Misteri Kabut Suci Kelud (2); Episode Titah Kami
Pada
waktu pemerintahan Airlangga, keadaan negara tentram, keamanan terjamin, dan
negara mengalami kemajuan yang pesat. Karena raja Airlangga mempunyai 2 orang
putera, maka pada akhir masa pemerintahannya ia memandang perlu membagi
kerajaan menjadi dua bagian untuk diserahkan kepada kedua putranya, agar
dikemudian hari tidak terjadi perebutan tahta. Pembagian itu terjadi pada tahun
1042, yaitu menjadi kerajaan Daha (Kediri) dan Kerajaan Jenggala. Kerajaan
Jenggala yang berdiri pada tahun 1024 terletak di daerah delta Brantas, yaitu
meliputi pesisir utara seluruhnya, dengan demikian menguasai bandar-bandar dan
muara sungai besar, sedangkan ibukotanya berada di sekitar Kecamatan Gedangan
sekarang.
+++
Dewi
Kilisuci, wajahnya memantul diatas kaca pualam. Menahan penatnya malam yang
terus bergiliran menyapa dan bertanya.
“Kanda bilakah sudah saatnya?”
Seraut
wajah muncul dalam meditasi yang hening di kala senja berganti temaram dalam
sujud alam. Wajah yang yang benar-benar transparan. Nampak dari kulitnya yang
begitu tipis, halus bagai kapas. Aliran darah seperti tergambar di kulit
yang halus rupawan. Wajah yang sedemikian ayu menggetar siapapun yang melihatnya. wajah teduh dan penuh welas.
Mengapa
wajah yang semikian cantik ini harus menghadap lara sedemikian hebatnya?
Dan
bunga kapas terbang ditiup angin
Alam
mayapada teronggok bagai dahan yang
kering
Dalam besutan pengharapan Sang Dewi datang
menyapa.
“Kakanda...
Kemanakah
perjalanan akan digulirkan
Sementara
beban angkara murka terus menikam
Dimanakah
akan aku tambatkan kepiluan
Sementara
kisahnya sendiri masih menggantung di awan”
Wajahnya demikian pias, kesedihan nampak
menggores. Luka yang sedemikian dalam. Demikian permainan kehidupan. Sampai
diakhir waktu manusia masih sulit memaknai sebab mengapa Tuhan menjalankan
skenario yang begitu mengharukan di jiwa? Demikian Dewi Kilisuci terus menaruh
pengharapan agar alam semesta memberikan jawaban
“Wahai
Batara Kamadathu, manunggal sewu aji pangesthu
Iringi
langkahku dan juga anak-anakku
Telah
sesak dada ini,
Telah
bergerak bumi ini
Wahai
anak-anakku,
Lihatlah
di puncak sana,
Kelud
yang terus memaku dalam kepedihan
Disana
Ibumu dalam penantian”
Para
dayang dan punokawan diam seakan turut merasakan kesedihan yang semakin dingin
menghujam. Tabir Jenggala dan Panjalu harus terurai. Misteri kehancuran dibalik
kisah harus dikhabarkan agar anak bangsa ini paham. Bagaimana kesedihan sang
Dewi yang harus menahan diri atas perebutan harta tahta dan kecintaan dunia.
Sorot
matanya tajam menikam kalbu, desah nafasnya membekukan udara dan juga dedaunan
disekitarnya. Dewi Kilisuci dalam kemasgulan. Tepat diiringi jatuhnya hujan di
halaman, kisah ini dituliskan. Tak bisa
dilukiskan jika sekujur badan menegang, otot-otot seperti menahan beban.
Hantaran energi sang Dewi hendak menyapa alam semesta dengan kembali dituliskan
kisahnya disini.
+++
Siapakah
yang berani menuliskan kisahnya? Telah dicoba membuat manuskrip untuk sebuah
sandiwara radio. Namun saat pemeran akan melakukan dialog mendadak hawa dingin
memasuki ruangan. Sontak mengagetkan pengisi suara disana. Tidak sampai disitu
saja. Listrik mendadak padam, dan komputer yang digunakan untuk melakukan
editing terbakar. Maka kisahnya dituliskan disini dalam episode “Misteri Kabut
Suci Kelud”.
Sebuah
kisah masa lalu dan sekarang. Sebuah pembalikan waktu. Membawa sang Pelaku
sendiri ya, dialah Dewi Kilisuci yang akan mengkisahkan kembali disini.
Bagaimana kejadiannya di masa lalu. Bagaimana riuhnya perhelatan Kami yang
telah mempergilirkan kekuasaan kepada anak-anak Airlangga. Masa dimana para
Brahmana dan Resi masih memiliki kemampuan supranautral tingkat tinggi. Masa
dimana kegelapan masih terus membayangi. Masa dimana dimensi sang penghisap
kesadaran sudah ada dan menunggu saatnya.
+++
“Kisah ini sudah berjalan berabad-abad
yang lalu. Aku sendiri dalam lingkaran waktu. Menunggu orang yang mampu
membawaku ke dimensi alam kesadaran manusia. Aku menunggu portal terbuka.
Portal ruang dimensi antara engkau dan aku yaitu portal dimana aku dapat
mengkisahkan kepadamu. Baiklah inilah kisahku.”
Aku
dilahirkan sebagai Dewi oleh Ibuku yang juga masih keturunan Dewi, Ibuku adalah
dewi Sekar Kedatu. Seorang Ratu dari kalangan bidadari. Ayahku adalah Sri
Padaku Prabu Airlangga. Mungkin bagi sebagian manusia akan membingungkan
sekali. Bagaimana mungkin aku anak seorang Bidadari dari kalangan Dewa dewi?
Biarlah mereka yang tak memahami keadaan ini berada dalam prasangkaannya
sendiri.
Akulah
yang memanggilmu agar engkau datang ke pertapaanku. Meskipun aku tahu bahwa
engkaupun sama dengan mereka yang juga masih dibingungkan dengan prasangkaan
perihal keadaan dan keberadaanku namun setidaknya engkau mau mendengarkan
apa-apa yang tersirat dalam batinmu. Dan itulah aku yang berbicara kepadamu.
Aku Sanghyang Prameswari Dewi Kilisuci. Maka bukalah mata batinmu dan dengar
semua perkataanku. Tuliskanlah agar kisahku ini dapat dibaca oleh anak-anakku.
+++
Sahdan
di pusat kerajaan Ayahanda memanggil semua hulu balang tak terkecuali Patih
Kebo Langitan. Disana diadakan pertemuan rahasia yang membahas perihal situasi
dan keadaan kerajaan. Para Brahmana dan Resi berkumpul untuk dimintakan
pendapatnya. Semua sudah tertulis dalam suratan bahwa akan terjadi keriuhan
perebutan kekuasaan. Adik-adikku menginginkan kekuasaan mereka mewarisi darah
manusia yang selalu haus akan kekuasaan. Padahal sesungguhnya akulah yang
berhak atas kekuasaan. Namun aku bukanlah mereka.
Kesedihanku
hanyalah tangisan alam manakala menyaksikan jiwa-jiwa manusia yang terus
mengejar harta dan tahta tanpa melihat bahwa sesungguhnya semua itu fana. Semua
yang mereka perselisihkan dan mereka korbankan dengan nyawa mereka tetap akan
ditinggalkannya. Manusia akan pada saatnya akan mati dan memasuki alam ruh
dimana tidak dibutuhkan lagi harta dan juga kedudukan.
Ah,
karena sebab tak tertahankan kesedihan, aku berangkat ke pertapaanku.
Bermunajat kepada sang Kholik. Berharap alam manusia dipenuhi kedamaian dan
kesejahteraan. Aku ingin manunggal dengan alam semesta. Namun ternyata tugasku
bukan itu. Ratu Kidul mendatangiku dan mengajakku untuk menjalankan titah Tuhanku,
membantu manusia membangun peradaban akal dan budi di bumi ini.
Apakah
khabar ini penting bagimu?
Terserah
kepada manusia, yang ingin memaknainya. Telah datang perintah Kami agar diutus
seorang kesatria kesana, ke tempat pertapaan sang Dewi. Semua berkaitan dengan
lakon yang akan dimainkan di negri ini. Peperangan akan memecah bangsa ini
sebagaimana dahulu kala. Prabu Airlangga terpaksa harus memecah Kediri dan
Jenggala. Tidak ada jalan lain sebab permusuhan dan angkara murka telah
menguasai hati manusia. Kedua calon raja yang berseteru telah mengikrarkan
sumpah pati. Apakah ini yang akan terjadi pada bangsa ini. Negara ini akan dipecah menjadi dua negara? Ah, semua harus dibuktikannya sendiri.
+++
+++
Meninggalnya
Utusan Ratu Kidul (baca; Pesan Ratu Kidul) yang pernah di kisahkan belum lama
ini di blog ini menjadi tanda yang memiriskan. Keadaan matinya yang sedemikian
misteri tanpa sebab dan tanpa bisa dipahami. Kondisi yang sehat wal afiat tidak
kurang suatu apa. Mendadak meninggal saat dalam peraduannya, padahal dirinya
hanya sekedar melepaskan lelah. Berita yang sangat mengagetkan sekali.
Sungguh
telah telah disematkan pengharapan yang begitu besar kepada beliaunya.
Mengingat posisinya berada di pusat kekuasaan istana. Posisi yang sedemikian
strategisnya sebab beliau bisa masuk ke level mana saja kepada penasehat raja,
kepada mantri istana, kepada adipati, dan seluruh jajaran istana bisa menerima
kehadirannya. Bukankah potensi perubahan bangsa ini ada padanya? Demikian harapan
waktu itu. Maka bersama kesatria lainnya telah menyusun segala daya demi untuki
mencegah terjadinya pertumpahan darah di negri ini. Sungguh sulit dipahami renacana
Kami.
Harapan
tinggalah harapan. Kini para Kestria kembali berjalan sendirian. Tidak ada lagi
tokoh nasional yang bersedia mengawal perjalanan. Tidak ada lagi tokoh istana
yang dapat membantu perjalanan. Benar-benar sendiri dalam kebingungan. Dalam pada itu turun perintah Kami agar mendekat kepada tokoh spirit Raden Patah.
Sebab disanalah kemungkinan harapan atas negri ini. Dalam keperluan itulah.
Kisah ini dihantarkan. Raden Patah dan Dewi Kilisuci, kisah yang akan dikuak misteri mereka disini.Perjalanan para kesatria bumi yang berjalan sendiri mencari bkti kebenaran yang merasuki batinnya sendiri. Tanpa mereka peduli jika apa-apa yang dilakukannya itu telah dikatakan 'GILA'
Perjalanan menyusuri misteri kehancuran Kediri yang mungkin akan terulang pada bangsa ini menjadi pola yang harus dicermati. Disanalah mula spirit bangsa ini memecah menjadi dua negara. Muasal perpecahan terpola darisana. Sehingga disana ada mitos bagi para penguasa.
Perjalanan menyusuri misteri kehancuran Kediri yang mungkin akan terulang pada bangsa ini menjadi pola yang harus dicermati. Disanalah mula spirit bangsa ini memecah menjadi dua negara. Muasal perpecahan terpola darisana. Sehingga disana ada mitos bagi para penguasa.
+++
bersambung...
Kesatria nusantara siap melindungi menyambut kelahiran Pajajaran.
BalasHapuspajajaran : merupakan dua jajaran kerajaan yaitu kerajaan gajah dan kerajaan ghaib(kerajaan maung) disatukan menjadi pajajaran, cirinya apabila ( aya tangkal jeruk nu kaca"angan langsung kucahaya purnama disitulah para orang orang pajajaran berada.) sekedar info mungkin benar mungkin juga salah, salam rahayu dari putra galuh.
Hapuspajajaran tetap ada dari dulu sampai sekarang, saat ini anak keturunan pajajaran adalah orang orang yng tersisih, terpinggirkan karena prinsip yang mereka jalankan, tapi lihatlah dengan hati yang jernih, pasukan pasukan pajajaran sudah mulai membuat barisan barisan kecil, mereka sedang menunggu pemimpin pajajaran yang sejati, bukan hanya pemimpin dari garis keturunan tapi pemimpin yang telah diseleksi oleh seluruh alam.( salam kerinduan buat pasukan pasukan ALLAH baik dari pasukan dhohir maupun pasukan ghoib], ALLAHU AKBAR jaya negriku jayalah INDONESIAKU
BalasHapusAkan ku kepakan kedua sayapku ini terbang jauh ' jauh di atas awan yg indah namun penuh misteri ' biarkankan kucari kehidupanku sendiri yg penuh teka teki
BalasHapusLembaran demi lembaran kau sibak kain sutra ini namun...kau jualah yang melipatkan lagi kain tersebut
Buat apa kau memberikan bunga yg indah dan harum yang pada akhirnya kau sendirilah yg merusaknya....
Buat apa kau memberikan jalan untuk ku lewati yg akhirnya jalan itu kau tutup kembali