Kisah Spiritual, Para Penembus Pintu Langit (1-2)
Bahasa Program, Bahasa Mesin.
Bahasa yang sanggup merubah tampilan di monitor alam nyata. Bayangkan
seandainya alam semesta ini hanya sebuah tampilan yang berada di layar monitor
bagi para Pengamat dan Penyaksi. Dan sesungguhnya demikianlah keadaannya, bagi
para Pengamat ini, sesungguhnya alam semesta, dengan dinamika kehidupan manusia
dan berikut juga peradaban manusianya,
masih ditambah entitas lainnya yang ada di dalamnya, hanyalah sebuah gambar sebagaimana layaknya
tampilan pada layar monitor saja. Tampilan ini layaknya disebut ‘hologram’,
sebab tampilan alamnya meliputi semua seluruh
dimensinya. Sehingga tampilannya nampak benar-benar ‘super’ sempurna. Tidak ada celah dan cacad disana.
Jika alam adalah sebuah ‘hologram’,
pertanyaannya, mengapa menjadi serasa hidup. Menjadi nyata. Disinilah letak ke
Maha Besar an- Nya, pada alam semesta
ini ditiupkan sang ‘kesadaran’. Kesadaran yang akan meliputi alam ini karenanya
alam semesta menjadi ‘eksis’. Kesadaranlah sesungguhnya yang menjadikan semua
itu menjadi ‘eksis’ , karenanya langit tetap berdiri meski tanpa tiang
penyangganya. Kami ulang lagi, sang ‘kesadaran’ lah yang mempertahankan keadaan
alam semesta sebagaimana yang kita lihat sekarang ini dan menjadikan kesan
bahwa alam semesta ini ‘eksis’ atau nyata. Dialah yang menjadikan alam ini ada
dalam kesadaran manusia. Sebab sang ‘kesadaran’ mengenali, merasakan, bahwa di
dalam hologram ini ada sensasi ‘rahsa’ nya dalam setiap pergantian
titik-titiknya. Pergantian, perguliran dari positip ke negative, pergerakan dari
satu kutub ke kutub lainnya, menimbulkan medan gaya, dan inilah yang dikenali
sang ‘kesadaran. ‘Sang Kesadaran’ yang menjaga sistem alam tetap dalam
keadaannya, sebagaimana perintah sang Penciptanya.
Hal ini menjadi satu
rangkaian penjelasan menjadi sebab mengapakah alam semesta dibangun dengan hukum dualitas. Ada kutub
utara dan selatan, ada positip dan negative, ada baik dan jahat, ada benar dan
salah, ada masa lalu dan masa sekarang, ada tinggi dan rendah, dan keberlakuan simengacu
konsep ini. Sistem dualitas inilah yang menjadi tanda bagi sang ‘kesadaran’.
Jika tidak ada dualitas maka sang ‘kesadaran’ tidak bisa mengamati. Rasanya
akan kosong, suwung saja. Tidak ada rahsa, tidak ada rupa, tidak ada alam
materi. Inilah hukum keberlakuan alam semesta. Hukum ini berlaku pada alam
materi, termasuk juga pada tubuh manusia. Seluruh entitas yang menyusun tubuh
manusia akan selalu mengikuti hukum ini, oleh sebab itu dapat dibayangkan
bagaimanakah sensasi rahsa yang berguliran di dalam jiwa , di dada, di dalam
kesadaran manusia itu sendiri.
Saking dahsyatnya hukum
dualitas ini meramu medan gaya, akhirnya membuat manusia banyak yang menyerah atas takdir mereka. Hukum
dualitas menyebabkan tingginya perbedaan medan magnet, perbedaan medan magnet
yang demikian tinggi akan mengakibatkan semakin tinggi rahsa. Rahsa yang demikian
tinggi akan menyakitkan bagi sang ‘kesadaran’ yang bertugas mengamati.
Instrumen ketubuhan tidak akan mampu menerima respon yang terlalu. Disini letak
masalahnya. Seharusnya batas ambang level kesadarannya ditingkatkan.Ketika
seluruh rahsa menjadi eksis membombardir kesadaran, sehingga sang kesadaran ‘tepar’.
Sudah dapat ditebak, sang ‘kesadaran’ tidak mampu melintasi tubuh-tubuh yang
sudah di penuhi medan gaya magnet. Terlualu pekatnya medan rahsa, akan
menyulitkan sang ‘kesadaran’ untuk memasuki sel-sel tubuh manusia. Padahal sang
‘kesadaran’ adalah sumber kehidupan, energy murni bagi sel-sel ketubuhan
manusia. Oleh karena itu, bagaimna keadan orang-orang yang tidak sadar ?.
Jiwa kemudian tertatih-tatih
memaknai. Sebagian jiwa ingin merubah keadaan di luar sana yang telah menyebabkan
dirinya merana. Mereka menghujat apa saja, mereka tidak terima dengan nasibnya.
Teramulah di jiwa harta , tahta, dan wanita menjadi bumbu pelengkap peran manusia.
Karena sebab ini manusia kemudian belajar bagaimana caranya mereka mampu
merubah nasib dirinya, merubah keadaan jiwanya. Jika keadaan itu dialami oleh
seorang yang Pengamat sebagaimana dimaksud di awal kalimat pembuka kisah, maka
kejadiannya dapat dibayangkan seperti apa nantinya. Bayangkan jika mereka para
Pengamat mampu merubah peradaban dunia dengan meng otak atik program nya,
sehingga jalan cerita dan tampilan di layar monitor akan berubah. Bagaimanakah
jika mereka melakukan itu atas ‘ego’ mereka sendiri ?. Bagaimanakah hasilnya
nanti peradaban anak manusia itu ?.
Allah telah memilih manusia
sebagai khalifah. Sang khalifah akan dibekali dengan seluruh kemampuan yang
paripurna termasuk juga kemampuan sebagai ‘programer’, yaitu kemampuan bahasa
program alam. Kemampuan ini seharus
digunakan untuk melakukan perbaikan kepada system alam semesta agar mampu
bekerja harmonis kembali. Seorang pemimpin alam, harus mampu memperbaiki alam
jika ada kerusakan. Bagaimana ceritanya jika kita ditunjuk untuk memimpin,
namun kita tidak memiliki skill yang diperlukan untuk memimpin ?. Sungguh, jika Allah telah menetapkan dan memilih
manusia untuk menjadi Pemimpin Alam (Insan Kamil) maka dalam diri manusia sudah
disusupkan kemampuan untuk mengotak-atik kondisi alam semesta sebagaimana
keinginan sang Pemimpin itu sendiri. Sang Pencipta telah memberikan amanah,
agar manusia juga mampu memperbaiki kerusakan alam yang terjadi, yang disebabkan
ketidak sengajaan, sebab ketidak tahuan, atau memang sistem alam yang tidak
pas. Oleh karenanya sudah barang tentu mereka harus paham bahasa program alam
itu sendiri. Dengan bahasa program itulah, mereka akan memperbaiki alam. Inilah
essensi yang ingin disampaikan.
Namun bagaimana keadaannya
jika manusia sang Pemimpin yang memiliki kemampuan bahasa ini mengotak-atik
alam dengan ‘ego’ nya sendiri, tanpa ijin dari Tuhannya. Maka kejadiannya sudah
barang tentu, kerusakan alam akan dipercepat dua kali lipat oleh sebab oleh
manusia itu sendiri. Alam memiliki kunci pengaman , semacam default pada
program komputer , yaitu tanda [….] pada bahasa program komputer. Tanda 'penutup' itu
adalah umpama hijab diri mereka dengan Tuhannya. Jika hijab itu belum dibuka, maka
masih ada hijab dia dengan Tuhannya. Dirinya belum memiliki akses kepada Tuhan
(silatun) maka tanda ini tidak akan terbuka. Akibatnya jika sang pemimpin
tersebut memaksakan perintahnya kepada alam. Alam akan menerima perintah tersebut sebagai perintah 'menghancurkan' sistem yang ada.
Alam akan
merespon perintah yng salah 'niat' tersebut, sebagaimana perintah program pada komputer, dimana
perintah tersebut akan dibaca oleh komputer sebagai perintah ‘penghancuran’.
Inilah yang sering tidak dipahami oleh para kesatria yang sudah , mendapatkan
amanah sang alam. Padahal sang Pemimpin alam yang mengatas namakan nama Allah
yang Maha Pengasih dan Penyayang. Mestinya mampu bertindak sebagaimana
wakil-Nya. Menyandang nama-Nya. Nama yang manakah yang harus di kedepankan oleh
para kesatria ?. Adalah nama-Nya yang Maha Pengasih dan Peyayang. Sifat Ar
rohman- Ar rohiem inilah yang menjadi niat para kesatria. Jika tidak keadaan
ini akan menjadi hijab. Begitulah pengaman
alam semesta atas orang-orang yang memiliki kemampuan untuk menjadi ‘The Hecker’.
Agar alam semesta tetap dalam keadaannya sebagaimana dia diciptakan. Maka menjadi
jelas disini prasyarat agar para kesatria mampu menggunakan kemampuannya, dalam
bahasa pemograman alam, dirinya harus mampu memasuki keadaan, sebagaimana yang
dimaksudkan oleh ‘Nama Allah yang Maha Pengasih dan Peyayang’. Bismillh hirohman
nirohiem.
Para kesatria alam, memiliki
kemampuan untuk ini, sehingga kepada mereka sudah sering diperlihatkan
tanda-tanda alam sebagai pengingat atas diri mereka. Apakah tanda-tanda
tersebut akan menambah keimanan mereka atau malahan membuat mereka menjadi ‘kafir’
pilihan ada pada mereka. Dengan kemampuan yang mereka miliki mereka akan mampu
merubah tampilan di layar monitor. Artinya apa yang mereka niatkan dan apa yang
meerka pikirkan akan di respon oleh alam menjadi sebuah perintah untuk
eksekusi. Jika minta hujan, alam akan mendatangkan hujan, jika minta terang
maka awan akan menyingkir, dan lain sebagainya. Namun hukum atas mereka
berlaku, jika mereka melakukan niat bukan karena Allah. Jika hijab diri mereka
dengan Allah tidak dibuka, maka bukan
perintah perbaikan yang dimasukan namun justru perintah penghancuran atas alam
itu sendiri. Begitulah yang di alami oleh atlantis dan juga kerajaan, serta
suku bangsa yang peradabannya sudah sangat maju, yang kemudian dihancurkan.
Bukan Allah yang berbuat aniaya kepada mereka, namun manusianya yang telah
mendzolimi diri meerka sendiri. Pemimpin-pemimpin mereka memasukan program yang
salah niatnya. Sesungguhnya para Pemimpin manusia sudah diberitahu namun kebanyakan manusia
lupa. Mereka tunduk kepada nafsunya sendiri.
Maka karenanya niat kepada
Allah, menjadi sangat penting sekali. Untuk itu, prasyarat terbuka hijab atas diri mereka, menjadi
penentu utama, karena hijab ini akan
membuka jalur komunikasi dirinya dengan Allah. Komunikasi ini sangat penting
sekali, dengan ini, manusia akan terlebih dahulu menanyakan kepada Tuhannya,
apakah yang dilakukannya sudah se-ijin-Nya atau belum. Apakah yang dilakukannya memang selaras dengan
kemauan alam sendiri atau bukan ?. Sebagaimana dikisahkan para nabi, yang terus
diberitahu saat meerka akan meng akses alam, saat mereka minta diturunkan azab
atas kaum mereka yang durhaka. Allah akan selalu memberikan pesan kepada para
nabi dan rosulnya, agar mereka bersabar terlebih dahulu. Sebab tanpa di azab
pun manusia berkecenderungan menghancurkan peradaban meerka sendiri.
Begitu pentingnya niat dan
terbukanya hijab, agar manusia jangan sampai salah dalam bertindak, sebab akibatnya
sangat fatal sekali bagi peradaban manusia itu sendiri. Dan manusia akan terus
dimintakan pertanggungan jawabannya atas jejak-jejak yang ditinggalkan atas hal
ini. Pertanggung jawabab, dirinya merubah bahasa program alam semesta, akan
menimbulkan dampak ber ratus-ratus tahun kemudian. Benarkah mereka karena Allah
ataukah karena selain Allah, akan sangat beda hasilnya di kemudian hari. Merka
akan menjadi saksi atas perbuatan meerka sendiri.
Diskusi ini menjadi sangat
intens dengan Ki Ageng Tirtayasa. Bahkan sampai-sampai beliau sakit-sakit, tak
berdaya. Saat mengeksplorasi pemahaman ini, tubuh dan kulitnya seperti
terbakar. Sebuah siksaan yang tak sedikit. Demikian juga saat menyampaikan
berita ini, beliau terbata-bata sekali , karena beratnya beban yang harus
disampaikaan itu. Maka Mas Thole harus berterima kasih atas upaya beliau ini.
Menjadi pengingat, khabar gembira dan juga peringatan baghi para kesatria alam,
agar diri mereka lebih mawas diri, tidak mengikuti hawa nafsu mereka sendiri,
yang sering terpapar energy masa lalu mereka sendiri. Inilah sebagian cuplikan
SMS nya,
“Alhamdulillah. Semua mulai
membaik. Lingkungan kembali ramah. Sy sdh baca blog lg. Ya demikian keadaannya.
Persis dijelaskan disitu. Program diakses dan dibaca "salah"
kesalahan yg sngt tipis. Yaitu masih adanya hijab. Walaupun secara gelombang
dan realitas sudah pas dan tepat. Namun yg muncul di layar kaca tlh berubah.
Apa yg terjadi sudah mulai diungkap dlm blog. Mengakses energy merkaba. Yaitu semacam program dalam komputer untuk memunculkan realitas gambar di layar.. Semacam command dg kombinasi bahasa dan lambang. Bahasanya sudah benar. Tetapi lambang yg merupakan kunci gaibnya belum dilepas. Maka hakekatnya tdk bekerja tetapi justru mengakses dua kali default program.
Misalnya lambang |execute|... maka defaultnya itu. Tetapi seseorang yg dibuka hijabnya boleh mengganti dg "delay" atau cancel. Namun kita bisa jadi sudah menulis yg benar tapi pagarnya tetap ada yaitu |delay|. Walaupun semua realitas sdh menunjukkan perintah delay. Ttp program tdk dijalankan.
Krn dg tetap di dalam pagar (hijab) maka perintah yg berlaku adalah default. Perintah otomatis, general dan berlaku umum kpd semua user. Hijab ini berguna untuk keselamatan dn perlindungan user. Sehingga hanya yg tahu membuka hijab yg boleh mengupdate command tersebut.
Sy sedang kembali memaknai sms yg sy tulis kemarin. Krn disitu kuncinya ttg hijab. Kemarin saat menulis hanya menuliskan jd belum memahami. Sekarang keadaan sdh kembali normal. Beberapa hari ini alam mencurahkan hujan yg luar biasa besarnya. Sngt aneh. Kebetulankah?. Alam begitu reaktif dg lintasan energy kesadaran.
Alam masih belum begitu pulih...namun sdh reda. Juga sdh mulai normal du rumah dan kerja. Sebelum ini banyak salah. Jalan saja salah nabrak terus. Pegang sesuatu lepas dan pecah. Namun ada yg aneh... anjing kecil saya seperti berkomunikasi terus. Sngt setia dan terus mendekat dan bicara.
Sd mencoba memasuki energy merkaba. Masuk ke black hole kesadaran. Entah kebetulan atau karena cuaca. Kulit badan melepuh. Merah. Panas. Sakit. Gatal. Tajam sekali rasanya. Seperti terbakar. Mulai dari muka. Ke badan dan mulai sampai ke kaki."
Wolohualam
Apa yg terjadi sudah mulai diungkap dlm blog. Mengakses energy merkaba. Yaitu semacam program dalam komputer untuk memunculkan realitas gambar di layar.. Semacam command dg kombinasi bahasa dan lambang. Bahasanya sudah benar. Tetapi lambang yg merupakan kunci gaibnya belum dilepas. Maka hakekatnya tdk bekerja tetapi justru mengakses dua kali default program.
Misalnya lambang |execute|... maka defaultnya itu. Tetapi seseorang yg dibuka hijabnya boleh mengganti dg "delay" atau cancel. Namun kita bisa jadi sudah menulis yg benar tapi pagarnya tetap ada yaitu |delay|. Walaupun semua realitas sdh menunjukkan perintah delay. Ttp program tdk dijalankan.
Krn dg tetap di dalam pagar (hijab) maka perintah yg berlaku adalah default. Perintah otomatis, general dan berlaku umum kpd semua user. Hijab ini berguna untuk keselamatan dn perlindungan user. Sehingga hanya yg tahu membuka hijab yg boleh mengupdate command tersebut.
Sy sedang kembali memaknai sms yg sy tulis kemarin. Krn disitu kuncinya ttg hijab. Kemarin saat menulis hanya menuliskan jd belum memahami. Sekarang keadaan sdh kembali normal. Beberapa hari ini alam mencurahkan hujan yg luar biasa besarnya. Sngt aneh. Kebetulankah?. Alam begitu reaktif dg lintasan energy kesadaran.
Alam masih belum begitu pulih...namun sdh reda. Juga sdh mulai normal du rumah dan kerja. Sebelum ini banyak salah. Jalan saja salah nabrak terus. Pegang sesuatu lepas dan pecah. Namun ada yg aneh... anjing kecil saya seperti berkomunikasi terus. Sngt setia dan terus mendekat dan bicara.
Sd mencoba memasuki energy merkaba. Masuk ke black hole kesadaran. Entah kebetulan atau karena cuaca. Kulit badan melepuh. Merah. Panas. Sakit. Gatal. Tajam sekali rasanya. Seperti terbakar. Mulai dari muka. Ke badan dan mulai sampai ke kaki."
Hari berganti pembicaraan intens dengan Ki Ageng terus semakin dalam pembicaraan yang sepertinya biasa saja namun bagi raga sekarang ini seperti dipukuli rahsanya. Kesadaran seperti mengalami polarisasi. Bukan hanya mas Thole, namun hampir semua kesatria mengkhabarkan keadaan mereka itu. Rahsa yang tidak karuan, rahsa hampa dan kosong, dan tidak nyaman, bersama mereka di hari-hari belakangan ini. Oleh karenanya sambil terus menetapi, kisah ini bersambung lagi.
Terima kasih atas semua ilmu yg disampaikan, menjadi bekal pemahaman buat sy dlm menetapi jatidiri
BalasHapusTerima kasih atas semua ilmu yg disampaikan, menjadi bekal pemahaman buat sy dlm menetapi jatidiri
BalasHapus