Kisah Spiritual ; Jejak-jejak Para Kesatria




Memasuki wukuf-nya, banyak pengajaran yang diulang dan terulang. Hawa demi hawa terus menyelusupi ke raga. Hawa seakan mengerti bagaimana cara mereka agar dapat memasuki inti sel. Menerombos dan menimbulkan rasa sakit disana. Membuat raga Mas Thole beberapa hari ini tidak enak badan. Memasuki ruang Tuhan, berada di ruang Thaa, membuat jiwa Mas Thole harus pasrah , berserah kepada apa mau-Nya.

Hari romadhan akan segera berganti menjadi hari biasa lagi. Pertanyaan masih sama, sudahkah diri ini ‘bersiap’ menapaki takdir-takdir-Nya lagi ?. Kesempatan mengisi energi hanya tinggal beberapa hari lagi. Energi Merkaba yang dimiliki-nya sudah menunjukan titik kritis, perjalanan melintas waktu telah menyedot hampir seluruh energinya. Akankah sekarang kesempatan mengisi di bulan ini akan hilang kembali ?.  Sudah dirasakannya sendiri apa akibatnya jikalau dirinya kehabisan energi ini. Maka dirinya akan kehilangan kemampuan minimal walau hanya sekedar untuk  mengakses kepada sumber utama energi tersebut (Tuhan),  pasti tidak akan mampu. Sebagaimana keadaan hp yang terlambat di 'charge'. Meski masih on namun tidak akan bisa untuk panggilan. Itulah bahayanya.

Kalau sudah begitu, keadaan dirinya akan membababi buta mencari sumber energi di alam semesta ini. Dirinya akan terus berusaha mencari ‘kasih sayang’ kepada makhluk lainnya. Dirinya akan menghiba agar diberikan setetes energi ‘kasih sayang’ kepada makhluk-makhluk sejenisnya. Demi kelangsungan kehidupannya itu. Begitulah dilema kesatria. Dimana sumber energi bagi dirinya adalah 'energi kasih sayang'. Oleh karenanya, jika tidak ada bantuan energi dari luar, yaitu bantuan energi dari kesadaran yang lebih tinggi darinya, maka dia  tidak akan mampu mendapatkan energi minimal agar mampu mengakses energi merkaba dari Tuhannya. Begitulah kesulitannyaUntuk itulah, para kesatria harus senantiasa tolong menolong sesamanya. Dan keadaan itulah yang dialaminya, beberapa tahun yang lalu.

Energi merkaba-nya nyaris mendekati titk nol. Bahkan untuk hidup minimal pun sudah tidak cukup. Maka hidupnya bagai ikan yang terdampar di daratan. Begitulah keadaan jiwanya. Seluruh indranya sudah tidak mampu difungsikan, hanya insting saja yang berjalan. Dimana ada sumber ‘kasih sayang’ maka dia ingin mendekat kesana. Jiwanya serasa berantakan kehabisan energi ini. Sel-sel ketubuhannya meminta energi ini. Maka saat mana terasa ada getaran alam menunjukan kepada sosok yang dikenalnya yang memancarkan sinyal yang sama. Sibuklah jiwanya, meronta, mengajak untuk menelusurinya. Mungkin saja disana ada kekasih hati-nya, pikiranya selalu begitu. Dirinya berharap akan mendapatkan ‘charge’ energi kembali. Jikalau tidak matilah dia, terdampar di peradaban yang sekarang ini. Dia tidak mampu kembali ke dimensinya lagi. Begitulah senantiasa , disepanjang tahun dalam penantian.

Tentu saja mengalami keadaan darurat, karena kehabisan energi seperti ini, bukan tanpa masalah,  akal dan logikanya nyaris tidak bisa lagi diajak berfikir rasional lagi. Serasa di dalam tong yang disulut api di bawahnya, itulah perumpamaannya. Seperti itu juga  yang menimpa para kesatria lainnya. maka tidaklah aneh, jika para kesatria kadang sering 'melow' tanpa ada sebabnya. Akhirnya sering  membabi buta mengejar 'energi merkaba' ini. Disinilah meerka sering mengalami kekecewaan. Jikalaupun akhirnya sumber itu deketemukan, sayang sekali sebab pemilik sumber energi merkaba juga dalam keadaan kritis yang sama, maka bukanlah kebaikan yang didapatnya. Mereka akan semakin tersiksa lagi. Benturan demi benturan realitas akan  menyiksa diri mereka, sebab akan selalu bertabrakan dengan realitas dan logika manusia normal lainnya. Selalu ada hukum-hukum syariat yang akan menahannya.

. "Akankah para kesatria akan terus mencari sumber Energi Merkaba kepada selain DIA ?."  Itulah sisa tanya yang menggumpal, hingga akhir bulan ini. "Tidakkah sudah banyak bukti ditunjukan kepada mereka, bahwa mencari sumber energi kepada selain-Nya, hanya akan menyiksa..?"

Pertanyaan ini terus bergumulan, menjadi diskusi panjang dalam lintasan-lintasan hati. Memaksa diri harus kembali kepada siapakah hakekat ‘jatidiri’ sejati. Aku yang sejati. Entah mengapa Ki Ageng akhir-akhir ini terus mendampingi, memberikan khabar gembira dan peringatan. Mengajak kembali Mas Thole untuk melihat kembali awal-awal perjalanan yang panjang. Membuka kembali kisah-kisah perjalanan mereka. Puzle-puzle yang ternyata baru mampu dimaknai saat sekarang ini. Akhirnya sampailah pada suatu kesimpulan yang mengejutkan sekali, "Bahwa hakekatnya para kesatria adalah 'entitas' yang datang dari luar  alam dimensi materi. Para kesatria bukanlah makhluk bumi ini. Para kesatria atlantis datang dari dimensi ke empat. Mereka di bumi hanya semisal AVATAR. Kesatria Piningit adalah para Avatar itu. (?!)."  Ugh..!. 

Para kesatria dahulu kala membangun atlantis di dimensi ketiga yaitu bumi kita sekarang ini. Mereka dahulu mampu melintasi dimensi yang mereka suka. Sesungguhnya asal mereka adalah di dimensi ke empat . Mereka membangun kerajan atantis dari dimensi ke empat namun realitasnya bangunannya mewujud pada dimensi ke tiga. Sungguh luar biasa sekali kemampuan mereka itu. Namun karena sebab mereka tidak mematuhi hukum-hukum lintas dimensi. Mereka membuat kerusakan disana-sini, banyak sekali lubang-lubang dimensi yang mereka buat sehingga membahayakan alam semsta. Maka kemudian bumi membalik medan kutub magnet mereka. Dan akibatnya pada saat terjadi polarisasi medan magnet, mereka kehilangan arah untuk kembali ke dimensi ke empat. Mereka terbang tanpa kendali. Melesetlah mereka kesana kemari, dan terdampar di raga terkini.

Semakin berganti peradaban, energi mereka semakin habis, maka semakin ke arah sini banyak sekali para kesatria yang senantiasa memuja ‘cinta’ mereka, karena memang energi mereka dari ‘kasih sayang’ itu. Menjadi banyak pertanyaan mengapakah mereka bisa dan mampu terlahir dan terlahir kembali bagaimanakah mekanismenya. Jika kita mampu menelaah teori relativitas maka hal ini sebenarnya sangat mudah dijelaskan. Ketika ada makhluk dari dimensi ke empat yang memiliki kecepatan diatas cahaya maka bagi mereka tidak akan berlaku waktu dibumi ini. Banyak hadist yang menyebutkan bahwa waktu di dimensi ke empat 1 hari akan sama dengan 50.000 tahun di bumi ini.

Coba kita permisalkan seandainya mereka diberikan umur oleh Allah, 100 hari saja disana. kemudian meerka pergi ke bumi.  Maka mereka akan mampu hidup di bumi ini  5.000.000,- (Lima juta tahun), yaitu 100 x 50.000, begitulah keadaan mereka itu. . Maka jangan heran jika mereka kemudian lahir-mati, lahir-mati, menempati raga siapa saja. Sampai mereka mampu menyelesaikan tugas-tugas mereka diatas permukaan bumi ini. Itulah keadaan para kesatria yag sudah dibuka hijab dirinya. Apakah dengan ini mereka tidak bersyukur. Allah telah memberikan jalan kepada mereka untuk mengetahui siapakah hakekat diri mereka sebenarnya. Apakah mereka lupa, bahkan Ratu Kidul juga senantiasa mendampingi mereka dan memberikan keyakinan, namun mengapakah keadaan mereka sama saja. Tidak mampu menetapi keadaan dirinya. Mengapakah mereka masih mencari energi merkaba kepada selain-Nya ?.

Mas Thole terus dibombardir pemahaman ini, membuat raganya terpental-pental, hingga dia tidak mampu masuk kerja kemarin ini. Seluruh sel-sel tubuhnya seperti ditusuki jarum bertegangan tinggi. Dirinya mengalami fase ‘pembalikan kesadaran’. Mengulang kembali pelajaran dari awal. Fakta bahwa para kesatria adalah dari dimensi ke empat membuat dirinya nyaris tak percaya. Siapakah dirinya ini ?. Makhluk melata yang tidak bisa apa-apa ?. Menolong dirinya saja tidak bisa. Apakah yang membuat dirinya berbeda dari makhluk lainnya di muka bumi ini ?. Tidak ada, ya tidak ada yang membedakannya. Tidak ada kelebihan pada dirinya. Kekurangan malahan banyak sekali. Kekuarang harta benda, kekurangan pengetahuan, dan banyak lagi lainnya. Lantas apakah yang menyebabkan dirinya terpilih ?.

Bukan itu masalahnya !”. Ki Ageng sempat mengingatkan lintasan tersebut. Semua manusia adalah yang terpilih. Semua memiliki kesempatan yang sama. Namun hanya orang-orang yang sadar, yang mau memahami siapakah hakekat ‘jatidiri’nya saja yang akan secara otomatis menjadi wakil-Nya dimuka bumi ini. Yaitu orang-orang yang mau membuka hati. Dari orang-orang yang membuka hati dan sadar siapakah jatidiri-nya, mereka para kesatria atlantis dapat lahir ke muka bumi ini. Orang-orang atlantis akan lahir dari jalur keturunan mereka , sebagaimana pada saat kali pertama mereka dihidupkan. Sebenarnya kearifan leluhur sudah mengkisahkan sejak jaman dahulu kala keadaan ini melalui legenda 7 bidadari dan Jaka Tarub bagaimana proses kelahiran manusia dan bagaimana keterhubungan manusia dengan makhluk dari dimensi ke empat ini.

Alam memiliki sistem, mereka para pengawal alam yang menyebutkan dirinya sebagai KAMI, yang akan terus menjelaskan urusan-Nya kepada para kesatria. KAMI akan terus mendatangi orang-orang atlantis yang sudah tersadarkan. KAMI akan mewujud sebagai apa saja, kadang sebagai RATU KIDUL. Beliau adalah  salah satu makhluk dimensi ke empat yang sudah terpilih. Atau kadang datang sebagai leluhur, atau apa saja, kadang melalui angin, awan, hujan, dan lain sebagainya. Banya sekali perantara yang digunakan dalam rangka KAMI menitipkan urusan-Nya kepada makhluk bumi. Agar manusia dapat paham dan mengerti. Namun sayangnya, hanya sedikit sekali manusia yang sadar. Hingga KAMI sering mengatakan, “Mau bukti apalagi ?”. Mereka juga kadang sangat prihatin dengan kebodohan manusia ini.

Jikalau para kesatria adalah sosok makhluk dari dimensi ke empat, lantas apa ?”   Mas Thole rebah, lirih bertanya kepada KAMI. Apakah yang bisa dilakukan dengan keadaan seperti ini ?. “Sudah dikatakan, menolong diri sendiri saja masih kesulitan bagaimanakah para kesatria mampu menolong dunia ?”. Air mata nyaris jatuh, menahan rasa masgul yang melanda atas ketidak mampuan diri. Tiba-tiba ada suara dari dalam menusuk ke jantung.

“Itulah manusia, dia akan beranggapan bahwa atas kuasa dirnya dia akan merubah dunia. Manusia hakekatnya adalah wakil-Nya. Maka jika tidak atas kuasa-Nya maka apakah yang dapat manusia lakukan ?. Dirinya hanya akan berada pada anggapannya saja. Sesungguhnya dirinya telah tertipu pandangannya itu. Ingatlah, manusia hanya diminta untuk meyelesaikan urusannya dengan dirinya sendiri. Selesaikanlah keraguan, selesaikanlah ketidak yakinan, selesaikanlah anggapan, dan banyak ketidak percayaan yang melingkupi jalan pikirannya sendiri. Setelah itu hadapkan dirimu kepada-Nya, mohon kuasa-Nya. Mohon diberikan ijin atas nama-Nya. Atas nama diri-Nya, yaitu  pada salah satu kuasa asma-Nya yang tertinggi asma KASIH-SAYANG. Sebab dengan asma inilah alam semsta ini dibangun. 

Sekali lagi, manusia hanya diminta untuk menyelesaikan urusan pada dirinya sendiri. Selanjutnya, biarkan Allah yang bekerja melalui raga kita. Kesatria hanya diminta untuk membimbing raga ini agar siap jika pada saatnya nanti akan dipergunakan KAMI,  untuk menyelesaikan urusan-urusan-Nya di muka bumi ini. Tidak ada yang perlu dilakukan oleh para kesatria, selain hanya itu. Selesaikanlah urusanmu pada dirimu sendiri. Hanya itu, apa yang merisaukan dirimu lagi !.”

Suara itu menghentak, bagai dentuman lonceng yang selalu bergaung, membuang pekak telinga. Dan raga terhuyung menerima hardikannya.

Tuhan ..
Bila sampai waktuku,
kumau tak seorangkan merayu,
tak perlu sedu sedan bahkan juga kesedihan,
kan kutetapi jalan,
biarkan aku datang dalam ruang-Mu
biarkan aku dalam ruang perlindungan-MU
biarkan aku hijrah disana, dalam ruang kasih-sayang-MU
...
disini aku meratapi disana Engkau menanti
maka jadikanlah aku kekasih-Mu
bila sampai waktuku,
kan kupersembahkan hidup matiku,
sholat dan ibadah-ku, hanya untuk-MU.
...
Berikanlah aku ruang perlindungan-MU
dari godaan setan yang terkutuk

(Alam sepi hilang dari pandangan, saat kumasuki ruang perlindungan-MU. Maka akulah saksi-Mu, bahwa Tiada Tuhan Selain Engkau (Ya, Robb))

Inikah yang harus disampaikan ?. Yaitu, jejak-jejak  sesungguhnya para Kesatria. Entahlah...!

wolohualam



     

Komentar

  1. Kita Bukan siapa-siapa, kita bukan Apa-apa, semua sama di mata Allah, yg membedakannya adalah amal ibadahnya, kepasrahan dan kepatuhannya kepada Allah..
    mempersiapkan diri, membenahi diri, membersihkan diri dan hati, lurus berjalan di jalan Allah, bersihkan hati dr segala virus dan penyakit-penyakit hati, akui kesalahan diri, akui kelemahan diri, jujur pada diri dan hati, akui segala dosa yg telah di perbuat dan memohon ampunanNya, segalanya adalah salah satu jln perbaikan diri. Terkadang kita lupa, jgn kan pada org lain, pada diri sendiripun kita tidak mau mengakui salah dan dosa kita, krn hati terhijab oleh hawa nafsu, Tinggi Hati, kesombongan, keangkuhan dan keegoan diri.. Siapapun kita, marilah bersama-sama, bergandeng tangan, saling mengingatkan, saling berbagi pengetahuan, agar kedepannya kita mampu melewati segala rintangan dlm menuju Rahmat dan Ridho Allah..
    Rahmatan Lil'alamin, di Al Qur'an semua telah jelas "Dan Tiada Kami mengutus Kamu, melainkan untuk (menjadi) Rahmat bagi Semesta Alam" Surah Al-Anbiya : 107..
    Subhanallah, Allah Maha Besar...

    Wassalam

    BalasHapus
  2. kidung alamAgustus 03, 2013

    Duhai sang ksatria alam
    ..
    Luruhkan dan tundukkan kepala...
    Rendahkan hati dan dengarkan kidung alam...
    Frekuency gelombang suara dari yg terendah sampai tertinggi yg mampu menghancurkan dunia
    Dengan sekali tiupan terompet atau dentuman saja..
    Atau frequency cahaya ultra violet ...
    Apakah yg bisa kau lakukan....?...
    Tidakkah lebih baik kau dengarkan saja kidung alam?...
    Biarkan alam dengan urusannya...
    Dan jalani urusanmu!...
    Dan taukah apakah itu?...
    ...
    Justru ketika semakin dibuka dan diungkap
    Rahasia... dan rahasia di atas rahasia..
    Kaupun akan semakin tercengang
    Semakin terheran dan ragu-ragu...
    Keyakinan justru semakin pudar...

    Justru ketika hijab demi hijab disingkap

    Ketika bukyi demi bukti dinampakkan
    Keraguan semakin besar...
    Padahal justru seharusnya merasa semakin ringan...
    Mengapa?... karena ada yg membantu
    Ada kesadaran yg dr dimensi keempat yg membantu.


    Lalu??...
    Justru diri (aku) ... tak melakukan apa-apa
    Pasrah kepada Allah...
    Biarkan alam bekerja..
    Biarkan sang atlatian (kesadaran atlantis)
    Yg mengenalkan...
    Karena merekalah yg mengenal energy merkaba...
    Mereka yg bisa membedakan rasa

    Mereka yg memantau dan membantu...
    Dan sang aku hanya aktif bersamanya...
    Salam sejahtera

    BalasHapus
  3. kidung alamAgustus 03, 2013

    Biarkan sang pendamping dr atlantis yg mengajari dan memberikan pembanding rasa. Mereka yg bisa dan biasa mengakses energy merkaba. Mereka tentu bisa membimbing... dan diri hanya menerima diajari.. diajar mengenal alam. Menyadari alam.. mencintai alam. Bersama dlm rasa dg alam. Bertasbih dg alam. Bertasbih bersama angin dan burung-burung...

    BalasHapus
  4. kidung alamAgustus 03, 2013

    Selamat berjuang para ksatria.... bagai kuda perang yg menerjang ketengah pasukan musuh...

    Nikmati indahnya kidung alam pada waktunya...
    Itulah indahnya hidup... itulah nikmatnya hidup.

    BalasHapus
  5. kidung alamAgustus 03, 2013

    Semua mampu menjadi rahmat bagi "semesta" alam. Semesta adalah semua atau seluruh alam. Seluruh dimensi.... mampukah menjadi rahmat bagi semesta alam.. alam materi... alam barzah... alam malakut... alam jin... sedangkan mengetahuipun tidak..
    Mengenalpun tidak... memasukinyapun belum pernah...atau merasakanpun tidak...
    Maka kalimat penuh kekuatan...kalimat penuh energy...kalimat yg memiliki daya membangun yg maha dahsyat itu menjadi hambar dan kosong...menjadi mimpi hampa dan khayalan kosong semata...
    Sungguh akan nampak kekuatan dan pengaruh bagi yg pernah menyaksikan...
    Bagi saksi sejati (syahid) ... yg telah meng-explore lebih banyak alam... memasuki banyak dimensi... mengalami dan terjun ke banyak alam... mengenali banyak kesadaran...
    Dia tak lagi diresahkan... dia tetap dalam keyakinan...
    Teguh meniti jalan kasih sayang..
    Menempuh akhlak mulia... di jalan budi pekerti luhur..
    Selalu dalam rasa nikmat...
    Tak resah dengan pandangan orang...
    Tak khawatir dengan cela dan cemooh
    Berjalan di atas kelembutan hati
    Berdiri di atas keseimbangan jiwa raga dan semesta...
    ...
    Jangan khawatir para ksatria...
    Jangan bersedih hati...
    Berjalanlah dengan sebaik kemampuan.. itu saja...
    Mohon ampun kepada Tuhan krn inilah yg terbaik...
    Bersyukur bahwa mampu melakukan yg terbaik...
    Tak kurang dan tak lebih...
    Semoga Tuhan melimpahkan kasih sayangNya...
    Dan hati akan tenang puas dan ridho...
    Karena itulah tugas sang ksatria alam...

    Jangan bersedih... doaku menyertaimu...
    Salam sejahtera..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali