Diskusi, Nikmat Manakah Yang Nikmat ?
Nasehat Seorang Kakek kepada cucunya yang tidak menang lomba menulis ;
Kakek : “Nak,
Kakek paham kesedihanmu sebab tidak masuk nominasi. Namun janganlah
karena itu kemudian membuat engkau akan berhenti menulis .”
Cucu : “Bagaimana
tidak kesal Kek, banyak sekali penulis yang menurut saya lebih pantas
ternyata tidak masuk nominasi, sebut saja A, B, dan banyak
lagi lainnya, bukan Admin tidak adil namannya”
KakeK : “
Engkau bicara tentang keadilan nak. Sudahkah engkau tahu maknanya ?. Manusia
akan selalu merasa tidak adil, apapun itu nak. Keadilan akan baru terasa pas
ketika dia membuat aturan mainnya sendiri, seperti apa yang dimauinya. Itulah
keadilan, baru akan terasa pas, jika sesuai seleranya.”
Cucu :
“Kenapa bisa begitu Kek ?”
Kakek : “Baiklah
Cu, manusia membuat mobil, ada mobil BMW, ada mobil Kijang, ada Bus,
ada mobil sampah, ada mobil dengan solar dan ada yang dengan bensin. Bagi
manusia itu suatu keadilan. Namun coba tanyakan kepada mobil sampah, yang
setiap hari harus mengangkut sampah busuk. Apakah dia tidak iri kepada mobil
BMW yang penuh kemewahan. Dimanakah keadilan bagi mobil sampah . Begitu juga
bagi mobil solar yang penuh asap, kalau dia bisa protes maka dia akan protes kepada
manusia, kenapa dirinya dibuat berasap. Maka mobil sampah baru akan merasa adil
jika dirinya dibuat seperti mobil BMW. Begitulah keadannya nak.”
Cucu : “Terus
bagaimana Kek ?”
Kakek : ”Artinya
kamu tidak boleh protes kepada Admin dialah yang mewakili Tuhan di dunia ini. Sebagaimana mobil yang tidak boleh protes kepada manusia tadi. Semua sudah
dibuat aturannya, bagi setiap mobil sudah ada peruntukannya. Maka mobil yang
terbaik bagi manusia adalah mobil yang sesuai dengan fungsinya. Itu peraturan
yang tertulis dalam kitab manusia yang menciptakan mobil. Maka kalau kamu ingin
masuk nominasinya kamu harus pelajari kitabnya. Buku manual itu akan
membimbing kamu bagaimana jadi warga Negara yang baik sesuai dengan apa yang
dimaui Admin. “
Cucu :”Oh
begitu ya Kek, jadi peilihan saya Cuma jadi warga negara yang baik
di sini, atau saya keluar dari warga Negara. “
Kakek :”Ya
begitulah nak. Hal ini sejalan dengan dunia nyata, yaitu sesuai dengan apa yang
di mau Tuhan. Jika masih ingin dianggap makhluk Tuhan ya ikuti aturannya yang
tertulis di kitab suci. Kalau tidak mau ya berhenti pindah ke dunia lain.
Dimana-mana sama kok nak. Di perusahaan, di pemerintahan dan dimanapun itu
berlaku hukum ini. Maka tetaplah menulis, dan ikuti kitab nya Admin, yakinlah
besok tahun depan pasti akan jadi warga terfavorit. Ingatlah apa yang di tulis
rekanmu Om Kate, yaitu menulis memiliki energy luar biasa untuk merubah dirimu
menjadi baik sebab engkau akan tertantang untuk terus menjadi
baik sesuai dengan apa yang ada dalam tulisanmu , camkan itu dalam-dalam !.
TETAP SEMANGAT NAK !. ”
Cucu :
???
Namun sang cucu tetap dalam keadaan yang bingung, keraguan kemudian kembali menyergahnya. Mengapakah dirinya tidak dijadikan orang kaya, sementara dirinya berharap, dibuat menjadi semisal mobil-mobil mewah, yang juga dibuat manusia. Bagaimana manusia lainnya, memujanya saat mobil tersebut keluar dari pabriknya.
Sementara sang cucu sendiri sepertinya tidak paham, bagaimanakah keadaan kota ini jika tidak ada 'truk sampah'..
Perhatikanlah..banyak doa dari seluruh warga agar 'truk sampah' tidak sakit, dan tetap bisa beroperasi, mengangkut sampah kota.
Namun adakah doa dari warga untuk mobil mewah BMW ?. Hanya sekali kekaguman saat keluar dari pabrik saja, selewatnya mobil tersebut hanya dikenang saja.
Hanya sedikit doa , mungkin hanya dari sang pemiliknya.
Manakah yang lebih bermakna ?. Disinilah letak 'keadilan' Nya.
Keyakinan bahwa apa yang Allah berikan untuk diri kita adalah sebagaimana perumpamaan tersebut.
Kita dalam suasana 'kepastian' akan sistem keadilan ini.
Keyakinan disana adalah Iman itu sendiri.
Bagaimana memaknainya ?. Mampukah kita disana ?.
Iman atas keadilan Allah.
Nikmat Iman ?.
Sementara sang cucu sendiri sepertinya tidak paham, bagaimanakah keadaan kota ini jika tidak ada 'truk sampah'..
Perhatikanlah..banyak doa dari seluruh warga agar 'truk sampah' tidak sakit, dan tetap bisa beroperasi, mengangkut sampah kota.
Namun adakah doa dari warga untuk mobil mewah BMW ?. Hanya sekali kekaguman saat keluar dari pabrik saja, selewatnya mobil tersebut hanya dikenang saja.
Hanya sedikit doa , mungkin hanya dari sang pemiliknya.
Manakah yang lebih bermakna ?. Disinilah letak 'keadilan' Nya.
Keyakinan bahwa apa yang Allah berikan untuk diri kita adalah sebagaimana perumpamaan tersebut.
Kita dalam suasana 'kepastian' akan sistem keadilan ini.
Keyakinan disana adalah Iman itu sendiri.
Bagaimana memaknainya ?. Mampukah kita disana ?.
Iman atas keadilan Allah.
Nikmat Iman ?.
Nikmat yang satu ini, kadang malahan dijauhi. Meski berulang
kali para Ustad mengulang-ulang dengan gaya bahasa apologi. Lebih sering kita
tidak ambil pusing , terserah sajalah !.
“Apa sih nikmatnya
IMAN ?”
“Ya, benar..apakah sih
nikmatnya Iman..?” Pertanyaan ini juga mengusik saya. Sebab setiap kali
mendengarkan khotbah dimanapun, selalu kalimat ini di perdengarkan.
Termasuk dalam klasifikasi makhluk apa si IMAN, atau mungkin makanan apa, atau apakah seperti
rasa lainnya ?. Kitapun sering tidak mengeri bahkan tidak tahu, hakekat iman itu apa ?!.
Kalau begini, bagaimana kita kemudian bisa merasakan
nikmatnya IMAN. Mengerti saja tidak.
Apakah nikmatnya iman, sama dengan nikmatnya makan dan minum
?
Apakah nikmatnya iman, sama dengan nikmatnya saat gajian ?
Apakah nikmatnya iman, sama dengan nikmatnya punya mobil
baru ?
Yang lebih ekstrem, apakah nikmatnya iman, sama dengan
orgasme ?.
Katanya iman berarti ‘percaya’ atau yakin. Percaya kan tinggal percaya saja,
apa susahnya dan apa nikmatnya ?.
Ternyata susah juga mediskripsikannya. Iman seperti apakah
yang mampu menimbulkan rahsa nikmat ?.
Maka tidak ada cara lain selain memasuki IMAN itu sendiri,
agar kita mengetahui hakekat iman, sehingga kita akan mampu merasakan
nikmatnya. Pertanyaannya, “Sudahkah kita memiliki refernsi iman ?”. Baiklah marilah kita cari referensinya. Kita buktikan bahwa
‘RAHSA PERCAYA’ itu nikmat. Nikmatnya tidak hilang-hilang. Melebihi kenikmatan
apapun di dunia ini.
Musuh dari ‘percaya’ atau ‘yakin’ adalah ‘KERAGUAN’. Mari
kita bandingkan.
Bagaimana rahsanya saat kita dalam KERAGUAN, ketidaktahuan
bulan depan gajian atau tidak ?
Bagaimana rashsanya saat kita dalam KERAGUAN, menduga-duga
pasangan kita selingkuh atau tidak ?
Bagaimanakah rahsanya saat kita dalam keadaan KERAGUAN, kegalauan
datang atau tidak orang yang sedang kita tunggu ?.
Ternyata rahsa KERAGUAN tidak enak sekali. Menyiksa diri
kita sepanjang waktu. Menyesakkan dada. Bahkan akan banyak menimbulkan
penyakit-penyakit degeneratif lainnya. Ketika kita dalam keraguan kita
mengangankan betapa nikmatnya jika kita tidak dilanda keraguan artinya kita
dalam sebuah kepastian atas suatu hal.
Ketika kita dalam kepastian kita merasakan ketenangan yang
luar biasa. Kita tenang saat kita tahu bahwa bulan depan gajian. Kita tenang
saat kita tahu kepastian bahwa pasangan kita tidak selingkuh. Dan lain
sebagainya.
Padahal kepastian adalah sesuatu yang belum terjadi di masa
depan. Hanya masih berupa kemungkinan-kemungkinan saja. Bisa ya dan tidak. Bisa
benar dan salah. Kita belum membuktikan bahwa hal tersebut adalah benar. Kita
hanyalah PERCAYA atas informasi bahwa bulan depan akan tetap gajian. Kita hanya
PERCAYA bahwa pasangan kita tidak selingkuh. Kita hanya berada dalam dimensi KEYAKINAN
saja. Ternyata dengan kita berada di dalam dimensi KEYAKINAN hati kita akan
tenang.
Ketika hati kita sudah tenang, maka kita akan mampu
menikmati apa saja. Maka dapatlah dikatakan bahwa ‘keyakinan’ adalah kenikmatan itu sendiri.
Iman adalah keyakinan itu. Maka patut kita syukuri nikmatnya IMAN. Betapa
nikmatnya ketika kita di dlaam dimensi keyakinan. Bukan di dimensi KERAGUAN.
Maka layakkah nikmat seperti ini kita abaikan. Bahkan dijauhi. Hemm..
Maka jika kita dalam keraguan atas 'keadilan' sesungguhnya, itulah yang menyiksa kita sendiri. Mungkin saja begitu...
Wolohualam
Luar biasa...membumi sekali...kayakinan itu akan memberikan rasa kepastian..apalagi jika dapat sampai haqqul yakin.
BalasHapusSedikit bertanya..bagaimana menempatkan haqqul yakin dalam konteks menempatkan rasa pasti dalam hal masuk surga atau neraka, atau diridoi Allah atau tidak...
Dengan logika uraian sebelumnya...rasanya akan banyak yang merasa tdk tahu, tidak yakin, tidak pasti...apakah pada akhirnya seseorang berakhir baik atau buruk.....
Mohon penjelasannya Pak
Disnilah wilayah jebakan bagi kita semua. Ketika kita memasuki ranah surga dan neraka, sesungguhnya kita sedang membicarakan hak-hak Allah atas makhluk yang diciptakan-Nya.
BalasHapusDi wilayah inilah manusia memperebutkan kebenarannya masing-masing. seakan surga sudah ditangan mereka, karenanya mereka kemudian menghakimi sesamanya sendiri. Jika kita memasuki wilayah ini tanpa tauhid yang benar, maka kita akan terjebak dalam permainan surga dan neraka itu sendiri.
Banyak dari kita kemudian akan bertindak sebagai Tuhan. Mereka akan dengan gampangnya memvonis manusia lainnya masuk neraka dan ironsnya kita bangga dengan keadaan kita ini. Ketakutan kita tidak ikut suara mayoritas yang mengatas namakan Tuhan, memebrikan label surga dan neraka inilah yang menyebabkan diri kita menjadi RAGU' atas iman kita sendiri. Inilah masalah pertama.
Masalah kedua, adalah dari hati kita sendiri. Keraguan kita akan sifat-Nya "Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang' , akan menjadi keraguan tersendiri bagi kita. Dengan keraguan inilah kita menghadapi kerasnya hidup, bahkan mereka tidak yakin Allah memiliki sifat ini. Jika kita memasuki wialayah ini maka dipastikan dirinya akan selalu dalam keraguan, bagaimanakah hasil akhir hidupnya, apakah baik ataukah buruk..
Disampaikan dimuka bahwa baik dan buruk atas kematian kita, pada hasil akhir nanti adalah hak Allah semata. Yang bisa kita lakukan adalah perjuangan untuk menjaga hati kita tetap dalam keyakinan bahwa "Allah Maha Pengasih dan Penyayang". Jika kita senantiasa menjaga lintasan hati kita dari kemungkaran, jika kita tulus ikhlas berserah atas qodho dan qodar-Nya. Maka tentunya kita tidak akan risau dengan hasil apapun. Kita yakin bahwa Allah sangat pengasih dan peyayang. bagaimana Dia akan mendzolimi hamba-hamba-Nya.
Maka hanya orang-orang yang tidak yakin atas sifat-Nya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang sajalah, yang masih merisaukan keadaan dirinya nanti, apakah masuk surga ataukah akan masuk neraka.
Disinilah wilayah Tauhid.
Demikian, semoga keadaan kita senantiasa dirahmati Allah.
wolohualam
salam
Alhamdulillaaaah, nikmat sekali penjelasannya. Terimakasih Paak
HapusPuji sukur atas segala nikmatNYA. Semoga Allah selalu menuntun kita semua untuk melangkah dijalanNYA.
HapusMas arif, saya telah banyak membaca artikel panjenengan. Sejak lama sebenarnya saya ingin lebih mengenal panjenengan, mohon saya diberikan emailnya apabila panjenengan berkenan. Thanks sebelumnya.
Salam.
budiutomo.arif@rocketmail.com
Hapussalam
Uraian sederhana...membumi. Puji syukur kpd Allah. Semoga semakin banyak kita yg merasakan nikmat. Karena ini bukan sekedar wacana. Bukan hanya kata hikmah. Buksn kalimat mutiara. Ini adalah posisi jiwa. Keadaan rasa. Realitas jiwa. Ketenangan jiwa. Ini sebuah perjuangan diri untuk pindah dan hijrah ke posisi jiwa. Untuk menuju dan kembali kepada Sang Pencipta. Pulang. Kembali ke Islam. Berserah diri. Tulus ikhlas menyerahkan diri kepada Tuhan.
BalasHapusBerusaha yg terbaik lalu ridho atas apa yg terjadi... nikmat atas takdirNya.
Cukuplah diri yg sadar dan tahu serta meyakini rasa ini.
Cukuplah diri yg sadar akan posisi pandangan Allah atas dirinya.
Semoga diri ini mendapat ridho Allah. Ada beberapa tingkat ridho Allah yaitu posisi
Yang disukai Allah. Siapa dia..
. Yaitu orang yg telah bersih hati (batin dan fikiran)..
Dalam proses tadzkiyatun nafs
Yang dikasihi Allah. Siapa dia?. Yang yg beriman secara utuh dan total. Terutama mampu meyakini takdir Allah...
Dan yang disayangi Allah... yaitu dia yg telah mengenal dirinya. Mengenal jati dirinya.. mengenal akunya yg sejati. Siapa yg mengenal dirinya akan mengenal Tuhannya. Mengenal tugas khusus yg diberikanNya sebagai wakil membawa urusanNya bagi sesama manusia. Dia akan membawa kasih sayang yg murni dari syurga.
Melakukan setiap perbystan demi untuk Tuhannya. Hanya untuk Tuhan dalam kadar jiwanya yg terbaik.
Mungkin saja di hadapan manusia dia gagal. Mungkin saja tak seberapa. Mungkin bukan seorang besar. Bukan pula ulama atau akhli agama.
Namun Tuhan yg menciptakan pasti tahu kadar dan ukuran setiap jiwa. Dia lbh mengerti keadaan jiwa dan perjuangan jiwa untuk hijrah dan kembali berserah diri.
Ukuran bukanlah pada hasil akhir sebuah perbuatan karena takdir ada dlm ketentuanNya. Tetapi pada posisi hati yg selalu berserah. Hati yg akan selalu dalam kondisi nikmat. Karena hati telah puas dan ridho atas takdir dirinya.
Dan nikmat demi nikmat akan brrlimpah tiada terputus apapun realitas takdir hidupnya.
Semoga membantu dg tulisan sekedarnya ini.
Salam sejahtera.
Ketika kita Mampu menerima semua Takdir2Nya dengan kelapangan hati, Ikhlas dan selalu bersyukur, maka segalanya akan terasa begitu nikmatnya, rasa yg tak akan mampu kita jabarkan, hanya masing2 kita yg bs merasakan, segalanya bgt nikmat, segalanya bgt indah, hati yg selalu berada dalam genggaman Sang Illahi.. subhanallah.. maha besar Allah..
BalasHapusSalam