Kisah Spiritual, Pertemuan Alam Ghaib (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 1-5)


Grojogan Sewu. Memasuki waktu maghrib. Minggu malam (30/6). Terdengar langkah-langkah kecil menaiki anak tangga. Mereka seperti berbincang diantara mereka sendiri. Gerbang utama telah ditutup, namun mereka  sepertinya tak peduli. Langkah mereka berbelok naik keatas sebelum pintu gerbang. Jalan setapak hampir tak kelihatan. Gelap sudah mulai menghalangi pandangan. Seorang wanita, dan tiga orang laki-laki terlihat  berusaha menerobos masuk kesana melalui jalan samping. Pagar kawat berduri mereka lewati. Mereka harus merangkak agar tidak terkena kawat berduri. Sebentar saja, sampailah mereka di jembatan. Sebuah sungai kecil penuh bebatuan nampak terlihat. Mereka berhenti sebentar kelihatan ragu. Dan terlihat diskusi. Salah satu lelaki setengah baya berkata kepada lainnya, terutama perkataannya ditujukan kepada rekan wanitanya, “Inikah tempatnya, saya merasa disini juga cukup, tapi coba mohon petunjuk Ibunda Ratu Kidul !.”

Waktu menginjak maghrib. Suara binatang malam mulai terdengar. Pepohonan yang tinggi menjulang di kanan kiri, menambah wingit suasana. Sementara kedua lelaki diantara mereka asyik memperhatikan seputar tempat itu, konon sampai saat ini tempat tersebut memang masih sering digunakan oleh orang-orang untuk melakukan ritual olah batin. Mereka berendam tak jauh dari tempat mereka berdiri, diantara belukar searah air mengalir. Begitu asyiknya mereka berbincang, perihal itu,  sampai mereka tidak memperhatikan lagi kepada rekan wanita mereka. Saat itu  wanita rekan mereka tersebut sedang mencoba diam hening, mencari petunjuk, mencoba menghubungi Ibunda Ratu Kidul. Kesadarannya menerobos ke alam dimensi lain, wanita tersebut tampak serius sekali.  Tidak sampai seperminuman teh, wanita itu dalam keadaan begitu. Mendadak, tiba-tiba saja  terlihat wanita tersebut melangkahkan kakinya menaiki tangga satu demi satu. Langkahnya seperti sangat ringan sekali. Sangat kontras dengan kondisi dan keadaan kesehatannya selama ini. Seperti ada sosok yang menuntunnya untuk meneruskan langkahnya itu. Diiringi suara aneh hewan-hewan yang mulai berceloteh sepertinya menangkap suasana yang tak biasa, wanita tersebut menaiki anak tangga keatas sendirian.

Kedua lelaki yang asyik berbincang, kontan saja tersentak, saat mereka tidak melihat wanita rekannya itu sudah tidak berada ditempatnya lagi. Pandangan mereka gelisah mencari, betapa kagetnya mereka, hampir saja teriakan terlontar untuk menahan gerak wanita itu. Namun ada bisikan kuat agar membiarkan saja laju langkah wanita itu naik keatas. Berjalan sendiri saja, mengabaikan mereka. Betapa mereka berdua tidak terperanjat, wanita yang disangkanya tengah meditasi ternyata sudah meninggalkan tempatnya berdiri. Sudah cukup jauh, hampir 50 meter menaiki anak tangga.  Dan semua yang berada di lokasi tersebut tidak menyadari kapan wanita tersebut perginya. Pohon-pohon yang tinggi menjulang ke angkasa tiba-tiba seperti hidup , bergerak kesana kemari. Sungguh aneh sekali. Katanya Prabu Brawijaya V yang menuntunnya, untuk meneruskan langkah kesana, sehingga dia terasa ringan sekali, berjalan menaiki tangga satu demi satu.

Khawatir akan keselamatan wanita itu mereka berdua berkejaran mengejar langkah wanita tersebut. “Aneh, mengapa bisa secepat ini langkah seorang wanita .“ Lelaki yang berkacamata rasanya membatin dalam dirinya sendiri saat telah berhasil menyamakan langkah dengan wanita tersebut. Sejenak mereka berdua  terdiam. Kemudian sekilas lelaki tersebut memperhatikan raut muka wanita itu. Aura aneh terlihat, kilatan mata yang tak biasa ditangkap lelaki itu. Melihat keadaan itu. Sejenak lelaki berkaca mata tersebut menghela nafas berat, disusunnya energynya untuk memasuki kesadarannya. Dalam mata batinnya, dia dapat melihat, nampaklah di gerbang pertama, diapit pohon tinggi dimensi alam ghaib terbentang. Alam kerajaan para jin disana. Maka klemudian disampaikanlah permintaan ijin dan salamnya, dia bersama pasukannya akan melintas.

Adakah petunjuk.?.” Bertanya lelaki ber-kaca mata tersebut , sambil mengiringi langkah wanita itu. Lelaki kedua juga sudah terlihat mampu menyamakan langkah. Dari tingkah lakunya bisa ditebak bahwa lelaki kedua adalah suami dari wanita tersebut. Saking tidak mampu menyembunyikan kekhawatirannya, berapa pertanyaan dilontarkan sekaligus kepada wanita tersebut. Namun hanya dijawab anggukan dan gelengan saja. Suasana memang benar-benar mistis terasa, beberapa kali lelaki ber kaca mata itu, tampak menggerakkan pundaknya, ada sesuatu yang memberati punggungnya. Dan tiba-tiba saja, hawa energy serentak meliputi dirinya, perisai badannya sedang terpasang, baju perangnya seakan dengan otomatis melindungi tubuhnya, sebagai isyarat bahwa daerah tersebut tidak bersahabat. Ada gerakan seperti naik turun punggung dilakukan beberapa kali, dilakukan oleh lelaki ber-kaca mata tersebut.

Siapakah mereka ?. Mas Thole dan kedua rekannya dari Palembang tengah dalam tugas alam menuju tempat pertemuan paling akbar sepanjang peradaban manusia, menyoal mitos dan legenda tanah Jawa,  tentunya  dalam dimensi kesadaran. Mereka tengah memenuhi janji mereka, Mas Thole bersama Anarawati datang kesana memenuhi janji  terhadap Sabdo Palon yang terkisah 500 tahun yang lalu. Sebuah kisah yang penuh misteri sebab setelahnya Sang Sabdo Palon, dikisahkan kemudian  mengucap sumpah sakti akan datang kembali ke bumi tanah jawa ini, dia akan kembali dan akan mengerahkan pasukannya para danyang untuk menghabisi anak manusia yang sudah tidak memiliki jiwa manusianya lagi. Begitulah sumpah yang hingga sekarang ini tetap menakuti siapa saja. Sumpah yang menyelusup dalam hati anak-anak orang Jawa. Untuk keperluan inilah kesatria diutus kesana, menyelesaikan sumpah dan janji pati atas bangsa jawa yang tergadai jiwanya disini.

Benarkah kisah ini terjadi ?. Legenda dan mitos tanah Jawa, selalu dilingkupi misteri antara realitas dan ghaib nyaris tidak berdimensi lagi. Benarkah undangan tersebut, apakah bukan semisal illusi saja. “Ugh..jika mereka tidak mengalami rahsa di badan mereka sendiri, mungkin saja mereka akan beranggapan begitu adanya. Ini hanya sebuah kisah mistos dan legenda saja.“ Begitulah batin Mas Thole sambil terus waspada. Mas Thole dalam suasana siap sedia atas apapun yang akan terjadi nanti.  Suasana gelap, dan adzan maghrib yang terdengar, ditambah dengan pohon tinggi menjulang, di kanan kiri sudah mulai bermunculan makhluk dan binatang malam, semakin menggiriskan hati mereka, bagaimana tidak khawatir akan keselamatan diri mereka sendiri ?. Apalagi mereka bukan sedang wisata, ada perintah alam ghaib yang harus mereka penuhi, sementara mereka sendiri tidak tahu apa-apa. Tubuh mereka adalah raga-raga masa kini, yang ringkih terkena angin malam.   Nampak nafas mulai tersengal , mereka harus mendaki anak tanggasatu satu  dan kemudian menuruni lembah menuju Grojogan Sewu.

Satu demi satu anak tangga mereka lalui. Di tengah perjalanan ada sebuah patung ular yang menjulur, menambah keangkeran di tempat itu pada saat malam hari. Binatang malam seperti jauh terdengar, namun juga seperti sangat dekat sekali di telinga. Mata batin Mas Thole terus mengawasi, berulang kali dirinya menguluk salam. Dia mengerti bahwa patung ular tersebut adalah batas dimensi alam ghaib berikutnya. Rupanya memasuki kompleks Grojogan Sewu seperti memasuki lapisan-lapisan alam ghaib. Di bagian depan , sebelum jembatan kecil pertama, alam dimensi kuntilanak, dan sebangsanya banyak sekali disana, mereka dengan sosok mata yang sayu memandangi saja. Di lapisan pertama, sengaja Mas Thole tidak menyapa , jika disapa biasanya mereka akan terus mengikuti. Maka Mas Thole kadang malas berurusan dengan mereka itu.

Setelah menuruni anak tangga , entah yang ke berapa, yang jelas lebih dari seribu anak tangga sudah dilewati. Mas Thole tidak menghitungnya, sebab dirinya terus sedang berhadapan dengan makhluk-makhluk penunggu disana. Putri Anarawati terus saja berjalan, kakinya ringan saja melangkah, wajahnya nampak misterius sekali. Akhirnya setelah perjalanan hampir 20 menit sampailah mereka. Terlihat air terjun Grojogan Sewu dengan angkernya berdiri menjulang. Pohon-pohon yang diseputarnya seperti menjaga keberadaan air terjun tersebut. Debu-debu air terus berterbangan di seputarnya. Terasa lembab sekali udara di malam itu.

Putri Anarawati mendahului di depan, berjalan mendekati jembatan, menghadap lurus ke depan Nampak air terjun berada di sebelah kirinya. Terlihat dia berhenti dan kemudian menyatukan tangan, seperti posisi menyembah, dan kepala sedikit menunduk, seakan sedang berkomunikasi dengan alam lainnya. Lelaki suaminya itu, juga dengan sigap membentangkan tangan, seakan sedang mengabarkan kepada alam disana akan kedatangannya. Langit begitu cerahnya, bintang-bintang diatas sana, dengan mudah saja bisa dihitung satu demi satunya. Romansa dan aroma alam yang sangat luar biasa sekali.  Dari kegelapan di sepanjang mata memandang seperti ribuan kunang-kunang bertebaran, memenuhi alam, keadaan disana menjadi terang sebab cahaya kunang-kungan itu. Terang yang mistis, gelap dalam suasana cahaya kunang, bagaimana menceritakannya ?.

Mas Thole seperti biasa, dengan tenang menyapukan pandangan dari mulai atas langit, mencari pertanda alam atas tempat pertemuan ini. Kemudian matanya terus menjelajah dari puncak air terjun, mengitari lagi sekelilingnya. Memandang pohon-pohon yang menjulang tinggi. Tiba-tiba..Blaarrr…heh, pandangannya menghablur hebat sekali, dia nyaris nanar. Pandangannya melihat alam disana seperti menjadi berdimensi, seperti berbayang. Suara-suara alam dan makhluk disana layaknya suara sapaan saja. Dan dalam keyakinan dirinya, dia mampu bersapa dengan mereka semua. Dinginnya susana malam disana menjadi tak terasa di badan. Hanya hening dan wingit terasa.

Badan Mas Thole seperti memindai keadaan, mulai dari atas langit  diantara bintang-bintang disana, terus merayapi diatas puncak air terjun, dan disepanjang tebingnya. Semua secara perlahan-lahan disapanya dalam sepersekian detik. Dengan kekuatan tenaga dalamnya dari kekuatan hatinya, dia salurkan bentakan, mengkhabarkan kepada Sabdo Palon disana, bahwa dirinya dan Putri Anarawati  bersama suaminya, sudah datang memenuhi janjinya. Ketika gaung suara dari hati Mas Thole selesai, serentak dari kerumunan kegelapan  berdiri laksaan orang-orang masa lalu. Tersentak Mas Thole, sempat kaget dibuatnya, melihat kesiapan pasukan Sabdo Palon disana. Mereka berdiri bagai ilalang, bagai pepohonan yang tersamar. Dalam kesiagaan yang luar biasa. Mereka telah bersiaga disana sepanjang malam ini. Rupanya mereka benar-benar hendak mengawal pertemuan ini, maka Mas Thole menjadi mengerti mengpa di lingkungan ini tidak ada sosok siluman atau pencuri rahasia langit yang ada disana.

Setelah acara uluk salam selesai mereka lakukan. Mas Thole terlihat menghampiri posisi mereka yang berdiri di dekat pembatas jembatan. Terdengar mereka berbincang sejenak, Mas Thole mencoba meyakinkan Putri Anarawati sekaali lagi, meyakinkan diri mereka, apakah memang disitu tempat per temuan yang dimaksudkan. Walaupun Mas Thole sendiri sudah yakin sekali bahwa disitulah tempatnya. Saat mereka masih berbincang. Di ujung sebelah sana, terlihat sais kuda yang menghantarkan mereka hanya berani berdiri di atas tangga  dengan jarak 12 meter. Memang Mas Thole sudah ber pesan, apapun yang terjadi sais kuda tersebut tidak boleh mendekati tempat prosesi. Mungkin karena dipesan hal tersebut, atau mungkin sebab lainnya maka sais itu pun  hanya berani memandangi saja saja ketiga orang yang diantarkan dirinya itu, terlihat  kemudian diduduk bersila, membentuk segitiga, saling berhadapan satu sama lainnya.

Mas Thole terlihat mengambil alih keadaan, menjadi pembuka pertemuan, dirinya juga tidak tahu mengapa, jika kemudian dia mengambil alih disana. Ada daya dorong yang luar biasa sekali yang tidak mampu ditolaknya. Dirinya seperti diminta untuk bersegera melakukan prosesi. Akhirnya dia kemudian meminta kepada Putri Anarawati dan suaminya (dalam kisah selanjutnya akan dikisahkan siapakah sosok suaminya ini-pen). Untuk duduk bersila bersama-sama, meski lantai beton disana basah sekali. Mereka memantapkan diri untuk bersila. 

Sejenak kesadaran Mas Thole diambil alih Banyak Wide, sekelabatan Banyak Wide seperti menyaksikan peristiwa masa lalu. Peristiwa yang menggores dan menjadi penentu arah peradaban anak manusia Jawa. Dimana kala itu Prabu Brawijaya V memutuskan dirinya untuk masuk Islam. Peristiwa besar saat mana kala itu, telah menjadi penanda dan penentu  bagi kemenangan Islam di tanah Jawa ini. Maka runtuhlah kekuasaan Majapahit dikala itu, sebuah tragedy ataukah sebuah anugrah alam berkah  atas hadirnya Islam di tanah jawa ini. Jika memang anugrah adanya mengapakah sekarang manusia jawa begini keadaannya. Bangsa Indonesia compang-campng dan mengenaskan sekali peradabannya. Kemaksiatan merajalelal, korupsi, dan tragedy kemanusiaan lainnya. Berapa juta anak mati dikuburkan oleh ibunya sendiri, karena tidak tahu siapa bapaknya.

Begitulah alam sekarang sedang menggugat para pelaku peristiwa, siapakah yang menjanjikan kepada pengampu tanah jawa (Sang Sabdo Palon)  bahwasanya Islam pasti akan mampu merubah akhlak bangsa ini, menjadi lebih baik keadaannya dari pada di bawah kekuasaan Majapahit.  Lihatlah sudah 500 tahun berlalu, sekarang ini apakah buktinya bahwa tanah jawa ini menjadi lebih baik dengan masuknya agam Islam ?. Bukalah mata, bagaimana anak-anak manusia jawa menjalani kehidupan mereka sekarang ini, beriongas, telengas, dan tidak memiliki empati kepada sesamanya lagi ?. Maka karena itu, Sabdo Palon memanggil semua pelaku peristiwa yang pada saat itu yang telah memberikan garansi, meyakinkan Prabu Brawijaya V bahwa agama Islam pasti akan mampu merubah akhlak dan perilaku anak-anak jawa untuk lebih baik dari pada di bawah Majapahit. Sabdo Palon saat itu terjepit, dia sudah paham dan tahu persis akan jalannya peristiwa sejarah. Karena  sebab janji dan sebab keyakinan para pelaku sejarah, maka dirinya mengalah. Memberikan kesempatan selama 500 tahun, kepada Sunan Kalijaga dan seluruh ulama, untuk mengajarkan agama Islam di tanah jawa ini.

Pada saat itu banyak yang tidak tahu bahwa peristiwa penting dihadiri oleh Ratu Kidul, Sunan Kalijaga, Putri Anarawati, dan beberapa sosok yang tidak tertulis. Kepada merekalah undangan bertanggung jawaban itu ditujukan. Sebuah peristiwa yang melegenda malam ini akan direkontruksi ulang oleh Mas Thole.  Guna mencari pijakan kisah yang sebenarnya. Sekaligus juga mencari jawaban hakekat atas sumpah yang menakuiti dan menghantui anak keturunan orang jawa, sumpah yang di ikrarkan Sabdo Palon saat itu. Sungguh sumpah yang sangat menggiriskan. Maka bagaimanakah jantung Mas Thole tidak berdegup dengan kencangnya, jika tidak segera diambil alih kesadaran Banyak wide, sudah tentu Mas Thole tidak akan mampu bertahan dari sergahan energy yang datang. Dallam mata batin Mas Thole disana telah datang para pembesar istana kerajaan Mataram, tampak disana para Raja mataram, Amangkurat I dan lainnya, dan juga kerajaan Majapahit, Prabu Brawijaya V berdiri lengkap dengan baju kebesarannya, mereka semua berdiri tepat berhadapan dengan Banyak Wide. Pembesar kerajaan Sabdo Palon,   semua berdiri di  samping kanan Banyak Wide, mereka membelakangi air terjun.

Rombongan para wali berdiri di sebelah kiri Banyak Wide. Terlihat sangat jelas Sunan Kalijaga dengan baju hitam dan blankon yang sangat khas. Rombongan Ratu Kidul seperti terasa berada di belakang Banyak Wide, namun berikutnya ratu Kidul bergeser agar terlihat Banyak Wide, sementara pasukannya tetap berjajar di belakang Banyak wide mengikuti jalannya prosesi tersebut.  Suasana malam semakin lengang. Sabdo Palon sudha mulai tak sabar menungggu kesiapan prosesi. Begitu juga yang hadir disana.  Semua ingin menyaksikan jalannya pertemuan yang mendebarkan itu. Mereka menunggu hasil pertemuan yang luar biasa ini. 

Pertemuan yang akan menentukan peradaban selanjutnya. Benarkah sabdo Palon akan melaksanakan sumpahnya. Janji manakah yang dimintakan pertanggung jawaban  Putri Anarawati oleh Sabdo Palon. Dan bagaimanakah pertanggung jawaban Anarawati yang sudah berani atas nama dirinya sendiri atas nama Islam secara yakin memberikan kepastian bahwa agama Islam pasti akan mampu merubah akhlak bangsa jawa ini. Janji inilah yang berhasil meyakinkan Prabu Brawijaya V untuk beralih memeluk Islam. 

Bahkan kala itu bujukan Sunan Kalijaga kepada Prabu Brawijaya V juga tidak berhasil sama sekali. Jika tidak berkat Putri Anarawati yang juga dianggukan Ratu Kidul belum tentu Prabu Brawijaya V dengan ikhlas menyerahkan diri untuk masuk agama Islam. Demi kelangsungan dan harapan atas rakyat bangsa jawaini agar  lebih maju dari pada di bawah kekuasaannya, maka Prabu Brawijaya V mengorbankan tahtanya itu dan diberikan kepada Sunan Kalijaga untuk diserahkan kepada Raden Patah. Sangat sedikit orang yang tahu hal ikhal peristiwa ini, Putri Anarawati dan Ratu Kidul lah yang memegang peranan besar atas skenario pengambil alihan kekuasaan saat itu dari Prabu Brawijaya V untuk diserahkan kepada Sunan Kalijaga. Betapa sabdo Palon tidak panas hatinya karena itu. Maka kemudian Sabdo Palon menuliskankan dalam serat Darmo Gandul, yang isinya seperti melecehkan peranan Sunan Kalijaga saat itu dan juga Islam itu sendiri.

Sais kuda yang biasa mangkal di depan menjajakan jasa kudanya itu, terlihat gemetaran, bibirnya seperti sulit diajak diam. Hawa mistis mulai terasa olehnya. Ya, dia hanya kebetulan dimintaiin tolong untuk mengantar ke tiga tamunya ini. Gerbang utama jika lewat jam 16.00 WIB sudah ditutup dan digembok, tidak ada satupun pengunjung yang diperbolehkan memasuki lokasi, sebab memang cukup berbahaya disana. Bagi Mas Thole dan kawan-kawan tentu saja  tidak memungkinkan jika besok harus kembali. Maka menggunakan jasa sais kuda inilah jalan salah satunya. Sebab dia adalah penduduk sekitar tempat itu, sehingga dia tahu bagaimana mencari jalan terobosan untuk sampai kesana. Tidak ada selintaspun dalam benak Mas Thole, jika kejadian ini serupa dengan kisah nama Grojogan Sewu itu sendiri. Sais kuda itulah saksi di jaman dahulu kala. Maka air terjun itu dinamakan Grojogan Sewu, apakah ini suatu kebetulan ?.

Malam semakin langut dalam sepi, bunyi suara binatang malam, seakan tidak mengusik mereka lagi. Suasana pertemuan dalam titik didihnya, terdengar suara menggelegar, suara yang menggetarkan seluruh alam ghaib disana. Sabdo palon..datang dengan ke perkasaannya…!


Bersambung…kisah berikutnya.

Wolohualam

Komentar

  1. R.Sastro AsmoroJuli 03, 2013

    panjatan syukur kehadirat Illahi rabb janji untuk datang ke Lawu para satria sudah terpenuhi... semoga Budi Budo Rahsa (pikiran,ucapan dan hati)semakin menyatu dan menjadi pagar gaib membimbing generasi bangsa.

    BalasHapus
  2. sangat menarik sebab Sunan Kali Jogo sbg perwqakilan wali songgo yang dipercaya Rasullullah saww tentunya tdk sembarangan membuat janji itu kpd Sabdo Palon (Begawan utama kaum Hindu) perwakilan dewa Visnu yang isinya di dalam sama saja dengan Rasullullah saww, yang dari Nur Muhammad juga atau dalam istilah Hindunya .............................. .

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali