Kisah Spiritual, Musuh Sabdo Palon (Dibalik Runtuhnya Majapahit 5-5)
Hujan di awal
Ramadhan
Dan kenangan cinta kembali terbuka
Saat rindu tak bisa dibelenggu
Saat hati mengatakan , ‘kamu’
Titik titik air bagai serpihan memori jatuh ke tanah dan terhempas
Begitu pula cintaku...dari langit terhempas ke bumi
Dingin udara sedingin jiwa ketika cinta tak lagi bisa ku tanya
Kenapa cinta tak abadi
Kenapa kau tak ada lagi
Sendiri mengembara kembali
Dalam dunia penuh ilusi
Hanya cinta pada Illahi sejati cintaku kini
Mengharap ridho dan kasih sayangNya yang abadi
Saat rindu tak bisa dibelenggu
Saat hati mengatakan , ‘kamu’
Titik titik air bagai serpihan memori jatuh ke tanah dan terhempas
Begitu pula cintaku...dari langit terhempas ke bumi
Dingin udara sedingin jiwa ketika cinta tak lagi bisa ku tanya
Kenapa cinta tak abadi
Kenapa kau tak ada lagi
Sendiri mengembara kembali
Dalam dunia penuh ilusi
Hanya cinta pada Illahi sejati cintaku kini
Mengharap ridho dan kasih sayangNya yang abadi
(By Gusti Putri Ratu
Pambayun)
Romansa anak manusia,
dikehidupan yang nampaknya saja tak tertata. Indah kedengarannya. Namun keadaannya sungguh, tidaklah sebagaimana yang dirinya
suka. Bias cinta, bias kenangan, menjadi sisa-sisa rahsa yang masih tak lekang. Meski kejadiannya sudahlah menembus
ribuan tahun lalu. Mengapakah masih saja terasa ?.
Jiwa-jiwa liar,
Menari dalam kubangan kepedihan,
Menusuk relung-relung sukma,
Menatap dalam sayu,
Yang tak mampu menafikan..
Kidung dalam kesunyian,
Meronta,
Dalam tangis yang tak berkesudahan,
Sepi dalam lirihan,
Dalam doa hatinya bersujud mohon ampunan,
Berserah dan berpasrah dalam dekapanNya..
Menari dalam kubangan kepedihan,
Menusuk relung-relung sukma,
Menatap dalam sayu,
Yang tak mampu menafikan..
Kidung dalam kesunyian,
Meronta,
Dalam tangis yang tak berkesudahan,
Sepi dalam lirihan,
Dalam doa hatinya bersujud mohon ampunan,
Berserah dan berpasrah dalam dekapanNya..
(By Putri Sriwijaya)
Kegalauan Pambayun dan
juga Putri Sriwijaya, menjadi pembuka kata episode kali ini. . Sepertinya kawah di dalam hati mereka sudah tak kuasa membendungnya lagi. Kembali sebuah puisi cinta diluapkannya. Menjadi penanda adanya jatidiri mereka , orang-orang masa lalu. Apakah yang
menghantarkan mereka terlahir kembali ke dunia ini ?. Dan juga para kesatria
lainnya. Mengapakah residu rahsa tersebut begitu kuatnya, bahkan sangat dominan
menguasai orang-orang masa lalu. Apakah sebuah kebetulan semata ?. Mereka ada bukan suatu kebetulan semata, sebuah energy yang begitu dahsyatnya
telah melontarkan diri mereka ke masa sekarang ini. Mereka telah melintasi
peradaban demi peradaban. Ternyata energy rahsa tersebutlah yang telah membawa
diri mereka melintasi sang waktu.
Kesadaran diri mereka ada pada energy rahsa tersebut. Sehingga
dengan energy itulah mereka menembus alam manusia. Menjadi sebuah potensial
energy. Dalam hukum energy terdapat postulat yang mengatakan bahwa energy tidak
dapat diciptakan dan dimusnahkan. Energy hanya akan mengalami perubahan bentuk.
Pertanyaannya adalah bagaimana jikalau energy tersebut menjadi cahaya ?. Disinilah
pemahaman yang ingin dihantarkan dalam episode penutup kisah ‘Dibalik Runtuhnya Majapahit’ jilid pertama ini.
Telah dihantarkan pada
episode sebelumnya, bagaimana Atlantis dihancurkan oleh alam (Baca; Markaba
Yang Hilang). Mereka manusia-manusia yang memiliki kesadaran luar biasa, menciptakan
apa saja dengan tangan mereka. Merekalah yang dijuluki sebagai manusia ‘cerdas’ atau ‘aliens’ atau apa saja yang dinisbatkan atas diri mereka itu. Begitu luar biasa sepak terjang mereka. Mereka mampu dengan akalnya menguasai teknology dunia. Bahkan mereka
mampu menggunakan kekuatan untuk menembus dimensi-dimensi lainnya. Begitu perkasanya mereka, berulah layaknya penguasa dunia saat itu. Namun sayangnya, kemampuan yang mereka miliki, telah menghancurkan diri mereka sendiri. Selalu akan begitulah manusia, sudah berkali dihancurkan namun manusia tidak pernah mau belajar. Begitu juga manusia sekrang ini, mereka akan berkecenderungan untuk melakukan kesalahan yang sama, sebagaimana nenek moyang mereka itu.
Kisah hancurnya
kerajaan Atlantis adalah semisal hancurnya kerajaan dan bangsa-bangsa besar di
muka bumi ini yang telah dikisahkan oleh Al qur an itu sendiri. Mengapakah
bangsa-bangsa tersebut di azab ?. Telah jelas dipaparkan disana. Agar manusia
yang memiliki kesadaran tinggi , kaum cendikia dan sebangsanya, memahami atas
hukum-hukum alam itu sendiri. Agar mereka paham dan mengerti bahwa sesungguhnya
bumi dan langit itu sangat patuh kepada Tuhannya dan memang seharusnya mereka
patuh. Maka meskipun manusia pada saat itu mampu menggunakan seluruh sistem alam
semesta. Meskipun keadaan peradaban mereka sangat luar biasa sekali. Seharusnya mereka tahu bahwa kemampuan mereka itu memang sebab diijinkan oleh Allah, Tuhan pencipta alam semesta. Bukan atas mau mereka sendiri, sungguh hal itulah
yang telah mereka lupakan, karena itu mereka lalai dan menjadi sombong.
Kisah yang melatari
hancurnya Majapahit adalah sebuah kisah yang sama keadaannya, (yaitu) adalah sama halnya dengan hilangnya
kesadaran akan ‘kasih-sayang’ (Baca; ar rohman nir rohiem) yang terjadi di Atlantis, dan juga serupa kejadiannya, pada kerajaan-kerajaan , Romawi, Persia dan kerjaan Islam di tanah arab, dan juga seluruh kerajaan dan suku-suku bangsa lainnya di seluruh permukaan bumi ini. Hancurnya peradaban Mesir, hancurnya Bani Umayah, dan lain sebagainya, adalah disebabkan hilangnya 'kasih sayang' diantara manusianya disana. Korupsi, kesewenang-wenangan, krisis moralitas dan sebagainya. Merupakan pemicu bagi degeradasi moral suatu bangsa. Keadaan ini menyebabkan lemahnya sendi-sendi kehidupan masyarakat. Menjadi awal kehancuran peradaban di negara tersebut. Menjadi pemicu bagi alam semsta untuk melakukan filterisasi kembali atas khalifah-khalifah yang diturunkan di muka bumi ini.Disini pergiliran kekuasaan dan peradaban berlangsung.
Bilamana kaum cendikia disuatu bangsa telah rusak akhlaknya, bilama penguasa sudah tidak mampu memegang amanah langit. Para penguasa dan para kaum cerdik pandai tidak mampu memberikan contoh teladan kepada rakyatnya, maka tunggulah saatnya kejatyuhan negara tersebut pasti akan terjadi. Tidak saja Majapahit, yang bercorak Hindu-Budha, bangsa apapun akan mengalami hal yang sama, tidak kecuali Islam itu sendiri. Lihatlah sejarah, bagaimana negara Islam begitu mudahnya di hancurkan oleh pasukan Mongol yang dianggap rendah oleh orang , karena dianggap kaum yang tidak beragama. Sekali lagi, manusia tidak boleh sombong, manusia harus senantiasa berserah kepada-Nya. Hukum keadilan Tuhan, semua akan dipergilirkan. Saat sekarang kaum beragama berkuasa, besok bisa jadi kaum yang tidak beragama. Semua akan silih berganti dan semua terserah kepada kehendak-Nya. Tuhan akan memberikan kesempatan kepada semua kaum untuk berkuasa. Baik itu beragama ataupun tidak beragama. Tuhan akan memeilih kaum yang tidak beragama namun amanah, dari pada kaum yang merasa beragama namun dia tidak amanah. Itulah hukum alam yang berkeadilan.
Maka bagi suatu kaum, atau Penguasa yang tidak amanah alam akan meresponnya. Alam akan merespon
sebagaimana manusia meperlakukan alam itu sendiri. Merekalah alam, (baca ;
Kami) yang mengemban amanah Allah atas kesinambungan alam semesta itu sendiri,
terutama di muka bumi ini. Entitas kesadaran di alam semesta itulah yang akan senantiasa memilih wakil-wakil mereka di muka bumi untuk mengemban amanah langit atas keberlangsungan alam semesta itu sendiri. Mereka (baca ; Kami) adalah sebuah sistem yang bekerja berdasarkan tugas dan tanggung jawab meerka. Mereka adalah entitas kesadaran menempati level tinggi dalam ranah kesadaran manusia. Melalui mereka-mereka inilah berita langit disampaikan kepada pemegang amanah.
Pusat kendali kesadaran tertinggi
tersebut dikenal sebagai Markaba, maka hilangnya akses manusia yang tidak amanah kepada Markaba
membuat system alam semesta menghancurkan diri mereka sendiri. Hati mereka
telah membatu, mereka semua telah kehilangan ‘kasih sayang’. Kasih sayang
kepada siapa saja, kepada istri, suami, teman, jabatan, harta, bahkan kepada
alam semesta dan sistem pendukungnya, mereka telah kehiolangan 'kasih sayang' tak memperdulikan lagi. Bagi
mereka adalah kepuasan ‘ego’. Mereka hanya tahu diri mereka sendiri. Mereka
hanya tahu bagaimana memuaskan kenikmatan dirinya sendiri. Mereka lalai bahwa
hakekat diciptakan alam semesta, dan system apa saja yang membuat alam semesta
tetap dalam keadaan sebagaimana mestinya. Mereka tahu, tapi mereka tidak mau
tahu.
Lihatlah, keadaan
tersebut berlaku untuk semua peradaban dan kejadian. Alam tidak pernah
memilih-milih, apakah itu Negara Islam, Kresten atau bahkan Pagan semua yang
tidak mengikuti hukum-hukum alam pasti akan dihancurkan oleh system pendukungnya.
Alam akan selalu melakukan pembersihan dirinya, manakalah energy alam sudah
tidak layak lagi dipergunakan. Energy alam yang murni adalah energy ‘kasih-sayang’
Nya. Sebab alam semesta diciptakan dengan ‘Kasih-Sayang’ ALLAH. Maka dari itu
seluruh sistem energy alam semesta bersumber dari energy ini. Jaman
dahulu kala sebelum masuknya peradaban Islam. Manusia mengenalnya dengan nama
Markaba. (Yaitu) Energy utama sebagai daya dukung alam semesta yang berpusat di berputar di 'arashi’.
Sebagaimana sebuah
sistem energy, akan terjadi perputaran energy (Cycrle). Dimana energy ini akan berputar
di alam semesta, digunakan dan kemudian mengisi kembali. Seperti model
pengisian pada accu. Manusia harus menunjukan ‘kasih-sayang’ nya kepada alam
semesta. Manusia harus melakukan kesadaran atas keberadaan alam semesta ini.
Mengarahkan seluruh energynya hanya kepada Dzat yang menciptakan alam semesta
ini. Dengan kesadaran inilah system alam semesta akan terus tegak berdiri. Jika
tidak alam akan kehilangan suplai energy dari arashi. Jika alam kehilangan
suplai energy dari arashi maka alam akan melakukan pembersihan sendiri. Maka
kita dapati pada Al qur an, perintah agar bersabar menunggu, kepastian azab
Allah pasti akan datang. Sebab sistem alam sudah dibuat sedemikian luar
biasanya, akan bekerja dengan sendirinya manakala terjadi kerusakan di muka
bumi.
Begitulah pemahaman
yang ingin dihantarkan seputar kejadian ‘Dibalik Runtuhnya Majapahit’. Majapahit juga telah kehilangan energy Markaba ini, sehingga terjadilah pergiliran kekuasaan disana. Demikian
juga menjadi sebuah kepastian bagi kehancuran dan runtuhnya kerajaan Indonesia.
Jika energy ‘kasih sayang’ sudah tidak dimiliki oleh para penguasa, kaum cerdik
pandai, dan para pemuka-pemukanya, sudah pasti alam akan melakukan segala
sesuatu yang menjadi urusannya. Alam akan membersihkan dirinya. Dan apakah
akibatnya jika alam sudah menetapkan dirinya untuk melakukan itu. Maka tidak
ada lagi tempat manusia untuk berpijak diatas muka bumi ini. Mereka harus menembus
dimensi lainnya untuk menyelamatkan diri. Al qur an juga sudah mengisyaratkan
kepada manusia dan jin, bahwa untuk menembus lapisan dimensi ini mereka harus
memiliki kekuatan juga.
Kekuatan itu adalah energy
Markaba. “ Wahai
jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus dan melintasi penjuru langit
dan bumi, maka tembus dan lintasilah! Kamu tidak akan dapat menembus dan
melintasinya kecuali dengan kekuatan.” (QS. Ar
Rohman, 33). Dan
diantara mereka-mereka (yaitu) bangsa yang pernah dihancurkan memiliki kekuatan
itu. Mereka mampu melintasi penjuru langit dan bumi. Termasuk juga bangsa
atlantis. Diantara mereka ingin kembali eksis dalam peradaban manusia. Karenanya
banyak dari mereka kembali menyusuri lorong waktu agar bisa terlahir kembali. Sayangnya
seiringnya waktu dan peradaban, raga yang mereka singgahi, telah mengkotori energy
mereka. Mereka kemudian memasuki pusaran energy kelahiran dan kematian yang
terus berulang. Menjalani karma mereka atas perbuatan yang tidak mereka sadari.
Menjadi pembelajaran bagi raga terkini, bahwa ada Dzat yang mengawasi apapun yang
mereka lakukan ini. Oleh karenanya tidak ada pilihan bagi mereka kecuali
berserah, agar diri mereka mampu kembali meng akses Energy Markaba, atau Energy
Kasih sayang-Nya yang berpusat di arashi. Maka mereka harus selau bertasbih
bersama alam, agar mereka mampu kembali ke asal dimensi mereka itu. Inalillahi wa inailaihi rojiun. Mereka harus ber-Islam dengan ini.
Rasanya masih ingin terus disampaikan, bahwa alam akan selalu
memperbaiki dirinya, jika dirasa energy Markaba sudah menipis. Namun sebelum semua itu dilakukan alam juga
memiliki system pemberitahuan dini. Mereka mengutus ‘entitas’ kesadaran yang
lebih tinggi kepada bangsa-bangsa yang akan dihancurkan tersebut, agar mereka
segera bertobat. Agar segera menyadari keadaan dan diri mereka sendiri. Jika
entitas ini berhasil ‘memberikan informasi dini, maka setidaknya ada beberapa
manusia yang bisa diselamatkan. Atau setidaknya alam kembali mampu mengakses
energy Markaba, yaitu Energy Kasih-Sayang Tuhan. Cobalah baca petikan ‘kasih ‘
tak sampai dalam puisi diatas. Semua akan selalu menyoal ‘kasih sayang’, hanya
saja salah dalam menempatkan objeknya saja. Namun sesungguhnya energy ‘kasih
sayang’ itulah yang menghidupkan manusia. Rupanya energy tersebutlah yang sudah
menghantarkan diri mereka melanglang buana. Mari kita baca lagi sebagian
baitnya ;
Kenapa cinta
tak abadi
Kenapa kau tak ada lagi
Sendiri mengembara kembali
Dalam dunia penuh ilusi
Hanya cinta pada Illahi sejati cintaku kini
Mengharap ridho dan kasih sayangNya yang abadi
Kenapa kau tak ada lagi
Sendiri mengembara kembali
Dalam dunia penuh ilusi
Hanya cinta pada Illahi sejati cintaku kini
Mengharap ridho dan kasih sayangNya yang abadi
(By Gusti Putri Ratu
Pambayun)
Jika kita gunakan
hati, ada energy ‘kasih sayang’ yang luar biasa sekali terkandung dalam puisi
itu. Momentum energy ini mampu menghantarkan jiwanya ke masa depan atau masa
jauh sebelum peradabannya. Maka dalam hadist sering kita dapati pernyataan,
jika pada suatu kaum masih ada orang beriman (cinta kepada Allah-pen). Maka azab Allah akan ditahan sementara waktu. Sebab
meskipun hanya satu orang yang ber-iman saja, orang ini akan mampu meng-akses
energy Markaba. Selain itu orang ini juga akan mengajak kepada yang lainnya
untuk melakukan hal yang sama. Diharapkan sedikit demi sedikit akses Markaba
didapat lagi. Inilah konsep yang sebenarnya tengah dijalani
para kesatria. Dengan keyakinan inilah mereka berusaha dan berjuang untuk
mengkases Energy Markaba ini. Mereka berserah, mereka bertasbih bersama burung,
gunung, dan seluruh galaksi, demi untuk mendapatkan Kasih-Sayang-Nya, ridho Allah
atas bumi nusantara ini.
Sayang perjuangan ini tidaklah
mudah, banyak entitas lain yang tidak mengerti mencoba menghalangi. Banyak diantaranya, bukan
hanya dari golongan siluman, candala, dan sebangsanya saja, bahkan dari golongan
manusia yang sudah menjadi antek-antek mereka, kerap memusuhi kesatria. Mereka memeiliki kepentingan pribadi disini. Mereka
merasa terusik dengan energy kesadaran yang dimiliki kesatria. Mereka dalam
anggapan bahwa kesadaran yang mereka bangun akan musnah, dengan adanya energy kasih-sayang
ini. Yah, selalu akan begitu di alam ini. Kesadaran kebaikan dan keburukan akan
selalu ingin tampil menjadi paling utama di alam nyata ini. Keburukan menguasai maka kebaikan akan sirna. Kebaikan menguasai maka keburukan juga akan sirna. salah satu yang terlalu dominan akan menyebabkan ketidak seimbangan alam semesta maka semua harus dalam keadaan harmoninya. Memahami baik dan buruk harus dalam perspektih kehendak -Nya.
Pemahaman itu, entah mengapa seperti diminta untuk dihantarkan kembali. Agar nanti dapat menjadi pondasi spiritual para kesatria. Markaba adalah energy ‘kasih sayang’. Kasih sayang Allah inilah yang menjadi sebab keberadaan alam semesta ini. Inilah yang harus terus dipahami. Maka kemampuan para kesatria untuk menguasai dan dapat mengakses energy ‘arashi’ ini menjadi suatu keniscayaan. Sebab dengan begitu dirinya akan senantiasa berputar mengelilingi ‘arashi’ dengan kesadarannya. Mereka diminta untuk bekerja sama dengan 'KAMI' yaitu seluruh entitas yang memiliki kesadaran tinggi yang berada di alam semesta ini. Entitas kesadaran yang lebih tinggi ini, semuanya menurut
dan patuh kepada Tuhannya. Mereka bisa dimana saja, bisa menjadi siapa saja,
bisa menjadi apa saja, untuk menunjukan kepada manusia tanda-tanda
kekuasaan-Nya, agar manusia sadar.
Kebalikan dengan kesadaran tinggi, Entitas kesadaran rendah adalah jiwa-jiwa manusia yang berkiblat kepada setan. Mereka sudah tidak ingat siapakah Tuahannya. Jiwa mereka yang rendah sudah tidak layak lagi
disebut manusia. Jiwa mereka dianggap sudah tak bermakna bagi keberlanjutan sistem alam ini. Karenanya alam memiliki hukumnya. Sesuatu yang sudah mati akan
dimakan oleh makhluk lainnya. Sebagaimana bangkai manusia akan habis dimakan
bakteri pembusuk. Maka jiwa yang sudah mati akan menjadi santapan sang Sabdo Palon dan para danyang, merekalah system
alam semesta itu sendiri. Maka bagi manusia yang mengerti tidaklah patut
menyalahkan ‘Bakteri Pembusuk’ karena
memang haknya demikian. Begitu juga sama halnya dengan hak sang ‘Sabdo Palon’, dia hanya patuh kepada Tuhannya. Menjadi system daya
dukung di alam ghaib sana.
Sebagaimana bakteri-bakteri pembusuk lainnya. Dialah
yang akan membusukkan bangkai-bangkai jiwa manusia disana. Agar tidak memenuhi
alam semesta ini.Begitu pulalah peranan Sang Sabdo Palon. Adakah manusia yang mau menjadi bakteri pembusuk ?. Jika mau, lakukan saja, jangan hanya berkomentar dan menjadi fitnah adanya. Itulah bahasa sebuah symbol, maka terserah bagaimana kita
memaknainya. Semoga manusia tidak resah karena ini, semua makhluk sudah ada
bagiannya masing-masing.
Mas Thole diam
merenung, dia menghela nafas, merasa bahwa episode kali ini dalam perjalanan
spiritualnya, adalah episode yang terberat, walapun episode lainnya juga tak
kalah beratnya, namun entah mengapa episode kali ini, menjadi pondasi yang
sangat penting sekali bagi kesadaran anak manusia. Banyak sekali kesadaran kolektif
yang berbenturan disana, banyak sekali kepentingan yang melingkupi pengambil
alihan kekuasaan yang menjadi tonggak sejarah manusia harus diluruskan. Jika
alih kekuasaan dalam suatu pemerintahan menuruti anggapan manusia, maka
hasilnya adalah peradaban yang terus menerus dikakangi nafsu keserakahan.
Nafsu-nafsu inilah yang re-inkarnasi kepada anak keturunan setelahnya. Begitulah kisah 'Dibalik Ryntuhnya Majapahit'. Kisah yang tidak terekam sejarah, sebab berada ditataran kesadaran para pelakunya sendiri.
Kisah Sabdo Palon
adalah kisah yang menjadi bumbu atas sebuah kejadian. Kisah pembanding yang
ingin mewartakan kepada manusia yang sadar bahwasanya ‘niat’ atas sesuatu, akan
memberikan dampak di alam semesta ini. Niat yang tidak karena Allah pasti akan
menyebabkan tragedi berikutnya bagi anak-anak manusia. Alam selalu patuh kepada
Tuhan, alam hanya mengurusi apa yang sudah diperintahkan-Nya. Terlepas apapun
sumpah Sang Sabdo Palon, dia hanyalah sosok makhluk Allah yang juga tunduk kepada hukum-hukum
alam. Dan beliau sadar akan keadaannya itu, sangat sadar sekali. Beliau juga maklum adanya, banyak sekali
kesadaran lain yang tidak mengerti dan memahami hal ini. Tugasnya hanyalah
menjalankan apa yang sudah menjadi bagiannya. Sebagaimana juga manakala Nabi
Khidir membunuh dan merusak kapal. Begitulah keadaan dirinya, dia hanyalah
wayang yang siap digerakan oleh –Nya.
Kisah Nabi Khidir
adalah hikmah yang diajarkan Allah kepada kaum Nabi Musa yang hanya mengedapkan
logikanya semata. Dan kita umat manusia diminta belajar untuk menjadi manusia
yang selalu berserah diri. Memiliki perimbangan dalam memaknai ghaib dan realitas. Memahami seluruh kejadian dari kacamata yang lebih
jernih lagi. Maka patutlah ditanyakan, mengapakah manusia tidak mau mengakui keadaan dirinya sendiri. ?. Jika kondisi keislaman diri kita memang harus diperbaiki baik dalam niat dan dalam syariat, mengapakah tidak kita jalani saja. Mengapakah manusia masih terus berdebat, namun lupa esensinya ?.
Tidakkah manusia paham, bahwa ada
Allah yang akan senantiasa menjaga seluruh alam ciptaannya. Maka bagi mereka
yang sadar, cukuplah ambil hikmah untuk diri mereka sendiri atas setiap
kejadian, sebab semua sudah dalam skenario-Nya. Maka patutkah kita menghakimi semua tokoh antagonis yang memerankan peran mereka masing-masing dengan sempurna ?. Sungguh sayang sekali, jika kita dibutakan atas ego dan sifat mau menang sendiri. Bila kita mengakui dan mau menelanjangi diri kita sendiri Serat Darmogandul hakekatnya memiliki kebenaran tersendiri yang sulit dipungkiri. Walau tata bahasanya seperti menghujat dan menghina. Hanya karena sebab kesadaran Islam pada saat itu belum siap menerima kritik, maka semua kesalah pahaman ini terjadi. Marilah sekarang kita lihat fakta di depan mata kita. Banyak sekali umat yang menggunakan atribut Islam senyatanya jiwanya tidaklah ber-serah (Islam). Negara kita masih menempati rangking tertinggi dalam korupsi, belum dalam aborsi, dan perzinahan. Bukankah kita memasuki jaman kegelapan lagi sebagaimana jaman sebelum Islam diturunkan ?.
Sayang sekali, banyak yang
tidak tahu bahwa Sabdo Palon adalah seorang tokoh yang menerima Islam. Beliau belajar
Islam langsung dibawah didikan Ali bin Abi Tholib ra sendiri. Dia sendiri siap
menjadi bagian tokoh yang kontraversi sebagaimana juga Syech Siti Jenar. Untuk menjadi pembelajaran anak cucu nanti. Untuk itu beliau siap diperangi. Sebab banyak orang yang mengatas namakan Islam namun hakekatnya mereka bukanlah orang Islam. Mereka tidak ber-serah sebagaimana para nabi dan rosul. Mereka mengikuti syariat namun jiwa mereka liar sekali.
Sesungguhnya golongan orang Islam munafiklah yang akan diperangi oleh Sang Sabdo Palon. Golongan yang menghancurkan Islam dari dalam sendiri. Golongan yang hatinya sudah busuk. Jiwanya sudah tidak layak disebut manusia lagi. Maka yang memerangi Sang Sabdo Palon akan menjadi musuh bagi alam itu sendiri. (Yaitu) Golongan yang tidak patut lagi menjadi teladan umat muslim. Golongan yang tidak ber-akhlak, golongan yang tidak memiliki budhi pekerti luhur. Golongan orang-orang seperti itulah yang akan menganggap Sabdo Palon sebagai musuh Islam. Maka meskipun mereka mengenakan atribut apapun alam tetap mengenali mereka dari energy yang mereka tampakkan. Alam sendiri yang akan mendatangi mereka dari muka dan belakang mereka sendiri. Tunggulah..sumpah sabdo Palon tidak pernah dipungkirinya !.
Sebab dia adalah abdi alam, 'Sabda' sang 'Alam' dia hanya menyuarakan kehendak alam atas harmonisasi, maka dia diikuti oleh orang-orang yang sungguh-sungguh ber-serah kepada-Nya. Begitulah Mas Thole menjadi pewarta, mengkisahkan kejadian dari para pelakunya.
Sesungguhnya golongan orang Islam munafiklah yang akan diperangi oleh Sang Sabdo Palon. Golongan yang menghancurkan Islam dari dalam sendiri. Golongan yang hatinya sudah busuk. Jiwanya sudah tidak layak disebut manusia lagi. Maka yang memerangi Sang Sabdo Palon akan menjadi musuh bagi alam itu sendiri. (Yaitu) Golongan yang tidak patut lagi menjadi teladan umat muslim. Golongan yang tidak ber-akhlak, golongan yang tidak memiliki budhi pekerti luhur. Golongan orang-orang seperti itulah yang akan menganggap Sabdo Palon sebagai musuh Islam. Maka meskipun mereka mengenakan atribut apapun alam tetap mengenali mereka dari energy yang mereka tampakkan. Alam sendiri yang akan mendatangi mereka dari muka dan belakang mereka sendiri. Tunggulah..sumpah sabdo Palon tidak pernah dipungkirinya !.
Sebab dia adalah abdi alam, 'Sabda' sang 'Alam' dia hanya menyuarakan kehendak alam atas harmonisasi, maka dia diikuti oleh orang-orang yang sungguh-sungguh ber-serah kepada-Nya. Begitulah Mas Thole menjadi pewarta, mengkisahkan kejadian dari para pelakunya.
Walohualam
Bersambung..
Pemahaman yang salah
BalasHapusWahai Jiwa-jiwa yang tergadaikan.
Semoga anda nyaman dengan pemahaman anda saudaraku. Sesungguhnya hanya Allah yang tahu bagaimana 'kebenaran' itu sendiri. Kami yang fakir, sedang belajar kepada-Nya, menetapi 'kebenaran' itu.
HapusMaka biarlah hidayah milik Allah.
Jika kami diberikan hak untuk menerima hdayah itu. Maka sungguh kami makhluk paling beruntung.
Tidakkah anda merasa beruntung saudaraku ?.
salam
Assalamu'alaikum
BalasHapusSaya menyimak tulisan di blog ini dari 1-5
Untuk sebuah pelurusan, kita bisa ambil benang merah baik dari tulisan di blog maupun komentar yang ada, Benang merah disini ada pada kata "JIWA"
Ketika jiwa manusia diambil bukan oleh yang punyanya yaitu Allah, maka jiwa itu akan berada pada maqom yang tidak semestinya.
Saya berikan contoh disini: Ketika orang yang melakukan pesugihan, misalkan dia muja kepada ratu ular ataupun kepada raja kera, siluman babi, maka ketika dia akan berpulang JIWA nya diambil oleh Ratu Ular tadi, atau Raja Kera tadi yang dijadikan pesugihannya. Dia dibawa kealam ghaib (pada maqom yang dijadikan pesugihannya) dan JIWA nya itu dijadikan BUDAK dan disiksa dikerajaan Ratu ular ataupun Raja Kera.
Bukankah hal ini melanggar hukum alam. ketika orang2 yang tidak amanah, pemimpin2 yang tidak adil, para cendikia yang tak berhati nurani dihancurkan ataupun paling Ekstrim Indonesia dihancurkan seperti hancurnya peradaban2 yang telah dikisahkan pada Al-Qur'an sebagaimana yang telah disinggung pada tulisan di atas dan munculnya Nusantara Baru seperti bubarnya Majapahit dan muncul kembali kerajaan baru. Jika itu terjadi merupakan Kehendak Allah biarlah semua berproses karena tidak ada yang bisa menolak kehendak-NYA, akan tetapi jika JIWA-JIWA orang2 yang telah meninggal itu diambil oleh selain pemiliknya yaitu Allah maka itu sudah terjadi pelanggaran ketentuan alam.
Yang bisa saya berikan penerangan seperti itu, mengenai JIWA biarlah berpulang JIWA2 manusia kepada pemiliknya yaitu ALLAH ber Innalillahi Wainnailaihi rojiun, bukan Innalillahi WainnaSabdo Palon karena JIWA nya Sabdo Palon Ambil dan itu bukan Haknya.
Kalau saya boleh bertanya, Apakah ada Bakteri pengurai JIWA ? Kalau Bakteri pengurai JASAD/BANGKAI ada.
JIWA-JIWA orang yang meninggal itu HAK nya Allah.
Maka biarkanlah mitos dan legenda sebagaimana keadaannya saja saudaraku. Bagi yang meyakini, biarkanlah keadaannya, sebab hakekatnya semua juga sedang berjalan menuju kepada Allah. Bagi yang tidak, maka anggaplah sebagaimana dongengan saja. Sebab tidak sedikit manusia yang juga menganggap Al qur an sebagai dongengan, toh tidak masalah juga.
HapusJika pemahaman ini mengusik anda maafkanlah, sebab kisah adalah sebagaimana sebuah khabar atas berita, bukan kebenaran itu sendiri. Hakekat kebenaran itu adalah milik Allah. Maka ranah tulisan ini adalah kisah. Bukan untuk 'justifikasi' benar dan salah.
Kembalinya adalah bagaimana kebijakan pembaca memaknai kisah ini. Perlakukan saja sebagai sebuah berita pagi atau sore, semoga anda nyaman dengan sajian berita kemarin ini. Jika tidak lupakanlah, sebab esok akan berganti dengan kisah lainnya.
Maka nikmati saja kisah-kisah yang kami sajikan. Kisah yang tidak dimaksudkan untuk men 'justifikasi' atas kebenaran satu kaum atas kaum lainnya. Kisah ini hanya pergulatan manusia yang senang mencoba memaknai setiap informasi yag diterimanya.
Jika kisah ini tidak menambah keyakinan 'keimanan' anda gantilah dengan kisah lainnya. Sebab kisah ini disajikan dikarenakan telah menambah keyakinan bagi pelakunya, keyakinan yang tidak menyisakan ruang keraguan, atas Allah yang harus disembah.
salam
Akhir kata dari kami yang fakir..
HapusSaudaraku..
Jika kita bukan termasuk orang-orang yang membuat kerusakan dimuka bumi ini, korupsi, berzinah, membunuh bayi-bayi, korupsi, menyekutukan Allah, dan dosa tak terampun lainnya.
Jika kita bukan golongan orang munafik, yaitu orang yang diluarnya berbaju Islam, namun didalam hatinya justru membenci Islam, diluarnya beribadah syariat namun mereka hanya ingin dipuji manusia. Golongan ini, melakukan berbuatan-berbuatan syetan meski didepan kita mereka sholat sebagaimana lainnya, namun mereka berdiri dengan malas.
Allah Maha Tahu keadaan hati orang-orang ini.
Jika kita bukan termasuk golongan-golongan tersebut. Maka tenangkanlah hatimu (dirimu), sebab engkau dalam perlindungan Tuhanmu. Tidak ada kekhawatiran dan rasa takut bagi wali Allah, dan dia tidak akan bersedih hati. Tempatilah makom itu saudaraku.
Namun jika kita termasuk bagian dari manusia durjana tersebut, maka patutlah kita 'ngeri', patutlah kita terusik dengan kisah ini. Sebab sesungguhnya hukuman Allah sangat keras. Azab Allah sangatlah pedih. Akan ditimpakan kepada golongan tersebut, dari arah yang tidak pernah diduganya. Melalui tangan makhluk-Nya yang mana saja. Melalui jin, syetan, Iblis, ataukah Sabdo Palon, sama saja keadaannya.
Tunggu saja, sungguh janji Allah adalah pasti. Allah akan menggunakan 'pasukan' Nya, yang amat patuh atas perintah-Nya. Maka bagi yang ber-iman, tenanglah akan berita ini. Allah adalah pelindung bagi kaum yang ber-iman.
Berhati-hatilah saudaraku, sebab bumi ini sudah saatnya. Marilah kita saling mengingatkan dalam kebaikan. Dan dibalik kisah ni, adalah ajakan untuk berbuat baik adanya.
salam
Alam akan tetap bersenandungkan tasbih..
HapusTidak perduli apa yg manusia bicarakan.. perbuat... pikirkan. Alam terus dlm gelombang.. kenyataan yg tak akan berubah.. apakah gelombang ini dinamakan dewa...atau jin..
Ataukah sang sabdo palon...alam tidak perduli...tetaplah mengalunkan gelombang sesuai ketentuan...
Realitas alam adalah aps yg ada dalam benak pengamat...mau dituliskan sebagai apa terserah sang penulis..
Mau digambarkan spt apa terserah juga... alam tetap dlm keadaannya...
Semua tergantung angan-angan (keyakinan).
Yg pasti yskinkan kesadaran
Bahwa itulah kebenaran..
Krn itu memudahkan jiwa.
Puja-puji hanya untuk Allah. Getarkan semesta yang telah ada sebelum jasadku ada. Semoga hidup semakin bermanfaat di fana yang tak kita tahu kemana bertepi. salam dari Leksono, Wonosobo.
BalasHapusSebab Dia meliputi seluruh alam semesta, galaksi, tata surya, dan seluruh mahkluk.. Termasuk alam baqa/
BalasHapusalam langgeng.. Karena Dia tdk bs dipersepsikan memiliki tempat atau wujud.. Dia-lah Allah, Tuhan seru sekalian alam..