Kisah Spiritual, 'Manakala Titah Langit Digulirkan'



Sukarela atau terpaksa. Itulah pilihan yang telah dan akan diberikan kepada Ratu Shima. Sungguh berat beban yang akan disandangnya.  Hingga dengan berat hati pesan ini dituliskan disini. Sebagaimana KAMI telah berpesan kepada manusia-manusia terdahulu. Yaitu pesan yang diabadikan di Al qur an. Pesan kepada para kekasih Allah, “Berangkatlah kalian baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat dan berjihadlah dengan harta dan nyawa kalian di jalan Allah. Hal itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.” [QS. At Taubah : 41]. Ya, Ratu Shima harus mempersiapkan dirinya, untuk menjalankan kewajiban dan tugasnya ini,  demi nusantara. Dia harus menyempatkan diri datang ke nusantara. Meletakan pondasi kesadaran bagi lahirnya peradaban. Dia harus mampu mengalahkan akal dan logikanya, meninggalkan sejenak rutinitas sehari-harinya di negri matahari terbit yang sudah menjadi tempat kelahirannya kedua. Jauh hari Mas Thole juga telah mengirimkan email kepadanya menyoal tugas beratnya ini. Inilah email Mas Thole yang dicuplikan disini;

Aswrb,
Prosesi bidadari terakhir sudah terlaksana kemarin , alhamdulillah. Dihadiri para aulia, wali2 Allah, sebanyak 3600 orang hadir. Wolohu..Dampaknya hari ini setengah wajah saya sekarang baal, sebagaimana biasa, terkena radiasi energi para aulia, maklum tubuh ini masih kotor, sehingga belum mampu bersinggungan dengan mereka, keadaan kondisi agak kurang fit.

Seiring dengan itu simbol-simbol juga sudah dilaksanakan, Pambayun sudah mewakili para Bidadari untuk prosesi mandi. Peristiwa biasa yang bisa dianggap tidak ada makna. Sebagaimana Nabi Ibrahim saat itu meletakkan batu pertama (kabah) di padang pasir yang tidak berpenghuni. Peristiwa biasa dan aneh saja dalam pandangan mata orang kebanyakan. Namun tidak bagi orang yang tahu dan sadar. Demikian juga prosesi yang sederhana yang dilakukan kemarin ini. Maka begitu Pambayun selesai menjalankan prosesinya, dan pulang dari kawali, hari Jumat. Memasuki Jakarta, petir dan angin serta hujan mengiringi jalannya Pambayun  pulang. Seperti menyambut kedatangan seorang kesatrianya pulang dari medan laga. 

Dan esok harinya Bedar alam pun dimulai. Badai Haiyan menghantam Philipina dan sebagian Vietnam. Menewaskan ribuan nyawwa manusia. Menyisakan tragedi kemanusiaan lainnya. Logikanya Haiyan akan menghantam utara Indonesia sulawesi dan kalimantan (nunukan) , namun kesatria masih diberikan kesempatan. Bedar dimulai dari pinggiran, sedikit demi sedikit akan menghantam pusat kekuasaan. Asyar tadi sudah diberitakan oleh alam. Perhatikanlah berapa ribu orang yang sudah meninggal akibat badai. belum nanti gempa bumi, tsunami , gunung meletus. Semua akan akan dinampakkan bersahut-sahutan.

Saatnya kesatria harus mulai, dengan ikhtiar nyata. KAMI sudah mengundang Ratu Shima datang ke Indonesia akhir tahun ini. Selesaikan tugas untuk diri sendiri, dan juga letakkan pondasi kesadaran. Karena semua harus ada wadahnya. Kesadaran harus dibuat, simbol-simbol, dan segala yang berkaitan dengan itu, bisa di share dengan Pambayun dahulu. Nanti akan kita bantu. Namun ruhnya harus dari ruh Feminin, maka saya tidak boleh banyak mencampuri, kecuali hanya bersifat teknis saja. Sekali lagi harus saya sampaikan, Energi alam semesta adalah energi Feminin. Energi kasih sayang, maka hanya tangan-tangan lembut wanita yang akan mampu mengembalikan keseimbangan alam. Yakinlah dengan kemampuan diri. Insyaallah alam semesta akan mendukung niat suci kita.

Selamat bertugas, dan tetapilah langkah. Semoga Allah senantiasa bersama kita. Dan Insyaallah Ratu Shima akan dimudahkan langkah untuk ke Jakarta.
Salam

Pesan ini meski ditulis ulang, dengan beberapa perbaikan, mengingat sifatnya akan dapat menimbulkan fitnah, sebagaimana yang diingatkan Pambayun. Sungguh pesan ini telah mendapat gaungnya kembali, saat mana Ki Wiroguno berceloteh perihal Ratu Shima yang akan datang ke Jakarta. Hal yang sangat mengherankan lagi mengkhawatirkan. Jangan-jangan…begitulah kekhawatiran Pambayun dan juga istri Ki Wiro. Ki Wiro yang nyaris sudah tidak mampu menggerakan instrument ketubuhannya. Tiba-tiba saja mecercau tidak karuan menyoal kedatangan Ratu Shima ke nusantara. Sungguh mengherankan sekali, apakah suatu kebetulan semata maka terjalin koneksi, antar meerka. Entahlah... Mas Thole hanya berkeyakinan, bahwa memang sudah saatnya Ratu Shima eksis. Sementara di waktu lalu, alam masih menahan keinginan Ratu Shima, sebab keseluruhan prosesi belum selesai. Maka setelah Pambayun menyelesaikan prosesinya, barulah perintah tersebut diberikan.

Peran Ratu Sima sangat strategis sehingga jika beliau gagal sampai ke nusantara, maka akan menyebabkan perubahan total atas grand design secara keseluruhan. Dan berapa banyak kesadaran yang akan turut mati. Sungguh berat sekali. Bahkan semua rencana akan diulang mulai dari muasalnya. Dan tahukah kita, bahwa itu berarti akan mengulang dari awal kembali, dan untuk itu akan butuh waktu berpuluh-puluh tahun lagi. Betapa besar pengorbanan yang harus dipikul nanti. Kami akan menunggu lagi, hingga nanti ada orang yang mampu menggantikan posisi sang Ratu. Begitulah keadaannya. Tanda itupun sudah diberikan dengan adanya tingkah aneh Ki Wiroguno. Mengapa Ki Wiro terus menyebut akan keadatangan Ratu Shima. Sungguh aneh sekali, padahal tidak ada satupun kesatria yang mengetahui atas undangan KAMI ini kepada Ratu Shima. Paling hanya Pambayun saja yang mendapat tembusannya. Duh, bagaimana kita akan mampu meyakini keadaan yang sangat misterius ini. Mampukah kita meyakini bahwa itu memang tugas dari KAMI. Mampukah kita berteguh hati menjalankan dengan suka. Semoga kita semua terus dikuatkan dalam keyakinan ini.

Mas Thole mengkisahkan ini, dengan rahsa tak menentu. Lemas, lelah, dan apa boleh buat. Sungguh serba salah keadaannya. Mas Thole tahu betapa repotnya Ratu Shima disana. Kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. Tugasnya sebagai ibu dari anak-anaknya yang masih kecil, dan juga tanggung jawabnya kepada suami, menjadi halangan tersendiri. Namun bagaimana lagi, Mas Thole sendiri tak mampu berbuat apa-apa. Semua dalam tataran kesadaran dan keyakinan diri. Dan itulah yang diyakini Mas Thole sebagai pewarta. Dia tidak berani berdusta atas nama KAMI. Dia menyampaikan apa-apa yang seharusnya disampaikan, walau kadang pahit terasanya. “ Diwajibkan atas kalian berperang padahal hal itu kalian benci. Boleh jadi kalian membenci sesuatu padahal hal itu baik bagi kalian dan boleh jadi kalian menyenangi sesuatu padahal hal itu buruk bagi kalian. Allah mengetahui dan kalian tidak mengetahui”. [QS. Al Baqarah :216]. Ya, menjadi kewajiban kita yang sadar untuk berperang melawan kebodohan dan kemiskinan, kemungkaran dan kemunafikan. Inilah wujud perang kesadaran. Jihad dalam langkah nyata mengangkat harkat dan martabat manusia itu sendiri. Meletakkan pondasi kesadaran bagi nusantara ini. Untuk itulah tugas diberikan.

Akankah Ratu Shima meyakini peranan dirinya ?. Semua manusia yang terpilih pasti akan bertanya kepada Tuhannya, “Apakah dirinya memang pantas menyandang tugas itu ?”. Kegelisahan yang sama, yang akan dialami oleh manusia saat mana dirinya mendapatkan tugas dari KAMI. Inilah bagian yang terberat dalam kisah hidupnya nanti. Rosululloh juga mengalami keadaan seperti itu, bahkan lebih dahsyat lagi keadaannya. Ingin bertanya kepada siapa dia juga tidak tahu. Benarkah dia yang terpilih. JIkalau dia yang terpilih mengapa dia ditinggalkan sendirian, bertahun-tahun dirinya merasa sendiri. Sering dia mendaki bukit, dan ingin menjatuhkan dirinya disana. Betapa dahsyat penderitaan yang dialami oleh para kekasih Allah. Saat mana mereka mendapatkan titah dan amanah itu. Keyakinan dirinya akan dibentur-benturkan kepada realitas yang terpampang di depan mata. Dimensi keyakinan, adalah dimensi yang sangat membingungkan sekali. Keraguan akan selalu muncul disetiap keadaan. Disanalah kita akan terus diuji. Mas Thole hanya mampu berdoa agar semua dikuatkan hatinya.

Rangkaian khabar ini, telah menjadi satu temali dengan khabar sebelumnya, menyoal Perjalanan Ke Barat Buku 2 ini. Dalam perjalanan kali ini, semua akan diperjalankan oleh Allah. Semua akan menerima bagian tugasnya masing-masing. Sebagaimana Pambayun yang menuju ke curug 7 bidadari di Kawali, yang insyaallah akan dikisahkan disini. Semua itu telah ada dalam skenario KAMI. Sebelumnya Mas Thole telah mengirimkan email kepada para kesatria lainnya.

Aswwbr,
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, ingin disampaikan sebuah khabar. Khabar yang menjadi keyakinan diri, untuk kembali melakukan perjalanan, entah dengan maksud apa. Hanya terbersit sebuah khabar, meletakkan sebuah batu sebagai pondasi bangunan. Sebagaimana dahulu manakala Majapahit berdiri. Dimana kala itu, pondasi diletakan disebuah hutan, menjadi cikal bakal kesadaran Majapahit. Kesadaran yang  yang kemudian menjadi besar, menjadi rumah, rumah besar yang terus saja memanggil penghuninya, untuk kembali pulang. Pulang ke tempat mula asal keberadaan kesadaran mereka di bumi ini, dimana kemudian manusia berbondong-bondong kesana. Dan kemudian Majapahit menjadi besar, sebagaimana yang kita dengar.

Majapahit kemudian hancur manakala mereka keluar dari halaman rumah mereka. Manakala mereka meninggalkan asal mula kesadaran yang diletakkan para pendadulunya. Itulah sebuah kisah yang akan menjadi pelajaran untuk kita semua. Begitulah runutan kejadian, yang akan menjadi pembelajaran sekali lagi untuk kita semuanya. Asal mula nusantara dalam keyakinan ditancapkan di Jawa Barat diantara dan ditengah gunung-gunung yang tinggi.

Saya akan berangkat dengan niat itu, insyaallah hari Sabtu, 2 Nopember 2013. Perjalanan akan transit terlebih dahulu di rumah Kangmas di Indramayu, dan selanjutnya akan mengikuti langkah kaki. Semua harus disiapkan sebelum prosesi terakhir untuk sang Bidadari penutup, yang akan membawa amanah berat di pundaknya.

Mohon doa restu kepada semuanya, semoga dimudahkan langkah, semoga Allah ridho, semoga rahmat Allah beserta kita semua. dalam keterbatasan diri sebagai manusia, mohon maaf sebesar-besarnya. Diri hanya mengikuti daya dorong yang dikhabarkan. Mencoba menetapi takdir yang sudah digoreskan-Nya.

Semoga ini adalah sebuah petunjuk, semoga menjadi bukti dan tanda baru, bagi kesadaran baru. Kesadaran Nusantara, yang menjadi kerinduan kita bersama.

Wasalam

Entah mengapa, menuliskan khabar ini, tubuh Mas Thole merasakan fatig, kelalelahan yang sangat. Ingin segera saja diakhiri. Bagian yang seperti ini tidak dimengertinya. Maka segera saja ini diakhir, entahlah akan bermakna apa. Dia hanyalah mewartakan saja apa-apa yang dipahami. 

Harap dalam kelap malam, nuansanya lelah disini. Duhai bungaku, akankah layu, teratai putih berseri, indah menghias pelangi. Semerbak harumlah disini. Gugur bungaku. Layukah disini ?. 

Manakala Titah Langit Digulirkan, adakah pilihan ?. Wolohualam.


salam

Komentar

  1. Assalamu'alaikum ..
    Mohon maaf sebelumnya , ananda ingin bertanya bagaimana caranya untuk bisa membuka dan mengakses blog cindelaras?..
    untuk yg menjawab nanda ucapkan terima kasih.
    Wassalam.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali