Melacak Keberadaan 'Sang Pembeda' (3)


Hasil gambar untuk dewa yunani

“Sang Pembeda, dimanakah keberdaaannya? Akankah berada di lapisan langit ataukah berada di dasar bumi?”

Pertanyaan tersebut masih terus menggerumuti pikiran. Bila saja ini kemudian dituliskan, tidak lain hanya ingin mengurangi sebuah beban. Apakah kisah ini akan menambah keyakinan ataukah memuaskan keingintahuan? Demi apakah ini dituliskan? Hhh… entahlah. Sudah berapa banyak manusia yang kemudian gerah dan merasa terusik dengan apa yang dihantarkan. Kisah dan wacana Sang Pembeda seakan begitu menakutkan bagi makhluk-makhluk tak kasat mata. Bagaimanakah keadaan jika manusia mampu membedakan jin, khadam, siluman, setan, dan juga perewangan lainnya. Alam yang tak kasat mata akan hingar bingar keadaannya. Mereka semua akan berfikir ribuan kali untuk memasuki kesadaran manusia.

“Jika saja manusia memahami dan mengerti daya apakah yang digunakannya dalam melakukan aktifitas di dunia, apakah manusia tetap akan menggunakannya?”

Banyak sekali manusia yang tidak memperdulikan daya apa yang digunakannya. Apakah daya dari Tuhan ataukah daya selain Tuhan. Sama saja itu baginya. Toh, semua daya tersebut dariNya. “Apakah setan, jin, khadam, malaikat, iblis, dan juga makhluk-makhluk lainnya bergerak tidak menggunakan dayaNya. Adakah yang bukan dayaNya.”  Begitu pendapatnya. Pendapat yang sungguh benar keadaannya. Betapa pelik memikirkan fenomena paradoks ini. Kejahatan terjadi dimuka bumi semua berasal dari dayaNya. Bahkan seluruh daya di alam semesta ini berasal dari dayaNya pula. Bukankah Iblis menggoda manusia juga memohon kepada dayaNya? Adakah yang bukan berasal dari dayaNya? Sungguh pertanyaan ini mengusik kepala.

“Apakah Tuhan bermain dadu, ataukah Tuhan tengah menyiksa diriNya sendiri dengan menyakiti makhluk-makhluk yang telah Dia ciptakanNya sendiri? Jika manusia adalah bagian dari DzatNya. Bukankah membiarkan manusia dalam kesakitan sama saja dengan menyiksa Dzat Nya juga” Kenapa membingungkan begini? Jika jin, setan dan iblis, serta makhluk perewangan lainnya menggunakan dayaNya. Bolehkah manusia menggunakan daya iblis, setan, jin, serta perewangan serta lainnya. Toh sama saja, sebab daya mereka juga berasal dariNya? Mengapa agama melarang manusia menggunakan daya selain dayaNya? Bahkan  agama terus menerus mengajarkan agar manusia mampu membedakan daya-daya-daya selain dayaNya. Apakah pengajaran tersebut tidak bermakna? Hanya semisal iseng belaka?  

Kalau begitu, timbul pertanyaan selanjutnya. “Untuk apakah agama-agama diturunkan ke dunia?”   Pertanyaan itupun menggayuti pikiran. Lihat saja faktanya, bagaimana agama-agama yang diturunkan Tuhan justru menjadi ajang perebutan kebenaran. Manusia kemudian saling baku hantam berebutan agama siapakah yang benar. Manusia berebut keyakinan, anggapannya hanya keyakinannyalah  satu-satunya keyakinan yang diridhoiNya. Berapa ratus juta mansuia telah mati sia-sia dalam membela agamanya. Membela keyakinannya sendiri. Benarkah Tuhan berada di pihaknya? Tidak ada yang tahu. Manusia hanya berusaha meyakini atas keberpihakan Tuhan kepada dirinya dan juga kelompoknya. Dengan keyakinannya tersebut mereka kemudian membunuh keyakinan yang lannya. Lihatlah apakah yang diperebutkan manusia. Bukankah itu perebutan ranah kesadaran manusia?

Perhatikanlah sekali lagi, bukankah sama saja keadaannya. Betapa ranah yang diperebutkan makhluk alam semesta lainnya juga sesungguhnya adalah  alam kesadaran manusia. Manusia menghancurkan manusia lainnya, tidak lain dan tidak bukan untuk menguasai kesadaran kelompok lain agar kelompok tersebut mengikuti kesadaran mereka. Perhatikanlah bagaimana untuk menguasai kesadaran kelompok yang lian setiap kelompok menggunakan ‘reward dan punishment’. Ditebarkanlah ancaman bagi manusia yang tidak mau mengikuti kesadaran kelompok tersebut. Diterbarkan kesenangan agar mereka ma mengikuti kesadaran kelompoknya sendiri.

Mari kita amati fenomena sekarang ini. Paham yang ingin menguasai kesadaran manusia adalah paham materialisme. Manusia didorong untuk bersifat konsumerisme. Manusia dibuai dengan kenikmatan raga dan pandangan mata. Coba perhatikan ancaman yang mereka lakukan? Perhatikan bagaimana pemusatan kekuasaan terjadi. Dimanakah pusat kekuasaan uang? Bagaimana mereka dengan mudahnya menghancurkan kekuatan suatu bangsa dengan hanya menggunakan ancaman instrumen uang. Ancaman hancurnya instrumen keuangan lebih menakutkan daripada kematian itu sendiri. Mau tidak mau negara kita harus tunduk dan patuh atas ancamantersebut.  Jika tidak negara tersebut akan dihancurkan nila uangnya. Dan aakah akbatnya? Kesengsaraan adanya. Adakah yang mau sengsara?

Seluruh makhluk berkepentingan sekali untuk menguasai dimensi kesadaran manusia. Allah pun berkepentingan terhadap kesadaran manusia ini. Maka kemudian diturunkanlah para nabi dan rosul. Misi para nabi dan rosul ini hanya satu untuk menguasai kesadaran manusia. Kesadaran manusia harus berada pada satu kesadaran yaitu KESADARAN INGAT ALLAH. Untuk penguasaan kesadaran tersebut,  Allahjuga memberikan ‘reward dan punishment’ kepada manusia. Manusia yang mau dengan sukarela kesadaranya dikuasai, kesadaran ingat Allah akan mendapatkan hadiah surga. Sedangkan bagi yang tidak mau kepada mereka diberikan ancman neraka. Bukankah jelas sekali aturan mainnya?

Karena sebab itulah perang kesadaran  pasti tidak dapat terelakkan lagi. Seluruh dimensi yang berada di alam semesta. Yaitu dimensi yang berada dalam penguasaan bumi dan langit harus berkiblat kepada kesadaran imngat Allah ini. Oleh karena sebab itu, alam semesta sangat berkepentingan sekali terhadap kesadaran manusia ini. Ketetapan Allah adalah kesadaran diri manusia telah menjadi wakil Nya di muka bumi. Sehingga kepada kesadaran inilah seluruh makhluk harus melaporkan keberadaan mereka. Menjelaskan keadaan dan bagaimana sejatinya jatidiri mereka semua. Seluruh makhluk harus bersujud kepada kesadaran manusia (Adam).

Itulah inti dari pembelajaran dan penciptaan manusia. Maka manusia yang memeiliki kesadaran ini harus memohon pengajaran kepada Allah. Sebagaimana janji Allah dalam penciptaan yang akan mengajari nama-nama benda. Kesadaran diri manusia inilah Ruh-Ku yang dititipkan kepada raga manusia oleh Allah. Ruh alam semsta bagian dari ruh atau Dzat inti bumi dan langit.  Dengan mengenal Ruh-Ku kita akan mampu mengenal Allah, yaitu Rabb alam semesta ini. Kepada Allah seluruh makhluk akan bertasbih dan manusia diminta memahami ini. Ruh-Ku yang mengenal hakekat Dzat Allah. Ruh-Ku yang akan mengenalkan Dzat-Nya kepada kesadaran diri manusia.

Oleh karena sebab itu, alam semesta  (Kami) terus berusaha mengingatkan manusia bagaimana keadaan sesungguhnya diri mereka itu. Agar manusia sadar dan paham siapakah yang menciptakan dirinya.  Dan untuk maksud apakah dirinya itu di ciptakan di muka bumi ini. Agar selanjutnya manusia memahami hakekat atas maksud apakah dirinya diturunkan di muka bumi ini. Skenario apakahyang sedang digelar di muka bumi dan seperti apakah mansuia berperanan di dalamnya. Sedikit banyak kita telah pahami bahwa kiprah manusia, tentu saja agar manusia mau menyandang asmaNya. Menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta. Sungguh betapa Allah sangat memuliakan manusia dengan kesadarannya ini. Adakah diri ini menyadarinya? Atau malah manafikannya? 

Entahlah…semua gelap keadaannya ?!?


“Tidakkah manusia sekarang sadar atas maksud penciptaan?”  

Pertanyaan ini menusuk hati, "Ya sudahkah diri ini paham akan maksud penciptaan." Allah akan menjadikan manusia sebagai khalifah dimuka bumi. Agar manusia mampu menjadi khalifah maka diajarilah nama-nama benda. Agar manusia mampu menguasai seluruh benda-benda di alam semesta. Manakala manusia telah selesai dalam pengajran nama-nama benda maka manusia tersebut akan diangkat sebagai khalifah. Seluruh makhluk alam semesta diminta bersujud. Mengapa  konsepsi BELAJAR dan MENGAJAR tersebut, mejadi sulit dipahami kesadaran? Selanjutnya, apakah kemampuan yang dibutuhkan untuk belajar? Bagaimana manusia yang diajari dan bagaimana manusia itu belajar. Belajar apakah manusia itu sesungguhnya? 


Hiks...! Marilah kita luruhkan sejenak. Untuk apakah kita belajar nama-nama benda? Apakah hanya sekedar belajar menghapal saja? Ataukah kita sekaligus juga belajar membedakan hakekat setiap benda, dari satu benda ke benda lainnya. Kemudian memanfaatkannya untuk kemalahatan umat manusia? Perhatikan benda-benda di seluruh alam semesta ini. Berapa banyakah benda yang belum kita kenali? Bagaimanakah membedakan satu benda dan satu benda lainnya. Bagaimanakah mengenali benda-benda yang tak kasat mata?  Kalau kita kaji sejenak bukankah kita dapatkan kesimpulan bahwa belajar nama benda hakekatnya adalah belajar membedakan? Kalau begitu instrumen apakah yang kita butuhkan agar kita mampu membedakan setiap benda?

Allah berkepentingan  agar manusia mampu membedakan setiap benda. Sebab melalui hakekat pengajaran nama-nama benda inilah manusia akan layak dianggap sebagai khalifah. Begitulah rangkaian skenario pengajaran manusia. Sehingga untuk selanjutnya, Allah dengan irodatNyaakan  memerintahkan kepada seluruh makhluk di alam semesta agar bersujud kepada manusia (adam).  Pertanyaan selanjutnya, apakah nama-nama benda yang dimaksudkan itu hanya sebatas materi yang bisa dilihat mata? Apakah setan, siluman, khadam, jin, iblis, perewangan, dan segala jenis makhluk lainnya bukan sebuah benda? Apakah yang berada di dalam raga manusia itu bukan benda-benda? Apakah atom, gelombang, cahaya, dan banyak lagi lainnya bukan benda? Keghaiban justru menjadi bagian terpenting dalam pengajaran.

Setiap benda memiliki sifat, karakteristik, dan juga memiliki nama. Setiap benda juga memiliki daya yang diberikan kepadanya. Beda susunan satu  atom saja  suatu benda sudah akan berbeda. Ada benda yang diciptakan dari tanah, dari api, dari lidah api, dari cahaya, dan banyak sekali benda-benda yang diciptakan dari sesuatu yang tidak kita ketahui, semisal kesadaran diri manusia. Apakah daya setiap benda adalah sama? Daya adalah kemampuan untuk melakukan usaha atau gerak. Kemampuan melakukan usaha dibutuhkan energy. Maka daya adalah energy. Perhatikanlah, apakah energy yang ada di alam materi ini semua sama? Ilmu pengetahuan sudah mencatat ada beberapa perbedaan energy. Energy listrik bisa dibedakan dengan AC dan DC. Meskipun lstrik dihasilkan oleh perbedaan fluks namun nyatanya dapat dbedakan oleh manusia.

Bila kita bicara ranah materi maka ilmu pengetahuan sudah banyak mengungkapkan rahasia di balik nama-nama benda. Di balik atom yang kecil nyatanya menyimpan daya yang luar biasa. Enstein kemudian memformulasikan dengan E =mC². Masih banyak lagi rahasia alam materi yang belum terungkapkan oleh ilmu pengetahuan. Manakala manusia mampu mengungkapkan rahasia di balik nama-nama benda tersebut maka perhatikanlah bagaimana perkembangan tekhnologi. Melalui pengungkapan hakekat rahasia nama-nama benda ini manusia akan mampu memiliki daya untuk menembus langit. Menaklukan alam semesta dan juga dimensi-dimensi di dalamnya. Inilah hakekat khalifah.

Bagaimana dengan alam malakut, yaitu alam yang tak kasat mata. Pengungkapan rahasia nama-nama benda di alam ini juga tak kalah menariknya. Mansuia tetap diminta untuk belajar nama-nama benda pada dimensi ini. Dimensi yang di huni makhluk-makhluk tak kasat mata. Manusia di minta mendeskripsikan apa itu jin, setan, siluman, iblis, dan banyak lagi lain-lainnya. Mengenali mereka semua, memperhatikan bagaimana daya mereka. Bagaimana mereka semua bisa bergerak melakukan usaha.  Melalui penguasaan dimensi ini manusia akan mengenal dimensi tak kasat mata. Maka jika manusia kemudian menguasai nama-nama benda pada dimensi tersebut dan kemudian menjadi sebuah ilmu maka manusia akan mampu menembus langit.

“Hai jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (daya). (QS. Ar rhman, 33)”

Jelas sekali firman Allah yang ditujukan kepada jin dan manusia. Jika ingin menembus langit dan bumi dibutuhkan kekuatan (daya). Maka prasyarat utama adalah kita harus memiliki pengetahuan tentang daya (kekuatan) apa yang dimaksudkan Allah tersebut. Rahasia daya ini ada pada hakekat benda. Daya bagaimana, sehingga bisa digunakan untuk menembus langit dan bumi ini. Manusia diminta untuk belajar hakekat benda-benda yangmemeiliki daya. Apakah dari, daya hewani, ataukah daya lainnya yang dapat kita gunakan. Pengetahuan dan pemahaman perihal daya ini menjadi bagian terpenting pelajaran sang khalifah. Allah jelas sekali memberikan ruang pengajaran perihal daya ini. Maka mengapakah ruang ini tidak kita manfaatkan.   

Pengetahuan perihal daya ini akan menghantarkan manusia kepada maksud penciptaan yaitu KHALIFAH. Kita sekarang sudah menemukan muaranya. Syarat utama dan rasanya itu prasayarat yang sama,  baik di alam kasat mata maupun alam tak kasat mata. Jika kita ingin belajar nama-nama benda maka kemampuan utama yang harus kita miliki adalah kemampuan membedakan jenis-jenis  benda satu dan lainnya. Kemampuan inilah yang disebut sebagai  kemampuan SANG PEMBEDA. Kemampuan membedakan sifat, karakteristik, daya, dan juga lainnya. Tanpa kemampuan ini maka manusia tidak akan bisa disebut sebagai manusia pembelajar. Syarat belajar dan mengajar bisa terlaksana jika manusia memeiliki kemampuan membedakan. Setelah dibedakan maka benda-benda di analisa, dikelompokan, dsb. Pengelompokan ini bisa berdasarkan kemanfaatannya, berdasarkan jenisnya, dan lain sebagainya.


Marilah kita perhatikan instrumen ketubuhan kita, mata untuk membedakan warna, telinga untuk membedakan suara, perasa untuk membedakan suhu, begitu juga indra-indra lainnya. Semua memiliki peruntukannya masng-masing. Inilah measurement system SANG PEMBEDA. Pertanyaannya sudahkah kita sadar bahwa sistem tersebut berada dalam kesadaran kita? Apakah kita hanya memakai saja namun menafikkan keberadaannya. Hal ini kita anggap sebagai sesuatu yang BIASA saja. Sebagaimana halnya nafas kita yang kita angga sebagai sesuatu yang LUMRAH bagi kita. Sesuatu yang sangat biasa. Melihat, mendengar, mencium, merasa,  dll, sebagai sesuatu yang tidak ada artinya. Sebuah sistem yang biasa saja? 

Nah, Bagaimanakah dengan hati? Hati yang melihat, merasa, mendengar, dll. Adakah itu juga sama saja nasibnya. Sudah kita gunakan sebaik-baiknya? Kemampuan hati yang memiliki kemampuan membedakan. Membedakan daya jin dan siluman, membedakan daya iblis dan setan, membedakan daya nafs dan daya Tuhan, dan lain sebagainya. Kemampuan ini kita anggap sebagai sesuatu yang biasa juga? Adakah Tuhan menciptakan itu dengan sia-sia? Apakah kemampuan membedakan itu suatu hal yang sia-sia? Berapa banyak manusia yang menyadarinya? Dan berapa banyakkah yang memungkiri adanya kemampuan membedakan ini berada pada diri manusia yang di anugrahkan oleh Tuhan kepada manusia.

Entahlah itu. Diri ini seakan masih terbelenggu ego diri. Seakan diri ini tidak ingin belajar lagi. Ingin langsung menuju kepada DzatNya. Tak peduli lagi dunia ini. Kehidupan sehari-hari telah menyita seluruh energy. Sehingga lupa hakekat awal rencana penciptaan Tuhan atas diri ini, yaitu ingin menciptakan KHALIFAH di muka bumi. Biarlah begini saja. Ironi..?!? Bahkan diri ini tidak berani mengambil kesempatan yang di tawarkan Tuhan. Siapakah sekarang yang peduli atas rencana Tuhan ini? Adakah yang peduli? Layaknya peringatan ini  untuk diri saya sendiri, bagaimana tidak nyatanya justru diri ini yang  masih dalam keadaan begini ini.

“Hhh….Yah..aku tak mampu menetapi takdirMU. Bahwasanya Engkau ingin menciptakan seorang khalifah di muka bumi dari golongan manusia. Sebagai khalifah itulah takdir manusia. Bilakah aku mengabaikan takdir ini? Aku terhijab dalam anganku sendiri. Menganggap benar anggapanku. Aku tak mau dan tak mampu belajar. Belajar nama-nama benda. Belajar daya-daya. Kemudian membedakan mana daya Allah dan manakah daya selain Allah. Demi untuk kepentingan dan kebaikan manusia itu sendiri. Ya Allah..ya robb…sungguh, diri ini tidak pernah mampu bersyukur, dan selalu saja melampaui batas. Dunia ini telah mengelabuiku. Ampunilah aku…ajarilah aku ya..robb.”

Wolohualam bisawab
salam

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali