Kisah Spiritual, Tabir Misteri Sangkuriang Sakti (Dibalik Runtuhnya Majapahit-Tamat)
Siklus Kelahiran dan Kematian
Kelahiran dan kematian, sebuah siklus yang misteri. Siklus
yang kemudian banyak mengundang kontraversi, banyak pro dan kontra disana. Bagi
sebagian manusia ada yang meyakini bahwa manusia hanya hidup sekali. Namun
tidak sedikit pula manusia yang mengimani atas fenomena reinkarnasi, bahwa ada
sebuah skenario Allah atas hamba-hamba-Nya yang terpilih yang akan terus
mengalami siklus kelahiran dan kematian. Mereka adalah Entitas Kesadaran. (Yaitu)
Adalah manusia-manusia di setiap peradaban,
yang memiliki kesadaran tinggi, dan memiliki
kekuatan ‘Energy Markaba’, dengan
kelebihan inilah mereka dijinkan melintasi dimensi. Dengan ijin Allah mereka akan terus mengalami siklus ini. Dihidupkan
dan dimatikan lagi, dan begitu seterusnya. Perhatikanlah petikan pembicaran mereka di dalam
Al qur an ;
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit). dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami) (QS. 23:17). Mengapa kamu kafir kepada Allah,
padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kamu dimatikan dan
dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu di kembalikan? (QS. 2:28). Kemudian,
sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. (QS. 23:15).
Kesadaran Mas Thole diam mencari pijakan, ternyata
keadaan mereka (kesatria-pen) telah diakomodasi oleh Al qur an.. Menjadi
sebuah keyakinan akidah tersendiri. Begitu jelas sekali pesan Al qur an kepada
para kesatria. Sungguh, begitu berat beban hidup yang harus mereka pikul dalam
kelahiran mereka kali ini. Apakah mereka mampu untuk tetap ber-iman, apakah
mereka mampu untuk menjalankan amanah yang diberikan langit atas diri mereka.
Ataukah mereka akan berbalik menjadi kafir kepada Tuhannya, dan setelahnya mengabaikan semua amanah-amanah
yang sudah mereka ketahui.
Mereka tahu bahwasanya mereka sedang mengemban
amanah alam, mereka sadar sekali. Berat
sungguh berat sekali memaknai semua kejadian, atas apa yang dinampakan di depan
mata kepala mereka sendiri. Sudah berulang kali terjadi, banyak dari para
kesatria ini kemudian terjerumus , tidak mampu memaknai takdir mereka, dan
hanya penyesalan yang terjadi atas diri mereka sendiri. Marilah resapi dialog
mereka dengan Tuhannya, betapa mereka memohon jalan keluar dari dimensi yang
menjebak mereka itu ;
Mereka menjawab: "Ya Rabb
kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali
(pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah suatu jalan (bagi kami)
untuk keluar ?" (QS. 40:11).
Mereka (pernah) menjadi terlena dengan kesempatan
yang sudah diberikan Tuhan kepada mereka
itu. Seharusnya mereka mampu menjadi saksi atas sang waktu, atas peradaban
dahulu dan sekarang ini, oleh karenanya mereka seharusnya akan semakin
ber-iman. Ternyata banyak dari mereka tetap sebagaimana awal mereka dilahirkan.
Mereka entitas kesadaran tinggi yang tetap tidak mau belajar dari setiap
kejadian. Maka hukum Allah pasti atas diri mereka, mereka akan merasakan
siksaan atas perbuatan mereka itu. Mereka baru menyesal saat mana waktu mereka
habis. Begitulah keadaannya. Saat mereka sudah tidak memiliki energy lagi
mereka terjebak dalam sebuah dimensi. Bagaimana kemudian diceritakan mereka
sadar atas kesalahan mereka, dan memohon jalan agar dirinya dapat keluar dari dimensi
yang menjebak mereka itu.
Pemberitaan ini sangat vulgar sekali, semua
orangpun akan bisa mengerti, namun anehnya mengapa dengan kesadaran ini. Begitu
sederhananya, mengapa sulit dipahami ?. Coba perhatikan lagi, mengapa mereka terjebak dalam lintasan sang waktu (dimensi). Al qur an mengkhabarkan sebab-sebabnya, mengapa mereka tersesat pada dimensi yang menyiksa diri mereka , yaitu sebab karena mereka telah menggunakan kekuatan selain Allah, mereka kehilangan arah kiblat sebab ;
Yang demikian itu adalah karena
kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan kamu percaya apabila Allah
dipersekutukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha Tinggi
lagi Maha Besar. (QS. 40:12).
Maka keputusan hanya ada di tangan Allah, apakah
mereka akan dibebaskan dari dimensi yang menjebak mereka, ataukah dibiarkan
disana selamanya. Perhatikanlah, saat mana mereka mengakui kekuatan lain
selain kekuatan Allah, mereka meyakini kekuatan tersebut, sebagai kekuatan yang
telah membantu mereka dalam melintasi dimensi. Mereka terjebak disana dan tidak bisa
keluar selamanya. Mereka telah salah dalam mengakses energy Markaba.
Banyak Energy Markaba senyatanya hanyalah ilusi buatan setan.
Maka diceritakan
sebab mengapa mereka dalam keadaan begitu ; dikatakan kepada mereka bahwa mereka telah percaya kepada apa yang dipersekutukan
(dianggap) Allah oleh mereka itu. Mereka
meyakini keadaan tersebut dengan kesadaran mereka yang tinggi. Disinilah letak
masalahnya. Kesadaran tinggi mereka ternyata tidak mampu membedakan daya Allah
dan daya selain Allah. Mereka terhijab.dengan keadaan realitas kesadaran
mereka. Sungguh mereka telah mencelakakan diri mereka sendiri. Sebab mereka
tidak mampu mengakses energy murni Markaba dari Tuhannya. Maka mereka tidak menemukan jalan kembali kepada Tuhannya.
Selayaknya bagi kesatria lainnya, berdoa, "Iyya kanak budu wa iyya kanas ta'in. Ihdi nash shirothol mustakim. .." Agar Allah menunjukkan jalan-jalan untuk kembali kepada-Nya. Semoga.
Selayaknya bagi kesatria lainnya, berdoa, "Iyya kanak budu wa iyya kanas ta'in. Ihdi nash shirothol mustakim. .." Agar Allah menunjukkan jalan-jalan untuk kembali kepada-Nya. Semoga.
Entah mengapa, pesan itulah rupanya yang ingin
disampaikan alam kepada para kesatria, sebagai
pembuka cerita mengawali kisah Satria Utama dalam episode kali ini. Sebab
karena niatnya ingin mengawini ibunya
sendiri. Dia menjadi seorang tokoh sakti yang sangat kontraversi Namun patut
dikedepankan bahwa dialah, tokoh yang telah meletakkan pondasi bagi kesadaran
Pasundan yaitu cikal bakal kesadaran orang-orang jawa. Bagaimana sepeninggal
dirinya keadaan alam ini, dan juga bagaimana dengan peradaban anak cucunya ?.
Maka disinilah hikmah bagi Sangkurian sendiri. Dia sekarang dapat menyaksikan
peradaban yang ditinggalkannya. Dialah yang meletakkan pondasinya, karenanya sebenarnya dia akan tahu, dimanakah letak kesalahannya, sehingga peradaban
nusantara sekarang ini , menjadi begini keadaannya. Dialah Sangkuriang Sakti. Menjadi
penutup kisah spiritual, ‘Dibalik Runtuhnya
Majapahit’ ini, marilah kita ikuti saja kemana muara dan hikmah
kejadian ‘TABIR SANGKURIANG SAKTI’.
Kembalinya Sangkuriang
Nun dupa mengalun, Buka
tabir purbakala
Riwayat Priangan, Ibu yang menanggung malang
Riwayat Priangan, Ibu yang menanggung malang
Dipercinta oleh, putra
Sangkuriang sakti
Walau mengetahui, itu ibunya sejati
Walau mengetahui, itu ibunya sejati
Agar dapat berlari di
tengah malam
Diminta menyiapkan, t’laga dan p’rahu semalam
Diminta menyiapkan, t’laga dan p’rahu semalam
Nun di timur fajar,
Tiba sebelum waktunya
Sangkuriang putra tak memenuhi janjinya
Sangkuriang putra tak memenuhi janjinya
Lirih terdengar suara,
dendang lagu Sangkuriang Sakti. Kesadaran Mas Thole mampu mendengar gending
langgam pasundan pengiringnya. Lamat , namut kuat terasa. Sangat menggetarkan
sanubari. Siapakah yang tidak kenal tokoh ini. Dialah yang telah menancapkan Gunung
Tangkuban Perahu sebagaimana keadaannya sekarang ini. Dia menguasai makhluk
ghaib dan sebangsanya. Dia mampu menenggelamkan seluruh kota dengan
kesaktiannya. Kesaktian yang telah menggemparkan seluruh alam disana. Maka menjadi
sebuah permakluman, bagaimana gegap gempitanya alam menyambut kelahirannya.
Apakah raga terkini
menyadari akan bukti-bukti kelahiran ini. Entahlah, keadaan ini masih menjadi
pertanyaan Mas Thole sendiri. Apakah raganya mampu memaknai ?. Sungguh ini juga
masih dalam renungan tersendiri. Betapa dahsyatnya peristiwa alam yang terjadi.
Semua itu sangat terasa sekali di raga Mas Thole. Bahkan dia berjalan pulang,
nyaris saja merangkak, karena sebab hebatnya energy alam yang menerjang
kesadarannya. Langit Jakarta tiba-tiba saja menggelap. Udara mistis sedikit
demi sedikit menguat, membuat dingin suasana. Dingin yang misteri. Awan
tiba-tiba bergulung-gulung berdatangan membuat suasana siang menjadi seperti
malam. Apakah raga terkini sadar,, bahwa alam tengah menyambut dengan sukacita
?. Entahlah..!.
Jakarta (26/6), sebuah
rencana sudah disiapkan Mas Thole, untuk pulang lebih awal. Maka sehabis jam
dua siang dia keluar dari kantornya di bilangan Pasar Minggu. Ada saudara
sepuhnya Banyak Wide yang akan datang ke rumahnya. Sebelumnya, entah daya
dorong apa, yang membuat Mas Thole memberikan khabar kepada mereka untuk ber
segera menyelesaikan tugasnya. Putri Anarawati harus secepatnya menyelesaikan
amanah yang diembannya. Begitu pesannya kepada saudara sepuhnya ini. Tak
dinyana, pesan tersebut direspon dengan cepat sekali. Katanya memang mereka
sudah mengantongi surat cuti, mereka berencana akan datang bersilaturahmi.
Hanya sebab mendadak mereka berdua di serang sakit aneh. Seperti flu, namun
juga bukan flu. Menyebabkan mereka menangguhkan keberangkatannya. “Mengapakah bisa kebetulan..” Batin Mas
Thole saat itu.
Sungguh tidak terlintas
sedikitpun sebelumnya, bagi raga terkini bahwa dirinya adalah reinkarnasi dari Sangkuriang.
Begitu juga Mas Thole tidak menduganya, dia hanya berkeyakinan bahwa tokoh
tersebut adalah saudaranya dari jaman atlantis. Apakah Sangkuriang adalah tokoh
atlantis juga?. Walohuam. Hanya peristiwa prosesinya memang sangat menguras
tenaganya. Mas Thole teringat sekali, yaitu pada saat kepulangannya, dari kantor menuju rumahnya, ketika saat dirinya memasuki stasiun Pasar Minggu,
tiba-tiba saja pandangannya menghablur, dia seperti berada di dua dimensi.
Portal ghaib seperti terbuka. Melihat alam seperti menjadi dua. Aneh sekali
keadaan diri Mas Thole saat mau pulang. Begitu dahyat lintasan energy sang waktu,
akhirnya Mas Thole tidak sanggup bertahan. Terduduk dirinya di peron stasiun. Keletihan yang amat sangat terasa. Sambil terus ber dzikir, dia mencoba
membersihkan energy yang menyerang. Sudah tidak terhitung berapa kali dia mutah.
Hanya sempat diberitahukan keadaannya ini kepada Putri Sriwijaya, melalui pesan
singkat.
Keadaan tersebut masih terus mengikuti hingga saat dia naik kereta. Meski KRL yang penuh sesak, membuat
dirinya tak mampu bergerak. Namun dalam pandangan Mas Thole sepi saja, menjadi aneh sekali,
sesuatu yang tak wajar. Dia seperti bergerak di dua alam. Kesadarannya seperti
melihat makhluk-makhluk ghaib ikut berdesakan di dalam KRL yang ditumpanginya. “Ugh…!.
Apakah yang akan terjadi..” Mas Thole bergummam. Beberapa kali pesan singkat
masuk dari saudara sepuhnya itu, memastikan bahwa setelah dari bandara dia akan
langsung ke rumah. Begitulah mereka berdua, berjanji untuk bertemu di stasiun
Bekasi saja. Maka setelah turun, Mas Thole menunggu kedatangan saudara sepuhnya
ini.
Memasuki waktu mgahrib, baru
tiba di rumah Mas Thole. Mas Thole sholat ashar sebentar, sebab masih ada
waktu. Setelahnya ada daya dorong yang menyuruh dirinya keluar ke depan. Maka
sambil terus menghadap ke langit, dengan pandangan tajam Mas Tole memasuki
kesadarannya menembus alam ghaib, menyapa semua yang sudah berdatangan disana.
Energy yang datang begitu kuat sekali, sehingga alam disana seperti tak kuasa
menahannya lagi. Maka setelah mendapat sambutan dari Mas Thole, beberapa menit
kemudian, hujan dan petir bersahut-sahutan. Mereka seperti bersorak sorak.
Seiring dengan itu, angin berhembus kuat sekali membawa hujan. Angin seperti
berputar-putar terus di halaman ruah Mas Thole, membuat sopir dinas saudara
sepuhnya, merinding bulu kuduknya, sehingga terpaksa dia masuk ke dalam rumah.
Kesadaran Mas Thole, masih
terus memperhatikan, banyak sekali makhluk berdatangan disana. Belum lagi yang
diatas langit, memenuhi angasa, seperti menutupi. Sekeliling rumah Mas Thole
benar-benar telah dipagar betis. Sekan-akan pertemuan , prosesi kali ini memang
sangat dirahasiakan. Dan memang itu ilapat yang didapat Mas Thole. Sosok
kelahiran kali ini harus disembunyikan. Maka SMS dengan merteka sengaja tidak di
postingkan kali ini, demi menjaga keselamatan mereka berdua. Itulah keadaan
sebelum Mas Thole tahu, bahwa sosok yang datang kali ini adalah Sangkuriang. Beberapa
hari kemudian, tepatnya hari Minggu, baru raga Anarawati datang, yang pada saat
di lakukan prosesi ternyata adalah Dewi Nawangsih adanya.
Koordinat waktu, dan titik
kulminasi alam, saat mana pintu dimensi terbuka. Ya, Mas Thole menunggu saat
itu. Maka mereka asyik bercerita, sambil mencari makan diluar. Belum tuntas
mereka makan. Tiba-tiba insting Mas Thole bergetar, ada pemberitahuan dari
ghaib bahwa sudah saatnya dilakukan prosesi, maka bersegeralah mereka kembali
ke rumah. Persiapanpun dilakukan, penjagaan ghaib segera dilakukan, segala
sudut sudah diamankan. Maka mulailah mereka berdua memasuki alam-alam
kesadaran. Dalam keadaan diam , hening suasana, tiba-tiba terdengar suara Mas
Thole mengucapkan salam. Belum ada jawaban. Sebentar kemudian Mas Thole bangkit
dari semedinya, beberapa kali dia menepuk, memutar, mengambilsesuatu dari
langit, kemudian dihampaskan ke badan. Keadaan itu berlangsung hampir 45 menit.
Akhirnya Mas Thole mampu
berkomunikasi dengan sosok yang reinkarnasi di raga terkini. Dia menyebut
dirinya ‘Sangkuriang’.
Banyak sekali nasehat dan petuah yang diberikan. Bagaimana janjinya, bagaimana
kesiapannya, bagaimana dirinya menyikapi keadaan nusantara ini. Seluruh
pemahaman di hantarkan oleh Sangkuriang. Pemahaman yang berlandaskan tauhid
yang benar. Menjadi petanyaan mengapakah di kehidupan yang lalu, Sangkuriang
terkesan seperti itu ?. Seorang anak yang ingin mengawini ibunya sendiri, adalah
sebuah perbuatan yang kurang terpuji. Mengapakah Sangkuriang memaksakan dirinya
untuk mengawini sang Ibu. Sungguh simbolisaasi yang sulit dipahami.
Bagaimana lagi memahami
hikmah kisah ini, jika sebelum kedatangannya, raga terkini juga sempat bermimpi
melakukan hubungan suami istri dengan ibu nya sendiri. Sungguh dia tidak
mengerti, kenapa jadi kebetulan seperti ini. Sangkuriang dan mimpi. Saat mana dia
melihat hikmah atas mimpi tersebut berdasarkan tafsir, mimpi seperti itu
bermakna sangat baik. Sebuah filosofi kebaikan adanya. Apakah
legenda dan mitos tersebut mengandung ‘misteri’ lainnya ?. Mengapakah kelahirannya, diiringi gempa berkali-kali, hujan badai dan petir ?. Bahkan Sang Prabu sendiri mewartakan kepada Mas Thole kejadian alam yang tak biasa, saat prosesi. Dari jarak 10 meter di depan matanya petir menghujam, menggelegar, seperti ingin mengkhabarkan, seperti ingin mengkhabarkan adanya kelahiran. Apakah itu kebetulan saja. Kebetulan yang mengagetkan, hampir mencopot jantungnya. Ugh..!. Apakah khabar ini akan bermakna ?. Siapakah yang akan bersaksi untuk ini, Ya Allah ?. Sementara kami sendiri sering tidak mengetti atas apa-apa yang terjadi. He eh.
Apakah yang harus dibaca
dari kisah yang sebelumnya sudah ada sebelum peradaban tanah jawa ini. Hah..!. Penat sekali pikiran dan raga Mas Thole mendalaminya. Pinggangnya saat sekarang
serasa mau patah, memikirkannya. Banyak sudah penafsiran oleh bebetrapa ahli
kebudayaan. Namun entah mengapa Mas Thole tidak merasa klik disana. Ada sesuatu
yang lebih besar dibalik kisah Sangkuriang ini. Sayang tokohnya sendiri, saat
dilahirkan kembali, kehilangan memory atas masa lalunya. Dia hanya mengetahui
misi yang harus diselesaikannya. Mas lalu di kirim ke masa depan, untuk
memperbaiki masa depan demi masa lalu. Wah, buknkah ini sejenis film fiksi –
ilmiah. Maka Mas Thole hanya mampu mengkisahkan sampai disini. Sungguh dirinya
tidak mampu membuka tabir Sangkuriang. Patih Nambi yang ikut datang malam itu
membantu prosesi saja, nyaris habis energynya tersedot energy Sangkuriang. Maka
biarlah kisah sangkuriang menjadi TABIR MISTERI.
Siapakah dia, apakah maksud
kedatangannya, misi apakah yang disandangnya, benarkah dia memiliki kesaktian
luar biasa, kenapakah dia dilahirkan. Dan lain sebagainya. Biarlah semua dalam
keadaannya sekarang ini. Sebab semua memang masih dipingit oleh alam. Sejak semula ~ bahkan dalam prosesi pun tidak boleh diberitahu siapapun. Karenanya ketika ada pencuri rahasia langit disana, segera saja Sangkuriang diperintahkan memburu dan membunuhnya.Mas Thole sudah diberitahukan, banyak kisah sangkuriang yang memang menjadi
rahasia alam. Biarlah Tabir misteri ini, tetap menjadi misteri. Sampai saat mana dirinya, Sangkuriang, menyelesaikan ‘tapa brata’ nya, di tempa di kawah
Candra dimuka. Maka sampai disinilah kisah ‘ Dibalik Hancurnya majapahit “.
TAMAT
Wolohualam
Komentar
Posting Komentar