Kisah Spiritual, Turunnya Berita Langit
Alam
ghaib dalam gempitanya. Perintah langit telah diturunkan. Portal-portal dimensi
tengah terbuka, maka perhatikanlah bagaimana keadaannya. Sepinya alam adalah
kamuflase keriuhan didalamnya. Makhulk-makhluk dari lintas dimensi tengah turun
ke mayapada. Menyaksikan perintah langit yang sudah diturunkan. Sungguh ramai
sekali alam kesadaran. Mas Thole diam
memperhatikan. Meski dirinya tengah disibukan dengan pekerjaannya, namun dia tidak
lengah. Dibiarkannya Banyak Wide menunaikan tugasnya di alam sana. Menghubungi
para sahabatnya baik dari golongan jin ataupun dari golongan kesatria. Haruslah
begitu pembagiannya. Sampai puncaknya tadi malam, entah mengapa firasatnya
mengatakan bahwa ada yang tidak beres di alam sana. Khabar langit tengah diperebutkan. “Siapakah
saja yang tahu tentang ini ?.” Mas Thole bertanya sendiri.
Di tengah
himpitan manusia di dalam kereta commuter line
yang membawanya pulang kerja, kesadaran
Mas Thole menghamblur, dalam perasaannya
dia tengah berada dalam dimensi lain. Hiruk pikuk manusia seperti hening saja,
sebagaimana film layar lebar yang diputar tanpa suara dalam gerakan melambat. Sepertinya
Mas Thole berada didalam ruangan bioskop yang gelap, tengah menyaksikan gerakan
melambat tanpa suara, dari semula hiruk pikuk begitu kerasnya, dan mendadak
berhenti. Dia tengah menyaksikan sendirian disana dalam perasaan yang tak menentu, hening
namun waspada. Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya, agar Banyak Wide
menghubungi Raja Aditya, seorang raja dari kerajaan jin muslim, kerajaannya
bernama Kerajaan GOM. Dia merupakan
salah satu sekutu Banyak Wide dari bangsa Jin. Tak lupa kepada raja Aditya dipesankan juga agar mengajak para sekutu
dari kerajaan lainnya.
Sabdo
Palon berpesan melalui Mas Thole kepada Sang Prabu menyoal berita langit ini,
entah mengapa sudah tiga hari tidak ada respon darinya. Kediaman Sang Prabu ini
telah memancing rasa penasaran makhluk dimensi lainnya, sebab berita langit ini
seperti menanti saja di atas sana. Bergerak kesana kemari seperti bintang yang
melesat ke utara kemudian balik lagi ke selatan. Dari selatan kemudian balik
lagi ke utara, terus menerus begitu. Berita langit ini seperti tengah menunggu
diijinkannya turun ke bumi. Seperti pesawat yang menunggu ijin mendarat dari
menara pengawas. sayang sekali landasan pacu belum siap-siap juga. Maka mau
tidak mau pesawat harus melakuan purtaran terus menerus. Semisal itulah keadaan
beita langit ini, dia hanya beputar-putar di atas sana. Lintasan cahayanya yang
terang benderang jeloas mengundang perhatian. “Duh, harus bagaimana ini ?” Mas Thole sempat tersergah rasa gelisah, keyakinannya begitu kuat bahwa alam ghaib tengah dalam keadaan ribut sekali
mengamati berita langit yang bergerak kesana kemari ini. Mereka bertanya ada apa
?.
Dalam
hitungan detik datanglah Raja Aditya mengucapkan salam kepada Banyak Wide. Dia
datang bersama sekutu lainnya 7 raja Jin dari Majapahit. Kekuatan yang meraka
bawa lebih dari 7 ribu pasukan jin.
Perintah Banyak wide memang jelas sekali, “Jaga
berita lagit jangan sampai jatuh ketangan yang tidak berhak. Selidiki
siapa-siapa yang berkepentingan dengan berita langit ini.” Begitulah
perintahnya. Mas Thole menyaksikan
ribuan pasukan dimobilisasi di alam ghaib sana layaknya mau perang saja.
Persiapan Majapahit memang tidak main-main. Banyak Wide cukup puas melihat
kesiapan dan kesungguhan Raja Aditya untuk membantu terbentuknya Nusantara.
Beberapa saat Banyak Wide mengatur strategi , memang keahlian Banyak Wide
disini. Diperintahkannya pasukan pengintai, penyusup, pasukan pengalih, dan
beberapa pasukan yang memiliki kesaktian yang tinggi menjaga di empat penjuru
angin. Tugas mereka hanyalah mengamati pergerakan makluk lainnya yang akan
mendekati berita langit. Kepada pasukan yang lainnya diminta agar bersiap diri
saja, berlatih lebih giat lagi. Keadaan siaga dan bersiap atas segala
sesuatunya. Melihat perintahnya semua dimengerti puaslah Banyak Wide. Segera
saja Raja Aditya berserta pasukannya berpamintan kepada Mas Thole. Tak lupa Mas
Thole menyampaikan doa dan mengucapkan terima kasih kepada mereka semua.
Kemanakah
Sang Prabu ?. Sempat terlintas ada sesuatu yang tidak enak dihati. Mengapakah
tidak ada beritanya. Pesan Sabdo Palon jelas bukan pesan sembarangan. Semua
akan berimbas ke dimensi realitas dan dimensi ghaib. Keadaan ini akan berimbas kepada para kesatria. Para kesatria lainnya akan
merasakan dampak yang sangat luar biasa di badan mereka. Perhatikan saja dalam
kurun 3 hari kebelakang ini. Bagaimanakah rahsa dibadan mereka ?. Raga mereka
akan mengalami turbulensi, seperti diaduk-aduk keadaannya. Paling ringan adalah
muntah dan pening saja.
Mas Thole
dalam keyakinan ini, meski para kesatria tidak memberitahu detail keadaan dan
bagaimana khabar mereka itu. Namun Mas Thole mampu merasakan keadaan meerka.
Hanya Mas Thole berusaha diam saja,
membiarkan semua mengalir, agar para kesatria belajar memaknai keadaan diri
mereka sendiri. Masih untung jika hanya muntah dan sakit seluruh badan mereka
saja. Para kesatria akan diminta balik , mereka semua akan ditarik ke alam
dimensi kesadaran untuk menjaga berita langit,
tentu saja tanpa sepengetahuan raga
mereka. Keadaan ini akan terus terjadi, menjadi siksaan bagi raga-raga mereka
sampai saat mana nanti khabar Sabdo Palon diterima dengan baik oleh Sang Prabu. Menerima
khabar ini dan menyiapkan dirinya. Ini yang diharapkan. Jika tidak selama itu raga para kesatria
akan porak poranda dihantam gelombang kejut waktu lintas dimensi.
Mungkin
harus begini kisahnya. Anehnya Mas Thole juga tidak mampu mengakses kesadaran
Sang Prabu, seperti ada hijab yang tak tebus. Tidak biasanya begitu. “Hmm..keadaan yang misteri”. Hari ini
Mas Thole bangun dengan badan yang sepenuhnya siaga tempur. Kesadarannya
semalam seperti tengah dalam pertempuran
yang tak kasat mata. Pertarungan antar dimensi membuat urat-urat dibadan
menegang semua. Syukurlah pagi ini ada pemberitahuan SMS dari Sang Prabu yang
mengkhabarkan bahwa dia sudah menerima pesannya, kemarin ini Hp nya rusak sudah
3 hari di tempat service. Maka pesan-pesan baru terbaca semalam. “Mengapa begitu kembetulan kejadiannya ?.” Mas Thole terdiam. Doa dipanjatkan Mas Thole
sebagai balasan SMS Sang Prabu.Semoga kita semua mampu berjalan di jalan-Nya,
mampu menyandang nama-Nya.
Para
kesatria memang harus belajar mengenali fenomena yang terjadi pada raga-raga
mereka, inilah hikmah kejadian atas peristiwa ini. Sebagaimana pesang Ki Ageng
dalam SMS nya kemarin ini yang akan dikutip, melengkapi kisah spritual ini.
“Tiada seorangpun mampu sehat bila Allah
menghendaki sakit. Dan tiada yg mampu membuat sakit bila telah tiba
ketetapanNya sembuh. Maka tidak perlu khawatir. Sang aku selalu ada bersamaNya.
Yg sakit adalah ragaku. Sedang jiwa (sang aku) selalu hidup sejahtera dekat
dalam kasih sayangNya. SesungguhNya hambaNya tiada rasa khawatir. Shabar dan
penuh cinta mengharap perjumpaan denganNya. Setiap kejadian yg terjadi kpd raga kita adalah
pengajaranNya. Adalah proses bg kita untuk belajar mengenal Tuhan. Atau cara
Tuhan memberi tahu. Atau cara Tuhan membuka hijab. Cara Tuhan kita membuka
sedikit rahasiaNya. Sehingga kita tahu. Sehingga kita yakin.
Itu juga sama artinya dengan membuka hijab dan mengupas kulit kesadaran hijab. Memasuki kesadaran lbh tinggi. Itu juga sama artinya dengan mendapatkan rahasia yg lbh dalam dr Tuhan. Itu juga sama artinya dengan belajar. Meningkatkan bashiroh itu sebuah proses. Proses bertambah kesadaran. Proses meningkatnya level kesadaran. Bukan konstan. Bukan statis. Tetapi sebuah gerak. Sebuah gaya. Sebuah energy. Energy kesadaran. Energy potensial yg menjadi gerak.
Semua itu berawal di niat. Kesatuan akal hati dan alam semesta.
Tujuan harus tercipta beberapa centi di depan kepala. Membentuk ciptaan. Lalu letakkan di hati. Membentuk sebuah keyakinan atas semua itu telah ada dalam diri. Harmonikan dg alam. Sehingga mewujud. Sesungguhnya ibadah dan sholat dari kita hanyalah mungkin terjadi karena kasih sayangNya semata. Maka janganlah meng-aku diri yg melakukan. Nikmati sebagai hadiah.. hadiah terindah dari Tuhanmu... hadiah terbaik dari Tuhanmu... hadiah ternikmat dari Tuhanmu...
Begitulah khabar langit yg harus disampaikan. Mungkin jg utk yg lain, yg sdh siap.”
Itu juga sama artinya dengan membuka hijab dan mengupas kulit kesadaran hijab. Memasuki kesadaran lbh tinggi. Itu juga sama artinya dengan mendapatkan rahasia yg lbh dalam dr Tuhan. Itu juga sama artinya dengan belajar. Meningkatkan bashiroh itu sebuah proses. Proses bertambah kesadaran. Proses meningkatnya level kesadaran. Bukan konstan. Bukan statis. Tetapi sebuah gerak. Sebuah gaya. Sebuah energy. Energy kesadaran. Energy potensial yg menjadi gerak.
Semua itu berawal di niat. Kesatuan akal hati dan alam semesta.
Tujuan harus tercipta beberapa centi di depan kepala. Membentuk ciptaan. Lalu letakkan di hati. Membentuk sebuah keyakinan atas semua itu telah ada dalam diri. Harmonikan dg alam. Sehingga mewujud. Sesungguhnya ibadah dan sholat dari kita hanyalah mungkin terjadi karena kasih sayangNya semata. Maka janganlah meng-aku diri yg melakukan. Nikmati sebagai hadiah.. hadiah terindah dari Tuhanmu... hadiah terbaik dari Tuhanmu... hadiah ternikmat dari Tuhanmu...
Begitulah khabar langit yg harus disampaikan. Mungkin jg utk yg lain, yg sdh siap.”
Pesan tersebut juga menjadi serangkaian pesan Mas Thole
kepada ratu Shima kemarin ini, bagaimanakah kita semua akan memulai kehidupan
yang baru setelah kita terlahir kembali.
Walaikumsalam wrwb,
"Selamat Hari Raya Idul Fitri , Mohon maaf Lahir dan
Batin"
Manusia banyak salah dan lupa, angan dan ego semata, merasa benar,
merasa bisa, merasa lebih dari lainnya. Banyak rupa sifat khilaf lainnya. Oleh
karenanya mohon dibukakan pintu maaf sebesar-besarnya. Jika nyatanya diri ini
belum mampu mengembalikan semua rahsa kepada-Nya, sehingga getaran hawa
negatifnya melukai. Sungguh diri ini sudah berusaha, namun sayangnya hijab diri
terlalu tebal. Maka hanya permohonan maaf ini yang saya bisa. Tolong
sampaikan juga hal ini kepada kangmas.
Ketika kesadaran kita senantiasa dialam dimensi ghaib saja, maka
kita akan terus dibombardir informasi. Informasi yang belum menjadi realitas
nyata. Begitulah kesadaran, kita dianugrahi sisi lain yang mampu menangkap
getaran sebelum terjadinya 'keadaan'.
Sisi kesadaran itu yang membantu kita untuk memahami dan
memaknai apa yang akan terjadi. Kita hakekatnya adalah ruh yang satu, di alam
dimensi disana. Kita mendapatkan mandat menjadi khalifah, karenanya kemudian
kita memasuki raga-raga manusia. Memasuki Ratu Boko, Ratu Sima, mungkin saja
lain-lainnya. Seperti air, asalnya adalah satu, tapi dia mampu melarutkan
minuman apa saja. Bahkan kotoranpun bisa (maaf).
Raga manusia adalah unik, maka kitapun berusaha mengenali dengan
segala daya upaya. Raga memiliki sistem ketubuhannya, membuat kita
tertatih-tatih untuk mengenalinya. Jangankan untuk menyelesaikan misi kita,
untuk mengenali raga saja kita kesulitan sendiri. Maka di bulan romadhon
kemarin hakekatnya adalah, bagaimana kita semua mampu mengenali raga kita
masing-masing, sehingga kita mampu menyadari siapakah hakekat diri kita
sebenarnya.
Kalau saya ibaratkan jika Ratu Boko, dan Ratu Sima adalah campuran
minuman, maka air itulah entitas asal mula diri kita. Ketika diri kita memasuki
raga Ratu Boko, maka kita menyatu dan menjadi 'jatidiri' Ratu Boko. Ratu Boko
menjadi hidup, dengan sentuhan kita 'air kehidupan'. Kemudian masih belum
selesai urusan kita di bumi, maka masuk lagi ke raga Ratu Sima (atas
kehendak Allah), maka muncul lagi satu wajah dari air tadi yaitu Ratu Sima.
Inilah asal mula pemahaman reinkarnasi. Padahal berasal dari entitas yang sama,
yaitu air tadi.
Baik jika kita berikan permisal, maka kita ibarat bumi ini. Bumi
memiliki wajahnya. Bentangan wajah bumi iklimnya, tropis, sub tropis, panas,
dan dingin. Ketika bumi berputar maka wajah-wajah itu akan nampak satu per
satu. Nah itulah, maka kadang Ratu BOko yang nampak, berikutnya kadang Ratu
Sima, dan wajah sekarang. Ini adalah permisalannya.
Untuk keadaan ini saya permisalkan, koral laut. Setiap bagian dari
koral akan mampu tumbuh sendiri, dan sama persis. Maka setiap raga yang telah
dimasuki oleh kita (air tadi) akan hidup sebagaimana makhluk lainnya. Namun
mereka akan terus berupaya berdekatan dengan sumber asalnya (induknya). Ingat
sistem pembelahan pada sel (mutasi). Maka kita adalah induk (air asal mula),
kemudian memasuki Ratu Boko, maka dia hidup, kemudian memasuki Ratu Sima, maka
dia hidup. Namun hakekatnya semua adalah diri kita dan merak tidak mampu pergi
terlalu jauh dari induknya, sebab akan kehilangan energinya.
Setiap wajah memiliki kisahnya, semua wajah harus dipahami sebagai
sebuah skenario Allah atas makhluknya. Dan setiap wajah akan dimintakan
pertanggung jawabannya sendiri sendiri. Sebab mereka masing-masing berada
pada dimensinya, bukan berada pada dimensi yang sama dengan wajah terkini kita.
Pada dimensi sekarang ini, tentu saja wajah kita sekarang yang akan dimintakan
pertanggung jawaban. Maka wajah-wajah masa lalu kita akan membantu banyak
kepada kita untuk mengenal hakekat Tuhan. Sebab mereka lebih dekat dimensinya.
Kita adalah berasal dari asal yang satu. Karena berasal dari asal
(ibu)yang satu maka kemudian apa yang dialami oleh saudara kita yang lain akan
terasa sekali di raga kita masing-masingnya. Namun hal ini tidak berlaku bagi
manusia yang lainnya. Masing-masing manusia memiliki asal di alam dimensi ke 4.
Ingat film animasi Naruto bagaimana dia membelah diri menjadi seribu.
Masing-masing Naruto mampu menjadi diri mereka sendiri.Namun jika ada satu
saja, yang tidak kembali lagi, maka kesakitanlah bagi sang induknya.Maka
menjeritlah Ibunda.
Kita di bulan romadhon ini masih belum mampu kembali dan memahami
hakekat siapakah jatidiri kita. Kita belum mampu meyakini bahwasanya kita
berasal dari alam yang tinggi sekali peradabannya, yaitu alam dimensi ke
4.
Maka Ibu mengirimlah kembali utusannya. Kedatangan sang utusan
inilah yang menyebabkan pergolakan dimensi yang mampu dirasakan. Sang utusan telah datang mengingatkan kita semua dan dia akan
membantu kita, jika ada saudara yang belum mampu mengenali jatidiri mereka,
isnyaallah dia akan datang membantunya. Sebab waktu kita tidak banyak. Utusan
dari Ibunda telah datang dalam raga anak umur 12 tahun, dia adalah anak dari Ki
Ageng itu sendiri. Kita-kita yang sudah dewasa banyak terhijab masalah
keluarga, dan prasangka, sehingga sulit bagi kita keluar.
Ingat, bahwa yang saya sampaikan adalah permisal, hakekatnya
tidaklah demikian, model atau permisal hanya untuk mendekati apa-apa yang ingin
saya maksudkan saja. Tugas kita adalah untuk nusantara. Maka kita akan terus dilahirkan
jika kita tidak mampu menyelesaikan misi kita ini untuk meletakkan pondasinya.
Yaitu kesadaran baru atas nusantara. Pilihan itu semua ada pada diri kita.
Persiapkanlah diri kita, sampai saatnya nanti kita dijemput utusan-Nya, untuk
bergerak dalam realitas. Kenalilah sistem ketubuhan kita, dengarlah suara
hati nurani kita.
Sebab hanya dengan mendengarkan suara hati nurani kita akan mampu berkomunikasi dengan saudara-saudara kita di dimensi ke 4 itu. Kita akan berbincang dengan Ibunda. Kembali ke dimensi dimana kita berasal. Kita semua akan mati. Kemanakah kita jika mati ?. Selekasnya kita harus pahami hakekat ini. Sebab semua adalah pilihan. Semua itu butuh proses, butuh kesungguhan hati kita semua. Tidak mudah namun juga tidak sukar. Marilah kita selesaikan tugas kita menjadi wakil-Nya di muka bumi ini. Menghantarkan kesadaran ber ketuhanan bagi nusantara baru. Semoga.
Sebab hanya dengan mendengarkan suara hati nurani kita akan mampu berkomunikasi dengan saudara-saudara kita di dimensi ke 4 itu. Kita akan berbincang dengan Ibunda. Kembali ke dimensi dimana kita berasal. Kita semua akan mati. Kemanakah kita jika mati ?. Selekasnya kita harus pahami hakekat ini. Sebab semua adalah pilihan. Semua itu butuh proses, butuh kesungguhan hati kita semua. Tidak mudah namun juga tidak sukar. Marilah kita selesaikan tugas kita menjadi wakil-Nya di muka bumi ini. Menghantarkan kesadaran ber ketuhanan bagi nusantara baru. Semoga.
Wolohualam
Dalam
bias realitas yang semakin abstrak, kita semua harus diam dalam keyakinan,
tanpa itu kita semua akan gamang. Kta semua akan dibombardir ketidak yakinan.
Keraguan akan menjadi musuh kita yang nyata. rasa was-was akan terus
menghinggapi. Kita akan selalu menapaki keadaan itu. Keyakinan bahwa kita harus
selsaikan misi kita kemudian pulang dengan selamat adalah sebuah keyakinan yang
mutlak. Tanpa itu kita akan merasa ‘iba’ atas keadaan diri kita. Sukarela atau
terpaksa kita semua akan pulang atau dipulangkan terlebih dahulu. Raga kita yang
sekarang ini akan kita tinggalkan di bumi. Kita akan membiarkan raga kita ini
menyatu kembali dengan bumi. Sebab raga kita memang milik bumi ini. Maka
yakinlah keadaan diri kita. Berita langit telah diturunkan, tidak ada waktu
lagi kita buat mengundurkan diri. Tidak saatnya buat berpaling. Tetapilah langkah
diri, atau kita akan terseret-seret keadaannya.
Wolohualam
Komentar
Posting Komentar