Kemunculan Sang Budak Angon (1)


Hasil gambar untuk budak angon

“Wahai kasih tak terungkap. Segeralah berlalu cepat. Berilah kepastian agar waktuku tak terlihat.” 

Sekejap Mas Thole mencoba berkaca pada parasnya. Singgasananya entah terbang kemana.  Betapa dirinya harus bergegas. Berpacu dengan kemalasannya sendiri. Budak angon dalam kisah Uga sudah mulai menampakan dirinya. Tidak mungkin dia untuk tidak peduli. Lihat saja bagaimana keadaan alam sekarang ini. Semua sudah menunjukan bukti-bukti. Perjalanannya bertahun-tahun ini nampaknya tidaklah sia-sia. Di penghujung sengsaranya ini. Dan di masa akhir asanya. Kini dia bertemu sang Budak Angon. Salah satu tokoh dalam wangsit Silihwangi. Dan kisahnya akan dimulai disini.

Gunung Tsurian berdiri tegak disana, kokoh namun tak berarti apa-apa bagi sang penguasa. Sebentar lagi gunung yang lebih menyerupai bukit itu akan ditenggelamkan dalam sebuah pusaran kekuasaan. Menjadi tumbal pemerintahan. Akar gunung yang menghujam ke inti bumi, palung pusat peradaban yang dahulu sempat hilang terbenam di dasarnya,  nampaknya bukanlah apa-apa. Hanya sebuah cerita usang semisal mitos dan legenda yang hanya  diyakini warga lokal disana. Entah bagaimana bangsa ini menghargai para leluhrnya yang telah mewariskan DNA kepada anak turunnya sekarang. Nyatanya bangsa ini tidak pernah peduli siapakah leluhurnya yang telah melahirkannya itu.

Sangat sedkit orang kita yang percaya bahwa bangsa kita adalah bangsa keturunan dewa. Kita lebih meyakini bahwa nenek moyang bangsa kita adalah bangsa biadab, bangsa kanibal, bangsa dengan keyakinan animisme dan dinamisme. Bangsa terbelakang dan tidak berbudaya.  Keyakinan ini begitu kental, sehingga kalimat apapun yang digunakan untuk membangkitkan semangat kebangsaan tidak pernah mampu menyentuh hati nurani mereka. Bangsa kita lebih percaya atas perkataan bangsa asing atas diri bangsa nusantara ini. Perkataan yang menistakan dianggapnya sebagai kenyataan dan keadaan sebenarnya dari nenek moyang mereka. Sungguh nelangsa jiwa dibuatnya. Nyatanya, sesungguhnya kesadaran inilah yang kita punya.


Salah satu yang sangat percaya bahwa bangsa kita bangsa yang besar adalah sang Budak Angon. Terlihat langkahnya terhenti di persawahan. Selangkah ke depan sudah air sungai yang dalam. Nampak di depannya Gunung Tsurian, untuk kesana jelas sudah tidak mungkin. Seluruh desa ini sebentar lagi akan tenggelam. Lebih tepatnya di tenggelamkan atas nama pembangunan. Puluhan situs yang ada sebagai penanda bahwa dahulu bangsa ini pernah mencapai puncak peradaban spritual akan di hancurkan. Di tenggelamkan dan  masyarakat yang menyakini situs kabuyutan disana akan dibuatkan replica-replikanya. Sekedar sebagai alat penghibur duka. Mirip anak kecil yang diberikan boneka agar tidak menangis. Hhh..sudah sedemikin miskin bangsa ini dalam empati.

Kemarahan Budak Angon sudah tidak terbendung lagi. Tangannya bergerak cepat memutar langit membuka portal alam kesadaran. Langit mendadak redup. Rrrr…blarr…blarrr.

Mas Thole dari kejauhan hanya  mampu menatap nelangsa. Budak Angon tidak mengerti apa yang di lakukannya. Dia telah memanggil seluruh Kesatria Penjaga Nusantara. Mas Thole paham apa akibatnya. Para Penjaga Nusantara akan datang dari seluruh dimensi yang tak kasat mata. Mereka semua akan menepati janjinya.Penjaga Alam semesta akan mengamuk memutar balikan apa saja. Bumi Nusantara akan dibuat kembali sebagaimana awal penciptaannya dan itu semua berarti adalah bencana bagi dunia. Sumpah Uga Wangsit Silihwangi dan juga Sumpah Sabdo Palon akan terjadi akan di mulai. Dan itu adalah dimulainya malapetaka yang dahsyat.

Dalam kesedihan, Mas Thole membuka pesan Kami. Salah satunya adalah pesan sang Aji Putih. Salah satu tokoh penguasa Gunung Tsurian. Dia sendiri yang akan mengajari sang Budak Angon.

Ketika satu menjadi dua, tiga menjadi enam.
Ada yang bersatu dan berpisah
Dalam urutan waktu dan tempat berada pada titik yang menuju suatu cara yang menyertai keadaan yang tidak semestinya
Seperti satu keadaan dengan realitas yang kalian jabarkan pada kehidupan
Suatu bangunan kehidupan yang menuju proses dan awal yanh belum diketahui dengan sesuatu sebagai hasil akhirnya
Ketika semua berada dalam suatu kehidupan menuju keadaan rahmat alam semesta, jangan berada pada pakuan yang berbeda
Sudah ke sana, tapi menjadi suatu keyakinam dengan diri yang menjadi suatu ketaatan.
Sungguh, ini menjadi pembelajaran dan ibrah bagi yang berpikir dan berakal.
Setali dengan tegasan menjadi dupa, maka dupa bukan menjadi api
Tetapi satu keutuhan yang menyatu dengan kehidupan
Jika memang harus dijalankan, maka jalankan dengan keweningan pikir dan kewenangan hati.
Sekali lagi, jati akan kembali ke jati
Jati tak akan bisa menjadi junti
Sekiranya berada dalam satu titian yang menjadi undak dan penghalang, ingatlah, jati akan kembali ke jati
Ketika semua ada, maka tiada pun sama
Sama-sama berada dalam kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa
Titiannya berbeda, titiannya ada dalam cinta
Ketika mengupas satu keadaan, maka ingat akan pelajaran yang sudah diajarkan.
Sekali menyerang, maka akan menjadi tandang dalam pertandingan
Ketika semua menjadi satu kesatuan, ada yang menebas dengan pedang kepalsuan
Suatu ketika akan paham akan pengajaran dan pelajaran
Ajarkan ini buat yang mendapat pengajaran
Aji Putih dalam Kresna dan Brahma
Suatu ketika, ada unta yang mengantarkan Aji Putih ke singgasana sang Nabi. Mengajak dialog yang tak tertera dalam kitab
Tetapi tercatat dalam alam.
Susunan apa yang telah kau kabarkan, wahai Rasulullah
Seakan kami berada dalam satu indahan yang menyembah Tuhan Semesta Alam
Ada satu hal yang mesti ada dalam satu ketentuan, Allah adalah Tuhan Semesta Alam
Kadang dalam satu waktu yang mengancam, daerahmua akan gersang oleh keserakahan, wahai sang pejuang
Saat itu menjadi sakit dan penderitaan yang menjalar, maka tetapkanlah hal yang menjadi ketetapan dan pengetahuan
Sudah dalam kurun yang berbeda, maka rindu akan suatu keadaan pun menjadi darma yang ada pada setiap kesempatan
Semua menjadi satu dengan la ila ilaha ilallah
Aku mengerti itu ke khawaturanmu, tetapi jangan menjadi kekhawatiran akan jejak penerusmu.
Seperti aku yang menjadi dalam semua itu, mereka juga pengikutku
Aku pun menjadi tanggung dalam semua itu
Suka atau tidak berada dalam satu hal yang menjadi nyata
Jangan pernah mengeluh atau mengaduh, Tuhan Maha Tahu
Seumpama itu yang menjadi hal yang ada, maka mintalah pertolongan kepada Allah swt
Jangan pernah sungkan, karena semua semesta akan menolongmu
Jejak yang menjadi tapakmu akan tetap ada. Singgasana kekuasaan itu bukan dalam benda, tetapi dalam keangkuhan setiap jiwa
Sudah saatnya Aji Putih akan mengajarkan pengajarannya, maka terimalah dalam suatu babat kisah yang ada.
Aku mengajarkan welas asih. Aku sedang dalam tatanan yang menuju satu kesatuan
Suatu hal yang menjadikanku berada dalam satu keyakinan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa
Jika hidupku berada dalam keggamangan maka aku menjadi dua dalam keadaan.
Sudra dan karna bukan dalam suatu hal yang berbeda, asih dan asuh menuju cinta kepada Tuhan Pemilik Mayapada
Seumpama ada yang mengguncangkan jiwa dengan keadaan yang ada, ingat Allah dalam setiap uga
Uga menjadi nyata, bila memang sudah tanpa daksa, cacat dari segala cinta
Kutukan itu ada, tapi jangan terlalu menjadi beban bagi para pemelihara
Satu dengan kesatuan, ada pada setiap keadaan.”

….

Pelita dalam gulita, dalam pusaran sang masa. Menjadi nestapa apa bagi anak manusia. Kini semua sudah terjadi. Mas Thole diam menjadi saksi. Alam sudah begitu berbaik hati memberikan tanda-tandanya. Api, air, awan, angin dan hujan, dan gempa serta ombak yang menerjang, itu hanya penggalan. Bumi akan melipat dalam lipatan kunci. Kemanakah manusia akan menyelamatkan diri?  Sudah tidak ada waktu lagi. Begitulah, bagaimana bangsa ini menetapi Uga Wangsit Silihwangi? Kini keyakinan itu akan terbukti. Akankah meneysali diri?

Banyak manusia lahir di nusantara, namun sedikit yang memahami bahwa Uga Wangsit Silihwangi itu adalah peringatan bagi manusia sendiri. Sungguh kisah ini  demi sang masa. Menjadi catatan-catatan selanjutnya perjalanan spiritual, yang akan dikisahkan. Selama hayat masih di kandung badan.


Bersambung…

Komentar

  1. memang benar apa yang ada dalam wangsit siliwangi memperingatkan kita supaya supaya kita hidup di dunia ni harus selalu berbuat baik kepada sesama, dan berlaku adil dalam segala hal,

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya bukan peringatan tp plajaran buat yang mau berpikir
      bahwa smua yang di ramalkan olrh leluhur memang benar,,,

      Hapus
  2. Uga wangsit bukan peringatan tapi catatan pajajaran kedepannya yaitu pajajaran anyar

    BalasHapus
  3. Uga wangsit bukan peringatan tapi catatan pajajaran kedepannya yaitu pajajaran anyar

    BalasHapus
  4. Benarkah akan ada "pajajaran anyar?"
    Kapan?
    Bagamana prosesnya?

    BalasHapus
  5. Prosesnya panjang dan tidak terduga ! Intinya Alloh SWT sdg menunjukan kekuasaannya dan qta patut bersyukur telah dilahirkan ditanah sunda, tanah pasundan, tanah parahyangan...

    BalasHapus
  6. Prosesnya panjang dan tidak terduga. Intinya Alloh SWT sedang menunjukan kekuasaannya. Qta patut bersyukur lahir ditanah sunda, tanah pasundan, tanah parahyangan...tanah pajajaran

    BalasHapus
  7. Masya allah bahasa yg indah. Saya suka kisah perjalanan (pndk cindelaras). Sejarah, sastra, etika, hmm...👍👍👍👍💕

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali