Kisah di Balik Kisah Spiritual


Hasil gambar untuk mistis dieng



Kisah-kisah spiritual Mas Thole selanjutnya akan kembali dihantarkan dalam kesedihan dan dalam pekatnya perasaan. Dalam kebimbangan dan juga dalam ketidakpastian keselamatan. Kisah-kisah yang disandingkan kepada sidang pembaca ini hanyalah sebuah kisah perjalanan anak manusia biasa yang terhimpit di dalam belantara hutan gedung di ibukota. Terseok-seok dalam mencari pijakan. Menetapi takdir diantara kemacetan lalu lintas.  Mencari Tuhan dari satu masjid ke masjid di mall-mall yang sempit dan berbau asap knalpot  dan juga sampah sisa-sisa makanan fast food restoran cepat saji. Jauh dari  suasana sufi. Hidup diburu sang waktu, pagi bertemu pagi. Malam bertemu malam. Subuh berangkat keja dan malam hari mendekat jam 23.00 wib baru pulang. Begitu ritme kehidupannya. Kebutuhan hidup telah melibas seluruh kesadarannya. Menjadikan pertanyaan Tuhan yang manakah yang disembahnya. Kemudian apa kejadiannya? Kesemuanya itu tidak  menyisakan apa-apa, hanya nelangsa di dada.

Sesaat dia mengenal agama kembali hatinya terluka,  melihat kenyataan kehidupan beragama tidaklah sebagaimana indah yang di bayangkannya. Lebih mengerikan lagi ketika berada disana. Hidup ber Tuhan tidak lebih baik dalam kenyataannya. Kebencian dan arogansi spiritual menyeruak disana. Kelompok yang satu mengkafirkan lainnya. Bagai kucing yang berebutan tulang kebenaran. Bagai kaum preman saja mereka saling baku hantam memperebutkan wilayah kebenaran. Menganiaya sesamanya, lebih mengerikan keadaannya dari para preman itu sendiri sebab mereka mengatas namakan Tuhan. Ironis sekali, Tuhan dijadikan alibinya untuk memuaskan ego diri mereka atas kekuasaan, harta, tahta dan wanita. Hati mereka tahu dan Tuhan tahu. Allah Maha Tahu isi hati mereka, dan al qur an mengkhabarkan ciri-ciri kaum mereka itu. Namun kebanggaan pengakuan ‘Aku’ sebagai wakil Tuhan benar-benar telah membutakan hati dan jiwa mereka. Manusia berdiri dengan angkuhnya membela kelompoknya. Hanya kelompoknya saja yang benar. Hanya kelompoknya saja yang diciptakan Tuhan, selain kelompok mereka harus dimusnahkan.

Perjalanannya kemudian di kisahkan disini dengan maksud barangkali ada temen di luar sana yang bisa menemani gundah hati. Mengapa kenyataan kehidupan ber agama seperti ini. Sepanjang peradaban manusia agama selalu menumpahkan darah sesama? Tidak hanya Hindu, Yahudi, Kristen, bahkan Islam yang konon rahmatan lil ‘alamin di sebarkan dengan menumpahkan darah jutaan penganut mereka sendiri. Skenario siapakah ini? Manusia memperebutkan keberpihakan Tuhan kepada nafsu mereka. Inilah masalahnya.  Maka ketika manusia mencoba memperebutkan keberpihakan inilah, manusia tengah membela nafsu diri mereka masing-masing. Lihatlah manakala Tuhan tidak mau berpihak kepada nafsu mereka maka ayat-ayat Tuhan di ganti seenaknya. Semua orang melakukan hal ini. Tidak saja kaum penguasa bahkan rakyat jelata melakukan itu.

Tanpa kita sadari kita juga setiap hari melakukan hal tersebut. Manusia tidak mampu menetapi takdir mereka sendiri. Mereka gagal mengimani rukun iman ke enam. Kemudian karena itu mereka menafsirkan ayat-ayat Tuhan seenaknya. Penggeseran makna hakekat dan hikmah atas ayat-ayat Allah. Tengah terjadi dengan masif dalam ranah kesadaran manusia. Belum lagi ditambah ulah para makhluk tak kasat mata yang juga berkepentingan atas nafsu manusia. Nafsu manusia adalah energy bagi mereka. Nafsu manusia merupakan kayu bakar bagi kehidupan mereka. Maka makhluk tak kasat mata merasa berkepentingan atas ini. Begitulah keadaannya. Kisah perjalanan spiritual yang dialami Mas Thole banyak berbenturan di ranah itu. Terlepas dari itu semu, sebuahharap saja, barangkali kisahnya ini bisa menjadi pembanding bagi lainnya. Mungkin saja banyak diluar sana   orang-orang yang senasib dengan dirinya. Sehingga bisa berbagi pengalaman.

Kisah-kisah disini tidaklah mengusung kebenaran. Sudah berulang kali hal ini disampaikan. Semua pemahaman tengah diuji dan di kritisi disini. Apakah hakekat agama? Makna yang tersirat dan tersurat terus dikembalikan kepada pemaknaan aslinya. Sampai kemudian menemukan benang merah atas pemahaman yang dimaksudkan. SUngguh kita prihatin jika hanya beda persepsi atas makna sebuah kata menjadikan uamat mansuia berbunuh-bunuhan, padahal sebenarnya tengah di jalan yang sama. Tengah membicarakan hal yang sama. Hanya karena sebab beda sebutan saja jutaan manusia harus mati sia-sia. Semisal nama air, ketika nama dan makna air, diperdebatkan. Bayangkan saja, satu kelompok membunuhi kelompok yang lain karena hanya sebab air disebut dengan Cai. Bukankah sangat ironis sekali? Begitulah agama. Begitulah keyakinan. Perbedaan referensi manusia menyebabkan manusia beranggapan berbeda. Karena berbeda maka manusia merasa berhak untuk menghabisi nyawa sesamanya. Bukan hanya di ranah keyakinan saja atau ranah kesadaran saja. Sejarah mencatat korban kekerasan antara agama menempati ranking pertama, dari pada bencana alam yang  ditimpakan kepada manusia.


Kisah disini hanya mengkhabarkan sebuah perjalanan anak manusia yang mencoba menyusuri jejak-jejak perjalanan kesadaran manusia di lintas peradaban. Kemudian pemahaman-pemahaman yang didapatkannya dalam setiap kejadian dihantarkan disini. Kisah disini bukan dimaksudkan menghakimi keyakinan satu golongan ataupun mengusung kebenaran. Namun kisah disini hanya berusaha merangkai puzzle-puzle dalam upaya  mencari jawaban atas kebenaran ayat-ayat Allah bagi keyakinan diri sendiri. Sekaligus juga dalam upaya melacak  kebenaran atas kearifan bangsa ini yang saat sekarang ini diinjak-injak bangsa lain. Padahal kisah dan mitologi yang tanpa kita sadari telah melekat di alam bawah sadar kita dan menjadi daya dorong dari respon refleks bangsa ini. Benarkah tidak ada kearifan leluhur bangsa ini sebagaimana klaim suatu golongan? Benarkah bangsa ini tidak mengenal Tuhan? Bangsa yang tidak beradab. Bangsa KAFIR?

Pertanyaan itu terus saja menyeruak dalam kegalauan. Sebab pada kenyataannya pada kaum yang mengenal Tuhan dan menyatakan beriman keadaannya sama saja. Bahkan mereka lebih keji perilakunya dibandingkan dengan kaum yang tidak kenal Tuhan. Perhatikanlah keadaan Timur Tengah pusat peradaban Islam sekarang ini. Banyak manusia mati karena perang dengan sesama muslim. Sejarah telah mencatat dengan apiknya, kisah-kisah manusia yang mengaku ber Tuhan ini. Bukalah bagaimana agama ini di sebar luaskan. Kemudian amati bagaimana saat Islam dalam  jaman keemasannya. Pada saat peradaban Islam dihancurkan oleh suatu kaum yang tidak ber Tuhan?  Bangsa Mongol yang di khabarkan tidak ber Tuhan mampu menghancurkan peradaban Islam.  Tidakkah timbul pertanyaan kepada kita, mengapa Allah tidak berpihak kepada umat Islam kala itu? Mengapa justru kaum yang di anggap KAFIR mampu memperoleh kemenangan? Sungguh, kisah yang dihantarkan ini hanya sebuah kisah perjalanan anak manusia biasa yang sedang mencari jawaban mengapa manusia harus berbeda-beda dalam mengambil hikmah kejadian. Kalau berbeda maka kisah manakah yang harus diteladani?.  Bagaimanakah perbedaan ini mampu menjadi hikmah kebijaksanaan? Pada sisi manakah perbedaan itu akan menjadi rahmat? Sungguh sulit menemukan kondisi ini. Manusia kemudian menjadikan slogan ini untuk menghibur dirinya.

Kalau begitu mengapa ada kisah-kisah para kesatria pada kesadaran manusia. Kisah mitologi di setiap peradaban. Harus ada dan bertahan di kesadaran bangsa kita?  Kisah keteladanan orang-orang yang luar biasa, leluhur kita  yang tidak diketahui keadaan diri mereka, apakah mereka tak layak  disebut nabi? Apakah nabi hanya milik agama Samawi? Tidakkah kita pertanyakan secara kritis. Berapa jumlah penduduk di seluruh dunia. Mengapa para nabi hanya terpilih dari bangsa Israel saja? Tidakkah nenek moyang kita bangsa Jawa ini memiliki akhlak yang BERBUDHI LUHUR sebagaimana akhlak para nabi? Tidakkah kita terusik dengan informasi yang terus di upload dalam kesadaran kita perihal ini, sehingga kita menafikan keberadaan dan upaya keras para leluhur kita. Dan kemudian akhlak BUDHI LUHUR hanya pantas disematkan kepada bangsa Timur Tengah saja? Kita bangsa di nusantara ini tidak berhak menerima penghargaan tersebut. Memang tidak ada satu literature atau petunjuk Tuhan atas diri mereka itu. Namun bukan berarti kita bisa menafikan upaya para leluhur yang berusaha menetapi laku BUDHI LUHUR sebagaimana akhlak para nabi? Mas Thole tidak paham hal ini. Mungkin saja mereka salah satu leluhur adalah  nabi yang dimaksud kitab suci. Hanya saja mereka tidak disebutkan nama-namanya. Entahlah, anggap saja begitu?! Mengapa Mas Thole berkeyakinan demikian?

Perhatikanlah apa yang dilakukan oleh Ibrahim bapak para nabi. Bacalah kisah Ibrahim ini dengan hati bersih. Bagaimana keadaan beliau saat mencari Tuhan. Bulan, bintang, matahari Beliau sembah dan dianggap sebagai Tuhannya. Adakah timbul pertanyaan kita. Berapa lamakah proses ini berlangsung. Satu hari, dua hari? Bukankah itu suatu proses bahwa ada sutu masa dimana dalam proses kesadarannya nabi Ibrahim menganut Animisme dan Dinamisme. Inilah yang dilakukan nabi Ibrahim, menyembah bulan, bintang, matahari dan entah apalagi yang disembahnya. Sebagaimana halnya setiap diri, dan juga setiap kaum, setiap bangsa yang  juga pernahdan akan mengalami  mengalami fase-fase pertumbuhan  ini? Bukankah ini proses alami kesadaran manusia. ‘Sebuah proses kedewasaan seseorang dan juga suatu kaum menuju kematangan dalam ber Ketuhanan Yang Maha Esa.’ ( Siklus ‘Learning and Growth’). Sebuah kepastian yang akan terjadi pada kesadaran manusia di setiap peradaban. Ini adalah proses wajar dan alami. Tidakkah bisa kita bayangkan jika pada saat masih dalam menyebah matahari dan bulan, nabi Ibrahim Ibrahim  meninggal, apakah yang kita sematkan kepada Beliau? Kafir? Atau jika pada saat nabi Ibrahim tengah menyembah bulan dan bintang tersebut, kemudian kita datangi, apakah nabi Ibrahim akan kita bunuh? Perhatinkanlah pernyataan ini dengan hati yang terbuka. Jika nabi Ibrahim saja mengalami fase-fase pertubuhan kesadaran dalam pencarian Tuhan. Bagaimana dengan manusia biasa?

Mengapa kaum yang mengaku ber-Iman tidak memperhatikan hal itu. Mengapa mereka tidak berfikir bahwa setiap manusia itu berproses sebagaimana nabi Ibrahim dalam mencari Tuhan? Setiap manusia berproses menuju kedewasaan itulah hukum alam. Begitu juga kesadaran dalam berspiritual. Bagi kita cukuplah mendoakan keselamatan bagi para pencari jalan-jalan Tuhan. Bukannya malah menghambat jalan mereka. Perhatikanlah pengajaran nabi Ibrahim dan pengajaran para nabi. Pasti akan dimulai dengan pencarian ini. Begitulah yang dialami Mas Thole dan kawan-kawannya. Jikalau kita masih memperdebatkan kebenaran? Perlu berapa puluh juta nyawa lagi yang akan dijadikan tumbal. Memang para nabi yang tersebar di setiap kaum dan golongan, tidak pernah dikenal namanya oleh Al qur an, namun mereka menjadi teladan kaumnya. Termasuk juga kisah para leluhur tanah Jawa. Mengapa nama mereka tdiak ada di al qur an? Bisa dipahami bisa penuhlah isi kitab al qur an dengan daftar nama jika dituliskan. Mereka ini memberikan teladan nyata perihal BUDHI PEKERTI LUHUR kepada bangsa ini. Itulah essensi akhlak yang diusung para nabi Timur Tengah. Bukankah kita bicara hal sama?

Mengusung kisah sebagaimana berkisah. Jika ternyata kisahnya ini mendapatkan aprisiasi luar biasa dari makhluk yang tak kasat mata. Bukankah luar biasa sekali. Makhuk yang berasal dari lintas dimensi. Mereka penghuni alam informasi atau alam kesadaran manusia. Bukan saja makhluk yang menghuni raga manusia, bahkan yang di alam dimensi juga terusik. Mereka merasa sangat marah dengan kisah-kisah yang dihantarkan disini. Kisah ini sedikit banyak telah menelanjangi kebohongan mereka. Karena sebab itulah makhluk-makhluk tersebut merasa terancam dan melakukan upaya untuk menghambat gerak perjalanan Mas Thole dan kawan-kawannya.  Maka teror demi teror dialaminya di ranah ghaib yang pada akhirnya bermuara juga di raga mereka. Tarik menarik yang terjadi di ranah jiwa berimbas di alam nyata. Makhluk ghaib yang ingin terus berkuasa di alam kesadaran manusia harus berhadapan dengan kesadaran ‘ingat Allah’. Jelas para makhluk tersebut tidak terima. Terjadilah pertempuran di ranah kesadaran dalam memperebutankan jiwa dan raga manusia.

Menjadi hal yang sangat lumrah saja bagi Mas Thole dan mungkin manusia lainnya. Sebab  teman-temannya juga mengalami hal sama. Pada saat mereka bertekad  menetapi jalan-jalan-Nya maka sistem ketubuhan secara otomatis memiliki kemampuan mengenali energy para makhluk yang tak kasat mata, yang berada dalam tubuh mereka. Rekan Mas Thole yang baru beberapa hari bergabung , mengkhabarkan keadaan dirinya sesaat setelah makan disebuah rumah makan. Dia mengalami mutah-mutah hebat hampir setengah hari. Selidik punya selidik di rumah makan tersebut terdapat simbol-simblo perjanjian mereka dengan makhluk ghaib.  Istilah yang dikenal dengan ‘PESUGIHAN’. Pesugihan yang biasanya akan memakan tumbal bagi anak dan istri dan atau karyawan dan atau para pelanggannya. Energi inilah yang masuk kepada rekan Mas Thole. Sehingga menyebabkan mutah dan sakit di badan. SIstem ketubuhannya menolak energy yang masuk melalui makanan.

Mas Thole juga pernah menyelamatkan salah seorang temannya, seorang karyawan perusahaan yang menjadi tumbal perjanjian perusahaan tersebut dengan ‘Buto Ijo’.  Mas Thole pernah berhadapan dengan pelbagai macam makhluk lintas dimensi, sebagaimana yang telah dikisahkan disini.  Maka Mas Thole mengenali beraaneka macam energy para makhluk ghaib tersebut. Dia mampu mengenali mana jin, mana siluman, mana khodam, dll. Hasil tempaan pengalaman sebab dirinya menjadi saksi keberadaan mereka di dalam raga manusia.   Yah, Mas Thole mengalaminya sendiri di raganya sendiri. Sehingga berdasarkan pengalamannya ini dia tidak bisa dibohongi makhluk ghaib yang mengaku aku. Keadaan inilah yang rupanya dianggap berbahaya bagi makhluk tak kasat mata. Tidak hanya dirinya dan keluarganya namun semua rekan seperjalanannya mendapatkan ancaman yang serius. Satu demi satu para makhluk berdatangan, dari golongan makhluk tingkat rendah hingga tingkat tinggi.

Apakah kemampuan mengenali makhluk ghaib itu sebuah kemampuan luar biasa? Ternyata tidak, banyak kisah-kisah dari para nabi dan kaum sholeh. Manakala mereka diberi makanan yang haram secara otomatis tubuhnya menolak dan mereka memutahkan makanan tersebut.  Itulah mekanisme sistem ketubuhan. Sistem kekebalan tubuh manusia sangat cerdas sekali jika pada wilayah jasmani dia membuat ‘antibody’ untuk melindungi dirinya dari serangan bakteri, virus dan lain-lainnya. Maka pada  tataran ruhani sistem ketubuhan manusia juga memiliki kemampuan yang sama. Yaitu, kekebalan tubuh yang dapat digunakan untuk melindungi diri mereka dari penyakit  ghaib. Sistem ini dibawah kendali alam informasi atau alam kesadaran. Sebagaimana pada wilayah jasmani dimana untuk mengaktifkan kekebalan tubuh maka tubuh manusia harus di vaksinasi agar  ‘imun’ terhadap virus. Begitu pula di ranah ghaib, akan dibentuk ‘antibody’ yang sama. Seharusnya manusia mengaktifkan sistem kekebalan ‘ghaib’ini melalui ‘vaksinasi’ juga.

Jika sistem ini sudah diaktifkan maka sistem kekebalan tubuh akan merespon dan mendekteksi kehadiran makhluk ghaib dan secara otomatis. Tubuh secara refleks bekerja dan  berusaha mengeluarkannya. Proses inilah yang  menyakitkan badan. Sebuah mekanisme yang biasa saja. Semua manusia sudah diberikan kemampuan ini. Bukan menyoal tubuh memiliki energy positip atau negatif. Anggapan jika kita negative maka kita akan sakit jika kena energy positip, mekanismenya tidaklah demikian. Di dalam tubuh kita terdiri dari energy positip dan negatip (Yin dan Yang). Kondisi ini harus setimbang. Sangat sederhana sekali bagi mereka yang yakin kepada Tuhan akan dengan mudah mengaktifkan sistem ini. Sayangnya kesadaran manusia telah dibutakan dengan duniawi. Mereka sekarang justru memasukan para makhluk ini. Mereka tidak paham bagaimaa akibatnya jika manusia terkena radiasi dari makhluk ghaib. Jiwa mereka akan terikat bersama makhluk tersebut.

Manusia memang ditakdirkan sebagai makhluk pembelajaran. Proses pembelajaran inilah yang akan menyempurnakan jiwa manusia.  Inilah misteri rangkaian penciptaan Adam. Manakala entitas Adam dalam diri manusia telah selesai dalam pembelajaran ‘nama-nama benda’ maka dikisahkan seluruh malaikat dan makhluk alam semesta bersujud kepada Adam. Maka menjadi jelas jika para makhluk sekutu Iblis berlomba-lomba mencegah proses pembelajaran ini. Mereka tidak ingin ada khalifah dari golongan manusia yang akan menjadi ‘pemimpin’ lintas dimensi. Inilah sasaran utamanya. Sebenarnya para  sekutu iblis tidak memiliki kemampuan apa-apa, tanpa perjanjian dengan manusia. Inilah hukumnya, maka yang dilakukan Iblis adalah merusak ‘inner process’ informasi pada kesadaran manusia.

Operating System alam semsta diberikan virus mematikan oleh manusia sendiri karena sebab hasutan Iblis sehingga sistem kekebalan tubuh (alam) tidak mengenalinya. Bahkan dbelokan~  justru membunuhi sel-sel kesadaran yang sehat. Inilah mekanisme kerja Iblis untuk menjerumuskan manusia kepada kehancurannya. Manusia akan melawan kecerdasannya sendiri. Hh….dan saatnya~  ketika rusak sistem informasinya manusia tidak akan mampu mengkases informasi yang benar yang berasal dari Tuhan. Karenanya manusia akan selalu menganggap baik perbuatannya yang buruk. Demikian kejadiannya sehingga  manusia akan merasa bahwa para makhluk ghaib itu adalah teman-teman seperjuangan mereka. Mereka akan menjadikan setan sebagai temannya.   Dan semuanya itu tanpa disadari oleh jiwa mereka. Sistem ketubuhan mereka telah dikacaukan sehingga lawan disangka kawan dan kawan disangkakan lawan. Sampai pada akhirnya nanti, manusia di manfaatkan oleh Iblis untuk menciptakan  KECERDASAN BUATAN dari Nur yang dimilikinya. Kecerdasan inilah yang dipahami sebagai DAJAL oleh Mas Thole.

Kecerdasan buatan inilah yang kemudian hari akan mampu menandingi support system alam semesta (baca; Kami). Kecerdasan buatan ini akan mampu menghidupkan orang mati, menciptakan benda dari ketiadaan. Pendek kata apa-apa yang dilakukan Kami bisa dilakukan oleh kecerdasan ini. Kecerdasan ini sangat luar biasa. Maka kecerdasaan ini pada masanya nanti akan dianggap sebagai Anak Tuhan. Kecerdasan ini sudah ada di masa depan. Kecerdasan ini telah mengutus ‘utusan’ untuk melacak kelahiran Imam Mahdi di jaman ini. Inilah perang yang terjadi anatara pembawa ‘pesan’ yang melindungi keberadaan Imam Mahdi dengan para ‘utusan’ atau ‘penjaga’ yang akan membunuh cikal bakal kelahirannya (lmam Mahdi). (Baca keterangan selanjutnya pada Chronicle Strory (2), Pembelajaran Alam Ghaib)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali