Menggugat; Sang Batara Kala (3)

Hasil gambar untuk sang waktu
Aduh...apakah aku tengah diam menunggu waktu? Ataukah waktu yang telah mendahuluiku? Manakah yang benar atas prasangkaan-ku ini. Atau mungkin waktu lah yang tengah mengejarku dan aku telah jauh meninggalkan sang waktu itu sendiri.

Yah, semua serba mungkin sekali. Sebab dengan kedangkalan pemahamnku ini semua hanyalah praduga dalam ilusi sang waktu. “Aku telah sampai di akhir dan waktu telah kutinggalkan.”  Demikian prasangkaanku. Aku tak peduli manakah yang benar. Mungkin saja aku yang telah keliru dan menjadi gila.

Sejak bertemu Batara Kala ada yang aneh dalam lintasan pikiranku. Benarkah aku memasuki dimensi waktu? Ataukah waktu yang memang diam untukku? Atau ada kekuatan lain yang begitu dashyat yang telah menghantarkanku dari satu ujung waktu ke ujung waktu lainnya?

Kekuatan siapakah? Apakah Batara Kala? Entahlah, yang kupahami  saat melintasi dimensi waktu tubuhku mengalami demam yang sangat tinggi. Panas yang sulit kumengerti dan anehnya begitu selesai kutuliskan satu demi satu pemahaman perihal waktu,  demam itupun menghilang, sirna begitu saja.

Seakan-akan dimensi waktu hanya sebuah memori yang menimbulkan hawa panas yang harus segera kukeluarkan. Yah, seakan dimensi waktu itupun sesungguhnya tidak pernah ada sama sekali.

Semua manusia meyakini bahwa waktu yang bergerak? Benarkah waktu bergerak? Lihatlah yang bergerak adalah penanda yang dibuat manusia saja. Tahun 2017 yang bergerak hanya angka di kahirnya saja dan baru berganti menjadi 2018, sebentar lagi akan berganti lagi menjadi 2019. Begitu seterusnya. Pada sistem kalender hanya angka yang berubah. Perhatikan apakah yang berubah dari sang waktu? Tidak ada bukan? Yang berubah adalah bentuk materi ke materi baru sebuah proses degradasi dan deformasi partikel. Materi baru yang disusun ulang dari materi-materi yang sudah usang.

Yah..sesungguhnya materi itulah yang memiliki batas ambang untuk menahan bekerjanya hukum-hukum alam. Hukuk aksi dan reaksi yang bekerja di alam bekerja juga terhadap setiap makhluk. Batu memiliki batas menahan tekanan sehingga lama kelamaan batu akan menjadi tanah.

Setiap organisme memiliki daya tahan yang berbeda-beda. Begitu halnya manusia. Tubuh manusia memiliki keausan yang sudah tertentu. Jika tubuh diberikan asupan yang baik secara fitrah akan mampu menerima beban tekanan hukum-hukum alam secara lebih baik pula. Setiap tubuh manusia terbatas untuk menahan beban tekanan hukum alam.

Proses melapuknya materi inilah yang sesungguhnya dibuat sebagai penanda waktu. Setiap atom pasti memiliki waktu paruhnya. Yaitu waktu diperlukan oleh suatu atom agar meluruh separoh dari masa hidupnya. Demikian halnya tubuh manusia.

Berdasarkan perhitungan kemampuan tubuh manusia akan mampu menahan tekanan beban hukum alam selama 63 tahun. Sebagaimana rosululloh. Dengan beban berat atas umat manusia di pundaknya tubuh beliau hanya mampu bertahan dengan usia tersebut. Allah Maha Teliti perhitungannya.

Jika memang benar sang Batara Kala yang menuntunku memasuki dimensi satu ke dimensi yang lainnya dalam urutan sang waktu, lantas apakah yang Batara inginkan dariku? Aku bukanlah pertapa sakti, bukan pula manusia yang memiliki kelebihan di ranah materi dan juga bukan manusia yang memiliki pengetahuan, apalagi akhlak terpuji. Kekelaman perbuatan dan pikiranku sebab adanya persan sertnya sang waktu itu sendiri yang membiarkan aku dalam lingkaran angan-angan.

Apakah pesan yang ingin disampaiakan sang Batara Kala?

***

Pokok pohon jati teronggok di tengah hutan. Rimbun daunnya kini telah pergi Jalan setapak yang biasa di lalui terkubur kabut. Darah dan jiwaku menyatu di telan bumi. Anganku menari dalam kebimbangan mencari pijakan dalam gamang.

Aku berjalan dengan mata hati. Bernafas hanya dengan tekad. Aku mendaki dengan penuh teka-teki. Apakah ini sebuah ilusi? Rasanya bukan. Pikiranku masih waras bahkan ketajaman sensor panca-indraku makin tajam saja. Sedikit saja energi yang melintas di depanku pasti ku ketahui siapa dirinya.

Tanda tanya gundah hati akankah terjawab? Bagaimanakah kutuliskan kisah ini jika hanya bagian akhir saja yang kuketahui? Apakah para pembaca memahami apa maksudku. Bagaimanakah jika sebuah film hanya ada gambar pembuka dan penutup saja? Layakah film tersebut dinikmati?

Mengapa manusia selalu saja ingin membuka rahasia haib? Ingin tahu bagaimana akhir kejadian dari rangkain perjalanan kehidupannya? Manusia selalu tergesa-gesa sampai di akhir cerita. Manusia tidak sabar mengikuti  proses dan menetapi jalannya cerita, menikmati sensasi melodrama yang menguras air mata. Sehingga disana teasa benar bagaimana jiwa mengalami dinamika. Mengaduk rasa dan juga membangkitkan sensasi indrawi.

Demikian yang terjadi pada sosok maha sakti yang kemudian dikenali dengan sang BATARA KALA. Kemampuannya yang luar biasa membuatnya lupa bahwa akhir cerita adalah wewenang sang sutradara tidak ada satupun manusia diijinkan melihat bagaimana akhir sebuah cerita setiap diri manusia. 

Mengapa sang Batara ingin mengungkap rahasia dirinya sendiri? Ingin mengetahui bagaimana akhir percintaaannya? Aduh...mengapa tetap saja tingkat spiritualitas yang tinggi tidak mampu membentengi dirinya dari amuk rahsa cinta?

Manusia hanya diberikan petunjuk rambu-rambu saja agar dalam menikmati perjalanannya itu tidak tersesat. Rambu-rambu yang sangat jelas terbaca. Manusia juga diberikan sistem navigasi yang luar biasa dimana hatinya memiliki intuisi yang tajam sekali mampu merasakan sesuatu yang akan terjadi di masa depan sebagai ilham.

Masih ada sistem ketubuhan yang ampu menjaga manusia dari marabahaya taitu sistem instinct manusia. Maka mengapakah manusia tidak menggunakan seluruh kemampuannya itu untuk menyelesaikan satu etapa demi satu etapi perjalannya. Satu makom demi satu makom dengan kesabaran agar sampai ke garis finish dengan hati puas tenang dan ridho.

***

Sang Batara Kala ingin menepis anggapan dan prasangka manusia yang menganggap bahwa Batara Kala adalah sosok monster yang suka melahap manusia. Batara Kala adalah manusia yang telah menjalani sisi spiritualitasnya sehingga mencapai level kebataraannya. Sisi kemanusiaannya telah menempati satu makom lebih tinggi yaitu BATARA.  Karena sebab pencapaian levelnya tersebut alam menganugrahi kepada dirinya kemampuan untuk melintasi dimensi waktu.

Namun sebab apa dengan kemampuannya tersebut Batara Kala ingin segera menutup sang waktu, mengakhiri perjalanan setiap manusia? Sehinga manusia dengan sekejap sampai diujung waktu? Bukankah itu menyalahi jalan skenarioNYA? Apakah sebab kecintaanya akan seorang wanita? Ah...jika soal cinta ini tidak hanya Batara bahkan Dewa juga mengadapi problematika yang sama. Karena sebab cinta Dewa diturunkan derajatnya.

***

Dibiarkaannya embun menguap dari kepala. Satu demi satu pemahaman disajikan dalam sebuah harapan jangan sampai ada yang mempercayai kisah ini. Mengapa? Yah, sebab keinginan tahuan manusia yang tanpa batasan itu akan melanggar ketentuan hukum-hukum alam. Siapapun yang memasuki dimensi sang waktu pasti ingin tahu segalanya. Terutama adalah bagaimana nasib dirinya.

Wolohualam bisawab
Bekasi 1610208



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali