Kisah Spiritual, Sabda Sang Penggugat (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 2-5)



“Iya mas..,  alhamdulillah saya baik2.. Rasanya rasa lelah itu sirna saat bisa menyelesaikan amanah.  Tdk ada rasa lelah sedikitpun..Yag ada hanya rasa takjub dgn kuasaNya..Sampe skrg..Msh terbayang saat  kita bertiga dikelilingi beribu2…Pasukan nya. Para petinggi ghaib hadir dan bergabung dgn kita..Sulit diterima dgb akal sehat. Tp itulah realita yg dihadapi saat itu. Bahagia bs melaksanakan tugass..Walau belum tuntas akhirnya."

Pesan pendek  itu diiterima Mas Thole belum lama ini, satu hari setelah selesai prosesi di Grojogan Sewu. Pesan dari raga terkini dari Putri Anarawati. Dia telah kembali kepada kesadaran terkininya. Ada rahsa lega yang tidak bisa diungkapkannya disini. Beban ratusan tahun lamanya menyoal pertanggung jawaban perihal ini terus saja menghantui. Bagaimana dirinya akan menyampaikan hal ini kepada lainnya yang tidak mengerti ?. Sulit rasanya orang untuk percaya atas tugas yang disandangnya ini. Pengalaman mistis dan ghaib yang ditujukan untuk mempersiapkan raganya menghadapi peristiwa kemarin itu sering di salah artikan, baik oleh keluarganya atau rekan-rekannya sendiri.

Tidak hanya Putri Anarawati Mas Thole juga mengalami kelegaan yang sama. Seolah-olah dirinya mampu melepaskan diri dari beban tanggung jawab yang dipikulnya itu. Sebelumnya , sering dia mendapatkan mimpi tentang pertemuan  tersebut. Dia seperti menyaksikan sendiri pertemuan dahulu kala antara Sunan Kalijaga, Ratu Kidul, Putri Anarawati, Sando Palon, dan beberapa santri serta pengawal lainnya.  Dalam pertemuan di mimpinya itu, ada air mengalir, dipinggirannya ada batu-batu yang buat mereka uduk-duk, semacam Sendang. Mimpi itu terus berulang beberapa kali bahkan sejak dari kecil dia sudah mendapatkan mimpi dan sangat nyata sekali. Alhamdulillah, akhirnya mimpi tersebut terbukti, dan dirinya diminta alam untuk menjadi saksi atas pertemuan ghaib yang baru diadakan lagi setelah 500 tahun ini.

Mengapakah pertemuan tersebut mampu mengubah jalannya peradaban bangsa ini. Mengapakah kisah yang dibangun sepertinya terus membayangi kesadaran-kesadaran orang Jawa ?. Banyak sekali orang-orang yang kemudian menafsirkannya sendiri, membuat rekaan-rekaan tentang hal ini. Seperti apakah sosok Sabdo Palon dengan sabdanya yang sakti itu ?. Siapakah sebenarnya Putri Anarawati dan siapakah satria alam yang ditunjuk untuk menghantarkan sang putri itu. Maka pertanyaan tersebut telah terangkai dalam kisah-kisah spiritual Mas Thole, yang mencoba memaknai kejadian dengan hikmah di dalamnya. Berulangkali kesadaran Mas Thole mencoba menerobos alam-alam kesadaran, mencari jejak pelakunya sendiri. Hingga beberapa kali sang Sabdo Palon datang sendiri untuk memberikan pemahaman yang tidak dimengertinya. Maka untuk itulah kisah ini disajikan, memberikan kisah pembanding dari kisah-kisah lainnya yang sudah ada dalam kesadaran kolektif orang-orang jawa. Inilah kisahnya.

Sabda Sang Penggugat

Nan Aluih..
Siapakah yang belum mendengar perihal sumpah Sang Sabdo Palon ini ?.
Sumpah pati, sebab dia sendiri yang akan mencabuti nyawa anak keturunan orang Jawa.
Hh..hh..siapakah yang tidak giris hati ?. Dia penguasa para Danhyang, maka setan dan perewangan akan tunduk dalam perintahnya. Kini pasukannya telah merasuki raga orang-orang jawa, semua tinggal menunggu titahnya saja. Benarkah dia sekejam ini ? 

Langit terbetang di atas cakrawala. Luas melengkungi seluruh angkasa.  Bias diantaran lapisannya, ada cahaya kerlip disana.  Bagai pelita tanpa sumbu. Tersebar menghias hingga kaki-kakinya. Malam saat itu bertaburan bintang. Gerlapnya menukik diantara perbukitan yang penuh belukar. Diantara hutan Cemoro Sewu. Di sebuah tanah sedikit agak lapang. Pada sebuah  puncak  tinggi tak berbilang. Sebuah gunung yang menyimpan misteri, dengan gagah berdiri di wilayah Kabupaten Karang Anyar. Disana di gunung Lawu mata batin Mas Thole terus menerawang. Menerobos diantara rimbunnya pepohonan. Mencoba mengamati apa yang sebenarnya tengah terjadi disana. Nampak dari kejauhan.  Pada sebuah tempat yang sedikit lapang.

Pohon Jati daunnya rimbun, dahannya menjuntai sampaidi sebelah sana. Di bawahnya  air seperti kaca tertampung dalam sebuah sendang. Sendang Drajat, bagai bejana pualam suargaloka. Angin berdesir halus menyapu telinga.Bulan memantulkan cahaya diatas permukaan malamnya. Tampaklah sesosok wajah disana , terlihat letih dan tua. Dicobanya tersenyum melebar, gempuran halus di dada memaksanya untuk tetap perkasa. Diiringi helaan nafas memberat, dihembuskannya berulang kali, perlahan naik turun ke dada. Tiba-tiba, ditepuknya permukaan air  perlahan dengan tangan kanannya. Pyaarrr...!. Karuan saja,  air memercik, terciprat membasahi wajahnya, dada yang setengah agak telanjang turut basah karenanya.

Masih terus dilakukannya beberapa kali tepukan. Mungkin sekedar hanya ingin mengurangi beban di dada.  Kemudian sesaat dia tertengadah ke langit, membentak angkasa dengan sekuat tenaganya. “Aaarghhh...!.”  Gelegar suara mengagetkan seluruh binatang malam disana. Riuh rendah suara mereka , berhamburan, berusaha untuk lari menjauh dari sumber suara. Kemudian selang beberapa menit, sejenak sepi, tiba-tiba dia terkikih dan terkekekeh, sepert iterdengar akan menangis namun urung, sepertinya juga akan tertawa,  malah menjadi lengkingan yang menyayat hati. Sosok itu bagai siluman yang sedang tersakiti. Lihatlah betapa dia terluka, menengadahkan kepala, seperti mengsiyaratkan apa boleh buat, kepada langit dia bicara.

Kemudian dalam desahnya, dirinya tertunduk lusuh, nampaknya tengah menahan beban laksaan kati yang memberat di pundak dan membuat sesak dadanya. Nafasnya satu-satu, seperti memilin angin disana, menjadi mati, karenanya suara nafas beratnya terdengar sampai ratusan meter. Suasana lengang sekali, alam dalam diamnya, pepohonan  dan daun-daunnya seperti beku tak bergerak, mereka diam  seperti  mengerti akan kegundahan sosok itu. Lirih sekali dia seperti mengulang-ulang kalimatnya itu.

“Bebaya ingkang tumeka, Waratasa Tanah Jawi, Ginawekang paring gesang, Tan kenging dipunsinggahi, Wit ing donya puniki, Wontening sakwasanipun, Sedaya pra Jawata, Kinaryaa mertandhani, Jagad ikiyektiana kang akarya.
(Bencana yang mendatangi tersebar seluruh tanah Jawa.Itu sudah kehendak Tuhan tidak mungkin disingkiri lagi.Sebab dunia ini ada ditanganNya. Hal tersebut sebagai bukti bahwa sebenarnya dunia ini ada yang membuatnya-pen)

Resahnya telah menyundul langit !. Membuat alam pegunungungan hutan Gunung Lawu semakin mistis saja. Siapakah sosok misterius itu. Ada apakah dengan dirinya sehingga keadaannya menjadi seperti sangat nelangsa begitu. Orang mungkin akan banyak mengenal namanya ketimbang rupanya. Wajahnya sedikit membulat dengan tatapan agak mendongak, dagunya terkesan kuat dan jenggot panjang menjuntai hampir menyentuh dadanya. Badannya tidak terlalu tinggi. Perawakan sebagaimana rakyat jelata saja. Tidak ada yang istimewa. Namun jika didekati lebih seksama, sangat terlihat jelas dahinya yang memancarkan sinar kuat sekali di pelipisnya, seperti ada pusaran cahaya di keningnya, tepat diatas diantara alis matanya. Sorot matanya tajam, kadang teduh, kadang kuat menyelusup bagai sebilah pedang es, yang dingin menembus tulang. Punggung agak membungkuk, sehingga di berjalan seperti ada punuknya. Sebatang tongkat yang diujung atasnya seperti terdapat bola dunia. Ditebusi oleh gagang tongkat yang terus memancarkan sinarnya ke langit. Ya benar dialah sosok kontraversial  Ki Sabdo Palon.

Kalimat tersebut diatas terus diulang-ulang, nyaris menjadi hanya gumaman saja. Ada penyesalan yang sangat dalam. Membayangkan bahwa dirinya tidak diberikan kesempatan lagi untuk mengasuh anak momongan di tlatah Jawa ini untuk kurun waktu beberapa abad ke depan.  Dia mengerti kesadaran anak-anaknya. Kesadaran yang diturunkan dari peradaban atlantis nenak moyangnya. Dia paham benar bagaimana keadaan itu. Ada guratan kesedihan yang begitu dalam, nampak jelas dalam mata batinnya, apakah nanti yang bakalan terjadi di tlatah Jawa.  Ya, bencana demi bencana, manusia akan memakan anak-anaknya, bumi akan terus begolak. Ssebagaimana dulu benua atlantis yang ditenggelamkan. Terbayang bagaimana nanti anak cucunya yang bagai laron-laron mati di pinggir jalan. Berterbaran terbawa angin. “Hh...hh..” Tidak ada yang mengerti betapa gundahnya dirinya akan hal ini. Dia mendesah lagi. Begitu beratnya beban pikirannya. Maka dapatlah dimengerti  saking-saking kesalnya pada pertemuan sore hari tadi dirinya sempat murka bahkan mengeluarkan sumpah pati, “SUMPAH SABDO PALON”. Dia kesal Prabu Brawijaya V tidak mampu melihat hakekat yang sebenarnya.

Masih jelas dalam bayangan fikirannya saat mana sore hari tadi dirinya sempat berdebat sangat keras dengan Sang Prabu Brawijaya V. Momongan yang sudah diasuh sejak dari kecil. Momongan yang sudah menjadi darah dagingnya sendiri.  Apa yang disergahnya adalah bagian dari amar makruh nahi mungkar. Adalah sebuah keyakinan yang hak atas hakekat kehidupan itu sendiri. Dia merasa menyesal sekali harus bicara keras kepada anak asuhannya itu.

Mengapa Gusti Prabu Brawijaya V tidak mampu melihat bahwa jika pengajaran agama hanya sebagaimana pengajaran ilmu pengetahuan biasa yang harus dihapalkan di kepala, nanti pada gilirannya akan ~  hilanglah  hakekat pengajarn agama itu sendiri,  (yaitu) pengajaran yang hakekatnya lebih menitik beratkan kepada pengajaran hati nurani. Pengajaran budhi pekerti lama kelamaan akan hilang dari kesadaran anak-anak Jawa. Bukankah Rosul itu sendiri diturunkan untuk menyempurnakan akhlak manusia. Bukankah akhlak manusia bertumpu kepada pengajaran hati nurani. Kepada pengajaran Budhi Luhur. Ajaran Budhi yang telah dipilih dan dipilah oleh Leluhur tanah Jawa ini yang tentu saja lebih pas di bumi tanah Jawa ini. Mengapa kesadaran padang pasir ingin diterapkan secara membabi buta di tanah ini ?.

Bukan, bukan dia menolak agama Islam.” Sang Sabdo Palon cepat-cepat menyergah, dia  ingin meluruskan dan menegaskan hal  ini. Agar jangan sampai anak keturunan Jawa salah mengerti. Sebagai seorang yang sudah tinggi makrifatnya dia tidak mungkin melakukan itu.   Inilah salah kaprah yang dipolitisir segolongan manusia untuk kepentingan mereka. Dia hanya ingin memberikan pandangan waskitanya. Bahwa dengan model dan cara Islam yang dipaksakan itu maka manusia nantinya hanya  akan sibuk dengan baju-baju  (Islamnya) yang mereka kenakan itu. Mereka akan meributkan soal baju luarnya saja. Mereka lupa hakekat beragama itu sendiri. Mereka nanti akan jarang yang kemudian menata hati mereka. Anak keturunan Jawa akan kehilangan Jiwa sejatinya, rahsa sejati, sebagai orang ber-jiwa akan musnah. Sebab mereka akan selalu melihat baju orang lainnya. Mereka akan saling bunuh membunuh jika baju orang lain yang dikenakan tidak sama dengan mereka itu. Inilah yang sangat dikhawatirkannya.

Jika sudah mengerjakan syariat (Baca; sholat) , sudah mengerjakan puasa, zakat dan tetek bengek lainnya. Mereka merasa sudah sempurna, mereka tidak peduli atas niat mereka. Justru inilah kesalahan masa lalu para leluhur yang mestinya diperbaiki. Lurus dengan niat hanya kepada Gusti Pangeran, kepada Allah, itulah yang harus ditata terlebih dahulu atau dalam pemahaman Islam sendiri adalah tauhid “La ila ha ilallah". Bukannya mengurusi baju-baju yang dikenakan oleh satu dan lainnya. Hakekatnya inilah yang terus digaungkan Sang Sabdo Palon. Manusia yang ber-serah harus mampu memaknai baik dan buruk. Lihatlah keadaannya sekarang ini,  syariat akhirnya menjadi ajang ‘riya’  dan pamer diantara mereka saja. Kemudian karena itu mereka akan menista umat lainnya. 

Mereka nanti akan saling memamerkan baju mereka yang dalam anggapan mereka adalah baju kebenaran.  Setelahnya baju mereka itulah yang akan mereka anggap paling suci. Syariat bagi mereka akan menjadi tolak ukur kesucian hati manusia. Mereka nantinya akan mengangkangi surga menjadi milik mereka saja. Maka anak-anak Jawa menjadi anak yang paling malang di dunia ini. Sebab mereka nanti akan lupa bahwasanya SURGA DAN NERAKA adalah HAK Allah semata. Tidak ada satupun makhluk yang mampu mencampuri urusan-Nya dalam hal yang satu ini.  Semua adalah KEHENDAK-NYA. Betapa perihnya Sabdo Palon saat harus menguraikan hakekat ini. Dia merasa bahwa upayanya telah gagal, untuk mengingatkan Sang Prabu Brawijaya V. Dia paham benar masalah hati. Masalah niat ini.

Dalam kesedihannya itu Sabdo Palon hanya mencercau saja. Akhir kalimat yang dikutipkan diatas itulah yang diulang-ulang oleh Sang sabdo Palon sebelum menghilang dari kegelapan. Rangkain kalimat yang sepertinya ditujukan untuk anak turunannya  jaman ini. Yaitu jaman setelah lewat 500 tahun dari kejadian itu. Kalimat itu terus bergaung, seperti menjadi sebuah menjadi sebuah rangkaian pemahaman spiritual Mas Thole saat kemarin  setelah pertemuan akbar di Grojogan Sewu. Entah kebetulan atau lainnya. Selang satu hari, di hari selasa (2/7) beberapa daerah di nusantara di hantam gempa, di aceh hingga 6.2 skalarichter (2/7). Bahwa bukan Sabdo Palon yang berbuat seperti itu, semua hakektnya adalah kehendak Allah semata. Dia hanyalah pelaku, dia hanyalah wayang yang sedang dimainkan-Nya. Dia harus membunuh sebagaimana Nabi Khidir kala itu membunuh. Apakah bakteri pembusuk akan disalahkan sebab dimimbulkan bau yang busuk ?. Jika tidak ada bakteri pembusuk maka sudah penuhlah dunia ini dengan bangkai. Maka semacam itulah peran dirinya. Dia akan memakan jiwa-jiwa yang terlalu, dan memberikannya kepada setan gentayangan, jauh sebelum ajal datang kepada diri mereka. Agar mansuia tahu bahwa sesungguhnya azab-Nya sangat pedih.

Kabut asap, penyakit pernafasan dan kulit menyerang. Langit Jakarta mulai menggelap. Hujan terus saja mengguyur beberapa hari ini. Syukur Alhamdulillah paku bumi sudah selesai tertancap di seputar Jakarta dan juga lainnya. Sayangnya karena keterbatasan daya dan dana wilayah Aceh dan sekitarnya belum mampu di jangkau oleh para kesatria. Maka hanya berserah dan memohon belas kasihan-Nya saja dalam doa agar alam tidak bergolak lagi.  Perhatikanlah meski hujan hebat menerjang kejadiannya tidaklah seperti di awal tahun sebelum di pasangnya paku bumi. Sungguh itu nikmat dari Allah adanya. Hanya untuk menambah keyakinan bagi para kesatria atas lakunya saja. Para kesatria lainnya juga mengkabarkan kepada Mas Thole, mereka selalu menerima tanda-tanda dari alam sebelum bencana terjadi bahkan gempa-gempa yang terjadi selalu diinformasikan sebelumnya oleh alam sendiri.  Rasanya semua seperti kebetulan saja. Kembali disini hanyalah dalam tataran kesadaran dan keyakinan para kesatria. Sungguh berat memaknai ghaib dan realitas, semua terangkai seperti kebetulan adanya.

Adakah kisah ini menjawab perihal spekulasi siapakah sesungguhnya tokoh misterius ini ?. Siapakah sang Sabda Palon ?. Mas Thole hanya bergumam, “Biarlah kisah itu sebagaimana keadaannya saja, biarkan manusia dengan pemahamannya sendiri-sendiri.”  Sudah ribuan orang yang mengkhabarkannya, sudah jutaan orang yang membacanya, dan tak terbilang jumlahnya orang yang selalu pro dan kontra. Sungguh biarpun di khabarkan kebenaran ini, manusia akan tetap dalam keyakinan dan dimensi kebenaran mereka sendiri. Maka kembalinya kisah ini hanyalah untuk menambah keyakinan diri Mas Thole saja. Yaitu bagaimana seharusnya meletakkan pemahaman antara ghaib dan realitas. Kini dirinya harus meyakini bahwasanya ghaib dan realitas adalah satu kesatuan. Sebagaimana hubungan program software computer dengan tampilan di layar monitornya. Sesuatu yang tidak mungkin dipisahkan. Jika programnya salah, maka salah pula tampilannya, tidak sebagaimana yang dimaksudkan. Maka jika dirinya dan para kesatria tidak datang kesana, maka tentu saja akan lain lagi jalannya cerita di alam mayapada ini.

Maka kisah ini akan terus digulirkan , uuntuk menyingkap rahasia di balik sebuah peristiwa dan selanjutnya mengurai hikmahnya. Sebagaimana methodology al qur an yang senantiasa terus mengajak umat manusia menelusuri peradaban bangsa-bangsa sebelumnya dengan kisah-kisanya. Kisah mereka yang akan selalu up to date. Kisah tentang harta, tahta, wanita, rahsa di jiwa yang terlibat di dalamnya. Bagaimana kekuatan hati mereka semua mampu lepas dari kemelekatan diri mereka atas hal tersebut. Semua menjadi teladan dan contoh untuk kita semua. Bagaimnakah para leluhur kita saat mengalami kejadian tersebut. Kemudian kita bandingkan dengan kisah-kisah para nabi. Maka diantara itu kita akan menemukan pembeda. Kekuatan hati untuk tetap di jalan-Nya. Itulah pembeda dari seluruh kisah-kisah anak manusia.


“Maka kenalilah hatimu, kenalilah dirimu, kenalilah sleuruh instrument ketubuhanmu, maka engkau akan mengenal siapakah sesungguhnya Tuhanmu.”  
Begitulah hikmah dari kisah-kisah ini dihantarkan.

wolohualam

Komentar

  1. Saya merasakan Sabdo Palon tidaklah menentang Islam, yang dia tentang adalah kebobrokan akhlaknya.

    Bagi penganut agama manapun, Hindu, Budha, maupun Islam, saat akhlak pelakunya bobrok, maka akan membuat kerusakan di muka bumi. Al Quran menyebutnya Kafir. Jadi Kafir bukanlah status penganut non Muslim, namun perbuatan merusak Buminya. Ada Shabiin (penyembah bintang), ada ahli kitab, yang jika beriman kepada Allah, jangan bersedih hati (Al-Baqarah).

    Apapun jalan yang manusia pilih, dengan takdir ageman saat ini, selama dalam hati bersih selalu meminta petunjuk Kebenaran dari Al-Haqq, dari Sang Pencipta (apapun sebutanNYA)...maka jalanilah dengan penuh penerimaan dan syukur, terus berserah dan memohon kepada Allah. Maka Allah berjanji akan menunjukkan jalan-jalanNYA.

    Begitulah Sang Sabdo Palon MENGAMINI....Demikianlah para Ksatria

    Wallohualam

    BalasHapus
  2. Para Ksatria, untuk mengenali diri ini tidak usah rumit-rumit, rasakan saja, alami, sadari, dengan sebelumnya berniat kepada Allah untuk Iqro, dan juga mensyukuri nikmatNYA....lakukan saja meski sebentar tapi rutin...hari ini menyadari kepala, besok ya rambut, ya besok otak, ya mata...dst...sambil ngalir saja...biar Allah sendiri yang mengajarkan pemahaman dariNYA. kita tidak usah berpikir dengan otak ini, kita menyadari, bersaksi dan berserah. Insya Allah.

    BalasHapus
  3. Semoga para Ksatria mampu menjadi saksi atas semua kejadian sejarah.

    Saksi adalah yang menyaksikan....bukan pelaku kesalahan tersebut lagi...sebagai saksi akan ada pembelajaran....

    saksi adalah pengamat yang mampu untuk melihat kejadian masa lalu apa adanya, tidak ada penghakiman tidak ada menyalahkan sehingga mampu belajar. sekali terjebak untuk menghakimi maka akan masuk ke lingkaran karma yang sama lagi.

    perlu kesadaran sang penyaksi untuk menyikapi fakta sejarah yang melibatkan beberapa ageman sekaligus ini........


    BalasHapus
  4. sing padha eling & waspada pesan orang bijak, prakteknya saya serahkan pada diri pribadi masing2, salam & salim. rahayu kang tinemu...

    BalasHapus
  5. kidung alamJuli 14, 2013

    Ki Sabdo Palon... kalau sekiranya boleh saya misalkan atau simbolkan seumpama program dalam dunia komputer. Dia semisal program anti virus. Program ini akan terus scanning dan menyerang virus. Deteksi virus yg merusak. Dia akan menyekap para durjana, khianat dan memasukkan mereka ke folder. Menunggu kepastian hukum atas virus itu yaitu re-cycle secara otomatis. Atau para ksatria yg akan "membunuh" atas nama dan perintah Tuhannya. Sesungguhnya bukan mereka yg membunuh tetapi Allah lah yg membunuh.
    Maka bagi para virus yg merusak dunia bersiaplah untuk diseret dan disekap ke gunung Lawu atau kemana saja mereka lakukan sesuai kehendak Tuhan.
    Lalu bagaimana bentuk virus komputer di dunia ini?.
    Dan bagaimana bentuk anti virus di dunia nyata ini?.
    Anti virus di dunia nyata menjadi tak ada dan hilang dari kesadaran ketika tak ada sang ksatria yg men-download. Mengakses. Dan menjalankan program itu.
    Walaupun kenyataan program itu bisa saja tetap menjalankan fungsinya. Tetapi tak berarti apapun bg sang pelaku yg menjalankan komputer itu. Program komputer itu gaib dan tak ada sampai menampilkan bentuk di layar komputer. Sebagai tanda kehadiran dan keberadaan mereka. Maka demikianlah Ki Sabdo Palon keadaannya dan permisalannya. Ketika program anti virus itu telah aktif maka banyak tanda simbol lambang akan dimunculkan alam ke layar kesadaran mereka.
    Bentuk kehadiran mereka. Sehingga sang ksatria bisa mebgakses dan menjalankan sebagian tugasnya menekan tombol eksekusi. Jalankan. Dan biarkan alam bekerja dg caranya.
    Sehingga bagi yg mengerti tak lagi dibingungkan oleh bentuk dan tampilan program (ki sabdo palon) di layar.
    Dia harus mempertahankan wujud kehadirannya di alam kesadaran manusia. Agar manusia mau memperbaiki diri semacam early warning system. Dan itu lebih baik bagi sebagian manusia yg sadar (ksatria). Agar membuktikan (ujian/test) untuk ikut mengambil peran bagi peningkatan spiritual mereka. Membersihkan jiwa mereka. Sehingga mencapai harmoni diri dan alam. Demikianlah perlambang dan simbol dr kalimat yg ingin kusampaikan. Mungkin sekedar angan dan khayal semata. Namun pasti akan menjadi realitas dan ketentuan bagi yg diberi tugas. Untuk menjalankan program ini. Karena dialah yg mampu membaca tampilan di layar atas perintah eksekusi program ini. Maka janganlah ragu bagi yang terpilih. Kesudagannya bagi dia yg terpilih dan telah membaca bukti nyata di hadapan kesadarannya. Tunggulah dialah yg pertama diseret dan dihancurkan program ini demi kelancaran program ini. Program ini memiliki batas waktu. Sehingga membolehkan "andil" para ksatria berperan sbg penghormatan tertinggi dr alam kpd mereka. Namun kalau mereka lari. Maka program ini akan di set ke default. Otomatis. Run. Execute.
    Demikianlah kabar alam. Aah.... mungkin inpun hanya isapan jempol bagi sebagian besar manusia. Sampai mereka dinampakkan dlm wujud kesadaran saat program ini telah berjalan. Dan saat itu telah terlambat. Sekiranya mereka dikembalikan ke kondisi semula. Demikian doa mereka sbgmn dijelaskan dlm kitab suci.
    Dengan memohon maaf yg dlm sekiranya salah mengambil permisalan.
    Memohon ampun kpd Tuhan kalau salah membaca informasi dlm kidung yg dilantunkan dlm gelombang alam.
    Informasi kidung megatruh di alam.
    Kidung pralaya..
    Kudung yudha...
    Kudung alam dalam nyanyinya yg khusyu..
    Patuh menyanyikan kidung itu setiap saat
    Sehingga ada yg mau menyimak beritanya...
    Salam sejahtera untuk para ksatria...
    Bulatkan tekad...
    Suatu saat kaupun akan mati..
    Semua tengah menunggu..
    Menunggu kebenaran disingkap oleh Tuhanmu
    Dan matamu jauh lebih tajam dr cahaya
    Sehingga dinampakkan kenyatasn (kebenaran) itu...
    Masihkah ada sebetik keraguan...
    Janji Tuhan iti pasti....
    Mari kita dengarkan kidung alam bersama...
    Mungkin kita mampu membaca pesan alam..
    Bila kau yg dipilih alam...
    Gending alam itu terus mengalun...
    Gelombang itu semakin mendekat...
    Saat ini tengah mengucap selamat bertugas
    Menetapi takdirnya
    Nenjalankan urusanNya...
    Salam sejahtera untukmu sang ksatria alam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Subhanalloh..

      Terima kasih saudaraku, sungguh sebuah perumpamaan yang pas sekali. Allah hu akbar. Allah senantiasa senatiasa menunjukkan hikmah kejadian, melalui hamba-hamba jua, menjadi bukti bahwa Allah amat dekat.

      Teriring salam sejahtera,

      salam

      Hapus
  6. Saudaraku...sungguh indah Kidung2mu
    Nuansa Rahsa terbetik dari symbol kata yang engkau ungkapkan
    Kini...senandung puji dan do'a telah kukirimkan kepada alam
    Sebagai kabar betapa diri ini telah berserah tuk menapaki takdirnya
    Keraguan yang selama ini terus meliputi kesadaran di raga terkini
    Telah berganti menjadi tekad yang wingit dan sakti seteguh budhi,budha,rasa dalam jiwa pribadi nan suci.

    Seandainya ruang dan waktu masih terus menjadi hijab
    Seandainya semesta masih belum menyerukan atas kehendak-Nya
    Raga ini akan tetap terus meniti jalan-Mu
    Sebagai wujud abdi yang menyerahkan segenap jiwa raganya
    Dengan kepasrahan dan keikhlasan bersama jati dirinya...
    Hingga terdengar kidung alam sebagai saksi dan menyaksikan
    Bahwa tugas kesatria telah ada dalam genggamannya

    BalasHapus
  7. Kenyataan antara cerita di atas dan yang akan terjadi , kemungkinan besar terjadi menjelang pilpres 2014, dimana Sang Muhaqiqin Sabdo Palon dan pasukan dahyangnya akan mengahbisi separuh penduduk jawa yang tiada punya jiwa manusia, sebagaimana janjinya 500 an th yang lalu dimulai adanya kerusuhan besar dari Merak sampai Banyuwangi dan daerah lain di Nusantara, sesuai ucapan Prabu Jayabaya dalam ramalannya, dan akhirnya seorang satria piningit, entah jokowi atau anak Soekarno dari orang pasundan akan memipin Indonesia baru dalam bentuk Gabungan Kesultan Indonesia Baru (spt Kekhalifahan Islam di Nusantara).Semua telah ditakdirkan Nya, para Pasukan Al Mahdi, yang terdiri dari Waliyullah dan Kaum Muhaqiqin dari berbagai agama lain dan kepercayaan akan berhadapan dengan Pasukan Dajjal Zionis Internasional yang sejak jaman VOC telah menanamkan kukunya di seantero Nusantara, Maka Pertempuran ini bagai Perang Batara Yudha, atau Perang Armagedon, yang didahului di Indonesia dan berlanjut ke Timur Tengah., Wallahu alam bi sawwab.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga Tuhan, melindungi bangsa ini. Menyelamatkan orang-orang yang memang layak 'selamat'

      salam

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali