Kisah Spiritual, Romansa Ratu Pantai Selatan (1-3)


“Kangmas…!” Blegh. Dess !. Sebuah panah telah diluncurkan, yang kemudian dengan keras menghujam tepat di ulu hati. Ya panah suara. Energy suara yang sangat dikenalinya. Ugh..!. Padahal Mas Thole nyatanya hanya sedang membaca SMS dari hp nya saja. Hanya sebuah kata sebutan, nama panggilan kepada seseorang tertera di layar hp nya. Tapi mengapa kemudian seperti menjadi suara ?. He eh !.   Entah karena iseng atau apa, Putri Sriwijaya terasuki dan mengirimkan SMS itu. Sudah dapat  diduga, Banyak wide tersulut, kemudian kesadaran meleset ke masa lalu.

Suara itu seperti sebuah energy usikan, yang mengungkit sebuah batu raksasa di puncak gunung.  Sehingga karena usikan itu batu tersebut kemudian berderak jatuh meluncur dengan cepat menuruni  lereng gunung.  Pohon –pohon bagai digilas, berderak suara ber-patah rantingnya.  Suara beban benda jatuh memberat di bumi, membuat bendungan waduk retak-retak dan merembes keluar air dari sana. Air mata Banyak Wide keluar dari hati menahan perihnya. JIwa dan hatinya kemudian merambah  jauh saat mana sebuah peristiwa terjadi. Masih diingatnya.

Dalam semedinya Raden Inu Kertapati tiba-tiba terbangun. Jauh dilereng gunung dia menyepi, disebuah tempat di sebuah Gunung, yang bernama Gunung Panji. Gunung yang terkenal akan keangkerannya. Maka dikatakan adalah gunung para peri dan ghaib. Sebab memang gunung ini tidak terlihat oleh mata biasa.  Sosok seperti bidadari terbang mendekat padanya. Semakin dekat dan semakin dekat. Hingga terlihat jelas wajahnya. Bagai disambar petir dirinya, ketika melihat sosok yang terbang dengan selendang hijau dan kain keemasan di tubuhnya melayang. “Gusti..!.” Dia tersungkur tak percaya Galuh Candra Kirana. Sosok gadis yang dicarinya mencul dihadapannya dengan penampilan seorang DEWI.

Raden Inu Kertapi sesenggukkan mendapati kekasihnya seperti itu, dia ingin memeluknya, ingin merengkuhnya ke dadanya, memberikan kehangatan. Namun apa yang terjadi, sosok itu bagai bayangan. Bersinar bagai api di tengah malam. Nampak dari pandangan, berjatuhan  kembang setaman bagai air hujan mengelilinginya. Kelopak kembang bertebaran bagai di pusar angin. Kemudian di dengarnya sayup-sayup sang gadis memperkenalkan dirinya, memperkenalkan nama barunya, DEWI SEKARTAJI. Sosok tersebut berpesan agar Raden Inu Kertapati segera mengakhiri semedinya, kemudian disuruh mengabdi ke kerajaan Kediri. Tentu saja dada Inu Kertapati hampir saja meledak. Dan dia berkata-kata ;


Lepaskan apimu..( Dinda Sekartaji)
Lihatlah aku telah berjalan bersama matahari
kau tahu, panasnya tak sepanas untain kata-katamu
yang membakar sel-sel tubuhku,
aku bisa apa, aku melambung terhempas meledak
kemudian menjadi debu
terbius, terhanyut, tersihir
mengalun, terbuai, terpesona
lantas harus bagaimana, aku hanya mengapung
dan bait katamu mengelana di jagad
maka ajari aku,
~
Kau hanyalah pesona,
bersama asa yang mengendapkan rahsa
indah tak terbilang
sebab setiap bait adalah mutiara,
bagaimana kau bisa ?.
maka ajarilah aku..!
~
Sesungguhnya kau mawar ataukah melati
bilakah intan berduri ?
Cintamu kepada Tuhanmu
membuat aku tertusuk seribu
kau bisa begitu, bagaimana aku ?.
Aku telah mengelana, mengenali segala cahaya
aku terbakar begitu saja oleh apimu
tidak, kau harus ajari aku..!
~
Bilakah bisa begitu..?. (Dinda Sekartaji)
Lepaskan apimu, 
agar aku mampu membara bersamamu
mengikutimu betapapun jauh
biar aku terbakar sepertimu
terbakar oleh api (cahaya)  Tuhanmu

(by Raden Inu Kertapati)
~
Gemeletak tulang geraham menahan tangis yang tergumpal. Raden Inu Kertapati, bertingkah bagai anak kecil , meraung , menangis, mencengkeram, mencabik apa saja yang ada disekitarnya. Dia tak percaya, terus meratapi kekasih hatinya yang datang hanya sekilas dan kemudian pergi. Mengapakah sang kekasih hati berubah menjadi seorang dewi. Sungguh saat itu dirinya tak mengerti. Sungguh kasihan keadaannya. Terus begitu hingga berbulan-bulan. Tubuhnya kotor, lusuh dan tak bisa dikenali.

Dia tidak tahu jika kekasihnya Galuh Candra Kirana atas saran Putri Sriwijaya yang juga adalah nenek tirinya, diungsikan ke Ratu Kidul, dititipkan kepada Ibundanya disana. Oleh Ibunda Ratu Kidul, Putri  Galuh Candra Kirana disuruh  diangkat anak, dan menempati sebuah gubuk dhutan Gunung Panji. Kelihatannya saja gubuk bagi manusia biasa, namun sesungguhnya adalah istana keadaannya.  Dia ditemani dayang dari Kerjaan Ratu Kidul. Beberapa petualang kadang melihat keberadaan mereka disana. Dalam doanya dia merintih kepada Tuhannya, atas nasibnya ini. Kesadarannya seperti terbolak-balik, kadang ke masa depan, dan kadang ke masa lalu. Sungguh membingungkan sekali. Dia meratap ;

Duhai, Yang kupuja. Kekasih yang merajai istana.  Daun pandan dan kupu-kupu penyerta jadi mahkota. Ketika biduk telah berlabuh. Tiang layarnya kuncup, buritan pecah terhadang ombak. Angin meniup menghalau awan. Sendiri di laut dalam, sepinya, bersamamu merasuki. Tasbihmu ku dengar, walau pucuk  jatuhnya merambah kaki.

Duhai Kejora Istana. Rinduku masih disini, terus mengelana bersama cahaya. Bersama badai di lautan. Bersama harap panjang dan penantian. Bersama raga yang terus berganti, mati dan mati sekali lagi. Sampai saat mana kau tak  mengenaliku.

Dan kerinduanku lenyap sendiri. Menyelimuti alam semesta. Berharap  menetes dan tumbuh dihati manusia. (Yang) Bersama merindumu. Kelahiranku akan menantimu.  Walau abad telah berganti, dan hari telah berulang lagi.

Dan yakinlah bahwa engkau tak terganti   !.”

(by Dewi Sekartaji)

***
Habis sudah dihantarkan kesedihannya, Raden Inu Kertapati diam menahan sisa perihnya. Dan terlihat Dewi Sekartaji perlahan, menjauhi. Wajahnya nelangsa dalam diam menatap sang kekasih hati. Entah apa yang bergolak di jiwa. Namun terasa dia juga sangat sedih sekali. Tubuhnya perlahan menjauh, tatap matanya terus luru menghadap. Hingga hilang dari pandangan. Masih terdengar suara isak tertahan. Dadanya gemuruh bagai badai melanda lautan. Burung malam terdengar lirih, seperti tengah bersyair, berkata kepada keadaan disana yang begitu sunyi, melebih kesunyian hutan.

Lautanmu Hitam
dan langit tak nampak pandangan
jika saja kesedihan ini menggurat
maka udara malammu tersaput darah
duh, jagad dewa batara, angin apa yang melintas
kelam menggelapkan malam
air tercurah dari sela batuan yang merapat

***
Terbangun Raden Inu Kertapati stelah berbulan-bulan begitu, dalam kesadarannya masih terngiang perkataan kekasihnya itu. Bahwa dirinya harus mengabdi ke kerajaan Kediri.  Kala itu dia sama sekali tidak tahu jika kerajaannya Jenggala sudah dihancurkan Kediri. Karena pesan kekasihnya itulah maka dia kemudian  tidak menaruh dendam kepada Kediri. Sebab Kediri adalah juga kerajaan sang kekasihnya.  Maka karena itulah kemudian dia mengabdi kepada Kertanegara. Sepanjang perjalanan dia mengalami kerinduan, mengalami kesakitan, dia terus bicara berulang perihal asmaranya itu dengan seorang Dewi. Dia kisahkan kepada yang mau mendengarnya. Seorang yang begitu bangun tidur terus bicara tentang asmaranya Dia datang dari Gunung Panji. Maka orang kemudian menyebutnya Panji Asmara Bangun. Kisah ini kemudian melegenda sebagai kisah  Panji Asmara Bangun dengan Dewi Sekartaji. Banyak dikenal juga dalam  kisah Raden Inu Kertapati dengan Galuh Candra Kirana. Dua kisah yang sama.

Demi memuluskan jalan agar dirinya bisa mengabdi maka Raden Inu Kerta Pati atau Panji Asmara Bangun, mengganti menggunakan nama pemberian kakeknya Airlangga yang kebetulan dari Bali. Maka kemudian orang mengenalnya sebagai BANYAK WIDE. Mulai dari situlah kiprahnya diperhitungkan. Sungguh perjalanan hidup yang berat dilakoninya. Sejak kecil dirinya dibuang oleh ayahnya sendiri, ke hutan. Dia bersahabat dengan seekor ayam. Di kala itu dirinya kemudian dijuluki sebagai CINDELARAS yang berarti nyanyian yang selaras dengan alam. Ayam tersebut yang kemudian menghantarkan dirinya bertemu sang ayah.  Sayang kemudian ketika baru beberapa saat menikmatinya. Dia harus berhadapan dengan tragedy cinta  yang memilukan ini. Keadaan tersebut di realitas juga dialami oleh raga terkininya, sungguh aneh sekali. Kisah hidup serupa tapi tak sama.
---

Entah mengapa kisah tersebut seperti dinampakkan kepada Mas Thole, slide demi slide. Dimulai sejak kedatangan Saudara Sepuhnya, kemudian saudaranya ini memperkenalkan istrinya. Dan entah mengapa kejadiannya, sosok wanita tersebut mendatangi Mas Thole di selasa (18/6) siang sehabis sholat dhuhur. Sosoka tersebut mengaku utusan dari Ratu Kidul penguasa Laut Pantai Selatan. Pembicaraan yang hanya dimengerti jiwa. Duh apa pula ini ?. Mas Thole benar-benar tak paham. Setelah kedatang sosok tersebut, sorenya kenapakah seperti kebetulan ada rtahsa yang begitu kuat sekali memaksa agar Mas Thole berkunjung ke Indramayu ke tempat kangmas. Karenanya dirinya kemudian memeutuskan untuk ke Indramayu esok harinya , Rabu (12/6).

Belum tuntas semua dimengertinya, komentar yang masuk di email ataupun di blog nya pun  seperti terangkai menjadi sebuah kisah yang bermaksud menjelaskan keadaan. Bagaimanakah sesungguhnya manusia seharusnya memaknainya.  Semua ingin menjelaskan dan meluruskan pemahaman atas sosok yang sangat dikenal di tanah jawa ini. Semua mengkerucut kepada sebuah nama RATU KIDUL. Dan kisah yang dihantarkan dimuka, nampaknya tidak luput dari sentuhan tangan Sang Ratu itu sendiri. Namun mengapakah sang Ratu seperti terus terlibat dalam pergolakan di tanah jawa ini. Bagaimanakah peranannya dan seperti apakah sosok ini.  Siapakah Kangmas sebenarnya ?. Siapakah Banyak Wide, siapakah Putri Sriwijaya. Bagaimanakah mereka seperti bertalian dan bertautan dalam kisah-kisah yang sama. Begitu juga dengan Pambayun dan Ratu Sima. Mereka semua dalam nuansa dan romansa yang sama. 

Sungguh berat mengkisahkan ini, sampai Mas Tole harus mutah sekali dua kali di malam hari. Sambil menarik nafas berulang kali Mas Thole mengendapkan rahsa itu. Tulisan ini kemudian diberikan jeda untuk sesekali. BERSAMBUNG..


Walohualam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali