Episode Pengajaran Sabdo Palon (1)
Layon Ngesti Aji membayang, menyambangi mega, menyeruak di
cakrawala, bermain bersama bias bianglala. Menangislah makhluk angkasa,
berteriaklah makhluk melata. Bumi banjir darah, lautan bergolak, gelombang
pasang, dan badai pekat merambah khatulistiwa. Awan memerah, merah semerah darah. Jerit kesakitan menghujam
bumi, petir sang Dewa menyalib telinga. Nelangsa diam diantara urat nadi bumi. Menggentarkan
jutaan manusia diantara jalur api, dan ketika pekikan sang baruna menggetarkan
sesar dari ujung terjauh Nusantara, tiada lagi pertolongan, kesedihan
membayangi, bersama bangkitnya sang naga
bumi.
Nun Jauh di Pulau Sumatra Putri
Anarawati dalam kesendirian malamnya yang panjang, dirasakannya badannya
demikian lelahnya, sudah beberapa hari ini tubuh bagaikan ditusuki jarum api.
Syaraf kejepit kata para ahli. Namun mengapa rasanya demikian letih sekali.
Ingin rasanya pulang. Tapi pulang kemana? Kehampaan, kesedihan, kelelahan,
keletihan, demikian melilit jiwa. Tak pahami tubuh dan jiwa yang bagai tanpa
arti, dia bersapa dengan saudara sepuhnya di Pulau Jawa. Bertanya ada apa
dengan dirinya. Jawaban mencengangkan didapatinya dari kakanya.
“Inilah Tahun Lawon Ngesti Aji, tahun
kesedihan bagi makhluk bumi. Energimu akan diserap oleh makhluk tak kasat mata.
Seperti dihisap sang drakula penghisap darah. Memang sudah saatnya takdir
bumi. Perang sudah dimulai. Tidak hanya satu
dua yang mengalami. Semua kesatria mengalaminya. Tahun ini akan banyak kematian
dengan sebab yang tak diketahui. Kelelahan kata para ahli. Namun percayalah
bukan begitu keadaannya. Lihatlah nanti beritanya ditelevisi. Waspadalah sebab bendera
perang Barata Yudha sudah dikibarkan di timur dan barat. Pertanda alam ghaib
akan memasuki alam kesadaran manusia. Kesadaran rendah akan menguasai manusia.
Banyak manusia bertingkah polah bukan manusia. Kedengkian dan hasut ada
dimana-mana. Teruslah ingat Allah jika ingin selamat dari keganasan tahun ini.”
+++
Menjejak jauh mengingat sebuah
perjalanan spiritual mungkin sudah lebih satu tahun dua tahun lima tahun atau
sepuluh tahun. Apakah ada
'improvement'. Apakah ada perubahan atas
susana jiwa? Bagaimana keadaan sekarang
dalam merespon kejadian? Menyikapi
takdir nya. Bagaimana juga dengan keadaan bangsa ini? Bagaimana dengan
Nusantara? Jauh bertanya dalam diri.
Apakah sudah ada yang berubah? Pengajaran dan pembelajaran kesatria terus saja dilakukan oleh Kami. Begitu halnya Sang Sabdo Palon terus mencari anak-anak asuhannya.
Langit masih tegak berdiri, ikan masih berenang, burung masih bernyanyi, daun masih jatuh
dikali, sesekali putik bunga terbawa
angin dan mewangi. Hujan masih saja menyambangi, membasahi bumi. Roda kehidupan terus berputar
yang hitam tetap hitam yang putih tetaplah putih. Berguliran
dan pergiliran kekuasaan terus terjadi.
Adakah diri berubah? Pertanyaan demi pertanyaan terjawab ataukah bermain
dalam pikiran? Bukankah sudah puluhan kisah para penyaksi dihantarakan?
Diri tetap seperti laut yang
membiru. Kadang ganas dengan gelombangnya, kadang diam bersama ketenangan laut
terdalam. Kadang riuh dengan ombaknya
yang mendampari batu karang seakan ingin ikut mengajak batu batu karang
bernyanyi. Apakah ada perubahan sebelum
dan sesudah menetapi jalan ini? Ugh...
Apakah diri semakin beriman? Semakin liar pertanyaan yang melatari gugatan? Menggugat takdir yang tak membaik di alam
materi? Kemanakan suasana iman atas takdir?
Bagaimana meyakini itu takdir
jika rasanya sakit sekali setiap hari.
Kesakitan yang tak membaik dari ke hari atas materi?
Kehilangan demi kehilangan terjadi. Adalah diri percaya bahwa itu takdir? Kesakitan
sebab kehilangan dan sebab pengharapan itu nyata sekali. Rasa itulah hakekat kenyataannya. Kenyataan
yang menyebabkan diri berada dalam keadaan nyata senyata nyatanya adalah adanya
rasa yang menguasai. Entah itu rasa sakit, rasa rindu,
rahsa kecewa, was was dan banyak
lagi rasa lainnya. Setiap rasa datang
entah kemana kesadaran diri. Rasanya
hanyut disana dan diri menikmati keadaan tenggelam dalam rasa ini. Rasa menjadi kenyataan atas hidup yang sulit
dikendalikan sang diri. Jika rahsa marah datang maka itu adalah kenyataan
adanya. Semua nyata kesalahan orang
menjadi sangat nyata. Diri benar dan
orang lain salah. Apakah kehiupan ini
adalah persoal benar dan salah?
Dia benar aku salah dia salah dan aku
benar. Nyatanya rahsa ini selalu
menguasai kesadaran. Kehidupan berasa
dalam dualitas benar dan salah. Iblis
dan malaikat. Senang dan sedih. Sukses dan gagal. Untung dan rugi. Jelas sekali beda rahsa diantara rasa
keduanya. Bagaimana jika salah menguasai
dan bagaimana jika benar menguasai diri. Sejelas itulah suasana hati saat menyembah Allah dan
selain Allah. Dua keadaan yang kita
paham senyata nyatanya pemahaman. Diri
mengenal sekali mana yang Tuhan Allah dan mana Tuhan yang selaian Allah. Seperti mengenal rahsa senang dan sedih. Semisal itu suasana nya itu.
Hanya kadang diri abai saja saat
momen itu datang. Saat Allah
memperkenalkan diriNya. Diri sibuk dan
lalai menyambut datangnya sensasi rahsa itu. Sibuk bertanya yang mana seperti
apa dsb. Seperti ikan yang bertanya dan
selalu mencari lautan. Dirinya akan
dipahamkan lautan saat dia didamparkan di daratan. Bagaimanakah keadaan ikan di daratan? Menggelepar... Itulah keadaan ikan saat
dikenalkan seperti apakah lautan itu. Jangan berharap ikan akan mengenal lautan saat
masih dalam liputan air lautan itu sendiri. Jangan berharap! Demikian para
kesatria diajari Kami, agar mampu
mempersiapkan diri memasuki perang kesadaran di tahun kesedihan ini.
Pengajaran mengenal diriNya
sebagaimana ikan dalam perumpamaan tadi. Maka semakin meningkat dalam mengenal
diriNya semisal ikan yang akan jauh dilemparkan ke daratan. Apakah benar benar diri siap? Ya Allah.. Ya Robb. Apakah benar2 diri siap san ingin mengenal
Allah? Apakah benar2 siap dengan pengajaranNya ini? Apakah diri siap menjadi
kesatria Bumi? Kemudian berani memerangi
kesadaran rendah yang sudah terlanjur menguasai? Sungguh keadaanya nanti
semisal ikan yang dilemparkan ke daratan. Ampuni
kami ya robb. Bagaimana makhluk mahkluk lain di daratan yang melihat ikan
menggelapar- gelepar di daratan?
Sang
Kesatria keadaannya nanti akan dianggap gila, Aneh?
Lucu? Norak? Edan?
Atau apalah ada yang kasihan?
Sementara makhluk darat belum pernah melihat ikan. Makhluk darat
menyaksikan ikan yang menggelepar ada yang terusik, marah marah,
ada yang merasa tingkah ikan menggelikan, banyak persaksian makhluk darat yang mungkin
saja benar dalam referensi kesadaran diri mereka. Ikan di darat adalah hal yang aneh buat
mereka. Ikan akan menjadi tontonan. Keadaan Ikan adalah yang disaksikan oleh
para penyaksi makhluk daratan. Yang menyaksikan dan yang disaksikan
masing-masing akan/dengan argumentasi nya sendiri sendiri.
Kehidupan adalah menyoal persaksian
ini. Yang menyaksikan dan yang
disaksikan. Subyek dan objek. Manakah posisi dalam keadaan menjadi subyek
dan saat mana menjadi objek. Pada saat mana diri menjadi sang penyaksi dan
kapan saat menjadi yang disaksikan. Kehidupan bukan menyoal benar dan salah. Namun lebih kepada seberapa
pertanggungjawaban diri atas persaksian ini. Bagaimana saat diri menyaksikan
keadaan diri saat menjadi ikan saat
menggelepar. Saat menjadi pelaku yang disaksikan keadaannya. Dan bagaimana
keadaan diri saat menyaksikan sang ikan sedang menggelepar. Apakah sama keadaan diri saat menjadi objek
persaksian dan saat menjadi subyek dalam persaksian.
Persaksian tsb akan dimintakan
pertanggungjawaban. Malam persaksian
adalah malam Nifsu Saban. Malam dimana
diri diminta membaca ulang persaksian atas perjanjian dirinya dengan
Tuhan. Membaca Ya Sin. Maka bagi yang membaca Ya Sin di malam ini
akan diingatkan kembali hakekat persaksian dan perjanjian dirinya dg Tuhan
sebelum dia dikirim ke bumi. Ke alam
dunia materi. Apakah sama saat menjadi subjek kajian dan menjadi objek
kajian. Apakah sama saat menjadi
penonton dan saat menjadi pemain. Apakah
sama saat menjadi pelaku dan menjadi penyaksi. Tentu akan sangat paham bedanya.
Apakah telah benar persaksian
diri. Persaksian kekuasaan Allah atas diri. Persaksian tiada Tuhan selain Allah yang
menguasai diri ini? Terus pertanyaan
bergaung. Apakah telah benar syahadat
pertama. Inilah perang sesungguhnya di alam kesadaran. Kajian IHSAN adalah menyoal persaksian
ini. Persaksian hakekat syahadat
pertama. _"Ashaduala ila ha
ilallah"_ Sebagai pengajaran dan penguatan keyakinan dalam memasuki perang
tak kasat mata nanti. Persaksian bahwa keadaan diri berada dalam hukum
kekuasaan Allah. Hukum Lam dan Lam. Jantung,
paru, kesadaran dan lain lain nya
berada dalam pengaturan hukum Nya yang sempurna. Kekuasaan Allah atas diri manusia melalui
hukum2 ini.
Apakah diri akan tunduk kepada hukum2 ini? Semakin
ingin mengenal Nya semakin jauh ikan dilempar ke daratan bahkan dilempar ke
padang pasir yang sedemikian panas membakar. Apakah ikan mampu menjadi saksi bahwa lautan itu sesngguhnya sangatlah besar
bedanya dengan padang pasir. Sangatlah
jelas bedanya dibawah terik matahari dan di pegunungan sejuk. Sangatlah besar bedanya antara surga dan
mereka itu. Kesaksian syahadat 1
kesaksian atas Lam Lam Ha = Allah. Kesaksian atas SPO = Subyek atas Predikat (asma) dan Objek.
Mengkaji SPO.
Ihsan kesadaran menyaksikan Allah
atau kesadaran disaksikan Allah. Siapakah
Subjek Siapakah Objek dan manakah
Predikatnya. Inilah kondisi
berpilin pilin. Menyaksikan (baca; melihat)
Allah. Siapakah yang
melihat? Apakah manusia mampu 'melihat'
Allah. Bisakah? Saat nabi Musa ingin 'melihat' Allah dirinya
pingsan. Maka siapakah yang melihat Allah. Padahal Ihsan salah pembelajaran awal dalam
spiritual. Lantas Siapakah subyek yang
'melihat'? Siapakah yang menyaksikan? Yang
mana Subyek yang mana Predikat dan yang mana Objek nya? Sungguh sulit memisahkannya diantara ketiga
nya itu. Inilah yang menyulitkan
konsepsi TRINITAS masuk dalam logika manusia Zoom ini ==> mikro kosmis
Inilah pelatihan dan pembelajaran
serta pengajran Kami bagi kesatria. Perjuangan untuk mengamati diri sendiri.
Membedakan dan mengenal mana daya Allah dan manakah daya setan. Mengamti diiri
manusia. Disana siapa sebagai Subyek dan
siapa jadi Predikat serta siapa yang menjadi Objek pengamatan. Objek adalah raga manusia yang bisa diraba
dirasa dll. Predikat adalah sebutan atau
asma nya apa. Subyek adalah diri manusia
atau jatidirinya. Kadang subyek merasa
sebagai objek. Sehingga jadilah objek
penderita. Subyek memasak bahwa dirinya
adalah objek. Sulit memisahkan nya. Seperti air dengan kopi. Air akan merasakan bahwa dirinya itu kopi
bukan air. Itu baru syahadat 1
persaksian hukum Lam Lam Ha. Allah
Bagaimana dengan persaksian hukum
syahadat 2. Wa ashaduana muhammadur Rosulullah. Persaksian atas HMD atas
Ahmad. Menyaksikan bahwa isi dari objek
yang dia mati adalah meruapakan gerak HMD.
Gerak pujian. Gerak ahlak. Mampukah bersaksi disini? Hidup bukanlah tentang baik dan jahat atau
benar dan salah. Kita telah bahas alam Kaf Ha Ya Sin Shod dst... Itu adalah
siklus Sin atau spirit atau para kesatria. Dan itu benar2 NYATA di rasakan pelakunya
+++
Hidup bagi anak manusia bukanlah
mempersoalkan benar dan salah baik dan buruk.
Kaya dan miskin. Sedih dan
senang. Kemudian mempertentangkan
keduanya. Hidupa adalah bagaimana
manusia berjuang untuk menjadi saksi atas kekuasaanNya baik didirinya sendiri
ataupun di muka bumi ini. Menjadi saksi atas scenario yang terus dimaikanNya.
Pertentangan dan peperangan selalu akan terjadi dimuka bumi ini. Maukan manusia
menjadi pelaku? Maukah manusia menjadi penyaksi? Sangat sedikit yang bersedia
menjadi pelaku kisah perang ini. Sebagian manusia lari kebelakang saat
panggilan perang ini datang. Pertentangan menjadi sebab perang, itulah hukum alam semesta itu sendiri. Hukum atas alam materi dan alam non materi.
Hukum musibah dan anugrah. Hukum dunia
dan hukum akherat. Hukum rasionalitas
dan hukum irasionalitas. Hukum Lam1 dan
Lam2 serta kesadaran yang meliputi nya
(H). LamLamH. ALLAH.
Inilah persaksian yang benar. Bersaksi atas hukum2 yang meliputi
makrokosmos. Hukum yang mengatur
pergerakan langit dan bumi serta seluruh makhluk yang melata di dalamnya. Hukim lintas dimensi. Hukum ruang dan waktu. Selesai dengan
persaksian akan menimbulkan ketertundukan atas kesadaran diri manusia.
Menimbulkan pujian dan rasa syukur yang dalam diberikan kesempatan menjadi
saksi atas hukum hukum yang maha dahsyat ini.
Keberserahan diri manusia menimbulkan rahsa syukur yang dalam. Rahsa
syukur ini menjadi iklim tubuh muncul dari ketertundukan dan persaksian yang
benar.
Kesadaran makrokosmos (H) akan terkoneksi dengan kesadaran diri manusia
(M) mewujud sebagai gerak reflek
perilaku manusia yang disebut akhlak (D).
Menjadi makhluk yang dikenal dengan simbah AHMAD. Proses hadirnya simbok AHMAD ini menjadi
suatu persaksian yang benar. Persaksian
bahwa simbol inilah hakekat perwujudan Tuhan
di alam materi. Menjadi urusan
prototipe yang benar atas gerak perilaku dan akhlak manusia. Inilah syahadat
persaksian 2. Persaksian atau syahadat 1
akan mewujudkan kesadaran makrokosmos yang disimbolkan dengan M1 sebagai
pemahaman atas ketertundukan hukum Lam LamH. Allah.
Bergabung dengan syahadat 2 yang
mewujudkan rasa syukur dalam gerak HMD. Maka terwujud lah satu entitas yang menjadi
"utusan" Prototipe pembentukan perilaku akhlak manusia. Menjadi meta model bagi jiwa. Menjadi simbol MHMD. Maka rosul diutus utk
memperbaiki gerak perilaku akhlak manusia.
Menjadi contoh dan menjadi model gerak perilaku akhlak manusia. Menjadi meta model kecerdasan motorik (MoIS).
Gerak akhlak ini menjadi gerak dasar bagi gerak para kesatria. Flow proses modeling ini
kita dapat menyusuri proses pembentukan gerak reflek manusia. Memperbaiki sistem gerak reflek nya. Melakukan _'improvement''_ Sayang perbaikannya tidak bisa oleh orang lain
harus dr diri sendiri.
Kesadaran diri manusia berpasangan M1
alam sadar dan M2 alam bawah sadar. M1
diharapkan mampu melihat hukum Lam Lam . M2 diharapkan mampu melihat Ha. Kombinasi dua kesadaran diri manusia ini
diharapkan mampu bersinergi melihat LamLamHa.
Allah. Melihat Allah dan atau dilihat Allah inilah konsepsi IHSAN.
Inilah inti pengajaran Kami yang dipersiapkan untuk memasuki tahun kesedihan
ini.
Apalah dengan demikian mampu melihat
*'subyek'*? Melihat Dzat Allah? Melihat subjek adalah sesuatu yang tidak
mungkin. Jangankan melihat Allah. Manusia melihat aku sang diri saja tidak
mungkin. Manusia tidak akan mampu
melihat kesadaran dirinya sendiri. Saat
manusia memasuki alam bawah sadar nya maka alam sadar akan lenyap. Manusia akan kehilangan kesadaran dirinya. Yang mampu dilihat manusia hanya Predikat dan
objek nya saja. Predikat sang diri
terwujud dalam SinMim atau ASMA.
Predikat dari sang diri misal namanya Arif yang sombong. Predikat ini bisa dikenali. Objek nya bisa dikenali yaitu wujud Arif yang
tinggi sekian berat sekian wajah segitu dll. Demikian juga Tuhan.
Tuhan hanya bisa dikenali dr Predikat
nya saja yaitu dari Asma asmaNya saja.
Asma asma Allah bisa dikelompokkan ke dalam asmaul Husna. Objek dari Tuhan juga bisa dikenali dari
wujud alam semesta ini. Bagaimana mengenali
SubjekNya atau dzatNya? DzatNya hanya
bisa didekati dengan mengenali Hukum hukumNya yaitu hukum LamLamHa. Sebuah hukum yang menyatukan muncul sebagai
asma dan sebagai objek (dzohir). Hukum
yang disimbolkan dengan ALLAH. Nama
Allah adalah semisal nama Fulan bukan mewakili dzatNya. Nama tersebut utk memudahkan manusia
menyebutkanNya saja. Bukan mewakili
esensi dzatNya. Memahami hukum alam semesta.
Hukum alam sadar dan hukum alam bawah sadar menjadi prasyarat utk
mengenali Nya. Mengamati hukum yang
bekerja di makrokosmos melalui pengamatan peredaran bintang dan bulan telah
dicontoh kan oleh nabi Ibrahim.
Mengamati hukum antar galaksi.
Mengamati hukum mikro kosmis juga
menjadi prasyarat utama mengenali-Nya.
Hukum yang berlaku pada diri manusia.
Pada pergerakan jantung paru dan peredaran darah. Mengamati lintasan hati dan pikiran, mengamati gerak reflek yang berupa respon
adalah salah satu cara mengenali-Nya. Pada
diri manusia ada tanda tanda kekuasaan Nya. Maka pada saat diri telah melihat
hukum2 ini maka Allah terlihat sangat NYATA sekali. ALLAH yang Ghaib menjadi sangat REAL dalam
kesadaran kita. Saat disebutkan namaNya
saja diri akan gemetaran. Sebab melihat
hukum2Nya ini menguasai seluruh sistem ketubuhannya dan juga sistem alam semesta.
Alam sadar manusia harus ditundukkan lebih
dahulu. Baru akan didapatkan simbol
M1. Alam sadar manusia dikuasai oleh
akal manusia. Maka akal harus tunduk
dengan melihat bekerja nya hukum alam semesta.
Lihatlah siklus iklim, peredaran
matahari dan bulan dsb dsb. Alam sadar manusia juga harus diperlihatkan hukum
hukum yang mengatur sistem ketubuhan.
Hukum perkembang biakan, hukum
peredaran darah, paru jantung dan
kesadaran dirinya. Apakah dia yang
mengatur? Apakah manusia yang
menciptakan dirinya sendiri?
BERSAMBUNG
Komentar
Posting Komentar