Kisah Spiritual, Amanat Galunggung (1)


Hasil gambar untuk singosari


Malam memasuki isya, saat tidak ingin hati menggerakan jari jemari untuk menuliskan kisah spiritual lagi. Email yang masuk dari salah satu kesatria membuat dirinya terhenyak. Orang masa lalu menyapa. Dalam kisaran sepersekian detik sang waktu memberitahu. Saatnya memasuki babak kisah baru. Menelisik bagaimana kejadian masa lalu. Sehingga kerajaan-kerajaan besar di tanah air berguguran bagai daun kering di makan ulat. Siapakah kesatria itu? Angan menjelajahi pikiran, mencari detail kisah yang layak disandingkan. Bagai layar sejenak kesadaran berhenti. “Benarkah itu Singosari?”  

Api membelah angkasan, percikan lelatunya mengudara. Jerit tangis menyadarkan bahwa semua itu hanyalah lintasan masa lalu. Sejenak dibiarkan kesadaran memasuki lorong waktu memasuki sebuah dimensi yang tak asing bagi Banyak Wide. Singosari!.

Lintang Selatan di Khatulistiwa


Ketika petang, semua berjalan dengan tenang. Tak ada yang menjala ikan atau menuai sadapan tanaman untuk kebutuhan sehari-hari. Lintang Dharma berjalan di antara dua pematang jalan, yang terjal oleh jurang dan hutan yang menggelap oleh ribuan pepohonan. Semua diam ketika Lintang Dharma lewat, tak ada yang berteriak atau menjawab dari setiap binatang atau pepohonan yang dia sapa dalam diam. Kenapa semua berada dalam keheningan? Lintang Dharma terus berjalan menelusuri jejak langkah kaki manusia yang menuju sebuah pemukiman, yang tak lama lagi terlihat jelas di antara dinding tebing dan rimbun pepohonan.

"Ini tempat manusia, berjalan dalam olah raga dan jiwa. Menerpa semua perjalanan dengan cinta dan emosi yang menggebu pada setiap tarikan napas yang terhembuskan di antara sang Surya dan rembulan."

Lintang Dharma terus berjalan, menuju gerbang suatu desa, yang letaknya tak jauh dari pohon Gerba yang menjulang di antara rimbunan bambu yang menghiasi setiap tirai bumi.

"Ketika kau memasuki suatu desa yang menjadi suatu kerajaan adisapura, maka rengkuhlah bintang dengan keduatanganmu wahai Adinda," tutur Hyang Batara Surya.

"Indra yang ada padamu menjadi bagian dari setiap keadaan yang menjadi bagian dari titik kehidupan di dunia. Semesta berada dalam genggaman, tetapi semesta bukanlah milikmu, Lintang Dharma. Maka itu menjadi perjalananmu dalam menemukan semestamu di bumi khatulistiwa," lirih Dewa Dirgantara.

"Iya, aji santi, rakyi banti, wikyu dati," pesan Dewi Suroswati.

Sepeninggal masa yang Lintang Dharma berada di dalamnya, ia pun berjalan menuju perjalanan dengan segenggam tongkat sebagai penunjuk arah dari setiap langkahnya.

“Aku titipkan tongkat ini kepadamu, Lintang Dharma. Ikuti langkahmu dengan menelusurinya pada setiap tahapan dari langkah-langkah tongkat yang menyertaimu ini. Tongkat ini tidak sakti, apalagi dapat menjadi alat untuk membunuh atau menyakiti, alat ini hanya sebagai penunjuk, yang menuntun kata hati, sehingga menjadi penetapan dalam perjalananmu nanti," Ujar Batara Giri.

"Bila ada yang melihatnya sakti, itu hanya fatamorgana Indra. Sesungguhnya dia hanya makhluk biasa, sama seperti kita," ujar Guru Wasyesa. "Tiada daya dan upaya, semuanya hanya kehendak Tuhan Yang Maha Esa, Allahu subhanahuwata'ala." Lanjutnya.

Lintang Dharma terus berjalan, sehingga dia memasuki gerbang desa.

"Siapa kisanak yang masuk desa kami dengan sebilah pedang indah yang kau pegang itu," teriak seorang warga yang bernama Damar Muti kepada Lintang Dharma.

 Melirik tongkat yang dipegangnya, Lintang Dharma heran kenapa yang menyapanya menyebutnya sebagai pedang.

 "Ini bukan pedang, hanya tongkat biasa," kata Lintang Dharma heran.

"Jangan berbohong, itu pedang indah. Aku harus bilang pada sang raja yang sedang kehilangan pedangnya. Mungkinkah itu pedang yang hilang?" Teriak Damar Muti.

"Ini tongkat, bukan pedang," tegas Lintang Dharma masih dengan keheranan.

Tak lama, satu pasukan orang dengan berseragam hitam menghampiri, dan mereka membentuk posisi untuk menyerang Lintang yang merasa heran dengan sikap mereka.

"Ini Singosari, maharaja sedang mencari pedangnya yang hilang. Mungkinkah kamu yang mencurinya?" Kembali teriakan terdengar.

"Aku bukanlah pengabdi, aku hanya pejalan dengan jalan yang tak bertepi. Jalanku memang untuk bertemu rajamu, pertemukan aku, dan akan kuberikan tongkatku," ujar Lintang Dharma memberi kabar.

Suatu gertak gerak pasukan yang memang sudah siap, memenuhi setiap gerak Lintang Dharma, mengepungnya dalam satu sikap langkah kaki yang tertera.

"Inikah pasukan Raja?" Gumam Lintang dalam diam. Bergerak seirama, melangkah dengan cepat.

Lintang Dharma bersama mereka, menuju istana Kerajaan yang berada di tengah pemukiman. Semua melihatnya keheranan, tak satu pun yang mengabaikan paras Lintang yang berjalan di antara serdadu prajurit kerajaan.

"Aku bermimpi di antara dua langit yang tertera aku berada di antara keduanya, semua terlihat indah dan kusam berbaur dalam pandangan yang aku pun tak mengerti akan pandangan mataku." Ujar Raja, yang bernama Rakyan Mangku Tekra Arya Wardhana.

"Jangan terlalu dipikirkan mimpi paduka. Hamba mendapat kabar, pemegang kunci harta Karun sudah dipegang oleh bocah tengil." Kata Aditya Wikram Yadhu.

Semua hadir untuk berpadu, namun ego masing-masing hadir di antara rangkaian galaksi
               
***

Scene adegan itu bagai penggalan waktu. Memburu dan terus menyerbu alam kesadaran. Memaksa Banyak Wide bertahan untuk tidak muncul di alam kasat mata ini. Ada apa dengan Singosari. Mengapa lintasannya kini kesana. Sebab apa seorang kesatria menghubungi dan mengkisahkan kejadian yang sama. Apakah kembali ini ilusi. Keengganan mengkisahkan hal-hal yang seperti kebetulan ini bukan tanpa sebab. Tuduhan yang dialamatkan kepada tokoh-tokoh yang dikisahkan disini bukan main-main. Mereka disangka modus, mencari sensasi dan juga ketenaran. Kemudian dengan spiritual yang mereka jalani melakukan manipulasi disana-sini. Sungguh keji sekali tuduhan itu. Tidak bosan dan lelahnya mereka mengumbar kebencian disana-sini. Biarlah itu urusan mereka. Kehancuran Singosari dalam lintasan yang tak bisa dipahami. Maka lebih baik dikisahkan lagi. Agar manusia terkini mampu mencari hikmah tersembunyi.

Sebuah mimpi yang aneh mengawali kisah ini. Sebagaimana kisah-kisah yang disajikan disini. Kisah spiritual Mas Thole yang juga berawal dari mimpi. Kisah ini akan disandingkan lagi. Kejadian masa kini yang akan terkoneksi dengan masa lalu. Singosari diambang kehancurannya. Kisah ini akan membawa sidang pembaca kesana ke masa di jaman  Singosari.  Singosari di bawah pemerintahan Raja Kertanagera.

“Saya pernah mimpi diajak almarhum kakek saya (seorang guru ngaji di kampung) naik keatas gunung/bukit. Secara tiba2 kami sudah sampai ke puncaknya, berupa lapangan rumput yg luas, suasana terang benderang padahal dalam mimpi itu kondisi alam sedang gelap/malam. Lalu dlm mimpi itu beliau menunjuk ke langit yg tiba2 seperti tersingkap, terlihat berbagai planet2. beliau seperti memberitahukan nama2 planet/bintang2 itu (saya lupa detilnya).

Beberapa bulan / minggu kemudian saya mimpi seperti sedang di padang pasir. tetapi suasananya sejuk, tdk panas. saya sedang duduk2 diatas pasir, lalu tiba2 saya lihat diatas bukit ada sekelompok penunggang kuda. pakaian mrk spt orang2 arab, bersorban dan jubah. Ada 1 sosok yg sampai saat ini masih saya ingat wajahnya. Beralis tebal, antara dua alis terdapat bulu2 halus, sehingga terlihat alisnya samar2 seperti tersambung. Wajahnya agak lebar. dan badannya tidak terlalu tinggi tapi tegap dan berbahu lebar.

Setelah mengalami mimpi2 itu, saya ingat, hampit tiap saat mau tidur, leher saya sering terasa geli, sampai2 saya harus memegangi leher saya dengan  jari2 tangan (seperti mencekik diri sendiri) agar rasa geli berkurang. Kondisi spt itu saya alami terus sampai saya masuk SMA . Selanjutnya setelah bertahun2 lamanya tidak ada lagi kejadian2 aneh. Sampai pada suatu waktu, pada saat saya tamat kuliah (2002) dan sedang mencari kerja.

Saya ingat betul saat itu saya tidak sedang tidur/bermimpi. Saat saya selesai mengaji dan zikir (hanya baca basmalah 100x..krn saya merasa nyaman dan 15 menit bisa selesai) saya berbaring dikasur, mata saya terpejam krn mengantuk. tiba2 dalam kondisi terpejam, saya seperti melihat asap/awan bergumpal bergerak dari sisi kanan mata saya. setelah itu tiba2 asap/awan itu seperti berpijar sangat terang, menyilaukan. Lalu dibalik cahaya itu ada sesosok wajah kakek tua. rambutnya sudah beruban panjang sebahu, bermisai (kumis) panjang melewati bibir dengan sorot mata yg tajam. saya ingat sekali, matanya itu bergerak kekiri dan kekanan seperti sedang memperhatikan sesuatu tetapi tidak melihat ke arah mata saya. lalu lintasan gambar tersebut tiba2 menghilang.

Setelah kejadian malam itu, pada malam2 selanjutnya, bila saya sedang memejamkan mata dengan kondisi rileks, saya seperti melihat suatu tempat/bangunan/ruang yg saya tidak kenali. awalnya lintasan gambar itu spt garis2 cahaya putih atw biru/violet yg lama2 membentuk bangunan/ruang atw benda tertentu. bertahun2 kondisi spt ini sering saya alami, tetapi saya tdk cerita ke siapapun, krn keluarga saya sangat otoriter dan keras dlm didikan agama.

Bertahun2 berlalu, beberapa kejadian aneh sering saya alami. Singkat ceritanya saya berumah tangga dan memiliki 2 anak perempuan. Seiring berjalannya waktu beberapa kejadian, musibah dan kepahitan sering saya saya dapati, entah itu kesalahan saya, atau sering juga saya ketiban masalah yg ditimpakan ke saya. Saya merasa hidup saya penuh kesesatan dan kemalangan.

Beberapa bulan ini saat kondisi tenang dgn mata terpejam saya semakin sering melihat lintasan gambar yg semakin jelas dipelupuk mata. Kadang seperti lorong atw jajaran gerbang/gapura, kadang terlihat lemari2 antik yg aneh bentuknya. Diantara lintasan penglihatan itu, awal November lalu saya melihat asap putih mengepul lalu tiba2 asap tersebut berubah menjadi tulisan SELAWAT atau mungkin SELAMAT krn hurufnya ditulis dari atas kebawah spt ini:
S
E
L
A
W
A
T
Lalu dalam batin saya berkata: tdk jelas, saya tdk paham. Lalu tulisan tersebut berubah menjadi deretan angka: 111111111111 entah ada berapa angka 1nya.

Sering juga saya melihat kilatan cahaya, berwarna biru, kadang putih dan kuning di sekitar badan saya atau di dinding apabila saya sedang solat atw berzikir.

Yang sangat mengganggu dan meresahkan saya saat ini adalah sering secara tiba2 saya merasa sedih yg amat sangat, atau rasa cemas yg berlebihan. Sehingga saya sangat malas utk bertemu orang2, karena sering hati saya merasa sangat tdk nyaman  apabila bertemu dgn beberapa orang2, tapi anehnya dgn org2 lain hal seperti ini (tidak nyaman,gerah) tidak saya rasakan.

Ditambah lagi seringkali seperti ada dialog di batin saya, yg diantaranya seperti memberi petunjuk. Diantaranya: besok paksakan puasa, bersihkan badan, takbir, baca alquran surat itu, sabar. yakin lah dgn kebesaran Allah. Atau kadang memperkenalkan sesuatu seperti: nanti ada sesepuh mau datang, tdk usah takut. Dan selanjutnya  saat saya berzikir atwpun duduk diam, akan ada lintasan penglihatan dipikiran saya sosok sesepuh yg disebutkan tadi. dan berlanjut dgn dialog singkat dibatin saya dgn sesepuh tersebut, biasanya mereka suruh saya istigfar dulu, baru kemudian menyampaikan berita yg mereka bawa, biasanya berupa teguran atau masalah yg sedang saya hadapi.

Pernah di hari minggu pagi, saya sedang malas2an berbaring dikamar dgn anak dan istri, tiba2 dari arah pintu masuk seberkas cahaya sebesar batu bata melesat masuk tepat didepan saya, dan langsung menghilang. Dan anehnya, ternyata istri saya juga melihat cahaya itu.

Kondisi terakhir saya saat ini, setelah saya baca2 dan pahami diantaranya sharing pembukaan hijab dan selendang 7 bidadari, saat berzikir terutama takbir, punggung sebelah kanan dan tangan kanan seperti ditiupi angin dingin, sangat nyaman tetapi saya merasa kondisi saya makin sangat tidak normal. Rasa dingin itu sekarang ini semakin menjadi. Saat sedang duduk2 atw makan pun sering sensasi itu terasa. Sering tiba2 jam 2-3 pagi buta saya terbangun sendiri krn kaki saya seperti ada yg menarik dgn keras. Lalu ada bisikan dihati: zikir, solat. Tapi saya lawan, saya bagaimana saya saja, jangan mengatur. Krn saya sudah bosan dan muak dgn keadaan seperti ini.

Apakah saya hampir gila? Saya sudah berdoa agar diberi petunjuk jalan yg Allah ridoi dan rohmati, agar saya diselamatkan dari kesesatan. Tapi sensasi2 malahan semakin kuat,  kepala berat seperti mabuk energi, rasa dingin dibadan dan lintasan2 penglihatan. Malahan semalam saat saya sedang zikir, ada dialog dibatin saya agar saya membaca tentang darmasiksa dan ragasuci padahal saya blm penah tau ttg nama2 tersebut.”

***

Dharmasiksa, Manik Angkeran,  nama yang tak asing bagi Banyak Wide. Manusia boleh disebut dengan banyak nama yang berbeda waktunya. Namun sejatinya mereka itu  ruh yang satu. Alam kesadaran mengenali mereka. Ibarat manusia yang berganti-ganti baju. Setiap baju ada namanya sendiri-sendiri sesuai dengan budayanya. Hhh..kemunculan tokoh ini tengah dinanti-nanti. Dharmasiksa dengan sederetan petuah-petuahnya. Didalam naskah Carita Parahyangan diceritakan, Darmasiksa, atau ada juga yang menyebut Prabu Sanghyang Wisnu memerintah selama 150 tahun. Sedangkan di dalam naskah Wangsakerta menyebut angka 122 tahun, yakni sejak tahun 1097 – 1219 Saka atau 1175 – 1297 M. Konon kabar sebagai bahan perbandingan ada 10 penguasa di Jawa Pawathan yang sejaman dengan masa pemerintahannya. Ia naik tahta 16 tahun pasca Prabu Jayabaya 1135 – 1159 M, penguasa Kediri Jenggala Wafat, iapun memiliki kesempatan menyaksikan lahirnya Kerajaan Majapahit (1293 M).


Bersambung...

Apakah hubungannya Lintang Darma dengan Dharmasiksa? Apakah dua email kesatria yang disandingkan didalam kisah ini kebetulan saja? Tiada yang tahu siapakah nama sesungguhnya dari Dharmasiksa sewaktu muda. Kisah ini akan membuka misteri dan rahasia yang melingkupi Darmasiksa. Kehancuran Singosari menjadi awal dibuka kisah ini....

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali