Episode Kupu-kupu Kertas (3), Pusaran Sang Waktu


Hasil gambar untuk pusaran waktu
“Alam berada dalam posisinya, jangan terlalu berprasangka pada alam. Alam bergerak mengikuti sistem atau siklus yang berkaitan dengan manusia. Bicara alam, maka bicara diri sendiri. Lihatlah pada diri, maka alam mengikutinya sesuai dengan kehendak dan perbuatan diri.”

“Sekali lagi, jangan menyelahkan alam, lihat saja diri sendiri”

+++

“Sesuatu akan terjadi dengan seiring sang waktu. Sebuah debu akan bertalu berpadu dalam kisaran yang memecah sembilu.”

“Bukan hakmu menguraikan alam. Kembalilah wahai Sang Windu”

“Bukan disini tempatmu menasehati ku”

“Biarkan aku bicara pada sang Waktu”

“Benar bahwa alam pada kisaran nya. Namun alam kesadaran sedang menunggu.”

“Alam kesadaran manusia tengah dalam kesunyian yang membahayakan alam semesta.”


+++

Diamnya angin dan hujan, diamnya menandai kesadaran yang tengah disibukan dengan waktu. Waktu yang memburu, disela kesenduan dan kepiluan yang menyeruputi kejemuan atas kehidupan manusia. Lihatlah ke seantero nuswantara. Lihatlah gema yang bertalu-talu. Semuanya hadir dalam kehadiran, seluruh entitas  telah datang, dari seluruh dimensi telah terbuka gerbang. Sang Waktu telah memutar kembali. Roda telah berputar dan siap menggilas apa saja. Manusia diambang petaka. Kehancuran akhlak dan juga perilaku manusia. 

“Sang Waktu berlalu begitu Sang Wisnu mengabarkan tentang waktu yang menuju ambang petaka bagi alam manusia. Sang waktu menunggu titah dari Sang Maha Raja Dirgantara untuk memecahkan buana, karena dalam genggamannya terdapat tombol kematian dan kehidupan.”

“Itukah Sang Waktu yang berlari kencang mengejar sang darma, yang berlomba mencari keadilan bagi manusia yang berada di panca buana.”

“Semuanya akan lenyap, Sang Prabu. Tutur Dharma dalam sahdunya”.

“Tidak Dharma, itu hanya beberapa yang ada dalam genggamanmu, kata Batara Kala menghardik Darma yang mengadu.”

“Tentu tidak semua sama yang seperti kita harapkan. Tutur sang waktu.”

“Dia berjalan menghadap Sang Prabu... Nun, dimana cahaya itu akan menaungi bagi sang pemilik waktu. Allahu Akbar.”

“Sang Prabu setuju, maka nun yang akan menyelamatkan bahtera buana itu”

“Sang Waktu pun kembali dalam titah sang wanci, memasang setiap gerigi untuk menghindari sang panji yang kadang ingin menghanpiri mencari segenggam kitab suci untuk mencari jati diri dari sekian hal yang menjadi pasti tidak dapat terhindari.”
“Allahu Akbar”

“Sang wanci memegang kunci itu bersiap untuk kembali dan menjaganya dalam pegangan ilahi rabbi. Allahu Akbar”

“Nun”
“Pena (Al-Qalam):1 - Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis,”

+++

Duh, apaklah yang manusia tuliskan?

Perintah keselatan sudah menggayuti pikiran. Alam kesadaran sudah tak sabar inginkan perhelatan. Pergantian kekuasaan dan juga pergantian bagi makhluk yang akan mendampingi manusia, membuat mereka dalam kekalutan. Siapakah dan dari  dimensi manakah makhluk yang akan ditunjuk untuk mendampingi manusia. Qorin dari golongan apa? Bukankah alam sudah menggariskan pergantian kekuasaan antar mereka?

Aduh, semua makhluk telah tak sabar.
Nyi Roro Kidul telah bersiaga dari arah selatan dan utara.
Ratu Kidul telah siaga mengutus utusannya.
Begitu juga Sabdo Palon dengan anak asuhannya.

Semua telah siaga pada dimensinya masing-masing. Lantas apa yang membuat alam kesadaran sekarang ini berguncang?
Bagaimana kisahku akan aku gulirkan. Sepasang sayapku telah rapuh diterpa angin dan hujan. Patah berderik bagai kayu rapuh yang tergilas sepeda.

“Bismillahirrahmanirrahim. Sungguh perjalanan panjang dalam menemukan-Nya, ada yang ke gurun sahara, ada yang ke gunung, ada yang ke lembah yang terjal, ada yang ke pantai, bahkan ada yang mengakhiri dirinya untuk menemukan dirinya dan Tuhan. Semua perjalanannya menjadi panjang dan sukar tanpa melihat pada sisi kisah kehidupan yang masing-masing sudah digariskan. Sungguh itu bukan hal yang awal dan baru ketika sang diri menjadi eksis dan berdiri dengan segala hal yang menjadi perpaduan dari segala ruoa bentuk perjalanan. Ini bukan kisah tentang dunia, ini bukan kisah tentang akhirat, tetapi kisahmu sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Penyayang. Setiap jejak kaki ada pada kehendaknya masing-masing yang menggerakkan dengan segala daya dan kuasa Tuhan Yang Maha Esa. Ada berbagai hal dengan keadaan yang menjadi suatu keutuhan pada suatu perjalanan, maka bila itu ingin digenggam atau dilepaskan sesuai kehendak, silakan saja mengikuti sang kehendak itu sendiri tanpa mengikuti apa yang sudah Kami sadari sedari dini.”

+++

Keluarga 'Imran ('Āli `Imrān):200 – “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.”

“Yang akan menolongmu adalah keyakinanmu, bila yakin, maka mohonlah petunjuk kepada-Nya. Kami hanya membantu, maka jalani hidupmu dengan keyakinanmu pada ilahi rabbi. Mohon petunjuk-Nya, jangan ingkari segala limpahan rezekinya, mintalah jalan petunjuk yang engkau mengerti, bukan jalan yang sukar atau berduri”.

“Lillahi ta'ala, bebanmu yang terasa berat itu adalah pikiranmu. Lelahmu adalah keniscyaan ragamu, maka bersabarlah, karena perjalanan itu membutuhkan waktu dan keadaan. Yakin segala peristiwa atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Jika berkenan, pergilah ke utara temukan sang jiwa pengelana yang telah menemukan cintanya dalam seulas sajadah panjang yang dia bentang dalam menemukan Tuhan. Mintalah petunjuk arahannya, karena di sana dirimu akan menemukan simpul yang selama ini mengejarmu dalam kekhawatiran. Ingat Tuhan, berjalanlah dengan lillahita'ala. Allahu Akbar.”

+++

“Assalamu'alaikum kisanak...
Mawargi jati diri riksa kandang kahuluan daya rasa jati padang ingsun nyandang dwuapi rakyan anugrah satya ning wadyang padma nirwana

Kila kali kuli kala kyian jati maksa mawargi adi padyi yugna bati
Rispadi wadyi mudyu sanutyi munding jadi giri sati mandalawangi
Trah bocah mandala gatra ayata wadyu gama dista wacana padya
Rakyan padang sindang galah pakuan lir mada sati juti asih mawargi
Jati sita gati sari ling dirja karti dumadi linggar jati

Sri pakuwan jayakatwang widya karti samanda tiang sati radyu madi
Sugra marna rukya lir kati ayi wedra satya gama mudra sakti
Rama, rahwana mundu jati ingkang wadyi darma bakti

Hyang swasti
Duk ya mudi katyi aryu wadi
Satyi
Hung
Jatku
Darma
Watu
Bakti
Ahung
Dharmapala

Bakti wargi, gatra diri, ingkang sutri, wagyi bakti.
Wassalamu'alaikum warahmatullahiwabarakatuh
Rahyung bakti manunggal dewi

Sudah saatnya dalam setiap keadaan menjadi suatu hal yang menjadi keyakinan akan ayat-ayat Tuhan.

Nabi Yusuf (Yūsuf):1 - Alif, laam, raa. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah).

Nabi Yusuf (Yūsuf):2 - Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.

Untuk kisah perjalanan Yusuf, poin pandangannya ada pada alif, lam, ra...

Maka perjalanan kali ini untuk memahami makna dari alif, lam, ra...

Alif sebagai suatu pengejawantahan akan hakikan diri yang manunggal dengan segala ketergantungan kepada Allah Swt

Alif, sebagai andalan dalam menjalankan kehidupan dengan kenyataannya yang nenunjukkan akan hakikat diri.

Allahu... Allahu... Allahu...

Itu bukan hanya berada pada keyakinan, tetapi sudah menjadi suatu kesatuan menjadi pusat yang Esa

Lam, suatu proses, yang ibarat tali menjadi media atau alatnya. Dalam proses ini maka ikhlas, yakin kepada Tuhan, menjadi suatu tali atau proses dalam menjalankan kehidupan

Adapun ra, adalah sifat Tuhan yang rahman dan rahim.

Bila sudah berada dalam posisi alif, maka dia berada pada rahman dan rahim...

Oleh karena itu, kasus sekarang berada pada proses lam, yaitu dimana diri atau jiwa ditempa dalam keyakinan kepada Tuhan, tiada ketakutan atau kekhawatiran, maka setelah melampaui itu jiwa berada pada rahman fan rahim manunggal dalam diri sebagai kahlufatu fil ardhi. Panjeg dalam alif...

Alif, lam, ra... Ini adalah ayat-ayat yang nyata.

Wallahu'alam

Kisah Yusuf hanya menjadi pelajaran, bagaimana proses Yusuf menjadi alif.

Lam sebagai peristiwa-peristiwa yang menempanya menjadi mukhlisin dan mukminin. Sehingga dalam proses tersebut dia menjadi rahman dan rahim, namun pada dasarnya dalam mewujud dalam manunggal alif, keesaan.

Allahu Akbar
Walillahilham

Berjalan ke kidul, sebagai jalan proses melepas peristiwa ini. Perjalanan ini seperti Yusuf yang menjawab tafsir mimpi dua temannya dalam penjara, yang akan mengantarkan Yusuf bertemu raja, penguasa kerajaan.”

+++

Ya Allah, ya robbi. Perjalanan kemanakah lagi?

Bersambung...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali