Kisah Spiritual, Jejak Leluhur Atlantis pada Kesadaran Jawa
Ilustrasi; atlantissunda.wordpres
Mengarungi waktu, menjelajah
dari segenap penjuru. Muaranya kembalinya selalu kepada kesadaran diri.
Kesadaran yang eksis mengamati saat mana sang kesadaran sedang berada meliputi ruang dan
dimensi waktu. Jikalau saat itu tidak ada entitas yang eksis, entah bagaimana
keadaan Mas Thole. Bisa saja dirinya terselip diantara alam-alam kesadaran lain
yang jumlahnya bisa terdiri dari puluhan
alam kesadaran. Tentu saja kesadarannya semisal memasuki lorong labirin. Bisa saja terjebak disana dan
entah akan kembali lagi ke raga terkininya atau tidak. Sungguh keadaannya semisal perjuangan hidup dan mati.
Saat sekarang ini
kesadarannya tengah dalam perjalanan, memasuki dimensi ruang, menjelajah
diantara materi dan jarak yang terbentang luas sekali. Tidak diperhatikannya dimensi waktu. Raganya sudah tak terbayang,
menghablur menjadi hanya keadaan yang tak dirahsakan dan tak terahsakan lagi.
Tubuhnya tak ada, menjadi anti materi, alam serasa tak ada, hanya entitas yang
eksis yang menyadari bahwa saat itu dirinya sedang berada dalam ruang. Dalam
dimensi alam materi.
Dimanakah ruang dan waktu ?.
Kesadaran Mas Thole tidak memiliki
pengetahuan. Tidak ada satupun referensi yang dipunya. Jarak pandang menjadi tak ada, kemampuan merahsa hanya sampai pada ujung
yang tak terjangkau. Batasnya saja tak bertepi, bagaimana menyampaikan
keadaannya ini. Mengapakah ruang dan
waktu menjadi begitu besarnya , menjadi tak berhingga ?. Kesadaran tak mampu merambah
suasana keadaannya disana. Ruang yang maha besar, dimensi waktu yang tak
terbilang, keadaan ruang dan waktu yang sejajar, tak terjangkau kesadaran. Begitulah entitas kesadaran yang eksis dalam diri Mas Thole sedang dan tengah
mengarungi kedalaman alam materi di ketubuhannya sendiri.
Alam demi alam dinampakkan
kepadanya bagaimana perjalanan cahaya melintas sang alam. Bagaimana benua
atlantis kemudian dibenamkan. Lintasan yang terus dihadirkan begitu saja.
Seperti rahsa ngeh..saja !. Rahsa tahu atas keberadaan kesadaran atlantis di
nusantara ini. Semua seperti menjawab lintasan yang aneh sebelumnya, saat
terkoneksi lewat jaringan dengan Putri Sriwijaya, dalam perjalanannya ke
Sumenep. Banyak SMS yang dikirmkannya tiba-tiba saja keluar tanpa mampu
ditahannya. Begitu juga dengan Putri Sriwijaya. SMS yang terlanjur dikirimkan,
diluar kesadarannya ada daya dorong luar biasa dari dalam yang tak mampu di
tahan. Energy tersebut menggetarkan tangan untuk mengkirimkan SMS. Setelah
menyadari sang Putri berkali-kali istigfar,
“Bukan saya mas, bukan saya yang mengetik SMS itu, ya Allah.” Sulit sekali menjelaskan keadaan ini jika
tidak mengalami sendiri.
Dan entah mengapa kemudian esok harinya, Mas Thole,
mendapatkan kebetulan lainnya lagi, SMS
dari Ki Ageng Tirtayasa menceritakan pengajaran dari salah satu anaknya. Entah
mengapa anaknya tiba-tiba mengajarkan banyak
hal perihal atlantis kepadanya. Padahal umur anaknya tersebut masih dibangku
Sekolah Dasar. Bagaimana dia bisa begitu detailnya menceritakan benua atlantis
yang hilang ?. Ugh..luar biasa sekali ?. Mas Thole terpana, dan bertanya “Benarakah kesadaran atlantis dan peradabannya masih tersisa di dalam DNA
manusia-manusia Jawa ?”. Pertanyaan itu
terus memburunya. Sejak kemarin ini
dirinya juga mendapatkan lintasan-lintasan yang sama tentang eksistensi
dirinya. Kesadaran menjadi eksis saat menjelajah ke benua yang hilang. “Apakah
maknanya ini..?”
“Kesadaran atlantis, yah kesadaran atlantis
sedang diajarkan kepaadanya.” Begitulah Mas Thole mencoba memaknai apa-apa
yang menjadi lintasan dalam ksadarannya. Maka rangkaian SMS tersebut akan di satukan dalam kisah spiritual Mas Thole.
Menjadi suatu rangkaian kisah Perjalanan ke Barat 4, yang akan dikisahkan mulai
tulisan ini.
SMS 1 : Hari ini saya
‘diajari’ , banyak sekali pelajaran ruhani tingkat tinggi. Banyak hal yang saya
tidak tahu.Tentang ruh. Tentang reinkarnasi. Tentang masa lalu bumi. Tentang
benua (Negara) atlantis yang hilang.
SMS 2 : Mereka bicara
dengan ‘telepati’ dan bicara. Mereka bisa membaca fikiran dankomunikasi dg
fikiran. Mereka memiliki fikiran 3 dimensi, yg dimiliki manusia sekarang hanya
sebagian kecilnya saja. Mereka memiliki kelenjar di kepala. Yaitu kelenjar
spiritual (ketuhanan)
SMS 3 : Benua atlantis yang penuh kekuatan spiritual sampai sekarang.Benua ini
dahulu dihuni, “makhluk manusia’henat yg luar biasa, spiritualnya tinggi.
Umurnya rata-rata diatas 900 tahun. Mereka makhluk yang damai. Bumi yang damai.
Bumi yang luar biasa aman dan damai,
bersatu dengan alam.
SMS 4 : Kelenjar ini
sebesar bola mata dan tersisa sekarang sangat kecil dan tertutup.
Dsb..dsb..bisa nanti saya ceritakan.
SMS 5 : Namun atlantis
tetap memancarkan ‘paku’ sinyal spiritual yang akan memanggil spirit (jiwa)
dari seluruh dunia untuk kembali.
SMS 6 : Sinyal itu ada 8
atau 10 atau 12. Dia belum menjelaskan detailnya.Namun sinyal itu seperti
pemancar yang memanggil untuk kembali ke atlantis. Melalui jaring telepati.Tali
cahaya.
SMS 7 : Tali cahaya itu
bisa diterima kelenjar spiritual yg terbuka.
SMS 8 : Sudah
dipersiapkan bagi manusia-manusia terpilih. Saat dahulu ketika atlantis
terbenam.
SMS 9 : Terbenam..Sampai suatu saat ada peperangandr luar dengan dilanjutkan
kedatangan sepasang makhluk. Yang
mengakibatkan atlantis terbenam ke dasar
samudra.
SMS 10 : Manusia
atlantis membangun kota dg kekuatan spiritual. Mengangkat. Memindahkan
dsb..hanya dalam sekejap mata. Kekuatan fikiran (seperti kisah nabi Sulaiman)
SMS
11 : Kita bisa meningkatkan kekuatan spiritual untuk komunikasi dg yg
frekuensinya sd terbuka. Dan bs hal lain, misal memindahkan benda. Dia (anaknya-ket)
belum tahu caranya.
Mas Thole diam tafakur saja
mendapatkan SMS tersebut. Mengapa pemahaman tentang benua atlantis datang dari
seorang anak kecil ?. Mengapa semua juga seperti sedangterangkai untuk
menjelaskan sebuah keadaan yang tengah dialaminya. Lintasan kesaadaran. Loncatan
kesaadaran dirnya sedang berada dalam pemahamn yang menurutnya aneh. Sebab
dirinya seperti sedang meminda sesuatu dari DNA nya. Sebuah kesadaran yang
sangat jauh sekali sebelum adanya peradaban manusia bumi. Inilah bunyi SMS Sang Putri Sriwijaya.
Putri Sriwijaya : Ada inheren dan tdk inheren, inheren menimbulkan rasa
yg berlebih, jika tdk inheren hanya skedar numpang lewat, skedar memberitahukan
saja, menurut sy bgt..Kita adalah salah satu sumber peradapan ini, beribu2
tahun lalu, induk dr manusia2 dinusantara, bahkan mungkin dunia,
diberi lintasan2 peristiwa, utk mengerti dan memahami, utk meluruskan apa
sesungguhnya yg terjadi, dan menyatukan smua tragedi2, menyatukan utk bersatu
kembali, merubah kisah lama menjadi lbh baik lg.. Kita makhluk sempurna yg di
ciptakan Allah, mempunyai akal dan pikiran, dan unsur2 lain yg lebih dr itu,
menciptalah, ciptakan rasa, buang kesedihan, buang kesalahan, buang
segala yg negatif, ciptakan rasa positif, dengan bismilah rangkul smua
dgn hati..Bangkit, berjuang dengan hati.. Utk kehidupan hakiki, bersama
ridho Illahi.. Hanya Allah, dari Allah kembali ke Allah.. Kita diturunkan,
dipinjamkan dengan keadaan bersih dan baik, saat kembali dan memulangkannya
hendaknya bersih jg.. Allah hu Akbar..
“Benarlkah DNA orang-orang atlantis ada di orang-orang
Jawa..!.” Sekali lagi Mas Thole terhenyak mendapatkan
fakta ini. Ketika dia mencoba mengkaitkan dan menghubungkan SMS dari satu satria
dan lainnya. Mas Thole mendapati fakta yang tak terbantahkan tersebut. Fakta
bahwa ada kesadaran para kesatria yang tersembunyi jauh sekali pada kedalaman
diri mereka sendiri yang sewaktu-waktu dapat muncul ke permukaan yang terkait
dengan keberadaan peradaban masa lalu. Benarkah atlantis ?. Sungguh SMS yang dikirimkan terlintas begitu
saja tidak pernah di sadari oleh raga terkini mereka itu. Saat sedang
berkomunikasi dalam kesadaran nusantara, sering mereka masuk lebih jauh ke masa
sebelumnya. Bagaimana kesadaran mereka menemukan bahwa ada kiprah mereka sebelum
itu di tanah ini.
Mas Thole
sudah mengkaji beberapa kali. Ternyata didapatkan fakta yang sama terus menerus.
Sebagaimana juga saat berkali-kali Mas Thole telah mendapatkan lintasan yang
sama. Mengapakah diantara orang-orang masa lalu terjadi lompatan kesadaran
seperti ini ?. Apakah suatu kebetulan saja ?. Ataukah memang inheren di dalam
DNA mereka ?. Bagaimana jika hanya
semisal lintasan saja ?. Sbuah angan-angan atas kesadaran ?. Ternyata kemungkinan tersebut di nafikkan Mas
Thole. Sebab semakin hari kesadaran tersebut semakin mengkristal dan menguat
saja . Orang-orang atlantis sepertinya menjadi bagian dari kesadaran manusia
Jawa. Itu yang dapat dipastikan Mas Thole. Maka dirinya kemudian menjadi semakin yakin saja saat mana pemahaman tersebut
kemudian dikonfirmasi oleh seorang anak kecil. Anak dari sang Ki Ageng
Tirtayasa yang berada di Australia.
Sungguh Mas
Thole perlu mencari pembuktian sekali lagi. “Benarkah
orang-orang atlantis telah menyimpan
file DNA mereka di tubuh orang-orang jawa ?”. Bagaimanakah membuktikan hal ini ?. Maka
sejauh ini Mas Thole hanya mengkhabarkan pemahaman yang di dapatnya saja. Bahwa
orang-orang yang membersihkan hati. Orang-orang yang terus berusaha membaca
diri mereka sendiri. Ternyata mendapatkan keadaan, kesadaran yang sama. Mereka
mengalami lintasan yang sama. Menembus waktu dan peradaban. Mereka seperti
mampu membaca lingkaran waktu dan peradaban manusia yang telah dilalui
sebelumnya ini. Dan data tersebut seperti tersimpan di DNA di dalam tubuh mereka
sendiri. Sehingga mereka dalam keadaan sadar bahwa kesadaran diri mereka berasal
mula dari peradaban yang jauh sebelum nusantara terbentuk. Kesadaran diri
mereka mampu memindai rahsa atas peranan
diri mereka di jagad raya ini. “Penemuan
yang menarik..!~” Batin Mas Thole.
Dimensi
ruang dan waktu. Bagaimanakah dimensi ini mampu menjelaskan lintasan yang dialami
para kesatria ?. Bagaimana para kesatria tersergah rasa yang tak sama saat mana
mengarungi peradaban demi peradaban. Apakah para kesatria turut mengalami
kejadiannya ?. Apakah para kesatria pernah dilahirkan berkali-kali, sehingga
semua terekam di dalam DNA mereka ?. Lintasan tersebut sangat nyata. Kesadaran
itu sangat eksis, bahkan mampu mengambil alih raga. Maka apakah kesadaran
atlantis hanya sekedar mitos atau legenda belaka ?. Ugh…!. Bagaimana mengkhabarkan
semua ini. Mengkhabarkan bahwa di dalam DNA orang-orang Jawa tersimpan kemampuan
super. Kemampuan manusia atlantis. Intelejensia
yang sangat luar biasa. Sungguh sangat disayangkan jika saja manusia Jawa tidak
mengenal ’jawa’ mereka adalah mengenal ‘jatidiri’ mereka yaitu mengenali DNA
mereka sendiri.
Mas Thole
mencoba merambah kesadarannya yang terdiam saja disitu. Kenyataan dan fakta
sepertinya dinampakkan kepadanya. Haruskah dirinya meyakini keadaan ini ?.
Untuk apakah dirinya harus memaknai semua kejadian ?. Tiba-tiba ada lintasan
yang menyergahnya. “KESAKSIAN..!.” Yah dirinya hanya seorang yang menjadi
penyaksi saja. Maka tidak peduli orang lain mau percaya atau tidak, tidaklah
penting. Dirinya harus mampu menjadi saksi atas kekuasaan Allah yang Maha Tak
terbatas. Menjadi saksi luasnya alam dan bumi Allah. Menjadi saksi bahwasanya betapa
kesadaran manusia itu tanpa batasan dalam lembam yang relatif. Tergantung
sampai tingkat kedalaman mana manusia mau menyelusurinya di dalam DNA mereka
sendiri.
Sambil
merenung, Mas Thole mencari perumpamaan, untuk memudahkan dalam penyampaian
khabar ini. Jika entitas diri manusia di perumpamakan kepala HEAD sebuah alat
pemutar VCD. Jika kesadaran manusia diperumpamakan dengan kepingan VCD nya.
Maka ketika HEAD tersebut diletakkan di tas kepingan VCD maka akan terputarlah sebuah lintasan gambar dan
rekaman kejadian sesuai dengan waktu dan peradaban. Setiap fase demi fase
kejadian akan terus tampil selama kepala HEAD tersebut masih diletakkan disana.
Lintasan gambar pada keeping VCD masing-masing ada lintasannya dan tidak
mungkin tertukar. Sebut saja lintasan pertama, kedua, dst..banyaknya lintasan tergantung
seberapa besar daya simpan VCD nya.Itulah yang dialami Mas Thole.
Mengarungi waktu, menjelajah
dari segenap penjuru. Muaranya kembalinya selalu kepada kesadaran diri.
Kesadaran yang eksis mengamati saat mana sang kesadaran sedang berada meliputi ruang dan
dimensi waktu. Jikalau saat itu tidak ada entitas yang eksis, entah bagaimana
keadaan Mas Thole. Bisa saja dirinya terselip diantara alam-alam kesadaran lain
yang jumlahnya bisa terdiri dari puluhan
alam kesadaran. Tentu saja semisal memsuki lorong labirin. Terjebak disana dan
entah akan kembali lagi ke raga terkininya. Maka hanya atas berkat pertolongan
Allah sajalah dia dapat menyampaikan khabar ini.
Mengikuti perjalanan sang kesadaran, raga Mas Thole
terguncang-guncang. Bus yang ditumpanginya sedang melaju menuju Jakarta,
setelah kembali dari perjalanannya menancapkan paku bumi ke Sumenep. Guncangan
bus tersebut sepertinya bukan biasa, sebab tiba-tiba saja, kesadaran Mas Thole
tersergah kemunculan Prabu Kian Santang di dalam kesadarannya. Kehadirannya
telah membuyarkan semua angan perihal atlantis serikut kesadarannya. Pantas
saja langit sebelum kedatangannya terasa dingin. Dingin yang berbeda dengan AC
yang tersembur dari atas kepala Mas Thole. Ada suatu urusan yang ingin
disampaikannya kepada Mas Thole. Dan khabar itu, telah menjadi penentu
perjalanan spiritual Mas Thole kali berikutnya.
Apakah khabar itu ?. Insyaallah akan disampaikan dalam kisah
berikutnya..
Wolohualam
Komentar
Posting Komentar