Kisah Spiritual, Palagan di Tanah Tak Bertuan (Perjalanan ke Barat 3)
Bagaimana menguraikan rahsa sebutir kacang yang masih terbukus kulitnya. Gemeletak yang akan menjamah lidah, mungkin rahsanya akan bercampur, dengan kulit kacang itu yang pecah. Pecahan itu akan menyelip diantara gigi bahkan sering melukai gusi. Hilang selera karena sebab itu. Akibatnya rahsa kacang menjadi tidak akan nikmat lagi. Kacang itu telah menyakiti, maka lebih baik dilepehkan saja. Begitulah kacang menjadi sia-sia, dia tidak mampu membekaskan rahsa kepada lidah. Kesan yang ditimbulkan hanyalah rasa sakit saja. Benarkah sang kacang sia-sia ?.
Bergumuruh dada Mas
Thole saat mendengar berita langit. Dirinya harus berangkat ke Sumenep. Paku
bumi harus ditancapkan kesana. “Mengapa harus sampai kesana ?. Bukankah kemarin
cukup sampai di Jembatan Suromadu saja..Ugh !”. Maka semisal sang kacang itulah
sekarang keadaannya. Dirinya akan menorehkan kembali rahsa sakit yang sudah
terkubur ratusan tahun lamanya. Meski ada rahsa kacang yang nikmat namun
selubung masa lalunya yang menyakitkan akan membuat luka baru diatas luka lama.
Bagaimanakah membayangkan rahsa sakitnya ?.
Kesadaran masa lalunya
terus saja menghantam di setiap pagi , pada dua hari ini. Menyoal
keberangkatannya ke Sumenep. Pergulatan antara tekad perjuangan demi tanah air
melawan keengganan, rahsa takut tersembunyi, dan rahsa pasrah apa boleh buat yang membelitnya, menyerah saja jika toh dirinya harus kesana. Kesadaran sebagai raga terkini, yang harus
menempuh perjalanan 2 hari satu malam, dan juga kesadaran masa lalunya yang
memang enggan untuk kembali kesana. Menjadi satu di badan. Siapa yang tak kenal Aria Wirareja,
Adipati Sumenep yang pertama kali. Sebelumnya Dia dikenal dnegan Banyak Wide.
Seluruh orang Jawa Timur pasti kenal dengan namanya. Apalagi penduduk kota itu.
Nama Aria Wirareja sudah melegenda disana. Namun nyatanya beginilah keadaannya di masa kini. Mereka dalam ketakutannya sendiri untuk pergi ke Sumenep.
Lantas apakah masalahnya
?. Kesadaran raga terkini Mas Thole mencoba mengejar mencari jawaban.
Namun Banyak Wide sepertinya enggan sekali menanggapi. Hingga pada titik
kulminasinya kemarin senin pagi. Dalam perjalanan ke kantor, air mata Mas Thole
tanpa terasa menetes dengan derasnya. Lalu lintas Jakarta yang begitu macetnya
tidak dirasakannya lagi. Kesadarannya hampir seluruhnya dibawa ke masa lalu
oleh Banyak wide. Awan yang bergumpal, dan seakan mau jatuh di langit Jakarta
menambah suasana kesedihan dalam kesadaran Mas Thole yang semakin dalam mengharukan
saja.
Puzle demi puzzle seperti dinampakan, kisah pergulatan
hidup anak manusia. Kisah heroik seorang Pahlawan, kisah nista seorang anak
manusia, kisah duka seorang Ayah yang kehilangan anaknya, kisah cinta yang memilukan
seorang pemuda, kisah pekhianatan atas persahabatan dan perjuangan, semuanya
seperti terus digulirkan, sebuah kisah anak manusia yang tertatih-tatih
menetapi takdirnya sendiri. Air Mata Mas Thole tak kuasa menerobos diantara
bulu-bulu matanya. Menangis dirinya tak tertahan, perguliran rahsa demi rahsa
begitu hebatnya. Rahsa bersalah Banyak Wide yang telah meninggalkan Sumenep sehingga
kemudian daerah tersebut akhirnya berantakan. Menjadi perebutan
kerajaan-kerajaan lainnya. Meninggalkan kesedihan yang mendalam dan rahsa
bersalah yang hebat sebagai seorang Raja dan pemimpin pasukan perang. Bagaimana
raga terkini mampu menahan ityu semua.
“Ya, eyang salah ngger, eyang salah…!.” Menangis Banyak
Wide, begitu dalamnya penyesalannya, dirinya telah mengabaikan akal dan
logikanya. Jika saja dirinya tidak meminta haknya kepada Raden Wijaya maka
keadaannya tidaklah begini. Saat dirinya meminta haknya atas separuh Majapahit
kepada Raden Wijaya, dirinya sedang khilap, dipenuhi oleh nafsu amarah sebab kematian
anaknya Ranggalawe yang dibunuh oleh pasukan Majapahit. Semua adalah atas
hasutan Mahapati. Kebodohan dirinyalah yang menyebabkan dia kemudian ikut larut
dalam permainan licik Mahapati. Dia sadar
bahwa dia telah mengabaikan nasib rakyatnya. Mata batinnya mampu melihat bahwa
jika itu dilakukan maka selanjutnya kerajaan yang baru didirikannya itu akan
dihancurkan oleh Majapahit. Namun dirinya telah mengabaikan wangsit itu.
Dirinya dipenuhi rahsa masgul dan kecewa kepada Raden Wijaya. Disitulah ujian
bagi dirinya sebagai seorang arif di jamannya.
Sayang dia telah gagal menahan gempuran rahsa saat
ditinggal mati anaknya. Sungguh, dia hanya mampu memohon ampun kepada Tuhannya
atas kesalahnnya ini. Siapakah ayah yang tega melihat kematian anaknya sendiri.
Dimana kematiannya sangat mengenaskan sekali. Sampai-sampai adiknya Lembu Sora
saking tidak tahannya melihat Ranggalawe sang keponakan dibunuh bagai seekor
anjing buduk tidak mampu menahan perasaannya, diapun gelap mata. Menikam dari
belakang lawan Rangga Lawe yang sebenarnya adalah kawan karib Lembu Sora juga.
Adakah yang salah dengan perasaan mereka ?. Anak manusia yang dipermainkan sang
takdir ?.
Benarlah wangsit itu, Majapahit Timur yang didirikannya
tidak akan mampu menahan serangan Majapahit Barat pimpinan Raden Wijaya dan
anak keturunannya. Dan mulai saat itui daerah yang dipimpinnya menjadi daerah
tak bertuan. Menjadi rebutan raja-raja setelahnya. Bagaimana rakyatnya kemudian
berjuang sendiri. Banyak Wide disergah janjinya sendiri yang pada saat pertama kali menginjakkan kaki di
tanah Sumenep. Janjinya kepada alam dan para penguasa disana. Para penguasa
lelembut, para penguasa bumi, laut dan penguasa gunung-gunung. Dia akan
mensejahterakan mereka semua. Sumenep akan dijadikan kota yang menjadi tonggak
peradaban. Menjadi barometer kesadaran dunia.
Banyak Wide malu dengan janjinya sendiri, dirinya malu
untuk menginjakkan kaki lagi di tanah Sumenep. Apakah dirinya tidak dianggap
sebagai pengkhianat oleh rakyatnya disana. Apalagi oleh pasukan-pasukan yang
kemudian ditinggalkannya disana. Mereka pasukan utama yang mengkawal berdirinya
Majapahit kali pertama. Pasukan pilih tanding yang mampu mengalahkan pasukan
mongol, dan ribuan pasukan lainnya dari pelbagai Negara. Pasukan Komando
Majapahit adalah pasukan sang Banyak Wide, siapakah yang tidak kenal kehebatan
mereka di setiap pertempuran. Mereka adalah anak-anak Banyak Wide yang kemudian
diabaikannya, hanya karena dirinya kematian Ranggalawe anak terkasihnya. Sungguh
penyesalan itulah yang terus dibaca oleh Mas Thole. Maka bagaimana Mas Thole
tidak menangis sesenggukan, menahan perihnya hati seorang Ayah. Perihnya hati
seorang pemimpin pada saat yang bersamaan harus mengambil keputusan yang sulit
?.
Banyak Wide benar-benar tidak mampu menahan pergolakan
rahsa itu, dia tahu Majapahit harus maju menjadi Negara besar. Jika dirinya
membuat kerajaan tandingan maka Majapahit pasti tidak akan berkembang. Selama
dirinya masih hidup maka akan sulit Majapahit berdiri diatas bumi nusantara
ini. Sebagai seorang yang mumpuni dirinya tahu itu. Dirinya paham akan lintasan
takdrinya. Dia harus rela mati demi lahirnya sebuah kerajaan besar di nusantara
ini. Dia tinggalkan seluruh pasukannya, dia tinggalkan tanggung jawabnya. Dia
pikul semua kesalahannya diatas pundaknya. Maka dia memimta dihukum mati oleh
Raden Wijaya. Kisah inilah yang luput dari pengamatn manusia biasa. Sebuah tragedy
kemanusiaan yang melibatkan hati. Antara cinta, dendam, dan benci diliputi
semangat dan kecintaan sebuah negri. Nusantara.
Mas Thole menghela nafas, mencoba mencari pijakan atas
kesadarnnya. Kesedihannya telah hampir membuatnya tak bersendi. Begitukah para
kesatria berjuang demi kecintaan atas negrinya ?. Jika dia tidak mengalami
bagaimana rahsa jiwa Banyak Wide, sungguh dia tidak akan mengerti itu. Yaitu
bagaimana saat kegamangan Arjuna dalam perangnya, yaitu saat bagaimana Ali Bin Abu
Tholib mennghadapi perangnya. Perang di jiwa lebih dahsyat keadaannya daripada
perang itu sendiri. Luka di bdan akan mudah diobati, namun belitan jiwa akan terus
bertahan dalam kesadaran, menembus peradaban. Dan itulah yang dialami Banyak
Wide.
Maka dapat dimengerti jika dirinya benar-benar enggan
pergi ke Sumenep. Sekedar mendekati kesana saja, badannya seperti ditusuki ribuan
pedang. Kejadian itu pernah dialami beberapa tahun lalu saat mencoba menyebrangi
jembatan Suromadu. Akhirnya raga terkininya harus dipapah agar bisa keluar dari
sana. “Duh..Tuhan apakah nanti akan terjadi disana ?.” baik raga terkini
ataupun Banyak Wide dalam pertanyaan yang sama. Menunggu mereka sama-sama
menunggu apakah nanti yang bakalan terjadi.
Namun itu sudah tugas alam. Akhirnya mereka menunduk
pasrah. Demi sebuah perjuangan mereka harus pergi walau sebagai manusia biasa
kekhawatiran tetap masih ada. Maka di pagi hari ini dituliskannya kisahnya ini.
Sebagai bagian dari perjuangan para kesatria. Perjuangan yang hanya bisa
dimengerti oleh mereka sendiri. Beberapa kali email dilayangkan kepada para
kesatria untuk segera mempersiapkan dirinya, melakukan konsolidsi dan
penyelarasan. Sebab sebentar lagi akan terjadi, bumi ini akan berada dalam fase
pembalikan. Akan terjadi pelimpahan HAK dari satu kuasa (shaad) kepada kuasa
lainnya. Pelimpahan hak ini pasti akan menimbulkan kegoncangan baik di alam
nyata maupun alam kesadaran.
Mas Thole hanya bisa menunduk, pasrah atas alam yang
sedang mengurusi urusannya. Perang kesadaran kamis sore lalu dengan kesadaran
pemaku bumi banyak menyisakan korban dimana-mana. Dalam realitas nyata beberapa
kesatria mengalami sakit diseluruh badan. Badan pegal semua, energy ketubuhan
seperti tidak ada sama sekali. Energy mereka memang telah digunakan untuk
peperangan semenjak Pedang Langit dikeluarkan. Semua seperti kebetulan banyak
rekan Mas Thole telah mengkonfirmasi keadaan mereka mulai kamis sorea selepas
ashar saat mana perintah perang di canangkan. Mereka seperti dilolosi
energynya. Hari minggu ada dua rekan, sebut saja mereka Pendekar Wiro sableng,
sebab mereka tidak masu diekspos keberadaannya. Salah satunya mengalami keadaan
yang sama. Kesadaran mereka seperti sedang dalam keadaan pertempuran, sangat
nyata sekali. Hingga kini kesehatan mereka semua belum pulih seperti sedia
kala. Termasuk juga Mas Thole.
Meski raga masih dalam besutan, meski sakit belum juga
menghilang, namun smeua harus siap keadaannya. Sebab alam sudah meradang. Maka
kemarin Mas Thole segera menghubungi para kesatria dalam satu surat sbb ;
***
Kepada Para Kesatria ;
Sang Prabu Silihwangi
Diajeng Ratu Sima (Ratu Boko)
Putri Sriwijaya
Gusti Ratu Pambayun
Ki Wiroguno
Patih Nambi
Assalamulaikum wrwb,
Apa khabar, semoga sehat selalu dalam lindungan dan hidayah serta
rahmat Allah swt.
Kita sedang berupaya melakukan pemetaan kesadaran, dengan cara
tersebut maka kesadaran dapat dipelajari secara science. Sehingga akan lebih
mudah bagai kita untuk melakukan transformasi kesadaran. Ingat teori butterfly
effect itu adalah merupakan kunci awal stimulan yang diusung kemarin. Saya
harus berterima kasih untuk ide itu.
Dengan teori inilah kemudian ada semangat lagi, untuk membangun
kesadaran nusantara baru. Semua terus dikaji dalam suatu sistematika. Akhirnya
kita menemukan cara pengukuran energy kesadaran pada setiap manusia. Dengan ini
kita akan mampu memetakan, berapa orang kesatria yang kita butuhkan untuk
menjadi 'kupu-kupu' yang akan merubah kesadaran nusantara.
Harapannya adalah kita bisa membuktikan bahwa 'butterfly effect'
akan bekerja dengan sempurna. Kita tidak perlu berperang jika tidak sangat
terpaksa. Setiap energy level 700 diharapkan akan mampu mencerahkan 70 juta
jiwa manusia. Kemungkinan tersebut sudah terbukti secara empiris. Maka tugas
utama kita adalah melatih diri kita sendiri untuk menempati level-level energy
kesadaran.
Tugas kita untuk nusantara yang utama adalah itu. Sampai nanti jika
Allah memerlukan raga kita untuk sebuah rencana-Nya kita sudah siap untuk itu.
Jangan lah kita dibuai dengan angan-angan kesaktian dan aroma kekuasaan lagi.
Ikhlaslah hanya karena Allah semata kita lakukan semua ini. Ambillah yang
terbaik dari leluhur-leluhur kita. Dan perbaiki kesalahan yang sudah diperbuat
kesadaran mereka itu. Inilah tugas kita demi leluhr nusantara.
Ada sebuah hadist dan mungkin ayat al qur an yang menyatakan, bahwa
azab Allah akan ditahan dan atau ditangguhkan selama di kaum tersebut ada satu
atau beberapa orang yang beriman-ber-serah-wali Allah. Kita akan menjadi paku
itu. Kitalah paku hidup, sejatinya yang menjadi paku alam.
Semoga Allah meridhoi langkah dan upaya kita.
Kemarin saya sudah 'sowan' kepada kangmas. Banyak sisi ghaib yang
memang sangat luar biasa. Hanya wali Allah yang akan mendapatkan karomah
seperti itu. Dan saya juga sudah paham apa tugas Ratu Sima sekarang ini. Bahkan
kangmas sudah menyiapkan dana untuk mobilisasi, yang kita kenal dengan harta
nusantara. Anggapan harta kekayaan Sukarno. Kenyataannya tidaklah seperti itu.
Harta kekayaan Sukarno hanyalah membuai kita dalam angan-angan. Dan
yang disiapkan untuk membangun nusantara baru memang sudah tersedia. Namun dana
tersebut adalah dana real dari hasil kerja, bukan dari proses ghaib. Kita harus
meluruskan mitos dan anggapan keliru yang membuat diantara saudara sendiri
menjadi baku hantam.
Sungguh hanrta itu dipegang oleh yang diamanatkan, oleh seseorang
yang memegang kunci. Dia yang dipercaya alam untuk memegang amanah kunci
rahasia dana tersebut. Janganlah kita kemudian larut dalam angan, dalam
mitos-mitos yang tidak ada faktanya. Berusahalah dengan akal dan logika, dengan
realita kita. Meniti takdir-takdir kita sendiri. Insyaallah Allah akan
menujukan jalan-jalan-Nya. Yakinlah hanya dengan ini.
Saya hanya ingin berpesan bahwa kesadaran manusia ada pada
distribusi normal. Karomah dan keghaiban hanya diberikan kepada orang yang hak
saja. Maka jika kita terlalu kearah ghaib maka kita akan kehilangan sisi
realitas kita. Sebab orang yang memiliki karomah tersebut berada jauh sekali
dari distribusi normal. Kasihan manusia yang lain akan tertatih-tatih dalam
memaknai hal ghaib.
Inilah kesalahan leluhur kita yang harus kita perbaiki. Maka para
kesatria harus mampu meliputi semua itu. Berada pada sisi yang pertengahan.
Kadang kita harus mengedapankan akal dan logika kita, sebelum mengambil keputusan.
Setelah keputusan diambil maka kita harus hadapkan kepada Allah. Menunggu
keputusan dan ilham Allah selanjutnya, amatilah apakah hak kita untuk
menyelesaikan ataukah hak yang lainnya.Kita harus terima dan ikhlas pada bagian
kita saja. Sebab Allah tahu mana yang terbaik buat kita.
Setiap respon kita harus kita hadapkan kepada Allah. "Biarlah Allah yang melempar..la haula
wala kuwata illah billah..". Dengankeyakinan inilah kita bangun
pondasi keimanan kita.
Marilah wahai para kesatria tetapkanlah langkah, berjalan di
jalan-Nya. Shirotol Mustakim dalam satu keyakinan hanya Allah. La illa ha
illallah.
Bedar Alam tidak akan berhenti, sampai para kesatria menemukan
jatidirnya sendiri. Maka tetapilah langkah. Hanya Allah yang memiliki hak atas
raga kita semua. Mari..marilah saudara-saudaraku. Kita tetapkan langkah kita
ber-ikrar dalam kesaksian. Ashadu ala
illa ha illallah wa ashadu ana Muhamadarosulloh. |
Bersiaplah menjadi saksi atas kebesaran-Nya, bersiaplah
menjadi saksi betapa dahsyatnya kekuasaan-Nya. Tidak akan lama lagi. Tidak akan
lama. Bersiaplah saudara-saudaraku. Tundukkan, sujudkan jiwa dan raga
kita. Sungguh kita tidak akan mampu menyaksikan kebesaran-Nya tanpa kita
ber-Islam.
Allah hu akbar..Allah hu akbar...ampuni kami ya Allah.
subhanalloh...
salam kesejahteraan saudara-saudaraku..
***
Email itu telah dikirmkan, semua
sudah berketetapan hati , berjuang dijalan-Nya. Maka wahai pasukan langit,
pasukan bumi, pasukan laut, pasukan gunung, pasukan lembah, semua saja yang mendengar
panggilan ini. Tidak saja di bumi dan di langit, tidak saja di raga manusia dan
juga di pepohonan. Semua makhluk baik yang melata ataupun yang berjiwa,
datanglah penuhilah panggilan ini. Alam akan memanggil seluruh kesatrianya.
Datanglah dengan sukarela ataupun terpaksa. Laksanakan Bedar Alam ini. Agar
bumi kembali pada keadaannya. Penuhilah tugas-tugas yang diberikan alam.
Sebagai pengambdian kepada Yang Maha Kuasa. Disini para kesatria memanggil,
kami memerlukan bantuan kalian semua. Dengarlah suara kami yang akan terus
bergaung sampai ke relung hatimu. Dengarlah suara sang Ibunda yang menangis.
Dengarlah Ibu Pertiwi yang merana. Dan kalian pasti akan mendengarkan suara
ini. Rasakan dan amatilah saudara-saudaraku. Alam memanggilmu. BANGUNLAH…BANGUNLAH…!!!.
Jadikanlah tanah ini tanah PALAGAN !.
Hening siang, heningnya film tanpa
suara. Meski ribuan kendaraan lalu lalang di jalan. Tetap hening
kendengarannya. Mas Thole sunyi dalam keriuhannya sendiri. Mencoba menarik
nafas yang terus menyesak di dada sebelah kirinya. Batuknya terus menerus
semenjak pagi dan kemarin ini. Berharap semua akan mampu dimaknainya. Dia yakin
dia tidaklah sendiri. Banyak sekali kesatria-kesatria yang belum menampakan
diri. Semisal email di hari minggu kemarin ini.
***
Terima
kasih. Semoga ALLAH YG MAHA AGUNG memberikan RAHMAt-NYA kpd orang2 pilihan NYA.
Salam
Dikirim melalui
BlackBerry® dari 3 – Jaringan GSM-Mu
From:
Date: Sun, 2 Jun 2013 09:45:13 +0800 (SGT)
To:
ReplyTo:
Subject: Bls: Bls: Perjalanan spiritual
Mereka manusia biasa, yang menjalani takdirnya dengan
tertatih-tatih sama saja keadaannya. Hanya keyakinan kepada Allah yang mereka
miliki. Kemunculan para kesatria ditandai oleh gejala-gejala alam. Mereka
berangkat dari kesadaran diri, bahwa hakekatnya mereka tidak bisa
apa-apa.Karena merasa tidak bisa apa-apa maka mereka dipilih, bukan orang yang
bisa merasa apa-apa. Bukan mereka2 yang sombong merasa bisa. Smg dibukakan
pintu HIdayah-Nya selanjutnya.
salam
Dari:
Kepada:
Dikirim: Minggu, 2 Juni 2013 8:29
Judul: Re: Bls: Perjalanan spiritual
Kepada:
Dikirim: Minggu, 2 Juni 2013 8:29
Judul: Re: Bls: Perjalanan spiritual
Trmksh atas balasanny
pak, insya allah silahturahmi sy ke tmpat bpk akan terjadi. Hanya ad ganjalan d
hati...sy hnya manusia biasa sama sprt yg umumny terjadi,sungguh tak berdaya
diri sy jk d sandingkan dgn ksatria nusantara ini. Sy tdk mempunyai kelebihan
ap2, tubuh ini kotor & lemah.
Dikirim melalui
BlackBerry® dari 3 – Jaringan GSM-Mu
From:
Date: Sun, 2 Jun 2013 02:23:46 +0800 (SGT)
To:
ReplyTo:
Subject: Bls: Perjalanan spiritual
Rupanya Allah memanggil para wali-Nya dengan cara-Nya yang unik.
Alam telah memanggil para kesatrianya, penuhilah panggilannya. Semoga kita semua
mampu membaca tanda-tanda-Nya.
Subhanalloh...
Semoga
kita ikhlas dan ridho menjadi yang terpilih.
salam
Dari:
Kepada:
Dikirim: Sabtu, 1 Juni 2013 21:24
Judul: Perjalanan spiritual
Kepada:
Dikirim: Sabtu, 1 Juni 2013 21:24
Judul: Perjalanan spiritual
Salam kenal pak , hampir sepekan & tiap jam sy mengikuti ap yg d sajikan d blog bapak. Diri ini sprti larut d dlmny, kajian2 pencerahan sy cb menangkapny. Dan sprtny sy di uji (kms,30/05/13) proyek spbu yg sdh 90% selesai tmpt sy kerja, hancur d eksekusi. Usaha seorang diri u/mencegah tdk berhsl, mlmny tubuh ini meriang,seluruh bdn skt sprt hbs d hakimi massa.tdk ad daya upaya. Berharap esok pg sprt mmpi tdk terjadi apa2, tp tubuh ini lunglai tdk sanggup berdiri terduduk layu d pinggir kasur. Sy teringat ap yg sdh sy baca dr blog bapak , sy pasrah berserah diri kpd yg Maha Kuasa. Berrzikir dlm kesakitan...perih hati ini...keringat yg sia2. Mencoba u/menerima takdir & kuasa-NYA. Istigfar...istigfar terus tanpa henti mencoba menerima ap yg sdh mnjadi garis-NYA. Allahu Akbar...subhanallah...
Sy pandangi langit dr pintu kmr kos'an yg trbuka. Allahu Akbar...!!! Awan yg sy pandangi membentuk lafad 'Allah'...
subhanallah...pertanda apakah ini pak Mohon petunjuk. Apakah ini yg d namakan tunduk & berserah diri kepada-NYA ?. Terima kasih atas petunjuknya. Salam
Dikirim melalui BlackBerry® dari 3 – Jaringan GSM-Mu
***
Bilakah terlalu berlebih dirinya dalam menanggapi tulisan
email itu.
Entahlah, Mas Thole hanya menggerakkan tangan saja. Menuruti apa yang
seharusnya dia tuliskan. Membaca aliran energy yang dihantarkan lewat tulisan.
Dia mampu membaca apa yang tersirat dibalik yang tersurat. Dia mampu membedakan
adanya energy ikhlas pada rangkaian tata bahasanya. Maka dengan lancarnya dia
menanggapi tulisan tersebut. Apakah akan bermakna ?. Entahlah yang tahu
hanyalah si pengirim tulisan dan Allah saja. Semua adalah untuk kebaikan dan
pembelajarannya saja. Semoga kita mampu memaknai semua kejadian. Itu saja yang terus coba
diluruskan dalam pemahaman Mas Thole.
Langit tak berahsa, tak bersisa nuansanya. Semua sudah penuh dengan makhuk-makhluk yang bertahta
disana. Bedar alam sudah saatnya. Maka langit dan bumi akan menjadi Palagan. Di
tanah yang tak bertuan, maka Palagan (peperangan) akan dihadirkan. Menjadi perangnya
para kesatria yang sudah menyiapkan diri mereka untuk itu. Yaitu mereka-mereka
yang sudah dalam satu lafadz, “INA SHOLATI WANUSUKI WAHMA YAHYA WAMA
MATI LILLAHI ROBIL ‘ALAMIN. LASYARIKA LAHU WABIDZALIKA UMIRTHU WAANA MINAL
MUSLIMIN.”
“Sholatku,
ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah. Dan kami semua adalah
orang-orang yang berserah (ISLAM).”
Berserah atas takdir raga yang akan diperjalankan-Nya. Walau semisalkan hanya bantalan perang. Tetapilah
saudara-saudaraku…
wolohualam
Salam...Mas Arif dari sekian episode perjalanan yg mas babarkan di pondok ini, saya merasakan adanya daya tarik yang kuat utk selalu menyimak cerita demi cerita yang berjalan. Jika berkenan saya ingin berkomunikasi lebih intens dgn Mas Arif dan seluruh karuhun2 lain karena ada sesuatu hal yang ingin saya sharing terkait dengan kemungkinan adanya penggalan kisah lalu yang mana salah satu keluarga saya sepertinya ikut di dalamnya. Mohon atensi via email saya : laskarlangit66@gmail.com
BalasHapusSalam..
HapusMonggo mas, kita semua adalah saudara. Silahkan berbagi via email,apa yang bisa kita share. Semoga rahmat Allah berserta hamba-hamba-Nya yang muklis.
salam
email saya budiutomo.arif@rocketmail.com
HapusTerimakasih Mas atas sambutannya, semoga ini akan menjadi langkah awal menuju persaudaraan yang haqiqi...Insya Allah pada kesempatan pertama saya akan coba share dengan Mas melalui jalur email, mohon dimaklumi dan semoga komunikasi ini menjadi langkah awal persaudaraan yang haqiqi, Amin. Semoga Gusti Rabb, Hyang Murbaning Jagad meridhoi kita semua dalam meniti perjalanan ini.
HapusSalam damai,
BalasHapusSmg pr ksatria dpt menuntuskan misinya, dan tetap setia dlm darmanya.
Sy tertarik dg tokoh ki wiraguna, sy harap mas Thole berkenan meriwatkannya. Sy lg mencari informasi tg tokoh masa lalu itu, tentunya dr sudut pandang lain.
Sy sdh mencari sejarah tokoh itu, sy kwtr sejarah tertulis itu sdh terkontaminasi, jd sy perlu info lain sbg bhn crosscheck.
Terima kasih
Assalamu'alaikum
BalasHapusSalam Mas Arif..
Saya senang membaca kisah-kisah di blog ini
Postingan demi postingan senantiasa saya ikuti, terasa nyaman dan bisa berimajinasi membaca kisah2 para pendahulu, akan tetapi banyak sekali hal yang saya tidak mengerti, saya ingin lebih jauh berkonsultasi kepada Mas, itu juga jika Mas berkenan membuka pembicaraan dengan saya... ada banyak hal juga yang ingin saya sampaikan kepada Mas, Berikut email saya: nurwandar@gmail.com
Terima kasih
Walaikumsalam,
HapusSilahkan semoga bisa saling berbagi email saya, budiutomo.arif@rocketmail.com
salam