Kisah Spiritual ; Terungkapnya Misteri Kesatria Piningit (1)
Perjalanan
yang menakjubkan
membuka
mata fikiranku
Angin
laut menyeret langkahku ke seberang
Aku
ingin melihat di sana,
di
balik bukit yang tandus
Perjalanan
yang menggetarkan
menggugah
hati nuraniku
Seorang
bocah merangkak timbunan sampah
Ia
mengais sisa makanan
Keringat
deras mengucur
Ketika
aku tanya ia tersenyum jabat tanganku
Ia
tak pernah tahu siapa gerangan ayah-ibunya
Yang
masih diingat angin pesisir
Ketika
ia dihempas ombak ke pantai
(Anak-anak
Samaph by Ebiet G Ade)
+++
Begitulah romansa kisah anak-anak
kesadaran. Mereka sekarang ini bagai anak-anak sampah, yang mengkais-kasih sampah pemikiran. Kisah mereka bagai sepenggalan bait syair itu. Mereka sekarang tidak
pernah tahu siapa ayah ibunya. Merekalah nanti yang akan dikisahkan. Merekalah
sesungguhnya Para Kesatria Piningit itu. Maka kehadiran Mas Thole dan
rekan-rekannya akan menjadi saksi atas kelahiran mereka itu nanti. Karena
itulah kisah spiritual ini terus saja dihantarkan yang mana agar para sidang pembaca
turut serta menjadi saksi kelahiran mereka nanti. Sebab kelahiran Sang Satria
adalah suatu kepastian. Penyambutan kelahiran mereka menjadi suatu perhelatan
akbar. Bagai sebuah perhelatan pesta, maka diperlukan seksi-seksi yang mengurusi bagian-bagiannya, agar saat nanti tidak menjadi kacau. Dengan maksud
itulah, seluruh rangkaian kisah ini. Alam membutuhkan saksi-saksi yang mampu
menyaksikan pekerjaan mereka. Alam membutuhkan manusia untuk menjadi saksi-Nya,
bahwa alam tengah menunaikan urusan-urusan Tuhannya.
Akankah para saksi ini, kemudian
akan dibunuhi sebagaimana kisah terdahulu ?. Inilah yang menjadi pertanyaan. Kasus Ki Wiro
menjadi pembelajaran hebat bagi mereka. Bahwa sesungguhnya perjuangan ini tidaklah
main-main. Perjuangan ini akan sangat dekat sekali dengan kematian. Perang
kesadaran ini akan dengan mudahnya merenggut nyawa para kesatria pengawal
kesadaran. Mas Thole mendapati itu. Kini nyawa Ki Wiroguno tengah dan sedang
dipertahankan. Bilahkah keyakinan Para Kesatria Bumi ini akan terus mampu
bertahan ?. Ataukah mereka akan berbalik dan kafir setelah beriman ?. Sungguh
pilhan ada pada mereka. Dan keraguan merekaa mulai terasa oleh Mas Thole.
Mereka mulai gamang dan tidak yakin atas berita KAMI. Berita KAMI mulai dianggap dongengan belaka.
Ugh..sungguh di perjalanan ke 2 ini, sudah menyoal mati.Akankah kesadaran para Kesatria Bumi, akan turut mati ?.
+++
Sebaris bait syair “Kesaksian Anak-anak Sampah’ dari Ebiet
G Ade menggugah pemikiran, saatnya semua pesan-pesan ini harus disampaikan
dalam sebuah rangkaian kisah spiritual. Sebuah kisah yang akan membedah
mitos-mitos kesadaran anak manusia. Kesadaran yang terus saja membekap
keyakinan diri mereka. Berada dalam pijakan kesadaran manakah keyakinan diri
manusia. Kita meski telanjang dan benar-benar bersih. Kita meski ingat tragedy
yang memilukan. Mengapa harus mereka yang terpilih menghadap. Tentu ada hikmah
yang harus kita petik. Atas nama jiwa mari kita heningkan cipta. Kita sekarang
ini masih bertemu matahari. Marilah kita pinjam catatatn kesadaran makhluk yang
ada di alam semesta ini. Bagaimanakah polah manusia menyikapi itu smeua. Siang
malam berguliran. Kesadaran manusia tetap sama saja. Dimanakah empati, dimanakah
nurani, dimanakah harga diri, harkat martabat manusia itu sendiri.
Kesadaran Mas Thole tersergah,
dalam sheolat yang lama di pagi ini. Air matanya tak mampu ditahan, sajadah
panjang membasah air mata. Air mata yang tak di mauinya. Sebab keadaannya tetap
sama saja, dari semenjak jaman nabi hingga sekarang ini. Begitulah keadaan
kesadaran manusia. Semua terdiam dan tak
mengerti, mengapa seperti sekarang ini keadaan dan juga peradaban manusia. Kepada siapakah
pembelajaran itu semua diajarkan ?. Akankah kepada manusia ?. Kalau begitu, betapa
pengajaran Allah sangat berat, menyoal ini. “Haruskah
aku bersembunyi dari bayang-bayangku sendiri.” Mas Thole berkata sendiri, hampir putus asa keadaannya. Lihat
saja kedua belah tangannya yang mulai gemetaran. Seluruh energy nya telah
dikerahkan, semua kemampuannya sudah ditumpahkan. Lihatlah bilik di jantungnya,
bunyinya tak rapi lagi. Seperti akan berhenti kemudian sepi dan mati. Oh…yah.
Berhenti dan mati. Hmm…Ada yang tak seimbang antara hasrat dan beban. Atau
karena jiwanya yang mulai rapuh, gampang digoyangkan angin ?. Entahlah, mungkin
hanya Mas Thole saja yang mengerti.
Semua berasal dari keadaan Ki
Wiroguno, yang semakin parah saja keadaannya. Upaya yang dilakukan oleh Mas
Thole dan kakwan-kawannya tidak membuahkan hasil sedikitpun. Setiapkali
dilakukan prosesi besoknya justru semakin parah keadaannya. Hingga akhirnya Mas
Thole memutuskan untuk dilakukan tindakan medis lagi. Disarankan ke salah satu
rumah sakit di Kalimalang Bekasi. Baru saja Ki Wiro di baringkan, baru saja
selang infus di pasangkan, dokter-dokter ahli di datangkan. Keluarga Ki Wiro
yang selama ini abai saja, tiba-tiba menyeruak kesana memberikan perintah agar
Ki Wiro segera dipindahkan ke rumah sakit di Pondoke Gede. Belumlah selesai diagnosa
disana, siang kemarin juga. Raga Ki Wiro diperintahkan oleh keluarganya untuk
di pindah sekali lagi di rumah sakit di bilangan jalan gatot Subroto.
Ugh..mengapakah seperti ini kejadiannya. Raga manusia bagai bola pingpong yang
dilempar sesuka suka nya. Karenanya
ketika ada salah satu rekan Mas Thole menyarankan agar di bawah ranjang ditarus
kepala muda, belum bisa dilaksanakan. Sebab Ki Wiro keburu di pindahkan ke
ruang ICU. Apakah semua itu kebetulan ?.
+++
+++
Nyanyian surga bertolak, menikam
dada. Akankah semua nanti jadi nyata. Sebagaimana kisah-kisah terdahulu. Dimana
kesadaran-kesadaran manusia akan dibunuhi. Bagaimana Mas Thole tidak nelangsa
dibuatnya. Itu raga manusia yang memiliki keterbatasan adanya. Raga dimana
diletakkan kesadaran manusia disana. Kenapa diperlakukan semena-mena ?.
Tidakkah dibiarkan sejenak istirah dahulu. Sebab bukan raganya yang sakit.
Namun kesadaran Ki Wiro yang saat sekarang ini sedang dalam keadaan kritis.
Kesadaran para kesatria yang menjadi incaran mereka. Sebab inilah medan perang para kesatria. Sudah
banyak dikisahkan, bagaimana kesadaran murni ini bertahan di alam semesta.
Kesadaran ini akan selalu mendapat perlawanan dari para siluman. Dari para
makhluk kesadaran rendah lainnya. Maka begitu ada kelahiran baru yaitu
kesadaran murni ini pasti akan segera saja mendapat ancaman nyata. Dalam realitas
sebagaimana yang dialami Ki Wiro ini. Akankah Panglima sakti di jaman Sultan
Agung ini akan mengakhiri kisahnya sampai disini ?. Mas Thole duduk dalam dua
sujud dlaam bimbangnya sendiri.
Tidak kurang upaya yang
dilakukan. Istri Mas Thole yang mencoba membantu dengan membacakan surah Yasin
kemarin ini, juga mengalami serangan. Badannya tiba-tiba panas dingin. Leher
sakit tidak mampu digerakkan sama sekali. Mas Thole juga sudah mencoba
semampunya, hingga siang ini belum ada perbaikan yang nyata. Istri Sang Prabu tidak
kalah anehnya lagi. Dia yang menyengaja sheolat khusus untuk Ki Wiro, tiba-tiba
tubuhnya gemetaran, berat sekali seperti direjam semut. Berita yang sama di terima dari Putri Sriwijaya
melalui Pambayun. Dia juga mengalami keadaan yang sama. Pambayun yang kemarin
bersama Mas Thole di rumah sakit apalagi. Kepalanya kliyengan bagai di tekan
oleh udara panas menyesakan. Badan bagai
dipukuli orang sekampung. Dia bangun oagi dengan tubuh hancur lebur.
“Ya Allah akankah kami kalah disini ?. Akankah kesadaran ini mati
sebelum sempat bertunas. Ampuni kami jika begitu Ya Allah. Kami lemah dan
sangat lemah, tidaklah pantas untuk melakukan ini semua.” Mungkin karena sebab itulah Mas Thole menangis
dalam sembahyang. Tugas amanah peletakan tonggak kesadaran nusantara baru,
yang di amanahkan kepadanya akan mati disini. Mati dibunuh oleh manusia-manusia
yang mengaku ber-iman.
Mas Thole saat sekarang ini
mengakui kelemahan diirnya. Dia tidak mampu melawan ayat-ayat Allah yang
menyengaja digunakan manusia untuk mendzolimi manusia lainnya. Hijib-hijib yang
merupakan warisan tradisi impor dari bangsa arab. Sungguh digdaya budaya import ini, mampu menunjukkan
kekuatannya disini. Di bumi tanah Jawa. Mungkin karena inilah leluhur bangsa Jawa
tumbang satu persatu. Banyak kemudian leleuhur kita terpesona akan kehebatan
hijib-hijib ini, yang mampu menjadikan manusia bisa ini dan bisa itu. Sehingga manusia mau berbuat
apa saja bisa. Mau membunuh apalagi. Ugh..!. Alih-alih mereka mempertahankan
tradisi dan kearifan bangsa jawa justru banyak dari leluhur kita kemudian malah
ikut melestarikan budaya hijib ini. Mereka
tidak sadar jikalau itu hanyalah berisi sihir belaka. Akankah mereka menukar (kitab) keyakinan
dan kearifan mereka yang tinggi dengan sihir ini ?. Sungguh buruk perbuatan itu, jika saja
mereka mengetahui.
Mereka mendawamkan, mengajarkan
dan turut melestarikan hijib-hijib ini. Mereka menganggap bahwa itu adalah
warisan dari Islam. Sungguh mereka telah keliru, sebab hakekatnya Islam tidak
mengajarkan itu. Islam justru mengharamkan penggunaan hijib model begitu.
Walaupun hijib-hijib tersebut berisi kalaimat pengagungan kepada Allah. Namun
hijib itu telah melenceng dari peruntukannya. Jika kita jeli, hal inilah yang
diperangi oleh Rosululloh sendiri. Bacalah kisah Nabi Sulaiman, disana kita
akan mengerti, bagaimana keadaan kesadaran kolektif manusianya saat itu.
Keadaan saat itu sama halnya dengan keadaan bangsa Jawa saat sekarang ini. Dan itu
sangat mengkhawatirkan Mas Thole. Akankah pertarungan kesadaran akan menyoal
ini kembali. Sebagaimana pertarungan kesadaran di masa lalu. Entahlah..Mas
Thole hanya mengikuti petunjuk saja.
+++
Suara tanpa rupa menyeruak dalam kesadaran Mas Thole, yang kemudian dituliskan ini :
Suara tanpa rupa menyeruak dalam kesadaran Mas Thole, yang kemudian dituliskan ini :
"Detak waktu bagai bait-bait yang bermain di tuts piano. Kalian pasti lihat. Kalian pasti baca. Kalian boleh dengar, kalian boleh lihat apa yang KAMI lakukan. Sesungguhynya sangat mudah., sesungguhnya sangat sederhana. KAMI saling memberi, KAMI saling mengerti. KAMI saling menemani. Bernyanyi bersama dalam alunan titah yang Maha Kuasa. Allah yang MAHA SUCI. Tidakkah ada yang mengerti..??. Walau KAMI akan kalian bunuhi, walau suara KAMI tersumbat disini. Namun KAMI akan selau mengutus kesatria-kesatria KAMI, demi terwujudnya alam semesta yang harmoni. Tunggulah utusan KAMI, dialah kesatria yang ditunggu bumi dan langit..Dia sudah lahir di bumi yang kalian tinggali sekarang ini. sayang kalian banyak yang tertidur, tidak mengerti. !!!!!."
Bersambung Terungkapnya Misteri Kesatria Piningit (2)
wolohualam
wolohualam
Komentar
Posting Komentar