Kisah Spiritual, Sabda Sang Penggugat (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 2-5)
“Iya mas.., alhamdulillah saya baik2.. Rasanya rasa lelah itu sirna saat bisa menyelesaikan amanah. Tdk ada rasa lelah sedikitpun..Yag ada hanya rasa takjub dgn kuasaNya..Sampe skrg..Msh terbayang saat kita bertiga dikelilingi beribu2…Pasukan nya. Para petinggi ghaib hadir dan bergabung dgn kita..Sulit diterima dgb akal sehat. Tp itulah realita yg dihadapi saat itu. Bahagia bs melaksanakan tugass..Walau belum tuntas akhirnya."
Pesan pendek itu diiterima Mas Thole belum lama ini, satu
hari setelah selesai prosesi di Grojogan Sewu. Pesan dari raga terkini dari
Putri Anarawati. Dia telah kembali kepada kesadaran terkininya. Ada rahsa lega
yang tidak bisa diungkapkannya disini. Beban ratusan tahun lamanya menyoal
pertanggung jawaban perihal ini terus saja menghantui. Bagaimana dirinya akan
menyampaikan hal ini kepada lainnya yang tidak mengerti ?. Sulit rasanya orang
untuk percaya atas tugas yang disandangnya ini. Pengalaman mistis dan ghaib
yang ditujukan untuk mempersiapkan raganya menghadapi peristiwa kemarin itu
sering di salah artikan, baik oleh keluarganya atau rekan-rekannya sendiri.
Mengapakah pertemuan
tersebut mampu mengubah jalannya peradaban bangsa ini. Mengapakah kisah yang dibangun sepertinya
terus membayangi kesadaran-kesadaran orang Jawa ?. Banyak sekali orang-orang
yang kemudian menafsirkannya sendiri, membuat rekaan-rekaan tentang hal ini. Seperti
apakah sosok Sabdo Palon dengan sabdanya yang sakti itu ?. Siapakah sebenarnya
Putri Anarawati dan siapakah satria alam yang ditunjuk untuk menghantarkan sang
putri itu. Maka pertanyaan tersebut telah terangkai dalam kisah-kisah spiritual
Mas Thole, yang mencoba memaknai kejadian dengan hikmah di dalamnya.
Berulangkali kesadaran Mas Thole mencoba menerobos alam-alam kesadaran, mencari
jejak pelakunya sendiri. Hingga beberapa kali sang Sabdo Palon datang sendiri
untuk memberikan pemahaman yang tidak dimengertinya. Maka untuk itulah kisah
ini disajikan, memberikan kisah pembanding dari kisah-kisah lainnya yang sudah
ada dalam kesadaran kolektif orang-orang jawa. Inilah kisahnya.
Sabda Sang
Penggugat
Nan
Aluih..
Siapakah yang belum mendengar perihal sumpah Sang Sabdo Palon ini ?.
Sumpah pati, sebab dia sendiri yang akan mencabuti nyawa anak keturunan orang Jawa.
Hh..hh..siapakah yang tidak giris hati ?. Dia penguasa para Danhyang, maka setan dan perewangan akan tunduk dalam perintahnya. Kini pasukannya telah merasuki raga orang-orang jawa, semua tinggal menunggu titahnya saja. Benarkah dia sekejam ini ?
Siapakah yang belum mendengar perihal sumpah Sang Sabdo Palon ini ?.
Sumpah pati, sebab dia sendiri yang akan mencabuti nyawa anak keturunan orang Jawa.
Hh..hh..siapakah yang tidak giris hati ?. Dia penguasa para Danhyang, maka setan dan perewangan akan tunduk dalam perintahnya. Kini pasukannya telah merasuki raga orang-orang jawa, semua tinggal menunggu titahnya saja. Benarkah dia sekejam ini ?
Pohon Jati daunnya rimbun, dahannya menjuntai sampaidi sebelah sana. Di
bawahnya air seperti kaca tertampung dalam sebuah sendang.
Sendang Drajat, bagai bejana pualam suargaloka.
Angin berdesir halus menyapu telinga.Bulan memantulkan cahaya diatas permukaan malamnya. Tampaklah sesosok wajah disana , terlihat letih dan tua.
Dicobanya tersenyum melebar, gempuran halus di dada memaksanya untuk tetap perkasa. Diiringi helaan nafas memberat, dihembuskannya berulang kali, perlahan naik turun ke dada. Tiba-tiba, ditepuknya permukaan air perlahan dengan tangan kanannya. Pyaarrr...!. Karuan saja,
air memercik, terciprat membasahi wajahnya, dada yang setengah agak telanjang turut basah karenanya.
Masih terus dilakukannya beberapa kali tepukan. Mungkin sekedar hanya ingin
mengurangi beban di dada. Kemudian sesaat
dia tertengadah ke langit, membentak angkasa dengan sekuat tenaganya. “Aaarghhh...!.” Gelegar suara mengagetkan seluruh binatang malam
disana. Riuh rendah suara mereka , berhamburan, berusaha untuk lari menjauh dari
sumber suara. Kemudian selang beberapa menit, sejenak sepi, tiba-tiba dia terkikih
dan terkekekeh, sepert iterdengar akan menangis namun urung, sepertinya juga akan
tertawa, malah menjadi lengkingan yang
menyayat hati. Sosok itu bagai siluman yang sedang tersakiti. Lihatlah betapa dia
terluka, menengadahkan kepala, seperti mengsiyaratkan apa boleh buat, kepada
langit dia bicara.
Kemudian dalam desahnya, dirinya tertunduk lusuh, nampaknya tengah menahan beban
laksaan kati yang memberat di pundak dan membuat sesak dadanya. Nafasnya satu-satu,
seperti memilin angin disana, menjadi mati, karenanya suara nafas beratnya terdengar
sampai ratusan meter. Suasana lengang sekali, alam dalam diamnya, pepohonan dan daun-daunnya seperti beku tak bergerak,
mereka diam seperti mengerti akan kegundahan sosok itu. Lirih sekali
dia seperti mengulang-ulang kalimatnya itu.
“Bebaya ingkang tumeka,
Waratasa Tanah Jawi, Ginawekang paring gesang, Tan kenging dipunsinggahi, Wit
ing donya puniki, Wontening sakwasanipun, Sedaya pra Jawata, Kinaryaa mertandhani,
Jagad ikiyektiana kang akarya.”
(Bencana yang mendatangi tersebar seluruh tanah Jawa.Itu sudah kehendak Tuhan tidak mungkin disingkiri lagi.Sebab dunia ini ada ditanganNya. Hal tersebut sebagai bukti bahwa sebenarnya dunia ini ada yang membuatnya-pen)
Resahnya telah menyundul langit !. Membuat alam pegunungungan hutan Gunung
Lawu semakin mistis saja. Siapakah sosok misterius itu. Ada apakah dengan
dirinya sehingga keadaannya menjadi seperti sangat nelangsa begitu. Orang
mungkin akan banyak mengenal namanya ketimbang rupanya. Wajahnya sedikit
membulat dengan tatapan agak mendongak, dagunya terkesan kuat dan jenggot
panjang menjuntai hampir menyentuh dadanya. Badannya tidak terlalu tinggi.
Perawakan sebagaimana rakyat jelata saja. Tidak ada yang istimewa. Namun jika
didekati lebih seksama, sangat terlihat jelas dahinya yang memancarkan sinar
kuat sekali di pelipisnya, seperti ada pusaran cahaya di keningnya, tepat
diatas diantara alis matanya. Sorot matanya tajam, kadang teduh, kadang kuat
menyelusup bagai sebilah pedang es, yang dingin menembus tulang. Punggung agak
membungkuk, sehingga di berjalan seperti ada punuknya. Sebatang tongkat yang
diujung atasnya seperti terdapat bola dunia. Ditebusi oleh gagang tongkat yang
terus memancarkan sinarnya ke langit. Ya benar dialah sosok kontraversial Ki Sabdo Palon.
Kalimat tersebut diatas terus diulang-ulang, nyaris menjadi hanya gumaman saja.
Ada penyesalan yang sangat dalam. Membayangkan bahwa dirinya tidak diberikan
kesempatan lagi untuk mengasuh anak momongan di tlatah Jawa ini untuk kurun
waktu beberapa abad ke depan. Dia mengerti kesadaran anak-anaknya.
Kesadaran yang diturunkan dari peradaban atlantis nenak moyangnya. Dia paham
benar bagaimana keadaan itu. Ada guratan kesedihan yang begitu dalam, nampak
jelas dalam mata batinnya, apakah nanti yang bakalan terjadi di tlatah
Jawa. Ya, bencana demi bencana, manusia
akan memakan anak-anaknya, bumi akan terus begolak. Ssebagaimana dulu benua
atlantis yang ditenggelamkan. Terbayang bagaimana nanti anak cucunya yang bagai
laron-laron mati di pinggir jalan. Berterbaran terbawa angin. “Hh...hh..” Tidak
ada yang mengerti betapa gundahnya dirinya akan hal ini. Dia mendesah lagi.
Begitu beratnya beban pikirannya. Maka dapatlah dimengerti saking-saking kesalnya pada pertemuan sore
hari tadi dirinya sempat murka bahkan mengeluarkan sumpah pati, “SUMPAH SABDO
PALON”. Dia kesal Prabu Brawijaya V tidak mampu melihat hakekat yang
sebenarnya.
Masih jelas dalam bayangan fikirannya saat mana sore hari tadi dirinya sempat
berdebat sangat keras dengan Sang Prabu Brawijaya V. Momongan yang sudah diasuh sejak
dari kecil. Momongan yang sudah menjadi darah dagingnya sendiri. Apa yang disergahnya adalah bagian dari amar makruh
nahi mungkar. Adalah sebuah keyakinan yang hak atas hakekat kehidupan itu sendiri.
Dia merasa menyesal sekali harus bicara keras kepada anak asuhannya itu.
Mengapa Gusti Prabu
Brawijaya V tidak mampu melihat bahwa jika pengajaran agama hanya sebagaimana
pengajaran ilmu pengetahuan biasa yang harus dihapalkan di kepala, nanti pada gilirannya
akan ~ hilanglah hakekat
pengajarn agama itu sendiri, (yaitu)
pengajaran yang hakekatnya lebih menitik beratkan kepada pengajaran hati nurani. Pengajaran budhi pekerti lama kelamaan akan hilang dari kesadaran
anak-anak Jawa. Bukankah Rosul itu sendiri diturunkan untuk menyempurnakan
akhlak manusia. Bukankah akhlak manusia bertumpu kepada pengajaran hati nurani.
Kepada pengajaran Budhi Luhur. Ajaran Budhi yang telah dipilih dan dipilah oleh Leluhur tanah Jawa ini yang tentu saja lebih pas di bumi tanah Jawa ini. Mengapa
kesadaran padang pasir ingin diterapkan secara membabi buta di tanah ini ?.
“Bukan, bukan dia menolak agama
Islam.” Sang
Sabdo Palon cepat-cepat
menyergah, dia ingin meluruskan dan menegaskan hal ini. Agar
jangan sampai anak keturunan Jawa salah mengerti. Sebagai seorang yang sudah tinggi makrifatnya dia tidak
mungkin melakukan itu. Inilah salah
kaprah yang dipolitisir segolongan manusia untuk kepentingan mereka. Dia hanya
ingin memberikan pandangan waskitanya. Bahwa dengan model dan cara Islam yang
dipaksakan itu maka manusia nantinya hanya
akan sibuk dengan baju-baju (Islamnya) yang
mereka kenakan itu. Mereka akan meributkan soal baju luarnya
saja. Mereka lupa hakekat beragama itu
sendiri. Mereka nanti akan jarang yang kemudian menata hati mereka. Anak keturunan Jawa akan
kehilangan Jiwa sejatinya, rahsa sejati, sebagai orang ber-jiwa akan musnah.
Sebab mereka akan selalu melihat baju orang lainnya. Mereka akan saling bunuh
membunuh jika baju orang lain yang dikenakan tidak sama dengan mereka itu. Inilah
yang sangat dikhawatirkannya.
Jika sudah mengerjakan syariat (Baca; sholat) , sudah
mengerjakan puasa, zakat dan tetek bengek lainnya. Mereka merasa sudah
sempurna, mereka tidak peduli atas niat mereka. Justru inilah kesalahan masa
lalu para leluhur yang mestinya diperbaiki. Lurus dengan niat hanya kepada
Gusti Pangeran, kepada Allah, itulah yang harus ditata terlebih dahulu atau
dalam pemahaman Islam sendiri adalah tauhid “La
ila ha ilallah". Bukannya mengurusi baju-baju yang
dikenakan oleh satu dan lainnya. Hakekatnya inilah yang terus digaungkan Sang
Sabdo Palon. Manusia yang ber-serah harus mampu memaknai baik dan buruk.
Lihatlah keadaannya sekarang ini, syariat akhirnya menjadi ajang ‘riya’ dan pamer diantara mereka saja. Kemudian
karena itu mereka akan menista umat lainnya.
Mereka nanti akan saling memamerkan baju mereka yang dalam anggapan mereka
adalah baju kebenaran. Setelahnya baju
mereka itulah yang akan mereka anggap paling suci. Syariat bagi mereka akan
menjadi tolak ukur kesucian hati manusia. Mereka nantinya akan mengangkangi
surga menjadi milik mereka saja. Maka anak-anak Jawa menjadi anak yang paling
malang di dunia ini. Sebab mereka nanti akan lupa bahwasanya SURGA DAN NERAKA
adalah HAK Allah semata. Tidak ada satupun makhluk yang mampu mencampuri
urusan-Nya dalam hal yang satu ini. Semua
adalah KEHENDAK-NYA. Betapa perihnya Sabdo Palon saat harus menguraikan hakekat
ini. Dia merasa bahwa upayanya telah gagal, untuk mengingatkan Sang Prabu
Brawijaya V. Dia paham benar masalah hati. Masalah niat ini.
Dalam kesedihannya itu Sabdo Palon
hanya mencercau saja. Akhir kalimat yang dikutipkan diatas itulah yang diulang-ulang oleh Sang sabdo Palon sebelum
menghilang dari kegelapan. Rangkain
kalimat yang sepertinya ditujukan untuk anak turunannya jaman ini. Yaitu jaman setelah lewat 500
tahun dari kejadian itu. Kalimat itu terus bergaung, seperti menjadi sebuah
menjadi sebuah rangkaian pemahaman spiritual Mas Thole saat kemarin setelah pertemuan akbar di Grojogan Sewu. Entah kebetulan atau lainnya. Selang satu hari, di hari
selasa (2/7) beberapa daerah di nusantara di hantam gempa, di aceh hingga 6.2
skalarichter (2/7). Bahwa bukan Sabdo
Palon yang berbuat seperti itu, semua hakektnya adalah kehendak
Allah semata. Dia hanyalah pelaku, dia hanyalah wayang yang sedang
dimainkan-Nya. Dia harus membunuh sebagaimana Nabi Khidir kala itu membunuh.
Apakah bakteri pembusuk akan disalahkan sebab dimimbulkan bau yang busuk ?.
Jika tidak ada bakteri pembusuk maka sudah penuhlah dunia ini dengan bangkai.
Maka semacam itulah peran dirinya. Dia akan memakan jiwa-jiwa yang terlalu, dan
memberikannya kepada setan gentayangan, jauh sebelum ajal datang kepada diri
mereka. Agar mansuia tahu bahwa sesungguhnya azab-Nya sangat pedih.
Kabut asap, penyakit pernafasan dan kulit menyerang. Langit Jakarta mulai menggelap. Hujan
terus saja mengguyur beberapa hari ini. Syukur Alhamdulillah paku bumi sudah
selesai tertancap di seputar Jakarta dan juga lainnya. Sayangnya karena
keterbatasan daya dan dana wilayah Aceh dan sekitarnya belum mampu di jangkau
oleh para kesatria. Maka hanya berserah dan memohon belas kasihan-Nya saja
dalam doa agar alam tidak bergolak lagi. Perhatikanlah meski hujan hebat menerjang
kejadiannya tidaklah seperti di awal tahun sebelum di pasangnya paku bumi.
Sungguh itu nikmat dari Allah adanya. Hanya untuk menambah keyakinan bagi para
kesatria atas lakunya saja. Para
kesatria lainnya juga mengkabarkan kepada Mas Thole, mereka selalu menerima tanda-tanda
dari alam sebelum bencana terjadi bahkan gempa-gempa yang
terjadi selalu diinformasikan sebelumnya oleh alam sendiri. Rasanya
semua seperti kebetulan saja. Kembali disini hanyalah
dalam tataran kesadaran dan keyakinan para kesatria. Sungguh berat memaknai
ghaib dan realitas, semua terangkai seperti kebetulan adanya.
Adakah kisah ini menjawab
perihal spekulasi siapakah sesungguhnya tokoh misterius ini ?. Siapakah sang Sabda Palon
?. Mas Thole hanya bergumam, “Biarlah
kisah itu sebagaimana keadaannya saja, biarkan manusia dengan pemahamannya
sendiri-sendiri.” Sudah ribuan orang
yang mengkhabarkannya, sudah jutaan orang yang membacanya, dan tak terbilang
jumlahnya orang yang selalu pro dan kontra. Sungguh biarpun di khabarkan
kebenaran ini, manusia akan tetap dalam keyakinan dan dimensi kebenaran mereka
sendiri. Maka kembalinya kisah ini hanyalah untuk menambah keyakinan diri Mas
Thole saja. Yaitu bagaimana seharusnya meletakkan pemahaman antara ghaib dan
realitas. Kini dirinya harus meyakini bahwasanya ghaib dan realitas adalah satu
kesatuan. Sebagaimana hubungan program software computer dengan tampilan di
layar monitornya. Sesuatu yang tidak mungkin dipisahkan. Jika programnya salah,
maka salah pula tampilannya, tidak sebagaimana yang dimaksudkan. Maka jika
dirinya dan para kesatria tidak datang kesana, maka tentu saja akan lain lagi
jalannya cerita di alam mayapada ini.
Maka kisah ini akan terus
digulirkan , uuntuk menyingkap rahasia di balik sebuah peristiwa dan selanjutnya
mengurai hikmahnya. Sebagaimana methodology al qur an yang senantiasa terus
mengajak umat manusia menelusuri peradaban bangsa-bangsa sebelumnya dengan
kisah-kisanya. Kisah mereka yang akan selalu up to date. Kisah tentang harta,
tahta, wanita, rahsa di jiwa yang terlibat di dalamnya. Bagaimana kekuatan hati
mereka semua mampu lepas dari kemelekatan diri mereka atas hal tersebut. Semua
menjadi teladan dan contoh untuk kita semua. Bagaimnakah para leluhur kita saat
mengalami kejadian tersebut. Kemudian kita bandingkan dengan kisah-kisah para nabi. Maka
diantara itu kita akan menemukan pembeda. Kekuatan hati untuk tetap di
jalan-Nya. Itulah pembeda dari seluruh kisah-kisah anak manusia.
“Maka kenalilah
hatimu, kenalilah dirimu, kenalilah sleuruh instrument ketubuhanmu, maka engkau
akan mengenal siapakah sesungguhnya Tuhanmu.”
Begitulah hikmah dari kisah-kisah ini
dihantarkan.
wolohualam
wolohualam
Saya merasakan Sabdo Palon tidaklah menentang Islam, yang dia tentang adalah kebobrokan akhlaknya.
BalasHapusBagi penganut agama manapun, Hindu, Budha, maupun Islam, saat akhlak pelakunya bobrok, maka akan membuat kerusakan di muka bumi. Al Quran menyebutnya Kafir. Jadi Kafir bukanlah status penganut non Muslim, namun perbuatan merusak Buminya. Ada Shabiin (penyembah bintang), ada ahli kitab, yang jika beriman kepada Allah, jangan bersedih hati (Al-Baqarah).
Apapun jalan yang manusia pilih, dengan takdir ageman saat ini, selama dalam hati bersih selalu meminta petunjuk Kebenaran dari Al-Haqq, dari Sang Pencipta (apapun sebutanNYA)...maka jalanilah dengan penuh penerimaan dan syukur, terus berserah dan memohon kepada Allah. Maka Allah berjanji akan menunjukkan jalan-jalanNYA.
Begitulah Sang Sabdo Palon MENGAMINI....Demikianlah para Ksatria
Wallohualam
Para Ksatria, untuk mengenali diri ini tidak usah rumit-rumit, rasakan saja, alami, sadari, dengan sebelumnya berniat kepada Allah untuk Iqro, dan juga mensyukuri nikmatNYA....lakukan saja meski sebentar tapi rutin...hari ini menyadari kepala, besok ya rambut, ya besok otak, ya mata...dst...sambil ngalir saja...biar Allah sendiri yang mengajarkan pemahaman dariNYA. kita tidak usah berpikir dengan otak ini, kita menyadari, bersaksi dan berserah. Insya Allah.
BalasHapusSemoga para Ksatria mampu menjadi saksi atas semua kejadian sejarah.
BalasHapusSaksi adalah yang menyaksikan....bukan pelaku kesalahan tersebut lagi...sebagai saksi akan ada pembelajaran....
saksi adalah pengamat yang mampu untuk melihat kejadian masa lalu apa adanya, tidak ada penghakiman tidak ada menyalahkan sehingga mampu belajar. sekali terjebak untuk menghakimi maka akan masuk ke lingkaran karma yang sama lagi.
perlu kesadaran sang penyaksi untuk menyikapi fakta sejarah yang melibatkan beberapa ageman sekaligus ini........
sing padha eling & waspada pesan orang bijak, prakteknya saya serahkan pada diri pribadi masing2, salam & salim. rahayu kang tinemu...
BalasHapusKi Sabdo Palon... kalau sekiranya boleh saya misalkan atau simbolkan seumpama program dalam dunia komputer. Dia semisal program anti virus. Program ini akan terus scanning dan menyerang virus. Deteksi virus yg merusak. Dia akan menyekap para durjana, khianat dan memasukkan mereka ke folder. Menunggu kepastian hukum atas virus itu yaitu re-cycle secara otomatis. Atau para ksatria yg akan "membunuh" atas nama dan perintah Tuhannya. Sesungguhnya bukan mereka yg membunuh tetapi Allah lah yg membunuh.
BalasHapusMaka bagi para virus yg merusak dunia bersiaplah untuk diseret dan disekap ke gunung Lawu atau kemana saja mereka lakukan sesuai kehendak Tuhan.
Lalu bagaimana bentuk virus komputer di dunia ini?.
Dan bagaimana bentuk anti virus di dunia nyata ini?.
Anti virus di dunia nyata menjadi tak ada dan hilang dari kesadaran ketika tak ada sang ksatria yg men-download. Mengakses. Dan menjalankan program itu.
Walaupun kenyataan program itu bisa saja tetap menjalankan fungsinya. Tetapi tak berarti apapun bg sang pelaku yg menjalankan komputer itu. Program komputer itu gaib dan tak ada sampai menampilkan bentuk di layar komputer. Sebagai tanda kehadiran dan keberadaan mereka. Maka demikianlah Ki Sabdo Palon keadaannya dan permisalannya. Ketika program anti virus itu telah aktif maka banyak tanda simbol lambang akan dimunculkan alam ke layar kesadaran mereka.
Bentuk kehadiran mereka. Sehingga sang ksatria bisa mebgakses dan menjalankan sebagian tugasnya menekan tombol eksekusi. Jalankan. Dan biarkan alam bekerja dg caranya.
Sehingga bagi yg mengerti tak lagi dibingungkan oleh bentuk dan tampilan program (ki sabdo palon) di layar.
Dia harus mempertahankan wujud kehadirannya di alam kesadaran manusia. Agar manusia mau memperbaiki diri semacam early warning system. Dan itu lebih baik bagi sebagian manusia yg sadar (ksatria). Agar membuktikan (ujian/test) untuk ikut mengambil peran bagi peningkatan spiritual mereka. Membersihkan jiwa mereka. Sehingga mencapai harmoni diri dan alam. Demikianlah perlambang dan simbol dr kalimat yg ingin kusampaikan. Mungkin sekedar angan dan khayal semata. Namun pasti akan menjadi realitas dan ketentuan bagi yg diberi tugas. Untuk menjalankan program ini. Karena dialah yg mampu membaca tampilan di layar atas perintah eksekusi program ini. Maka janganlah ragu bagi yang terpilih. Kesudagannya bagi dia yg terpilih dan telah membaca bukti nyata di hadapan kesadarannya. Tunggulah dialah yg pertama diseret dan dihancurkan program ini demi kelancaran program ini. Program ini memiliki batas waktu. Sehingga membolehkan "andil" para ksatria berperan sbg penghormatan tertinggi dr alam kpd mereka. Namun kalau mereka lari. Maka program ini akan di set ke default. Otomatis. Run. Execute.
Demikianlah kabar alam. Aah.... mungkin inpun hanya isapan jempol bagi sebagian besar manusia. Sampai mereka dinampakkan dlm wujud kesadaran saat program ini telah berjalan. Dan saat itu telah terlambat. Sekiranya mereka dikembalikan ke kondisi semula. Demikian doa mereka sbgmn dijelaskan dlm kitab suci.
Dengan memohon maaf yg dlm sekiranya salah mengambil permisalan.
Memohon ampun kpd Tuhan kalau salah membaca informasi dlm kidung yg dilantunkan dlm gelombang alam.
Informasi kidung megatruh di alam.
Kidung pralaya..
Kudung yudha...
Kudung alam dalam nyanyinya yg khusyu..
Patuh menyanyikan kidung itu setiap saat
Sehingga ada yg mau menyimak beritanya...
Salam sejahtera untuk para ksatria...
Bulatkan tekad...
Suatu saat kaupun akan mati..
Semua tengah menunggu..
Menunggu kebenaran disingkap oleh Tuhanmu
Dan matamu jauh lebih tajam dr cahaya
Sehingga dinampakkan kenyatasn (kebenaran) itu...
Masihkah ada sebetik keraguan...
Janji Tuhan iti pasti....
Mari kita dengarkan kidung alam bersama...
Mungkin kita mampu membaca pesan alam..
Bila kau yg dipilih alam...
Gending alam itu terus mengalun...
Gelombang itu semakin mendekat...
Saat ini tengah mengucap selamat bertugas
Menetapi takdirnya
Nenjalankan urusanNya...
Salam sejahtera untukmu sang ksatria alam
Subhanalloh..
HapusTerima kasih saudaraku, sungguh sebuah perumpamaan yang pas sekali. Allah hu akbar. Allah senantiasa senatiasa menunjukkan hikmah kejadian, melalui hamba-hamba jua, menjadi bukti bahwa Allah amat dekat.
Teriring salam sejahtera,
salam
Saudaraku...sungguh indah Kidung2mu
BalasHapusNuansa Rahsa terbetik dari symbol kata yang engkau ungkapkan
Kini...senandung puji dan do'a telah kukirimkan kepada alam
Sebagai kabar betapa diri ini telah berserah tuk menapaki takdirnya
Keraguan yang selama ini terus meliputi kesadaran di raga terkini
Telah berganti menjadi tekad yang wingit dan sakti seteguh budhi,budha,rasa dalam jiwa pribadi nan suci.
Seandainya ruang dan waktu masih terus menjadi hijab
Seandainya semesta masih belum menyerukan atas kehendak-Nya
Raga ini akan tetap terus meniti jalan-Mu
Sebagai wujud abdi yang menyerahkan segenap jiwa raganya
Dengan kepasrahan dan keikhlasan bersama jati dirinya...
Hingga terdengar kidung alam sebagai saksi dan menyaksikan
Bahwa tugas kesatria telah ada dalam genggamannya
Kenyataan antara cerita di atas dan yang akan terjadi , kemungkinan besar terjadi menjelang pilpres 2014, dimana Sang Muhaqiqin Sabdo Palon dan pasukan dahyangnya akan mengahbisi separuh penduduk jawa yang tiada punya jiwa manusia, sebagaimana janjinya 500 an th yang lalu dimulai adanya kerusuhan besar dari Merak sampai Banyuwangi dan daerah lain di Nusantara, sesuai ucapan Prabu Jayabaya dalam ramalannya, dan akhirnya seorang satria piningit, entah jokowi atau anak Soekarno dari orang pasundan akan memipin Indonesia baru dalam bentuk Gabungan Kesultan Indonesia Baru (spt Kekhalifahan Islam di Nusantara).Semua telah ditakdirkan Nya, para Pasukan Al Mahdi, yang terdiri dari Waliyullah dan Kaum Muhaqiqin dari berbagai agama lain dan kepercayaan akan berhadapan dengan Pasukan Dajjal Zionis Internasional yang sejak jaman VOC telah menanamkan kukunya di seantero Nusantara, Maka Pertempuran ini bagai Perang Batara Yudha, atau Perang Armagedon, yang didahului di Indonesia dan berlanjut ke Timur Tengah., Wallahu alam bi sawwab.
BalasHapusSemoga Tuhan, melindungi bangsa ini. Menyelamatkan orang-orang yang memang layak 'selamat'
Hapussalam