Kisah Spiritual, Hilangnya Petunjuk KAMI




"Mungkin saja aku lupa, atau bahkan tak mengerti apa-apa. Ketika duka tak memilih. Ketika raga begitu perih. Mengamati perjalanan ini, menetapi takdir-takdir yang disini. Begitu lamanya keyakinan diri ini. Mencoba mengerti, atas apa yang menghampiri. Lintasan-lintasan penuh misteri. Malam-malam yang sepi tanpa cahaya bulan. Bahkan manakala cinta yang di damba selalu menjadi duri dalam hidup. Semua yang diimpikan kini hilang terbakar. Panasnya menyesak di dalam dada, mau berkata apa lagi. Nusantara baru adakah hanya ilusi sebuah permainan pikiran?

Sejauh manakah pemahaman atas apa yang dilakukan. Harus kemanakah lagi mencari simpul-simpul yang akan memperjelas keadaan. Benarkah apa yang dilakukannya sudah berada pada rel yang benar? Mengapakah keyakinan diri ini harus kembali dipertanyakan? Mencoba bertanya pada langit. Siapakah Satria Piningit yang akan meredam gejolak bumi? Sehingga jaman ‘goro-goro’ ini tidak memakan korban lagi? Tujuh Paku Bumi telah di tanjapkan di pelosok tanah air ini. Dan kemudian telah ditambahkan 4 lagi. Perlu berapa lagikah paku-paku harus ditancapkan, agar bumi tidak semakin bergoyang? Arrrgh…..! Kepala ini terasa sakit, dan hati bagai direjam sembilu. Akankan sia-sia apa yang dilakukan selama 13 tahun ini?. Sakit teramat sakit jiwa ini. Petunjuk itu kini tidak pernah datang menyambangi. Kini dirinya sendiri. Benar-benar sendiri. KAMI seakan sudah pergi meninggalkan dirinya sendiri”

Mas Thole benar-benar tengah nelangsa. Hilangnya rahsa, hilangnya petujuk dan ilham yang biasanya menyambangi dirinya di setiap keadaan kini tengah melanda hati dan jiwa, dan mendamparinya di setiap pagi. Hawa yang sering meliputi dirinya dengan rahsa sejuk dan dingin menenangkan kini sirna.  Apakah ini berarti KAMI telah meninggalkan dirinya? Apakah ini berarti telah selesai pembelajaran jiwa? Sungguh rahsanya tidak enak sekali. Kesendirian ini begitu melanguti. Kesepian ini begitu menakuti.

Maka dirinya teringat saat mana Rosul kehilangan rahsa seperti ini. Rosul kala itu ber ulang kali menuju ke atas bukit dan berkali-kali mencoba untuk menjatuhkan dirinya. Jibril selalu datang menemani, meyakinkan dirinya. Sungguh rahsa dijauhi dari ilham, dari petunjuk, dan hidayah rahsanya lebih dahsyat dari mati itu sendiri. Rahsa kebalikan yang menerjang, rahsa kalut, bimbang, tak memiliki pegangan. Rahsa itu bagai tsunami yang menghilangkan keyakinan diri. Duh, mengapakah ini menjadi misteri?

Perjalanannya ke Candi Cetho seyogjanya akan di lakukan di minggu ini, entah apa sebabnya mengalami penundaan lagi. Kesalahan ada pada tanggal tiket yang dibelinya. Entah mengapa yang tercantum tanggal minggu depannya lagi. Bukan tanggal di minggu ini. Sialnya Mas Thole juga tidak melakukan cek ulang saat membelinya kemarin ini. Tiket yang dibelinya di sebuah agen salah mencantumkan tanggal pemesanan. Apakah itu kebetulan? Mengapakah semua ini harus terjadi. Mau menukarkan lagi, rahsanya enggan sekali.  Sehingga mengakibatkan dirinya dalam penantian. Berada dalam kesepian yang terasa sangat panjang sekali.

Bumi dan langit sudah tidak merespon dirinya. KAMI seakan sudah tidak peduli lagi atas apa-apa yang akan dilakukan oleh para Kesatria. Seakan semua kesatria sekarang ini dibiarkan sendiri. Petunjuk dari KAMI tidak ada lagi ! KAMI benarkah telah meninggalkan dirinya. Mengapakah begitu sepi? Mengapakah hidup ini seperti mengarungi sebuah kesenyapan. Siksaannya seperti memasuki lorong hitam kesadaran.

Sepertinya begitulah keadan Mas Thole sekarang ini. Mas Thole harus berusaha sendiri. Tiada lagi KAMI yang selalu memberikan petunjuk. Mas Thole harus menggunakan kecerdasan akal dan kecerdasan hatinya sendiri untuk mengurai kejadian dan keadaan di bumi ini. Jika dahulu Mas Thole di berikan pendamping maka kini tidak ada lagi. Mas Thole harus menggunakan kemampuannya sendiri. Kemampuan yang sudah diberikan Tuhan pada setiap diri manusia. Dan manusia harus mengolah kemampuan itu. Demi peradaban manusia.  

Pengajaran demi pengajaran terus menusuki. Bagaimanakah jiwa Mas Thole mampu lepas dari belitan rahsa. Bagaimana Mas Thole mampu membedakan mana nafsu yang di ridhoi dan yang tidak. Semua harus dilakukannya sendiri. Jika dahulu dirinya di bantu agar mampu melepaskan diri dari nafsunya, kini tidak lagi! Instrumen ketubuhannya harus mampu memindai nafsu-nafsunya sendiri. Mas Thole harus semakin mengenali seluruh entitas ketubuhannya dengan benar. Maka rangkaian pembelajaran dari Ki Ageng akan disandingkan disini. Menjadi arah dari manakah seharusnya jiwa manusia belajar.

+++

“Pertanyaan, bagaimana supaya Ha dalam diri mampu lepas dari wa dan bergabung dengan Ha alam?


Yang dilakukan adalah dengan cara Nabi Yusuf saat wa (nafsu) itu menguasainya.

Berserah diri total. Ya Allah nafs ini hanya mengajak keburukan dan aku tak mampu menguasainya

Bila tanpa pertolonganMu … maka tunggulah nur atau cahaya Allah yang disebut sebagai “Burhan” atau pencerahan

Pencerahan adalah keadaan dimana dari gelap mendadak ada cahaya dan kita melihat apa yang tadinya tak bisa dilihat (gaib)

Jiwa ini bukan kita yang menguasai tetapi ada yang meliputi ada yang menguasai, coba kalau merasa mampu menguasai
Tahan pada saatnya mengantuk atau bila maut datang


Seluruh proses perjalanan spiritual adalah: PENYUCIAN JIWA untuk melepas wa ini dan agar mendapat cahaya (nur)
Yaitu berakhlak mulia (nun) dan mampu menetapi takdirNya dengan suka cita (ridho) yaitu mengenal ra
Sehingga mampu harmoni dengan alam semesta (Ha)

Inilah proses yang Allah lakukan untuk: MENYEMPURNAKAN JIWA kita

Tunduk dan ikuti saja proses ini dengan patuh

Lakukan sebagaimana seorang “BUDAK”
Yang akan disempurnakan oleh Majikannya

Modalnya hanya: PATUH, PERCAYA, dan mengikuti kemauan majikan dan berusaha terus untuk menyenangkan majikan

Tetapi ingat bukan menurut kemauan si budak itu
Apa yang menyenangkan hati budak itu, belum tentu menyenangkan majikan

Lakukan apa saja yang dikehendaki majikan, karena budak bukanlah seorang yang bebas


Dan Majikan kita adalah sang Maha Diraja yang adil bijaksana
Dan penuh pengetahuan
Janganlah merasa tahu dan bisa

Tetap ikuti saja sebagaimana budak
PATUH, PERCAYA dan berusaha menyenangkan MAJIKAN

Yakinkan bahwa MAJIKAN tengah menyempurnakan si budak


TUHAN tengah menyempurnakan JIWA kita


Demi jiwa dan penyempurnaannya

Dan proses itulah yang sedang dilakukan olehNya, kepada kita bila kita sadar

Semoga  kita termasuk yang sadar dan mau bersyukur atas rahmatNya


Dan sungguh itu jalan mendaki lagi sulit

Kecuali bila Allah menghendaki



Burhan, coba dikaji lagi. Ba… dan ra lalu Ha dan nun

Untuk membebaskan wa, perlu ra dan ha juga nun
Dan diawali dengan Ba

Coba buka dan beberapa symbol tentang Ba ra Ha dan nun.

Masuki dan fahami satu demi Satu
Maka akan mampu memasuki ke dalam makna dari symbol

Ba itu sebuah niat yang kuat kepada Allah yaitu symbol dari Bismillahi rohmani rohiem.

Untuk menemukan ra lalu ha lalu nun

Nanti akan seperti mata rantai
Dari arah mana saja akan bertemu hal yang sama



Burhan Ba ra ha nun
Coba renungkan ra ha nun (ruhani)

Nun adalah cerminan atau cahaya dari nur
Nur adalah cahaya seumpama cahaya bulan
Sedang sinar adalah seumpama matahari (langsung dari sumber cahaya)
Sedangkan nur adalah cerminan atau pantulan dari sesuatu
Bulan semisal qolb, sudah dijelaskan sebelumnya qof lam Ba

Bila qolb menjadi cerminan maka disebut qolbun qof lam ba nun
Qolbun mutmainah atau qolbun yang lain tergantung sinar
Missal qolbun mayit hati yang mati, yaitu  kegelapan atau hati yang tidak bisa memantulkan cahaya
Atau qolbun salam adalah hati yang damai


Coba renungkan nurin ala nurun ada 4 nun dan ada dua ra
Maka ra ha yang menjadi nun atau ruhani
Akan bersinar menjadi nurun atau nurani atau cahaya hati

Maka dengankan bisikan nurani karena disitulah cerminan cahaya di atas cahaya

Coba renungkan pula nun ha (atau nuh)
Coba renungkan pula ra ba atau rob bila diubah dari Ba ra
Bil aba ra bergabung dengan nun dan Ha
Menjadi Ba ra nun ha atau Ba ra ha nun (Burhan)

Kenali satu demi entitas

Dan kenali ketika bergabung

Maka kita seperti bermain puzzle dan memaknai ayat-ayatNya


Sayang dari semua huruf ini, baru bisa memaknai sepertiganya saja

Dan inipun baru pembukanya saja atau masih teramat awal

Mari sama-sama merenung


Coba maknai apa saja

A La M
A Mi N (Juga I Ma N)

A Ma L
Na B

Ru Hu L
Qa D R

Ra S L

I Q Ra

Hu Da L

Nu R
Nu Ru L
Nu Ri N

Qo L B
Qo L Bu N


Dan banyak lagi puzle-puzle, kita bisa membaca Al Quran hanya dengan merasakan kata yang terkandung di dalamnya.”

+++

Mempelajari al qur an. Mengulang pembelajaran, itulah yang harus dilakukan sekarang ini. Melakukan eksplorasi lebih dalam lagi untuk mengenali. Menjawab pertanyaan "Mengapakah sekarang jiwa rahsanya begitu melangut. Kesepian dan kesunyian mengapakah begitu menghiasi". Sungguh jaman ini jaman yang akan mampu menipu setiap jiwa. Maka benarlah “Hanya Allah tempat berlindung” Sebab KAMI sedang mengurusi urusannya sendiri. Sudah cukup jikalau kemarin ini KAMI selalu mendampingi perjalanan para kesatria. Kini semua terserah Allah saja. Maka tiadalah pertolongan kecuali (rahmat) Allah. Gunakanlah kemampuan diri untuk menetapi. Hanya itulah pesan.


wolohualam

Komentar

  1. Ya, memang demikian adanya. Dari void menjadi titik. Dzat. Titik menjadi huruf, rangkaian simbol pertama sudah ada Asma dan Sifat, lalu menjadi kalimat, telah mewujud menjadi af'al. Keseluruhan rangkaian penciptaan menurut kajian simbol-simbol ini juga memberikan kita kunci2 memahami sifat2, karakter manusia dari nama-nama seeorang, beserta jalur "perjuangan" seseorang untuk mencapai Nun. Wallohualam

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali