Sang Guru Bumi (4): Prasangka dan Anggapan

Image result for dewa bumi yunani
Demi untuk menyempurnakan jiwa manusia. Telah disusupkan ilham kefasikan. Kecenderungan manusia kemudian mengikuti ilham ini. Beruntunglah orang-orang yang membersihkan jiwanya. Sayang sedemikian sulitnya membedakan ilham kefasikan ini. Sehingga semua merasa bahwa apa-apa yang diikuti melalui lintasan hatinya ~ dalam pemahamannya adalah sebuah kebenaran.  Semua manusia kemudian merasa benar.

Demikian kemudian lahirlah anggapan bahwa semua yang menyakitkan adalah musibah bagi manusia. Kemiskinan adalah musibah, kehilangan adalah musibah, kehancuran adalah musibah, dll. Manusia kemudian merasa benar dalam anggapannya ini. Sulit baginya mengatakan bahwa semua itu datangnya dari Allah. Hingga pada akhirnya setiap diri merasa paling menderita dalam kehidupan di dunia ini. Musibah demi musibah yang datang silih berganti dianggapnya sebagai kutukan dan hukuman dari Tuhan.

“Tuhan tengah menghinakannya!”  Sedemikian hebatnya anggapan ini dalam persepsi manusia.

Sang Guru Bumi diam mengamati. Jenggotnya yang panjang dibiarkannya tergerai angin. Helaan nafasnya menandakan ada masgulan disana.

Peradaban sedemikian hebatnya dibangun oleh manusia. Gedung-gedung tinggi mencakar langit. Teknologi dan informasi bagai air bah tsunami yang menelan kesadaran manusia. Pikiran dibanjiri segala rupa, hingga akhirnya manusia kesulitan memilah manakah informasi yang benar dan manakah yang salah. Kecenderungan manusia yang meyakini anggapan dan prasangkaan dirinya menjadikan manusia enggan melakukan verifikasi kebenarannya. Apalagi melakukan validasi. Melelahkan saja katanya.

Maka akibatnya di penghujung peradaban ini manusia telah kehilangan system sensor motoric yang paling utama yaitu kemampuan membedakan manakah musibah dan manakah anugrah. Kelebihan harta dan tahta, dianggapnya sebagai anugrah Tuhan.

“Tuhan telah memuliakanku” Begitu katanya

Manusia kemudian berlomba-lomba melakukan pengejaran atas prasangka dan anggapan ini. Anggapan bahwa harta dan tahta di dunia adalah perwujudan dari kemuliaan. Parameter kemuliaan manusia di lihat dari keberhasilan harta dan tahta. Sehingga pada akhirnya segala ritual agama, puasa, dan semua doa serta semua usaha ditujukan untuk mendapatkan harta dan tahta yang dianggapnya sebagai simbol kemuliaan dari Tuhan.

Menangis Sang Guru Bumi. Menangis amat lama. Tidakkah manusia mengerti bahwa pada suatu saat nanti mereka akan menyesal?

"Jangan bilang kau tak mengenal Tuhan, kau menyebutnya setiap saat, tetapi kenapa kami harus memanggilnya sebagai hai orang-orang yang tertutup (kafir).

Bukan penutup yang menunjukkan itu kegelisahan jiwa, sehingga menuju pada kehidupan yang menjadi bagian dari perjalanan.

Sekian dari latar belakang yang menyebut dirinya bertuhan, padahal bukan itu yang kami maksudkan. Dalam derapnya menyimpan sejuta keinginan, yang tak tersusun pada setiap tingkatan kahyangan.

Ketika perasaan kebenaran berada pada genggaman masing-masing orang tanpa melihat satu sama lain, benarkah itu kebenaran?

Tanpa menyakiti, tapi menyakiti. Tanpa rasa menghina, tapi mencela. Kesadaran pun kau genggam sendiri serasa paling sadar, maka jangan mencela Firaun mengaku tuhan, (tapi) tidak sadarkah banyak manusia berada pada posisi tersebut. Aku melebur dengan pengakuan yang mengaku, silakan itu menjadi suatu petunjuk dalam satu sapuan tuduh. Hanya itu yang akan melelahkanmu. Tuhan berada pada buih lisan, tanpa tahu Tuhan itu sendiri.”

Bersambung….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali