dalam ya hehe
12/06/17, 23.14 - Mas Thole: Keliatannya iya mas...bagian dari perjalanan kita...🙏😌🙏

Diskusi 2;
12/07/17, 22.40 - Mas Thole: Bagaimana keadaan mas? Ada pengajaran?
12/07/17, 22.41 - Fulan: Sabtu kemarin sambil nganter si eneng testing di undip. Malemnya ke candi angin rame2.
12/07/17, 22.41 - Mas Thole: Candi mana mas?
12/07/17, 22.43 - Fulan: Termasuk akang, eneng, Jaya, pakde, dan bbrp org semarang. Mas Bejo  tidak bisa naik krn tiba2 ngantuk di rmh kuncen nya.
12/07/17, 22.43 - Fulan: Candi angin di keling jepara. Dideket gng muria.
12/07/17, 22.43 - Mas Thole: Wah...Mas Bejo kok bisa ngantuk ya?
12/07/17, 22.44 - Fulan: Aneh tuh mas
12/07/17, 22.44 - Mas Thole: Oh...yaya
12/07/17, 22.44 - Fulan: Saya hampir drop di sepertiga perjalanan. Kt akang sih ada yg ganggu.
12/07/17, 22.46 - Mas Thole: 🤔...benturan mas...seperti roda bandul...
12/07/17, 22.47 - Mas Thole: Terbuka disana...beberapa pintu terbuka
12/07/17, 22.47 - Mas Thole: Sudah kehendakNya
12/07/17, 22.47 - Fulan: Feeling saya disitu tpt mandito nya Sanjaya
12/07/17, 22.48 - Mas Thole: Bisa jadi mas
12/07/17, 22.48 - Fulan: Ada clue apa ya mas
12/07/17, 22.48 - Fulan: Kata usup dia dapat pesan dalam bahasa sunda
12/07/17, 22.49 - Mas Thole: Iya mas...setiap tempat akan selalu berpasangan Yin dan Yang
12/07/17, 22.49 - Mas Thole: Portal juga demikian
12/07/17, 22.50 - Mas Thole: Portal yg lebih dahulu terbuka dg kehadiran mas dkk disana portal yg dimaknai negatif
12/07/17, 22.50 - Fulan: Maksudnya gmn mas
12/07/17, 22.50 - Mas Thole: Temen temen mulai terasa dr hari minggu
12/07/17, 22.51 - Mas Thole: Hari senin ada teman yang mendadak pingsan
12/07/17, 22.51 - Fulan: I c
12/07/17, 22.51 - Fulan: Dimaknai negatif itu gmn ya mas
12/07/17, 22.52 - Mas Thole: Nah ...renteran kejadian ini bagai kartu tersusun...yg di sentuh ujungnya akan merobohkan yang lain
12/07/17, 22.53 - Mas Thole: Akan merubah tatanan alam kesadaran...dimana di realitas akan muncul kejadian2
12/07/17, 22.54 - Mas Thole: Dalam konsepsi manusia....dalam hukum alam negatif dan positip sama saja
12/07/17, 22.54 - Fulan: Saya notice ada 3 kejadian gempa setelah itu: sukabumi, toba dan wahau (kudungga)
12/07/17, 22.55 - Mas Thole: Benar mas....seperti kebetulan...namun kalau mas mau perhatikan akan ada dinamika tren yg bisa kita lihat pola nya
12/07/17, 22.55 - Fulan: Bisa dijelaskan mas
12/07/17, 22.55 - Mas Thole: Apalagi kalau mau kita amati jam menit dan detik
12/07/17, 22.59 - Mas Thole: Siklus angin...ada tekanan tinggi dan rendah...tanpa perbedaan ini tdk akan ada flow...
Arus listrik tidak ada positip san negatif tdk mengalir..
Bgt halnya kesadaran..
Negatif di maknai sebagai musibah atau sebagai kesialan..malapetaka dll..dan positip sbg anugrah..naik gaji...pangkat dll..
Nah...portal yg terbuka adalah portal negatif...apakah negatif...?
12/07/17, 22.59 - Mas Thole: Tidak !..alam kesadaran hrs ada flow...
12/07/17, 23.01 - Mas Thole: Kita buka ayat al qur an...di jam trsbt...maka akan ada hikmah dr perjalanan kita
12/07/17, 23.02 - Mas Thole: Banyak pertanyaan kita akan di jawab alam
12/07/17, 23.03 - Mas Thole: Rangkaian trsbt akan menjelaskan peta atau pola perjalanan
12/07/17, 23.03 - Fulan: Saya coba cerna dulu mas
12/07/17, 23.03 - Fulan: Kira2 yg kasih pesan ke akang itu siapa ya mas
12/07/17, 23.04 - Mas Thole: Boleh share pesannya mas
12/07/17, 23.05 - Fulan: Kata dia ketika saya  meditasi di bagian paling atas..ada angin dan kabut..terus ada sosok seorang yg tua tapi gagah di dekat saya..lalu berpaling ke akang..bicara..setelah itu menghilang dengan kabut dan angin
12/07/17, 23.07 - Fulan: Pesannya dalam bahasa sunda...yg kalau saya tdk salah tangkap kira2 artinya: sampaikan sama dia (maksudnya ke saya) perintahkan ke rakyatnya agar hidup dengan benar...kira2 spt itu...
12/07/17, 23.07 - Fulan: Akang gak jelas ngomongnya jadi saya juga gak yakin apa spt itu
12/07/17, 23.08 - Mas Thole: Kakek tsb Sanjaya mas
12/07/17, 23.08 - Mas Thole: Sanjaya langsung yg datang
12/07/17, 23.08 - Fulan: Gt ya mas
12/07/17, 23.08 - Mas Thole: Iya mas
12/07/17, 23.09 - Mas Thole: Sanjaya memiliki ilmu angin...
12/07/17, 23.09 - Fulan: 🙏
12/07/17, 23.09 - Mas Thole: Ciri2 kedatangan beliau bgt
12/07/17, 23.10 - Fulan: Ada bbrp hal yg aneh
12/07/17, 23.11 - Mas Thole: Boleh di share mas
12/07/17, 23.12 - Fulan: Akang bawa hanjuang dari kampus undip. Tiba2 Pakde nggak tau drmn tau kalau Akang bawa hanjuang. Dan nyuruh ditanam diatas. Dilalah pas naik keatas si akang lupa bawa dari mobil.
12/07/17, 23.13 - Mas Thole: Wah
12/07/17, 23.13 - Mas Thole: Ga ke tanam mas
12/07/17, 23.14 - Fulan: Iya. Saya fikir apa emang disuruh tanam diatas.
12/07/17, 23.16 - Fulan: Mas Bejo begitu mau berangkat (hrs naik ojeg dulu). Tiba2 pusing dan ngantuk. Saya taunya dia gak ikut pas mau jalan kaki naik. Dia juga nanya kenapa ya dia gak boleh ikut keatas.
12/07/17, 23.17 - Mas Thole: Sprt nya benturan energynya dg mas bejo
12/07/17, 23.18 - Fulan: Pas sampai di candi brubah dibawahnya candi angin. Pakde nanya...kenapa katanya saya disebutnya rayi (adik) sama 'mereka'.
12/07/17, 23.20 - Mas Thole: Masih sama sama dr pasundan
12/07/17, 23.21 - Fulan: Oya mas Bejo itu siang sebelumnya coba naik ke atas..tapi gak tau kenapa belum jauh udah turun lagi. Saya blom nanya kenapa2 nya. Katanya gak enak badan.
12/07/17, 23.22 - Mas Thole: Iya mas...kalau nekad keatas..pulangnya bisa di gotong mas...😰
12/07/17, 23.22 - Mas Thole: Oh ya kalau boleh tahu...kondisi badan skrg bgmn mas
12/07/17, 23.23 - Mas Thole: Coba nanti scaning
12/07/17, 23.23 - Fulan: Baik2 aja mas..cuma ada sedikit sakit perut kemarin
12/07/17, 23.24 - Mas Thole: Diare?
12/07/17, 23.24 - Fulan: Jadi kalau saya hubungkan dengan cerita mas dan pendapat Pakde saya melihat benang merahnya.
12/07/17, 23.25 - Fulan: Situs keling itu dikenal sbg situs Ratu Sima
12/07/17, 23.25 - Mas Thole: Bagaimana mas?
12/07/17, 23.27 - Fulan: Kata Pakde kalingga atau medang kamulan kemudian dibagi 3. Yaitu barat dia menyebutnya daha itu sanjaya, tengah saya lupa namanya dia sebut apa, satu lagi timur yg kata dia namanya kahuripan.
12/07/17, 23.27 - Fulan: Mas kan pernah menyebut kita mulai dari medang di bagian barat.
12/07/17, 23.27 - Mas Thole: Yaya...cocok itu mas
12/07/17, 23.28 - Mas Thole: Benar
12/07/17, 23.28 - Mas Thole: Alhamdulillah
12/07/17, 23.29 - Mas Thole: Simpul2 nya mulai terbuka
12/07/17, 23.30 - Fulan: Jadi pemahaman yg saya dapatkan dari candi angin itu mas...masih meraba2 dgn apa yg dimaksud di mulai dari medang barat ini..
12/07/17, 23.32 - Fulan: Saya tadinya mau nyuruh orang utk nanam hanjuang di sana. Tapi saya masih ragu2 krn belum tau niat dan maksud Pakde utk menanam hanjuang diatas itu apa
12/07/17, 23.33 - Mas Thole: Secara realitas kita liat respon dan tanda alam mas..utk membantu pemahaman...petunjuk alam
12/07/17, 23.33 - Fulan: Siap

...

Pesan alam terbaca, sebagai pengingat kepada manusia. 

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu” (QS; Jamuan (Al-Mā'idah):48)

Dan itulah rangkaian pesan Kami, bumi bergoyang untuk menandai pembelajaran anak manusia.

Wolohualam

BERSAMBUNG

Perjalanan Mas Thole memasuki babak baru, kepadanya diperintahkan agar menuju titik portal segitiga. Titik segitiga yang telah memakan korban ratusan manusia. Titik portal antara Gunung Halimun, gunung Salak dan gunung Gede. Dalam kesadarannya, tidak lama lagi ketiga gunung ini akan meluapkan amarahnya. Sebagaimana Uga Wangsit Silihwangi. Dan pada tataran realitas lihatlah keadaan negri ini. Situasi politik yang bagai magma gunung berapi. Realitas dan ghaib sedang sama-sama di titik kulminasi. Apakah yang bisa manusia lakukan? Mas Thole hanya diam berdoa dalam tiwikramanya.

Komentar

  1. Kilo menurut saya ketiga portal ITU tiga saudara atau kakak beradik

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali