Wasthu Kencana, Episode Seruni di Noda


Related image
Mata Seruni diam nanar, mata yang dulu indah kini basah air mata. Telah datang penasehat Wasthu Kencana. Hadir dengan segenap amarah dan murka. Kedengkian yang dahulu membawa petaka. Telah tergoreskan dalam kancah kesadaran saat mula dibuka, nampak dalam kilasan mata,  bagaimana tragedy Pajajaran saat dihancurkan. Deru asmara cinta disana meramu, lengkap dengan pengkhianatan para hulubalang sang Raja. Sang Prabu hanya menghela nafas panjang. Entah mengapa dirinya harus melarikan diri menjauh dari kerajaan. Ulah siapa yang menghasut dirinya.

Kisah ini mulai dibuka, kisah Seruni di noda. Sebagaimana putri keraton lainnya. Hidupnya hanyalah mengabdi kepada sang Maharaja Sri Baduga Niskala Wasthu Kencana. Kisah yang akan terus menyisakan pertanyaan panjang, sebab mengapa rahsa masih tertinggal dan kemudian terkoneksi ulang di jaman terkini.

“Sudah 700 tahun yang lalu”

Bisiknya menahan air mata yang sebentar lagi akan jebol bagai jebolnya bendungan.

“Njih kula manut kemawon”

Kisah putri Majapahit dikawinkan di tataran Sunda menjadi kisah yang mengharukan. Keputusan Wasthu Kencana menerima darah Majapahit menyebabkan perseteruan hebat. Hingga kerajaan Pajajaran hampir saja pecah perang saudara. Penasehat kerajaan kemudian mengusulkan agar kedua raja menanggalkan tampuk kekuasaan. Saran ini dipatuhi  Raja di masing-masing kerjaaan Sunda ini kemudian menyerahkan kekuasaan kepada anak keturunannya masing-masing.

Adakah yang salah?

+++

Panggil saja dia Seruni, seorang putri Majapahit yang mengabdikan hidup matinya kepada Wasthu Kencana. Kini hadir kembali dan bertanya atas sebab apa dirinya harus menjalani lagi kehidupan yang sama. Apakah ini nyata?

“Seruni di antara pesisir yang membentang pada saat naspala menerjang. Sesungguhnya keindahan itu berada pada jiwa, bukan pada pandangan mata. Seruni yang menjadi benteng diri menyaksi kisah hidup yang menjadi titian di antara dua putri. Seruni itu menyanyi, menjabarkan akan hakikat kehidupan ini. Tiang-tiang penyangga dalam jiwa sesungguhnya seperti pancang-pancang yang berdiri di atas tanah. Namun jiwa sesungguhnya gundah, karena hakikat yang menyanggah itu ada dalam jiwanya yang tak berpancang.

Sesungguhnya Seruni menjadi saksi atas kehadiran putri, yang menjadi belahan jiwa sang ratu yang kini menetap dan hadir pada raganya. Tribuana Tunggal Dewi memilih dia menjadi putrinya, bukan karena keturunannya, karena jelas itu berbeda. Tetapi karena memang di sana Tuhan telah menetapkannya. Sungguh hal yang menjadi pilih penilih, ketika raga yang tak bernyawa berkelana tanpa jiwa yang menyertai. Ada banyak hal yang menjadi pembuka kisah.

Seruni, engkau bukan hanya putri, tetapi bidadari yang menjadi bagian dari kehidupan fana di dunia ini. Rangkaiannya bukan atas titah, itu memang kehendakmu sendiri. Seruni yang menjadi saksi, kini hanya menatapnya sebagai bagian perjalanan suci. : Adapun Trubuana Tunggal Dewi memilih kembali, karena itu lakunya dalam perjalanan ini. Sebuah gerbang terbuka, ketika sang jiwa menerima setiap keadaan yang menimpa. Gerbang itu terbuka seiring kesadaran yang menyertai. Allahu Akbar.

Seruni, lihatlah dirimu pada cermin, maka kau akan menemukan jiwaku. Kaca benggala itu bukan untuk dipuja, tetapi letakkan saja setelah semuanya selesai dalam jiwa. Ini bukan kiasan, tetapi memang sang raga yang berkelana tak akan kemana, dia akan kembali pada jiwanya yang sudah ada. Seruni, ucapaknlah janjimu untuk mengabdi, seperti ketika pertemuanmu dengan para putri di Kedaton Hyang Kencana.

Lihat semesta, maka kembalikan semuanya kepada Yang Maha Kuasa. Sungguh, batas itu bukan pembatas dirimu dan jiwanya, tetapi itu adalah batas tugasmu dalam menjalankannya. Suatu saat, sang jiwa akan mengerti akan dirimu Seruni, rangkaiannya berawal dan berakhir di Wastu Kancana. Pesan ini hanya sebagai rangkaian dari pesan-pesan yang akan tersampaikan kembali pada penghujung waktu ini, saat sang surya menjadi saksi atas kehidupan makhluk di bumi.”

Seruni di noda, menangis tanpa berkata. Portal kesadaran sudah dibuka. Kisah para raja berikut dengan rangkaian sedu sedannya. Wasthu Kencana menata asa yang mengendap sebagai lara di dada. Kini dihadapannya telah hadir sang Penasehat Istana yang dahulu memaksanya harus menjauh dari kerajaannya. Tampil raut muka yang masih saja sama. Wajah bulat mata sipit dan perawakan pendek. Mata demikian tajam menyelidik kepadanya. Seperti Dejavu rahsanya.

“Mengapa semua harus menguras air mata” Berkata dirinya tak mengerti.

Hanya saja amuk rahsa di dada menjadi penanda bahwa apa yang tampil dihadapannya dalam sebuah  meja pertemuan, bukanlah khayalan belaka. Penasehat kerajaan telah hadir dan mewujud di alam realitas. Menyelusup masuk di jaman ini.

“Ah, sudah 700 tahun lamanya” Bisiknya tak pahami rahsa.

+++

Dalam kilasan kata, mungkin tak terbaca. Walau guratan nelangsa tetap ada. Sungguh masih sangatlah sulit memahami. Sebab apa semua kisah dan perjalanan  serta kenangan masa lalu mesti harus terulang di masa kini. Jika kemudian ada kisah lainnya yang mengambil sudut tak sama. Apakah perjalanan ini masih bisa bertemu muaranya?  Teringat Pesan nasehat dari eyang darmasiksa kepada raden wijaya, mungkin harus memulai dari sana untuk mengurai segala permasalahan dinusantara ini, terutama untuk pulau jawa.

Haywa ta sira kedo athawamerep ngalindih Bhumi Sunda mapan wus kinaliliran ring ki sanak ira dlahanyang ngku wus angemasi. Hetunya nagaramu wus agheng jaya santosa wruh ngawang kottaman ri puyut katisayan mwang jayacatrum, ngke pinaka mahaprabu. Ika hana ta daksina sakeng Hyang Tunggal mwang dumadi seratanya.

Ikang Sayogyanya rajya Jawa lawan rajya Sunda paraspasarpana atuntunan tangan silih asih pantara ning padulur. Yatanyan tan pratibandeng nyakrawati rajya sowangsowang. Yatanyan siddha hitasukha. Yan rajya Sunda duh kantara, wilwatika sakopayana maweh carana ; mangkana juga rajya Sunda ring Wilwatika.

(Janganlah hendaknya kamu menggangu, menyerang dan merebut Bumi Sunda karena telah diwariskan kepada Saudaramu bila kelak aku telah tiada. Sekalipun negaramu telah menjadi besar dan jaya serta sentosa, aku maklum akan keutamaan, keluar biasaan dan keperkasaan mu kelak sebagai raja besar. Ini adalah anugrah dari Yang Maha Esa dan menjadi suratan-Nya.

Sudah selayaknya kerajaan Jawa dengan kerajaan Sunda saling membantu, bekerjasama dan saling mengasihi antara anggota keluarga. Karena itu janganlah beselisih dalam memerintah kerajaan masing-masing. Bila demikian akan menjadi keselamatan dankebahagiaan yang sempurna. Bila kerajaan Sunda mendapat kesusahan, Majapahit hendaknya berupaya sungguh-sungguh memberikan bantuan ; demikian pula halnya Kerajaan Sunda kepada Majapahit).

+++

Seiring kisah, email datang dari sang Penyaksi menjadi bagian yang sulit dipahami. Daya apakah yang menyebabkan dirinya bercapai lelah mengkahabarkan disini?

“Sampurasun` salam rahayu. Cakra manggilingan berputar. Lihat sejarah siapa Banyak wide. Ratu sima. Prabu siliwangi dahulu mereka semua pemimpin besar bagi rakyatnya. Dan lihatlah dialam terkini. biarpun saya tak kenal dgn kalian tapi saya yakin kalian adalah orang sedang memimpin ditempat kalian saat ini berada. entah sebagai pejabat pemerintah. Direktur perusahaan atau sebagai lainnya. Bayangkan bila  kekuatan kepemimpinan kalian disatukan. apakah yg bisa dan akan terjadi.

“Pajajaran sekarang bukan pajajaran dahulu. Pajajaran dahulu berjajarnya dua kerajaan antara kerajaan gajah dan kerajaan maung. Pajajaran sekarang adalah berjajarnya pulau pulau yg ada di indonesia. Karena itu kita harus bisa menyatukan anak turunan pajajaran sekarang . Baik dibelah kidul, wetan kaler kulon,  dalam satu slogan Silih asah silih asuh silih asih. SILIH WANGI . Wangi jeung dulur wangi jeung batur sanagara. Maaf tak ada maksud menggurui hanya sekedar ngadu bako salam pamit. Ditunggu kisahnya kembali dalam pondok cindelaras. sampurasun....”

“Cakra manggilan berputar, sejarah akan terus berulang dan terus berulang, lihat sejarah singosari, majapahit dan galuh, sampai hari ini kita dijajah oleh cina dalam hal perekonomian, mungkin hanya keturunan majapahitlah yang dapat memulihkan perekonomian nusantara dan melepaskan nusantara dari cekraman perekonomian cina, terbukti pada saat tentara cina yang dipimpin oleh kublai khan dapat diusir oleh raden wijaya dan pasukan majapahit, karena itu yakinlah wahai saudaraku pasukan majapahit, hanya kalian yang dapat mengusir cina dari nusantara, maafkan bila berita ini salah, tapi mungkin bisa dijadikan pembanding, dan sebagai pengingat bahwa indonesia mampu menjadi negara besar apabila anak keturunannya tidak melupakan sejarah, salam..”

“Dan saya yakin ki santang , bocah angon, dan budak janggutan , dalam pajajaran anyar( nusantara ) mereka berjumlah banyak hanya ratu adil yang saya yakini cuma satu. mungkin sekian dulu berita yg belum tentu benar ini, salam pamit, assalamu alaikum....”


Bersambung...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali