Kisah Perjalanan Paku Bumi (8); Ketika Jejak Peradaban Nusantara di Hinakan
Ketika jejak-jejak peradaban Nusantara di hinakan, apakah yang bisa kita katakan?
Ketika kebenaran keyakinan di pertanyakan, apakah yang bisa kita sangkakan?
Ketika sisa-sisa peradaban dihancurkan atas dalih agama apakah yang bisa kita ingatkan?
Ketika bukti dan kesaksian budaya di perselisihkan apakah yang mampu kita tinggalkan?
Ketika kesadaran Nusantara di tenggelamkan di ganti dengan kesadaran lainnya, masihkah kita mempertanyakan apa yang bisa kita lakukan?
Duh Gusti...!
Biarkan kami diam menunggu..
Bersama bangsa lain yang tengah menunggu kehancuran Nusantara ini, ..
Ijinkan kami disini di tanah kami sendiri, bersama, untuk menunggu mati..!!!
...
Apakah
kebenaran datangnya hanya dari bangsa Arab, apakah kebenaran datangnya hanya
dari bangsa Romawi, bangsa Yunani, dan bangsa-bangsa lainnya. Apakah tidak
terisisa sedikitpun kebenaran bagi bangsa Nusantara ini. Sehingga kebenaran
yang diyakini leluhur bangsa ini, jatuhnya hanya sebagai bahan olok-olokan dan
tertawaan saja. Anak-anak bangsa ini mengabaikan peran dan keberadaan leluhur mereka sendiri. Mereka menghilangkan garis keturunan mereka
sendiri dari akte kelahiran mereka. Mengabaikan dan menafikan dari manakah
mereka berasal. Mereka sembunyikan nama-nama leluhur mereka sendiri dibelakang
punggung-punggung mereka, karena sebab malu dan takut ketahuan. Jawa hilang
jawanya, Sunda malu dengan Sundanya, dan begitu juga suku-suku lainnya. Apakah
yang tersisa dari ‘jatidiri’ bangsa kita ini? Tidakkah ada yang miris melihat
keadaan ini?
“Malam sisakan satu untukku, kenangan itu.
Ribuan burung yang terbang ke angkasa dan bau tanah alam nusantara. Sisakanlah
untuk ku ceritakan kepada anak cucuku nanti. Bilamana nanti semua itu tiada
karena sebab keserakahan manusia yang datang ke Nusantara, membodohi bangsa ini
dan mengangkang bumi Nusantara ini.” Tidakkah kita mulai sadari,
dengan maksud apa bangsa lain datang kesini, selain demi mengeruk harta tanah pusaka
negri ini. Mereka datang berdagang apa saja, termasuk berdagang kebenaran yang mereka
yakini. Ironisnya kita merasa suka menjual kepada mereka apa saja, termasuk
menjual kebenaran dan harga diri bangsa, tentu saja dengan harga murah. Sebab disini susupun tak terbeli sehingga nyawapun
tiada harganya lagi.
Lihatlah
mereka datang membeli dan mengambil
semua milik kita tanpa sisa. Air, tanah, udara, bahkan jiwa kita telah kita
jual sendiri. Adakah yang merasa? Tidak!!! Kita justru bangga dengan keadaan ini. Sebab bangsa
ini malu dengan penisbatan bangsa ‘terbelakang’,
kita ingin melepas ‘jatidiri’ bangsa
yang di cap begitu. Kita semua malu dengan penisbatan itu. Kita ingin
dipandang. Maka pelbagai upaya dilakukan, termasuk kita rela menjual diri kita
sendiri, agar tidak di cap sebagai bangsa ‘terbelakang’ ini. Kita kemudian rela
menjadi ‘budak-budak’ bangsa lain, demi sebuah status, yang di labelkan mereka.
Bangsa kita ‘risih’ dengan ini. Tidakkah kita paham bukankah in hanyalah strategi
pencitraan dan permainan persepsi saja. Strategi ‘kontruksitivisme kesadaran’.
Kesadaran kita tengah dikontruksi agar kita merasa malu. Inilah salah satu metode
‘divide
et imperia’.
Salah satunya
adalah dengan menghancurkan kearifan lokal yang dimiliki suatu bangsa.
Kehancuran kearifan lokal ini akan menghancurkan spirit. Kehancuran spirit ini
akan membawa dampak lemahnya mental bangsa. Lemahnya mental bangsa akan menjadikan
bangsa tersebut menjadi super egois. Jika
ego sudah besari maka setiap diri hanya akan mementingkan kepentingan dirinya
sendiri. Inlah strategy ‘memecah belah dan menguasai’. Jadikanlah satu bangsa
itu ‘egois’! Setiap golongan mementingkan kepentingan dan atau ‘kebenaran’ golongan mereka sendiri. Jika
kondisi kesadaran sudah begitu, maka bangsa lain cukup menyediakan ‘kompor dan
kipas’ saja. Bangsa lain tinggal meng’kompori’ hingga keluar api, setelah itu
tinggal di’kipasi’ agar apinya membesar dan meluas. Pecahlah perang saudara di Nusantara
ini. Maka jika sudah begitu dengan mudahnya bangsa tersebut dikuasai. Maka
janganlah berpikir bangsa lain tidak berani melakukan itu kepada bangsa kita.
Strategi
yang mudah saja terbaca, namun mengapakah kita bisa terlena. Merasa asyik saja
mengikuti permainan ‘devide at impera’ bangsa lain. Tidakkah disini banyak
orang-orang cerdik dan pandai? ? Entah apa yang terjadi dengan diri
Mas Thole, di pagi buta ini (19/12), keliaran pikirannya membuat jiwanya meradang.
Kejadian apakah yang dialaminya dalam satu dua hari ini? Ulah para petinggi
negri membuatnya prihatin. Ingin menuilskan disini rahsanya sudah tak sanggup lagi.
Apakah yang harus dituliskan. Semua rasanya sudah paham dan sudah tahu. Mungkin
saja jika Mas Thole diberada di pusat kekuasaan justru akan lebih parah dari
mereka itu. Inilah dilematikanya. Siaakah yang sanggup berada di puncak
kekuasaan dan tidak terlena disana. Rasanya dia pastilah manusia setengah dewa.
Ironisnya
lagi bangsa kita tidak merasa sedang di adu domba dan dipecah belah. Masing-masing
kelompok merasa sedang membela Tuhan. Masing-masing merasa benar dengan apa-apa
yang mereka lakukan. Merusak kabuyutan, menghancurkan sisa-sisa peradaban
Nusantara, menistakan kearifan lokal, mencemooh budaya dan kebangsaan. Menganggap
budaya dan kesadaran import lebih tinggi di mata Tuhan. Menafikan ayat-ayat
Tuhan yang justru mengkritisi perbuatan yang mereka lakukan. Anggapan mereka apa
yang dikatakan al qur an hanya berlaku untuk golongan di luar kaum mereka. Mereka
mengarahkan ayat-ayat pedang kepada orang di luar golongan mereka. Mereka
sendiri lupa bahwa ayat-ayat pedang
berlaku juga terhadap diri mereka sendiri. Mereka tidak sadar itu. Inilah
lintasan yang menyedihkan Mas Thole.
“Dan bila dikatakan kepada mereka:
“Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,” mereka menjawab: “Sesungguhnya
kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka
itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar” (QS
al-Baqarah:11-12).
Mereka merasa dengan menghancurkan
kabuyutan mereka merasa tengah mengadakan perbaikan. Aaarrghhh!. Perbaikan apa
yang tengah mereka perbuat dengan menghancurkan ikatan ‘jatidiri bangsa’ ini. Kabuyutan adalah
sebagian tanda-tand akebesaran Allah di muka bumi. Mas Thole geram sekali. Kehancuran
kearifan lokal telah dilihat mata batin Mas Thole, sebab ulah manusianya
sendiri. Sebagaimana sudah di khabarkan al qur an. “Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ” (QS Ar Ruum:41).
Bukankah itu janji al qur
an, janji yang pasti! Maka lihat saja nanti, bagaimana keadaan orang-orang yang
telah merusak alam, merusak kabuyutan, merusak kearifan lokal. Allah akan
merasakan kepada mereka sebagian perbuatan mereka. Apakah yang akan dilakukan
al qur an, setelah ini? Kepada yang merusak kabuyutan mereka akan merasakan akibat perbuatan mereka. Alam akan
menghancurkan dirinya sendiri. Kerusakan akan sedemikian hebat dan akan
dirasakan mereka. Alam kesadaran akan mengejar mereka sehingga mereka meminta
mati.
Berita al qur an ini
benar, dan Mas Thole siap menjadi saksi kebenaran ini. Kebenaran yang akan
berlaku universal. Meskipun dia Islam, Hindu, Budha, atau apapun keyakinan
mereka itu, sama saja. Hukum ini berlaku universal. Maka janganlah orang-orang
yang mengaku Islam merasa luput dari kepastian hukuman ini. Sungguh kejilah
anggapan mereka, jika mereka merasa aman dan akan selamat dari hukuman ini
hanya sebab labelisasi yang mereka sematkan didiri mereka dengan kata ‘ISLAM’.
Bagi Allah sama saja. Siapapun yang telah merusak bumi ini akan menerima
akibatnya.
Usikan-usikan
ini mengganggu malam-malam Mas Thole. Bagaimana orang-orang yang menguasai
kitab (ahli kitab), baik itu kitab Taurat, Injil, Zabur, maupun al qur an
merasa dalam kebenaran mereka sendiri. Maka mereka merasa telah melakukan
sesuatu yang benar dengan penghancuran dan penghilangan kabuyutan-kabuyutan. Mereka
bahkan berani melakukan klaim atas keadaan diri mereka bahwa mereka pasti masuk surga. Orang Islam pasti masuk surge. Maka
dengan kepastian ini mereka merajalela membuat kerusakan di muka bumi.
Mereka
dengan jumawa mengatakan bahwa diri mereka tidak akan tersentuh api neraka. Kalaupun
tersentuh paling hanya beberapa hari. Mereka telah merasa berilmu, menjadi ahli
dari kitab-kitab mereka. Bagi pemahaman mereka, Bangsa Nusantara dianggap tidak mengenal Tuhan. Bagi mereka
bangsa Nusantara adalah bangsa yang teraliensi dari peradaban. Bangsa yang
tidak pernah tersentuh tangan para nabi. Dari kelompok model mereka inilah Mas Thole
mendapatkan tantangan. Apa-apa yang disampaikannya hanya menjadi bahan
cemoohan. Dibelakang mentertawakan keyakinan diri Mas Thole.
“Benarkah keyakinan mereka itu, Ya Robb.
Tidakkah tersisakah kebenaran sedikitpun dari bangsaku ini?” Mas
Thole melangut, memikirkan bangsanya ini. Benarkah demikian adanya. Sudah
beberapa dari para sahabat yang kemudian membelakangi, dan meninggalkannya
dalam kesendiran, beranggapan apa-apa yang disampaikan Mas Thole adalah
kedustaan. Nusantara hanyalah sebuah mimpi dari orang-orang gila. “Benarkah itu? Tidakkah ada kesempatan
bangsa kami membuktikan, ya robb? Apakah keimanan kami salah, dan kemudian kami
layak di kafirkan? Hhh…ya robb.” Mas Thole dalam kesedihan yang amat
sangat.
Banyak
yang tidak pahami, dari mereka yang mempertanyakan, bahwa kunjungan Mas Thole ke pelbagai tempat di Nusantara
ini adalah bukan kunjungan sebagaimana anggapan sangkakan mereka. Kunjungan ke gunung-gunung, ke Kabuyutan-kabuyutan, dan ke tempat-tempat yang di sakralkan, missal
ke makam-makam para wali, dan juga tempat-tempat lainnya bukanlah dengan niatan
untuk ingin mencari kesaktian, kekayaan, ata sirik lainnya. Namun lebih kepada pencaraian hakekat ‘jatidiri’
bangsa ini. Mas Thole hanya ingin mencari jawaban, bagaimana keadaan leluhurnya
dahulu. Mengapakah sekarang ini diciptakan
anak keturunan yang ber-ulah model begini.
Mas Thole hanya ingin jalannya kisah dan menyaksikan kesudahan atas penciptaan bangsa ini yang pertama, dan bagaimana
keadaan penciptaan berikutnya. Maka berktnya Mas Thole akan mampu mengatakan sbb;
“Katakanlah: "Berjalanlah di (muka)
bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari
permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.” (QS, Al Ankabut;20)
Sekali
lagi, bukanlah pengejaran kekayaan, atau mencari ghaib-ghaib yang dapat memberikannya
kesaktian, bukan, bukan karena sebab itu. Mas Thole hanya ingin mencari jawaban
sebab apa dahulu Atlantis di tenggelamkan, mengapa dahulu kerajaan-kerajaan di
Nusantara dipergiliran kekuasaan. Bagaimana leluhurnya berkuasa di jamannya. Mengapa Majapahit dan Mataram juga kemudian di hancurkan. Semua dliakukan dengan maksud untuk
mencari hikmah kejadian atas kisah-kiisah leluhur bangsa ini. . Semua diamati dalam kesadaran Mas Thole. Dan kepada sahabat seperjalannya, seringkali Mas Thole
mengingatkan hal ini. Sayang sia-sia, dan mereka berbalik memunggungi. Mereka ahli kitab, yang menguasai perbendaharaan langit. Mereka mendatang tempat-tempat yang sama dengan yang di datang Mas Thole. Sebagian dari mereka, merasa apa yang dilakukan Mas Thole adalah salah besar. Mereka mampu berkomunikasi dengan segala ghaib dan penguasa gunung, lat dan lembah, bahkan hutan-hutan larangan.
Katanya, mereka tidak akan tersentuh api neraka. Apalah artinya Mas Thole, manusia biasa. Karena sebab inilah, Mas Thole kemudian dimusuhi dan dijauhi. Maka pagi ini dia dalam kesedihannya sendiri. Datanglah pesan-pesan Kami, menenangkan;
Katanya, mereka tidak akan tersentuh api neraka. Apalah artinya Mas Thole, manusia biasa. Karena sebab inilah, Mas Thole kemudian dimusuhi dan dijauhi. Maka pagi ini dia dalam kesedihannya sendiri. Datanglah pesan-pesan Kami, menenangkan;
“Pesannya,
kabura maqtan. Suatu hal yang menjadi tanda akan adanya suatu peristiwa pada
setiap yang menjalankan pembelajaran. Pada dasarnya, Kami menjalankan
tugas-Nya, baik dalam membimbingnya maupun melepaskannya. Semua atas petunjuk
Tuhan Yang Maha Esa.
Pembelajaran dapat menjadi hikmah Untuk
mengenal Tuhannya, tetapi bisa menjadi jarak antara dirinya dengan Tuhannya.
Seumpama hal tersebut Kami berikan, maka
semua atas petunjuk Tuhan Yang Maha Esa
Sungguh, bukan suatu hal yang menjadi
getar ketika mengaku beriman, tetapi memiliki banyak keyakinan kepada makhluk
nya.
Jangan pernah merasa semua berada dalam
perlindungannya, tetapi sebagai hakikat, dia berada dalam bencana.
Sudah cukup Kami memberi mereka
pembelajaran, maka Kami pun akan melepaskannya.
Sering dengan bunyi lonceng ketika rotasi
matahari dan bumi berpendar pada cahaya rembulan, maka Kami melepaskan tali
mereka.
Keluarga 'Imran ('Āli `Imrān):21 -
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para
nabi yang memang tak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia
berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yg
pedih.
Keluarga 'Imran ('Āli `Imrān):22 - Mereka
itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat,
dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong.
Keluarga 'Imran ('Āli `Imrān):23 -
Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bahagian yaitu Al
Kitab (Taurat), mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapkan
hukum diantara mereka; kemudian sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka
selalu membelakangi (kebenaran).
Keluarga 'Imran ('Āli `Imrān):24 - Hal itu adalah karena mereka mengaku:
"Kami tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari yang dapat
dihitung". Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu
mereka ada-adakan.
Keluarga 'Imran ('Āli `Imrān):26 -
Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan
kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Tidak
ada satupun manusia yang mengetahui rahasia langit, dan kemudian melakukan
klaim bahwa dirinya tidak akan disentuh api neraka sebab agamanya. Allah memberikan kerajaan kepada siapa saja yang DIA kehendaki, baik apakah dia seorang kafir,atau beriman. Apakah Yahudi,
Nasrani, Budha, Hindu, Sabiin, dan lain sebagainya. Allah tidak akan takut
dengan hujatan hamba-hambaNya. Allah juga yang akan menghinakan siapapun yang DIA kehendaki. Apapun agamanya. Bkan hanya Islam saja , Hindu, dan apapun lainnya itu. Semua sama di hadapan Allah. Janganlah para ahli kitab,
melakukan klaim tanpa hak dan mengatakan apa-apa yang tidak diketahuinya. Kemudian mengatakan para leluhur Nusantara akan masuk neraka sebab tidak beragama Islam. Kemudian dengan pongah mereka berkata sebaliknya, mereka klaim surga untuk diri mereka sendiri. Atas diri mereka mereka klaim bahwa diri mereka tidak
tersentuh oleh api neraka. Sebab mereka beragama. Sudah jelaslah berita al qur
an mematahkan anggapan mereka itu.
...
...
Pesan
berikutnya terus mengalir, agar Mas Thole jangan menyesal atas apapun yang
terjadi pada dirinya. Sebab itu sudah dalam kepastian dan kehendak Yang Maha Kuasa.
Semua kejadian dalam rangkaian rotasi menuju sesuatu yang sudah ditetapkanNya.
Jadi bersabar dan ber tawakallah kepada Allah. Luruskan niat, dan kuatkan
tekad. Kehancuran dipermukaan bumi adalah sebab ulah manusia. Sudah diperlihatkan di permukaan bumi ini Bagaimana gunung-gunung memutahkan isinya, bumi yang bergoyang, banijr menerjang, hewan-hewan mati tanpa ketahuan, dsb..dsb. Apakah masih kurang? Lihatlah sekarang bagaimana bangsa Nusantara akan tercerabut dari akar budayanya.
Seperti ayam yang kehilangan induknya. Sementara itu, jejak-jejak Nusantara, kabuyutan dan juga lainnya, satu demi satu hanya akan
menjadi replika tontonan tanpa ruh kesadaran lagi. Seperti sebuah mainan yang
dimainkan anak-anak.
Mas
Thole sadar akan kepastian ini. Kepastian bahwa manusia akan merasakan atas
kerusakan yang telah diperbuat oleh dirinya sendiri. Manusia akan mengalami kesengsaraan
yang luar biasa. Bangsa ini akan terus dlanda dengan bencana-bencana. Bangsa ni
akan terus menerus mengalam perang saudara. Dan kehilangan harta dan bendanya. Di lain sisi, perebutan harta tahta dan wanita, sudah
memasuki ranah yang terlihat dengan mata telanjang. Manusia tidak malu lagi
berbuat kemaksiatan. Meskipun dia seorang ahli kitab, ahli agama, ahil-ahli lainniya.
Sama saja, semua akan memperlihatkan kemaluan dan apa isi celannya. Mereka berjalan-jalan di pasar dengan bertelanjang saja.
Meskipun
begitu, Mas Thole tetap akan melakukan apa-apa yang seharusnya dlakukannya.
Keberangkatannya sudah menjadi kepastiannya. Doa dan bantuan dari Ratu Shima
sangat berkesan, dan dia berterima kasih untuk itu. Apalagi pertemuan dengan
tokoh dari kesultanan banten yang dengan tulus akan membantu perjuangannya, semakin menguatkan keyakinan bahwa apa-apa yang
dilakukan Mas Thole tidaklah sia-sia. Semoga
Wolohualam
Semoga...
BalasHapusDEMI MASA.,
BalasHapusSesungguhnya manusia ini dalam keadaan merugi..
Kecuali bagi mereka yang memohon kebenar...
Dan berbuat kebaikan serta berlaku sabar... QS. AL-ASHR
Dan kamu yg memalaskan mereka2 yg rajin...
Melupakan mereka2 yang ingat...
Dan meniadakan sesuatu yang Ada..
Musnahlah semua yang bersifat buruk yang telah mewujud...
Salam rahayu
Ikut menyimak dan berdoa untuk kebangkitan Nusantara. Salam dari Tlatah Wetan, Wahyu Kusumawardhana.
BalasHapusallahu nurqodim illahi nurqodim,.
BalasHapusSalam rahayu
Terimakasihku untuk Ratu Shima dan tokoh dari Banten.
BalasHapusSemoga Tuhan mengganti dengan berlipat2.
Amiin
Bagi mereka yang benar-benar bisa melihat alam gaib seharusnya tahu bahwa yang mengikuti si thole penipu ini adalah setan kuburan. Mereka yang sudah bertemu dengan roh asli raja-raja nusantara tahu, bahwa si thole ini tidak diberkati oleh mereka.
BalasHapusKami hanya dpt menyimak tanpa ngerti hrs berbuat apa untuk bangsa ini...semoga jenengan selalu di berikan kekuatan dan kesehatan dlm menjalani tugas mulia ini..aamiin
BalasHapusTerima Kasih kembali Mas Risnu.
BalasHapusMatur nuwun sanget atas doa Mas Risnu.
Apa yg kita buat hanyalah Karena Nya dan biarlah menjadi Urusan Nya saja.
Salam Kasih.