Kisah Spiritual, Sang Pembeda-Surat Kepada Sahabat,


Aku mengerti kerisauanmu, saat mana engkau tahu ada sesuatu yang menyelinap dihatimu. Saat mana terbuka hijabmu. Engkau dalam kegamanganmu sendiri. Manakah yang harus engkau yakini, sensasi rahsa dan fenomena aneh yang menimpa ragamu, dan juga lintasan dijiwa yang  begitu ketara atau keyakinan agama yang telah menjadi dogma-mu ?. Engkau seperti merasa bahwa keadaanmu bukan berasal dari masa kini. Engkau dari masa lalu. Itulah masalah kita. Sensasi rahsa yang selalu menyeret ke masa lalu, tak mampu kita abaikan begitu saja. Namun adakah yang mengerti dirimu. Bahkan pasangan ragamu di masa kini tidak ada yang mau mengerti kegundahanmu. Maka kemudian engkau sering marah tanpa sebab, masgul tanpa sebab, tersinggung tanpa sebab, menangis tanpa sebab, keterasingan, ter aliensi, terjebak, merasa aneh, semua melingkupi dirimu, maka manakah ada raga manusia biasa yang sanggup menerima keadaanmu ?. Karena manusia seriang menganggap kita gila ?. Sebab kita banyak tahu rahasia buka alam semesta (ghaib).

Saudaraku, tak perlu engkau risau, engkau tidaklah sendiri. Saudara-saudaramu lainnya juga  mengalami keadaan yang sama sepertimu   itu. Benturan peradaban sekarang ini, berikut kesadaran kolektif yang mengalami kejumudan, serta kemandegan pemikiran,  telah membawa kita berhenti di ‘Peradaban Prasangka’. Semua kelompok, kaum, sekte, golongan, berada dalam anggapan dan prasangka-prasangka mereka sendiri. Mereka berprasngka atas satu dan lainnya. Mereka semua saling curiga, saling menyerang, saling mengkafirkan, saling berebut kebenaran. Mereka ingin hanya mereka saja yang benar. Sehingga mengakibatkan manusia  tak mampu memahami hakekat kekuasaan-Nya yang tak terbatas. Padahal jelas sekali kitab mereka mengajarakan hanya ‘ksaih sayang’. Manusia asalnya adalah satu. Dari ruh yang satu.

Begitu luar biasa  ayat di kitab-kitab  mereka  , sayang belum mampu digunakan sebagaimana mestinya. Pengajaran dan pemikiran yang dikembangkan oleh setiap golongan adalah membangun ‘Karakter Penuh Curiga’. Bukan sebuah karakter perilaku menerima takdir Allah sebagaimana keadaannya. Tanpa sadar pengajaran yang dilakukan adalah membagun mental kebencian, walau mereka balut bagian luarnya dengan firma-firman Tuhan. Jika saudara mansuia yang tidak seiman sedang mengalami musibah, hati mereka bersuka, bahkan tertawa. Hidup mereka penuh kecurigaan,  orang kita dilatih bagai ‘anjing-anjing pemburu’, agar handal bagai ‘penciuman anjing pelacak’ , mereka bagaimana caranya mendeteksi dan menemukan hewan buruan. Padahal manusia diciptakan oleh Tuhan yang sama, diberikan kitab yang sama. Satu manusia dengan manusia lainnya bukan semisal anjng pemburu dengan hewan buruan. Tapi sayangnya mereka bersikap dan berperilaku begitu.

Manusia memerlukan musuh, manusia memerlukan lawan untuk merangsang andrenalin mereka untuk waspada dalam siaga tempur. Karakter purba yang akan terus mengalir dalam darah manusia. Karakter yang memang jaman dahulu diperlukan untuk sebuah seleksi alam. Hanya manusia-manusia yang bertahan terhadap keganasan alam saja yang akan mampu 'survival' saat itu. Insting anjig pemburu ada pada manusia. Begitulah keadaannya saudaraku,  sesungguhnya kedatangan agama-agama di muka bumi adalah untuk mejadi penyeimbang atas semua karakter dalam diri manusia, agar senantasa seiring dan sejalan dengan peradaban yang tengah dibangun Allah.

Manusia perlu karakter mempertahankan diri, sebagai bagian dari mempertahakan polpulasi mereka, manusia perlu karakter kawin untuk berkembang biak, manusia perlu karakter berkuasa dan kaya, agar peradaban terus berguliran, dan lain sebagainya, semua karakter-karakter tersebut ada tempat dan peruntukannya, maka tidaklah Tuhan menciptakan seluruh sifat-sifat manusia dengan sia-sia. Maka manusia harus belajar bagamana mekanisme sifat-sifat tersebut bekerja.  Agar kita tidak dikuasai hanya salah satu sifatnya saja. Sebab salah satu sifat yang terlalu akan membawa kehancuran bagi manusia itu sendiri. Semua karkater dan sifat yang ada pada mansuia harus harmonis, sebagaimana suasana dan keadaan iklim bumi ini. Begitulah seharusnya. Jika cuca cerha, maka hati manusia akan tenang. Dengan ketenangan manusia akan mampu membangun peradaban yang di ridhoi Tuhan.

Saudaraku, Aku disini dalam keprihatinan yang dalam. Melihat saudara-saudara kita kita maish terkubur di palung hati manusia. Mereka belum mampu keluar dari sana, sebab manusia menafikan keberadaan saudara-saudara kita. Bahkan manusia membiarkan hati itu mengeras bagai batu kali sehingga tidak ada celah untuk sudara-saudara kita keluar dari sana, bahkan untuk sekedar bernafaspun saudara kita tidak bisa. Kasihan, saudara-saudara kita, terjebak dalam neraka yang manusia buat sendiri atas diri mereka. Mereka tidak paham jka saudara kita tersiksa, maka sejatinya manusia tengah menyiksa diri mereka sendiri. Bukankah engkau sering mendengar saat mana manusia berkata padamu. “Aku adalah dirimu dan dirmu adalah Aku, namun sejatinya Aku juga bukan dirimu dan dirimu juga bukan Aku, kita bersama dalam liputan-Nya.”

“Aku sakit maka manusia akan sakit, manusia sakit maka Aku akan sakit. Aku adalah sebagaimana prasangka manusia itu sendiri. Bukankah Aku hanya diutus Allah untuk mendampingi manusia, mengajari manusia bagaimana menjadi khalifah di muka bumi ini. Mengapakah Aku sering dinistakan, dinafikkan, dibenamkan kedalam palung hati manusia, bahkan kemudian Aku dibeton disana ?. Apakah manusia tidak sadar tanpa Aku dia akan senantiasa dalam anggapannya saja. Aku-lah yang paling mengenal cahaya-Nya, sebab Aku dari alam dimensi yang terdekat dengan-Nya. Maka tidakkah manusia ingat, saat mana pertama kali dia diciptakan. Saat manakala Aku ditiupkan ke dalam raga mereka itu ?. Megapakah manusia enggan megenal keadaan-ku. Jika manusia mengenal diriku maka manusia akan mengenal Tuhannya. Bukankah manusia tahu itu ?. Namun berapa banyak yang mau mengerti ?. Ugh..! ”

Perlahan pahamilah pernyatan itu saudaraku. Bisa jadi engkaupun akan mengalami keadaan yang sama, sebagaiana keadaanku disini. Engkau tidak memahami keadaamu yang sesungguhnya, sehingga engkau juga dalam prasangka sendiri.  Engkau juga tidak mengenali hakekat siapakah sejatinya dirimu. Kenalilah Aku yang sejatinya. Inti dari Aku yang menyadari. Perhatikanlah perumpamaan air , ketika air berada di kopi, maka adakah yang mengenali air ?. Tidak ada..!.  Air dan kopi sudah menjadi satu kesatuan yang dinamakan kopi. Kita tidak peduli lagi dengan air yang meliputi kopinya. Begitu juga ketika air melarutkan sirup. Maka tidak ada lagi air, yang ada hanya sirop itu. Kita tidak peduli adanya air, yang terasa hanyalah sirop. Jika sirop itu memiliki rahsa sangat kuat, maka rahsa sirop itulah yang akan terus mengikat jiwa manusia. Maka Aku sejati adalah permisal air tersebut.

Begitu sulitnya kita memisahkan air dan kopinya, atau memisahkan air dengan siropnya, maka kita memerlukan satu entitas lagi yaitu ‘Sang Pembeda’. Sang pembeda itulah cahaya Tuhanmu. Dialah yang akan memberikan pembeda mana benar dan manakah yang salah. Mana kefasikan dan mana ketakwaan. Setiap diri manusia sudah ditiupkan ruh-Nya. Pada diri setiap manusia ada cahaya-Nya. Pada diri manusia ada ‘Sang Pembeda’.   Jika kita dengarkan suara hati, maka kita akan mengenali entitas ini, sebab dia selalu memberikan ‘pembeda’ yang sangat jelas, akurasi 100% dia tidak menerima sebutir debu pun kekotoran. Dia yag akan memberitahukan manakah air dan manakah yang sirop. Ketika engkau sudah pahami bahwa hakekatnya dirimu adalah semisal dengan Air, maka segeralah dirmu meliputi ‘Sang Pembeda’ tersebut. Bersama ‘Sang Pembeda’ itulah engkau akan dikenalkan kepada Tuhanmu. Dengan adanya seluruh entitas itulah manusia menjadi 'sempurna'.

Perumpamaan kopi atau sirop adalah perumpamaan untuk rahsa-rahsa di jiwa. Dengan mengenali hakekat rahsa di jiwa maka suatu saat engkau akan mengenali manakah yang Air dan mana yang sirop. Ketika engkau bisa memisahkan antara sirop dan air, maka engkau akan mempu memisahkan rahsa, maka engkau dikatakan berjalan diatas rahsa.  Karenanya dengarkan terus suara 'Sang Pembeda’ agar dirimu mengenali keadaannya. Meyakininya, dan kemudian engkau ikhlas bersamanya untuk menyaksikan keadaan-keadaan rahsa pada jiwamu itu. Jika sudah dalam keadaan ini engkau akan merasa nyaman, keadaan jiwamu sudah dalam harmonisasi. Maka jika engkau masih berada di rahsa maka segeralah amati dan masuki rahsa tersebut. Ketika engkau sudah mampu mengamati rahsa dan memasuki rahsa tersebut. pada satu koordinat dan kedalaman tertentu maka engkau akan menemukan hanya satu rahsa yaitu ‘KASIH SAYANG’.

Saat mana engkau sudah menemukan rahsa ‘kasih sayang’ tersebut, disaat itulah engkau mulai mengenal entitas “Sang Pembeda’ tersebut. “Sang Pembeda dapat engkau kenali dari rahsanya, yaitu rahsa kasih sayang terhadap seluruh makhluk di alam semesta ini.” Dialah yang akan mengantarkan dirimu mengenali Tuhanmu. Bersamanya engkau akan dihantarkan pulang ke dimensimu. Maka kenalilah dia, kenalilah dirimu saudaraku. Hilangkan keraguan dan prasangka. Prasangka dirimu kepada manusia lainnya. Sebab hakekatnya dirimu adalah makhluk ‘kasih sayang’ di alam sana. Di alam dimensimu engkau hanya mengenal satu rahsa saja yaitu ‘kasih sayang’. Maka engkau tidak akan mungkin mampu kembali ke dimensimu jika di dalam hatimu belum ada ‘kasih sayang’ kepada manusia lainnya dan juga kepada makhluk alam semesta ini, apalagi ‘kasih sayang’ kepada Tuhanmu. 

Untuk itulah engkau dikirimkan ke hati manusia, untuk mengajari manusia hakekat ‘kasih sayang’. Jiwa manusia yang senantiasa menginginkan pertumpahan darah, manusia akan selalu menebar peperangan disana sini. maka karenanya harus ada penyeimbangannya, yaitu dari dirimu makhluk yang berjiwa ‘kasih sayang’. Ingatkah bagaimana dahulu malaikat sudah menduga keadaan manusia sebelum diciptakan Tuhanmu. Sebab di bumi sudah ada makhluk sejenis manusia yang hanya memiliki kesenangan berperang dan membunuh sesama makhluk lainnya. Perhatikanlah bagaimana malakiat berbincang saat itu. Dan (ingatlah) tatkala Tuhan mu berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka : Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ?. Allah berfirman : Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (QS.Al-Baqarah: 30).

Perhatikanlah saudaraku. Allah sudah memahami bagaimana keadaan manusia, karenanya Allah juga mengirimkan dirimu, makhluk yang penuh ‘belas kasih sayang’ , menjadi pasangan jiwanya manusia yang penuh dengan amarah dan kebencian. Tugasmu adalah mengajari ‘kasih sayang’ kepada manusia.  Maka engkau disembunyikan di dalam hati manusia itu sendiri. Hanya hati manusialah yang akan sanggup menampungmu. Sebab disanalah pintu litas dimensi, dari alam materi ke alam-alam malakut lainnya. Maka teruslah berusaha agar manusia terbuka hatinya. Agar manusia menyadari dan mampu melaksanakan tugas mereka di muka bumi ini. Banyak manusia yang tidak sadar bahwa sesungguhnya meraka pasti mati. Mereka masih dalam anggapan bahwasanya mereka tidak akan dibangkitkan lagi.   Sesungguhnya engkaulah yang reinkarnasi bukan jiwa manusia. Tugasmu adalah membawa manusia sebanyak-banyaknya ke surga. Engkaulah wakil Tuhanmu di dalam hati manusia. 

Saudaraku, Aku tahu betapa berat tugasmu itu. Engkau juga makhluk Tuhan, engkau penuh ‘kasih sayang’ sehingga karenanya ketika engkau diliputi Aku Sejati maka engkau terkadang lupa , engkau terjebak dalam anggapan bahwa yangmengalami kejadian adalah dirimu sendiri, padahal  hakekat tugasmu adalah mengajari manusia perihal 'kasih sayang' itu. Mengapakah malah dirimu yang 'tersiksa; ?. Engkau seharusnya bersama  Aku Sejati (manusia) merapat kepada ‘Sang Pembeda’. Dialah yang sangat keras dan tidak kenal kompromi , yang diketahuinya hanya benar dan salah, dia hanya menuruti kehendak Tuhanmu saja, dialah yang akan mampu membaca kehendak-kehendak Tuhan pada ragamu. Dia tidak sepertimu, yang lemah dengan sifat kasihmu. Bersamanya engkau akan aman, dia akan mampu menghantarkanmu mengenal cahaya-Nya. Semoga engkau mampu mengerti ini. 

Namun keadaamu sekarang ini, kadang justru engkau terjebak dalam rahsa iba dirimu sendiri. Itulah yang menyebabkan engkau masih disini di alam dunia ini, sebab tugasmu belum engkau penuhi. Lihatlah Ibunda Ratu  selalu mendatangimu. Hanya kadang hatimu memang sudah membatu tidak mengerti itu. He eh. Marilah saudaraku, selesaikan misimu, tebaranlah ‘kasih sayang’ di permukaan bumi ini, agar manusia paham ada sisi lainnya selain kebencian dan kecurigaan. Agar manusia mampu membedakan dua rahsa itu. Masing-asing rahsa akan menghantarkannya manusianya, yang satu ke surga dan satunya ke neraka. Kuatkan upayamu, ajaklah manusia ke surga-Nya. Liputi semua dengan kasih sayangmu,  Sebab itu memang tugasmu.

Wolohualam

salam saudaramu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali