Diskusi, Memaknai Gerakan Sholat




Walaikumsalam wr wb.

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Semoga kita senantiasa mendapatkan rahmat-Nya.
Sebuah pertanyaan menarik. Sederhana, namun jangan di tanyakan bagaimana kedalamannya. Entah sudah berapa ribu kitab di tuliskan. Entah sudah berjuta kajian di paparkan. Ada apakah dengan sholat ?. Banyak sudah, ya banyak sekali tak terhitung jumlah kajian perihal sholat ini, ramai sekali alam pikiran kita di jejali dengan pelbagai macam argumentasi, presepsi bahkan kontruksi-kontruksi. Berita-berita dan kajian-kajian tersebut sampai kepada kita. Berita-berita yang saling berbenturan, berita-berita yang saling ber papasan, berita-berita yang mengalami turbulensi, riuh sekali jadinya. Semua dalam tataran kesadaran kita. Kesemrawutan itu tanpa sadar, menetap lama, dan merajai akal dan pikiran kita.

Kesadaran kolektif nenek moyang merasuki dan  membombardir alam pikiran kita. Tidak menyisakan ruang sedikitpun untuk kita. Lelah jadinya. Bukannya jiwa terpuaskan mendapatkan informasi perihal sholat. Malahan kemudian banyak pertanyan berulang, meliar, bagaikan hujan meteor menghujani jiwa dan akal kita. Sejak lama sekali hingga hari ini, tidak sedikit manusia tetap dalam ketidak mengertiannya, tetap dalam pencariannya. Mencari jawaban-nya, mencari pemuas jiwa atas hal yang tidak pernah mampu dimaknainya. Seluruh umat manusia dalam tanda tanya ini. Tidak juga kita. Aku , kau, dia , kami, dan begitu juga mereka. Percayalah, sejak berabad lalu, hingga kini. Pertanyaan tersebut terus bergulir, dan bergulir lagi, begitu juga di ruang ini lagi.  

Mengapakah dengan sholat ?. Gerakan-gerakan yang sederhana, apakah maknanya ?. Bukankah gerakan sholat adalah gerakan yang biasa, ya sangat biasa sekali. Berdiri, membungkuk, tersungkur  dan duduk. Gerakan tubuh yang sangat dasar. Tak ubahnya gerakan-gerakan lainnya. Berjalan , berlari, tidur , dan gerakan-gerakan biasa lainnya. Lebih sederhana dari  olah ketubuhan itu sendiri.

Lantas kenapakah kita harus sholat seperti itu, dengan gerakan-gerakan yang sangat konvensional ?.  

Penat jadinya. Dalam ketak mengertian itu, masih di tambah lagi berita yang kita terima perihal turunnya perintah sholat. Seperti kita ketahui berdasarkan berita Al qur an. Turunnya perintah sholat terjadi dengan sangat luar biasa sekali. Tercatat sebagai peristiwa Isro’ Mi’raj. Betapa dahsyatnya, jika saja akal mampu membayangkan. Sungguh tak ada kata yag mampu mewakili.  Allah Tuhan manusia memberikan perintah sholat ini secara langsung kepada manusia. Kepada Rosululloh. Berarti perintah ini tidak main-main. Namun mengapakah akal dan jiwa kita tidak mapu memaknai apa-apa. Apakah yang salah ?.

STOP !.

Maha Suci Allah. Tuhan Semesta Alam.

Mari kita luruhkan sejenak kepenatan kita. Sesungguhnya saya tidak mampu mengajarkan hikmah kepada siapapun. Tidak juga kepada saudara. Sungguh saya tidak mampu memaknai gerakan sholat, kecuali yang Allah kehendaki untuk diri saya sendiri. Begitu privasinya pengajaran Allah kepada setiap hamba-hamba-Nya. Maka saya khawatir jikalau saya menggunakan alam pikiran saya, jika saya memberikan makna atau hikmah gerakan sholat berdasarkan kepemahaman saya, malah justru akan membonsai pemahaman saudara sendiri.  Justru saudara akan terjebak kepada hal-hal yang sudah di persepsi kan orang lain atas sesuatu hal yang belum tentu pas untuk saudara sendiri. Mungkin saudara bisa meng ekplorasi pengalaman orang lain dalam milis ini, atau mungkin saudara dapat membaca kitab-kitab yang sudah begitu banyak menghiasi khasanah intelektual manusia. Sebagai bahan referensi untuk saudara, namun yakinlah bahwa tidak ada satupun pengajaran yang pas untuk saudara dalam mengambil hikmah atas gerakan-gerakan sholat  kecuali atas bimbingan pengajaran-Nya. Hanya DIA yang tahu hikmah yang pas buat saudara.

Sekedar sebagai bahan sharing, untuk memandu eksplorasi saudara, mungkin kita dapat berbagi. Ijinkan saya menyampaikan dengan  perumpamaan-perumpamaan. Jika saudara pernah membaca kajian saya, POSTULAT GERAK, akan membantu dalam memahami kajian berikut ini.

Gerak Jalan

Jika saja saudara tinggal di Jakarta, pastinya dapat saudara saksikan. Setiap pagi manusia beribu-ribu jumlahnya, keluar dari kantong-kantong perumahan. Bagaikan laron yang berterbangan, tak tentu arah, berebutan kesana kemari, sangat riuh sekali. Mereka melakukan gerakan yang sama, sebuah gerakan sangat sederhana sekali. Mereka bersama-sama melakukan satu gerakan GERAK JALAN. Ya mereka semua menggerakkan kaki-kaki mereka untuk berjalan. Apakah yang dapat kita maknai atas gerakan mereka ini ?.

Mereka melakukan gerak jalan ini, untuk sebuah tujuan. Gerak jalan, dengan menggerakkan kaki-kaki mereka di maksudkan agar mereka sampai kepada satu tujuan di pagi hari tersebut. Dengan gerakan yang sama ini, ternyata tujuan mereka tidaklah sama. Ada ribuan kemungkinan di dalamnya.  Ada yang mau belanja, ada yang mau ke kantor, ada yang ber olah raga, ada yang mau menengok ke rumah sakit, banyak sekali tujuan manusia-manusia ini. Ingat hanya dengan melakukan satu gerakan saja, nyatanya manusia memiliki beribu variasi kemungkinan tujuan mereka.  Apakah maknanya ?.

Gerak jalan, bagi setiap manusia akan di maknai sesuai dengan kepentingan mereka masing-masing. Orang yang berjalan tergesa-gesa karena istri/suaminya sakit di rumah sakit, cenderung akan ter gopoh-gopoh, pikiran mereka sudah entah dimana, melayang-layang, ingin cepat sampai, dia tidak akan memperhatikan lingkungannya, sepanjang perjalanan keluh kesah adanya. Apakah dia mampu memaknai gerak jalannya di hari itu, sebagai sebuah kenikmatan ?.

Lain halnya, orang yang sedang gerak jalan, dengan maksud mencari udara segar, akan menikmati apa saja yang mampu dinikmatinya sepanjang perjalanannya. Hatinya riang gembira. Di hirupnya nafas dengan lega. Saudara bisa membayangkan contoh-contoh lainnya. Misalnya , orang yang sedang mengejar kereta, orang yang mau berangkat rapat di kantor. Dan beribu-ribu  contoh-contoh lainnya. Maka coba bayangkan, bagaimana kesudahan bagi mereka. Apakah setiap manusia mampu memaknai GERAK JALAN tersebut dengan hikmah yang sama?.

Sekali lagi, GERAK JALAN, adalah sebuah gerakan yang sangat sederhana. Sebuah gerakan yang menjadi fitrah manusia. Seluruh manusia melakukannya. Kenapa setiap manusia selalu berbeda-beda dalam memaknai hikmah gerak jalan-nya sendiri. ?. Cobalah kita memaknai gerak jalan kita setiap pagi ?. Apakah kita mampu  mendapatkan hikmah setiap hari nya ?. Apakah nikmat gerak jalan akan sama setiap hari nya ataukah akan berbeda ?. Dimanakah nikmatnya gerak jalan ini ?.

Mari kita per dalam lagi. Membahas satu gerakan dasar saja, semisla GERAK JALAN saja,  mungkin seumur hidup kita tidak akan pernah mampu menyelesaikan kajiannya.

Meski pada dasarnya gerak jalan manusia hampir sama, ternyata jika kita perhatikan lebih jauh, bahasa tubuh setiap manusia tidak sama. Ada yang suka berjalan dengan menggoyangkan tangan, ada yang suka berjalan dengan tegak, ada yang suka berjalan menyeret kaki, ada yang suka berjalan dengan lemah gemulai bak bidadari, ada yang suka berjalan dengan pongah dan congkak.

Bagaimana menurut kita, adakah yang salah dengan model gerak jalan manusia dengan gayanya masing-masing itu ?.

Namun itulah, ternyata gaya gerak jalan yang berbeda bagi sebagian golongan manusia menjadi masalah serius. Mereka memenginginkan setiap manusia harus melakukan gerak jalan sesuai dengan gayanya. Jika tidak manusia itu akan di musuhi dan di perangi. Dari gerak jalan yang sederhana, nyatanya mampu menimbulkan perpecahan. Banyak sekali perkelahian yang di picu oleh gaya berjalan seseorang ini. Aneh bukan ?.

Saya ingin menyampaikan bahwa  GERAK JALAN adalah fitrah manusia. Dimana dengan gerak ini manusia akan mampu mencapai tujuannya. Pemahaman ini akan saya gunakan untuk memahami GERAK SHOLAT, berikutnya.

Pulang kampung

Ada sebuah makna yang sangat sulit di uraikan dengan kaidah bahasa. Yaitu PULANG.. !. Bagaimanakah sensasi rahsanya ?. Maka hanya orang-orang yang memiliki kampung halaman akan mampu memaknai kata ini.

Siapakah manusia urban ibu kota yang belum merasakan nikmatnya pulang kampung ?.

Bagaimanapun beratnya perjalanan yang harus dilalui ternyata tidak menyurutkan manusia-manusia urban untuk pulang kampung. Meskipun harus berdesakan di dalam bus. Meskipun harus bertelanjang dada di kereta saking sesaknya. Meskipun harus berhari-hari menunggu kereta berikutnya. Meskipun bertaruh nyawa, bersaing dengan bus-bus di jalan raya. Manusia mengabaikan itu semua.

Gerakan jalan kaki mereka menjadi satu makna ketika menjelang hari raya Idul Fitri, ketika mereka memiliki satu tekad dan satu tujuan yang sama. PULANG. Maka gerak jalan mereka mampu mereka maknai dengan satu kesamaan rahsa, meski tentu saja ada variasi nikmat yang individual sifatnya. Namun hakekatnya mereka dalam satu makom.

Pulang menjadi kata pemersatu atas langkah gerak jalan setiap anak manusia. Setiap manusia yang merindukan PULANG, sekali lagi akan berada dalam makom yang sama. Mereka merindukan saat-saat bersama di kampung halaman mereka. Mereka mengangankan betapa nikmatnya kebersamaan dengan keluarga. Siapakah yang tidak ingin PULANG..!. Padahal jiwa senantiasa merindukannya.

Ketika makna PULANG berada di dalam jiwa maka gerak jalan mereka menjadi ringan. Mereka sudah tidak mempermasalahkan lagi. Apakah gerak jalan temannya lemah gemulai, ataukah diam. Mereka sudah tidak memperdulikan perbedaan dalam gaya gerak jalan diantara mereka lagi.  Mereka semua sudah tidak mempermasalahkan lagi hal-hal remeh seperti ini. Jiwanya senantiasa diliputi aroma keindahan rumah mereka di kampung halaman. Silahkan ekspolrasi bagian ini. Apakah tidak terbersit dalam pikiran kita, bahwasanya kita semua harus PULANG !. Apakah kita sama sekali tidak merindukan PULANG ?.

Gerak Sholat

Ilustrasi diatas mencoba membawa kepada kita sebuah perumpamaan. Begitulah keadaannya GERAK SHOLAT yang selalu menjadi pertayaan umat manusia di sepanjang peradaban. 

Gerak sholat sebagaimana gerak jalan, begitu sederhana sekali.
Pertama adalah berdiri, bagaimanakah kita memaknai berdiri itu ?. Makna berdiri sangat tergantung bagaimana posisi jiwa kita saat itu. Maka hikmahnya juga akan berbeda-beda setiap saat, tergantung bagaimana arah jiwa kita, dan posisi kita saat itu. Sebagaimana ilustrasi Gerak Jalan di atas.

Begitu juga dengan gerak rukuk, gerak sujud, gerak duduk. Sama saja keadaanya. Sebagaimana ilustrasi diatas. Ada satu hal perihal gerak yang akan mampu di maknai dalam situasi yang sama. Jika mereka dalam suasana yang sama, yaitu suasana jiwa yang mengarah PULANG, maka gerak sudah tidak menjadi fokus dalam pikiran mereka lagi. Demikian juga halnya dalam sholat.

Jika GERAK JALAN  merupakan sarana dan upaya mereka   untuk pulang kampung bagi RAGA. Maka GERAK SHOLAT adalah sarana dan upaya JIWA untuk pulang ke kampung akherat. Jika manusia menyadari bahwa upaya untuk pulang kampung harus menggunakan sarana GERAK. Maka manusia tidak akan mempertanyakan lagi GERAK SHOLAT. Dan juga manusia tidak akan di bingungkan lagi dengan hal-hal remeh perihal perbedaan gerakan sholat. Inilah yang ingin saya sampaikan.

Gerak Sholat adalah fitrah

Gerakan adalah fitrah manusia. Berdiri, berjalan, duduk, membungkuk, sujud adalah gerakan dasar adalah fitrah RAGA MANUSIA itu sendiriManusia suka atau tidak suka akan selalu mengulang-ulang gerakan-gerakan ini. Celakalah manusia yang mengingkari gerakan-gerakan ini.  Manusia juga tidak akan mampu membuat gerakan-gerakan ini, dan memberhentikan dengan sendirinya. Gerakan-gerakan ini adalah sunatulloh.

Maka ketika manusia dalam upayanya dalam keinginannya untuk PULANG. Jika manusia mengarahkan jiwanya untuk kembali kepada asalnya, maka RAGA dengan secara otomatis akan melakukan gerakan-gerakan dasar ini. Yaitu gerakan-gerakan sebagaimana sholat. Tanpa dapat di cegah. 

Maka ketika jiwa manusia memasuki kekhusukan, menyerah pasrah untuk PULANG maka dengan sendirinya RAGA akan bergerak melakukan gerakan sholat. Sebagaimana Rosululloh sholat. Manusia akan mampu membedakan gerakan ini apakah sebagai fitrah Raga ataukah entitas lain dari kesudahan gerak. Jika gerakannya tidak karuan, tidak sesuai dengan contoh Rosululloh sudah dapat di pastikan bukan gerak fitrah raga.

Raga harus mengikuti fitrahnya sebagaimana bumi yang berputar. Manusia juga akan mengikuti rotasi itu dengan geraknya. Maka gerak sholat adalah gerak bumi itu sendiri. Ketika manusia sudah tunduk maka raga akan berotasi , berdiri, rukuk, sujud, duduk, berdiri lagi,  bertasbih, bertakbir, betahmid. Mengakui semuanya ini, menjadi saksi atas keberdaannya di bumi, dengan keiklahsan yang bulat mengangkat JARI nya. Sebagai simbol pengakuan diri bahwa dia adalah salah satu saksi atas Lai ila ha illalohh Muhamadar Rosululloh. Syahadat. 

Ingatlah seluruh unsur tubuh manusia adalah atom-atom yang berasal dari bumi. RAGA kita adalah RAGA yang FATALIS. Raga yang tunduk kepada aturan alam semesta. Maka kenapakah kita tidak mau menjadi saksi atas ini. Megapakah kita tidak mau mengangkat jari kita dengan keyakinan yang utuh ?. 

Siapakahkah yang tidak mau menjadi saksi?. Siapakah yang tidak berani mengangkat jari nya ?. Maka aku mengangkat jari ku, sebagai tanda bahwa akulah orang yang ber serah diri, kepada Allah.  Itulah simbol-ku kepada Allah atas kesiapanku menjadi saksi-NYA. Maka terserah kepada saudara, simbol apakah yang akan anda tunjukan kepada Allah, mengenai kesiapan atas hal ini ?.   

Jiwa manusia harus PULANG ke rumah Allah. Kita akan pulang ke rumah kita dimana kita berasal. Namun kemanakah arah pulang ?. Maka sholat kita mengarah kepada kiblat. Kabah simbol rumah Allah. Hanya simbol bukan hakekat rumah sesungguhnya. Hanya simbol rumah yang akan mengingatkan kepada kita bahwasanya kita semua harus PULANG. Pulang ke rumah. Ya..rumah tempat kita dimana kita akan senantiasa bersama dalam naungan rahmat Allah, tempat  dimana sesungguhnya kita berasal.  

Jika kita ingat PULANG. Maka seterusnya sedikit demi sedikit kita akan di pahamkan dengan gerakan-gerakan sholat. Adalah hikmah yang hanya saudara dan Allah yang tahu.


Wolohualam
Salam
arif

Komentar

  1. terimakasih kang arif pemahamannya, mencerahkan. saya ijin copas ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Monggo kang, hanya milik Allah segala hikmah.

      Salam

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali