Prasangka Hati Merajai
“Kalau kau masih punya perasaan, mengapakah bunga kau buang di jalanan.
Kalau masih punya rasa iba mengapa perahu kau dayung sendirian. Akan kemanakah
engkau berlabuh sementara laut seakan tak bertepi.” Berkata Putri
…
“Duhai Putri, tak berbuih
samudra (adalah) isyaratkan dukamu. Kala diammu hening, cakrawala , ingatanmu
merobek bulak bulan di singgasananya .”
…
Airmata menetes, mutu manikam , jatuh
berserakan, tercecer di bawah mata kaki.
Luruh bersimpuh jiwa, tak kuasa
menahan luka.
Tubuh bergetaran, isak, marah,
kesedihan dan kepedihan.
Lirihnya saja terdengar. Menanda
langit tercabik tangan srigala
Aroma belukar dalam lintasan
prasangka..
Dan MURKA..!
…
Betapa sedih terasa, yang dulu hijau
kini memerah
…
“Putri kekasih istana, tiadakah
berbelas kasih,
Lhatlah ! Telor-telor yang
dierami enggan menetas. Burung-burung yang terbang telah melupakan sarangnya. Angin
bergerak tak tentu arah, menjadi pusar tornado. Kupu-kupu kehilangan kepak
sayapnya. Tiada berjejak suara. Begitu juga indah panorama.”
…
Sahdu berkata
pemuda. Matanya nanar, dukanya terpendam. Ingin rahsanya menjadi salju, demi
memadamkan bara api amarah kekasih hati. Air matanya tertahan di matanya.
Di palingkan wajahnya
memandang sang Hafizs, matanya menatap penuh belas kasihan. Mencari jawaban
dari mulut bijak sang musafir lalu
…
“Biarkan mereka tersenyum, biarkan mereka tertawa. Janganlah sedih dan
jangan simpan tangismu. Biarkanlah berlalu. Tiadalah ombak samudra perkasa
manakala dirinya membentur karang. Kau jangan termenung, pasti akan sampai
gunung kau daki. Sungai masih mengalir, daun masih berganti. Mengapa berhenti
kini? Bukalah jendela hiruplah semerbak wangi dunia. Dan kau tidaklah sendiri,
masih ada Tuhan menyertai. Langkahkan dengan pasti gerak hidupmu”
Berkata angin menyahuti,
dan sang Hafis hanya tersenyum saja. Tak dihiraukan ramainya alam pikiran dan rahsa
manusia.
…
“Mengapakah dunia tampak
nista, bukankah takdir berkuasa atas segala sesuatu?
Iba telah abaikan
semua..
Langkah kalian, sembunyikan
hati, heh..
Begitulah keadaan manusia,
mereka berduka atas apa-apa yang terlepas dari tangannya. Namun kebalikannya
mereka berbanga-bangga atas apa yang didiperolehnya, seakan-akan mereka tidak
pernah sekalipun berdoa kepada Tuhannya untuk itu”
…
Biarlah hitam menjadi
hitam,. Jangan harapkan jadi putih. Biarlah rembulan diatas sana, jangan
harapkan turun kesini.
…
“Wahai pemuja hati,
telah berlaku ketetapan Allah atas setiap diri manusia. Barang siapa lalai dari mengingat-Nya maka akan
dikirimkanlah setan sebagai temannya. Setan itulah yang akan selalu mendampingi
hatinya. Mengobarkan segala rahsa, menjadi seakan benar keadaannya. Begitulah
manusia ber prasangka atas kehendak-Nya. Maka manusia akan merasa benar dalam
amarahnya, dalam sedihnya, dalam nestapanya, dan dalam bergolakan diantaranya.
Manusia lupa bahwa sesungguhnya rahsa-rahsa itu datangnya dari setan.”
Berkata Hafizs, tidak
menghiraukan sang pemuda yang bergetar relung hatinya.
…
Sejuk terselimuti,
kesadaran menjadi sebuah makna hakiki, mewarnai pemahaman, bahwa semua kejadian, semua keadaan datangnya atas
kehendak-Nya. Dialah yang berkuasa membolak balikan hati.
Maka tiada patutlah dirinya menjadi salju untuk
memadamkan amarah kekasih hati.
Sebab hakekatnya tiap-tiap diri sedang dalam pengajaran cinta-NYA
…
“Berkunjunglah dalam kelas pengajaran-Nya.
Maka engkau akan mengerti”
Berkata hafizs meninggalkan mereka.
Nampak awan putih
menyelimuti, mengiringi hilangnya Hafizs dari
pandangan.
Alam kembali diam dan
sepi.
...
Wolohualam
Komentar
Posting Komentar