Kisah Spiritual : Tonggak Kesadaran di Pulau Sebatik
“Wahai Tuhan semesta alam, hamba
berdiri disini menjadi saksi atas tonggak kesadaran yang segera akan
dipancangkan disini. Wahai 7 samudra, 7 langit, dan 7 dasar bumi, serta semua
makhluk yang melata diatasnya. Makhluk yang nampak maupun tak tampak. Mahkluk
yang bisa disebut dan juga yang tidak. Makhluk yang bernama ataupun yang tidak
bernama, semua makhluk yang tidak mampu terdeteksi dalam kesadaran. Disini
akan ditanamkan tonggak kesadaran. Sebagai penanda lahirnya sebuah kesadaran
baru. Kesadaran Nusantara Baru. Ku pinta keikhlasan kalian semua.”
Bambu kuning itu digenggamnya dengan erat sekali. Seakan-akan takut terlepas.
Bambu yang kecil itu seperti bergetaran hebat, berkelabatan cahaya dari langit,
dari dalam tanah, dari 7 samudra dan lautan, bahkan dari alam dimensi lainnya,
seperti sambung-menyambung menerobos memasuki bambu tersebut. Tangan Mas Thole
hampir saja tak mampu menyanggah bambu yang hanya sepanjang 5 jari tangan saja
itu. Walau peristiwa itu terjadi dalam
hitungan detik, namun sanggup menguras energi Mas Thole. Perlahan dibukanya
mata, dipandangnya lautan luas. Sambil menghela nafas lega. Segera di tancapkan
bambu itu disana. Di sebuah pantai di daerah yang bernama Sie Nyamuk.
Sungguh peristiwanya sangat dahsyat sekali di alam kesadaran. Bumi
seperti terbalik-balik keadaannya. Sayang tidak semua orang akan mampu melihat
peristiwa tersebut. Begitu juga dua rekan Mas Thole yang tetap menunggu di
mobil, hujan yang masih turun rintik-rintik menyebabkan mereka enggan mengikuti
prosesi itu. Alam kesadaran bergolak, bagai diterjang tsunami. Nampak sekali
kehebohan terjadi disana. Kesadaran Mas Thole seperti mendapatkan pijakan
disana. Keyakinan diri yang kuat sekali. Nampaknya prosesi ini sudah selesai.
Kami sudah menunjukkan tanda-tandanya. Alam sudah kembali normal. Meski hujan
masih menitik, namun itu hanyalah sisa-sisa. Mas Thole yakin bahwa dia bisa
melanjutkan perjalanan pulang ke Tarakan. Laut sepertinya sudah tidak bergolak.
Dan memang benar demikian kejadiannya. Malam itu juga Mas Thole dan 2 rekannya
kembali menginap di Nunukan untuk keesokan harinya akan kembali ke Tarakan.
+++
Memang peristiwa biasa dan nampak biasa saja. Pertanda alam yang
terlihat natural saja. Apa anehnya dengan badai dan hujan yang datang
tiba-tiba. Semua bebas memaknai sebagai hal biasa. Namun tidak bagi Mas Thole
dengan keyakinannya. Peristiwa yang dialami ini adalah skenario alam semesta,
yang menjadi bukti dukungan KAMI atas keyakinan mereka. Awan dan angin yang
datang, hujan yang kemudian menyusul, semua selalu bersesuaian waktunya. Saat
mereka tiba di patok 3 perbatasan Malaysia, saat mana telah didapat petunjuk.
Hujan mengguyur dengan lebatnya. Memaksa mereka berdua harus meninggalkan tempat
tersebut.
Gambar di ambil saat di rumah makan |
Hingga mereka berhenti makan, hujan dan angin semakin dahsyat
menerjang mereka. Apalagi kemudian setelahnya Mas Thole mendengar khabar, ombak
raksasa bergelombang datang, menyebabkan perahu-perahu tidak berani melintas
untuk menyeberang ke Nunukan. Suasana benar-benar tak biasa. Seusai makan
itulah, mereka kemudian melanjutkan perjalanan menuju titik yang diinginkan
KAMI. Dan dipinggir pantai di perjalanan ke Sie Nyamuk, tonggak kesadaran
dipancangkan disana. Seperti sebuah menara tower yang berfungsi menguatkan
sinyal kesadaran. Berdiri kokoh dengan cahaya yang menembus langit, itulah
tonggak kesadaran. Ditancapkan di Pulau Sebatik bagian terluar nusantara baru.
+++
Mengurai kejadian menjadi bermakna, sama sulitnya ketika kita mencoba
memaknai takdir kita sendiri. Bagaimana mengurai benang merah kejadian yang
sangat biasa, menjadi berjuta makna. Bagaimana memaknai kejadian yang nampak janggal
dan tak biasa, menjadi alur kesadaran. Kesadaran yang jika kita jeli mengkaji, nyatanya kali
berikutnya, pada generasi jauh setelahnya, telah mampu memporak-porandakan peradaban
manusia. Inilah dunia ghaib, dunia misteri, dunia alam dimensi kesadaran manusia. Ketika manusia menjelajah
alam-alam dimensi informasi maka lihatlah bagaimana dahsyatnya lompatan
kesadaran manusia. Kesadaran yang mampu meningkatkan peradaban manusia. Dimana
informasi yang justru ironinya tersembunyi dibalik rantai DNA mereka sendiri. Sungguh
sulit di percaya bukan ?. Perhatikan saja, jika kita ingin melihat dunia,
ambilah satu sel saja dari tubuh kita amati kedalamannya. Maka alam semesta
akan terpampang disana.
Banyak sekali muasal peradaban diilhami oleh kejadian biasa. Sebut
saja penemuan Newton atas hukum gravitasi. Berapa milyar apel yang jatuh
dipermukaan bumi, di sepanjang peradaban manusia. Mengapa ketika itu Newton
terilhami dan mampu memaknai kejadian yang sangat biasa ini. Kesadaran Newton
mampu melihat sesuatu yang luar biasa dibalik peristiwa jatuhnya apel. Ada
hukum-hukum alam yang membuat apel selalu jatuh ke bumi. Hukum-hukum yang
menyusun alam semesta sebagaimana keadaannya ini. Maka kemudian setelahnya,
lihatlah perkembangan peradaban manusia. Saat mana setelah rahasia hukum
gravitasi ini terkuak ?. Luar biasa sekali. Manusia memasuki kesadaran baru. Pengungkapan
hukum ini menjadi pemicu hukum-hukum lainnya. Sedemikian hebatnya sehingga
kemudian manusia mampu terbang ke bulan. Bagaimanakah kita memaknai hal ini ?.
Di kisahkan lagi, seorang anak manusia bersama anaknya. Dialah Ibrahim
dan Ismail. Berdua mereka berada di padang pasir tak bertuan. Padang pasir yang
hanya berisikan makhluk-makhluk antah barantah. Mereka berdua dalam keyakinan,
meletakkan lagi batu-batu dan disusun ulang menjadi sebuah rumah beribadatan
pertama. Rumah yang menjadi simbol kembalinya kesadaran manusia yaitu simbol kesadaran
berketuhanan. Mereka membangun rumah Allah di padang pasir yang terpencil dari
peradaban manusia kala itu. Bagaimana kita melogikan sesuatu yang tak masuk
akal ini. Bukankah jika kejadian tersebut dilakukan di jaman ini saja
orang-orang sudah akan menyebutnya ’gila’. Jaman dimana arus informasi
sedemikian hebat di masa kini saja akan memandang aneh atas apa yang dilakukan
Nabi Ibrahim dan anaknya itu. Bagaimana dilakukan dikala kesadaran manusia
masih sangat rendah. Maka setan dan jin, serta siluman disana, tertawa bekakakan,
melihat tingkah ayah dan anak tersebut. Namun dengan keyakinan utuh, mereka
berdoa, ditengah padang pasir yang sejauh mata memandang tidak terlihat
apa-apa.
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar
Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya
Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS, 2:127)
Marilah kita sejenak mencoba menelisik. Apakah yang terlintas dalam
benak kita ?. Berdua mereka berada di padang pasir dimana disana-sini tidak nampak
ada kehidupan. Bukankah aneh sekali. Apakah yang mereka cari dan yang mereka
yakini. Kita hanya mendengar setelahnya saja dimana kemudian tempat itu ramai
dikunjungi. Tapi coba bayangkan pada saat kejadian itu berlangsung. Berapa
diantara kita yang kemudian yakin atas apa yang dilakukan Nabi Ibrahim ?.
Bukankah sebagian orang justru menyebutnya ‘gila’ ?. Dapatkah kita petik
hikmahnya ?. Ya, keyakian dan kekuatan hati mereka berdua. Sehingga mereka
kemudian layak menjadi utusan-Nya (KAMI). Mereka menyakini bahwa batu yang
mereka bina tersebut akan menjadi poros kesadaran umat manusia nanti. Adakah
yang saat itu peduli ?. Mereka berbicara kepada KAMI, berbicara kepada alam,
berbicara kepada Allah tuhan mereka. Berdoa dalam keyakinan diri. Pada suatu
saat nanti akan terbuktilah keyakinan diri mereka itu.
Kekuatan hati dan keyakinan yang membaja menjadi tonggak kesadaran
terpenting bagi umat manusia di muka bumi. Oleh karena itu layak saja jika
kemudian Nabi Ibrahim di sebut sebagai Bapak para nabi. Perhatikanlah bagaimana
doanya ini, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya
aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai
tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami
(yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati
sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari
buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS, 14;37).
Apakah hikmah yang dapat kita petik dari kisah-tersebut ?. Manusia memiliki
kesadaran, dengan kesadaran tersebut manusia mengelola keyakinan dirinya.
Keyakinan inilah yang kemudian akan menciptakan energi pusar kesadaran. Energi-energi alam semesta akan terus berputar mengitari keyakinan orang-orang yang memiliki
energi kesadaran ini. Itulah keyakinan Ibrahim. Keyakinan yang mampu merubah
peradaban manusia, ribuan abad setelahnya. Marilah kita tarik ke wilayah
kesadaran diri kita. Mampukah kita meyakini kejadian tersebut dengan logika
kita. Mampukah kita berada di keadaan tersebut.
Manusia-manusia yang memiliki kesadaran atas peran dirinya di bumi inilah yang kemudian akan
merubah dunia. Tidak hanya para nabi, namun juga dalam bidang tekhnologi
sebagaimana Newton dan juga lainnya. Maka dengan pemahaman dan keyakinan
inilah, Mas Thole melakukan serangkaian perjalanan spiritual kembali, mengikuti perintah-perintah KAMI.
Meletakkan tonggak-tonggak kesadaran nusantara baru. Membuat simbol-simbol agar dapat dimaknai. Sebagaimana Nabi Ibrahim meletakan simbol kesadaran berupa batu yang disusun menyerupai rumah itu. Itulah simbol bagi kesadaran-kesadaran manusia.
Maka tonggak yang ditancapkan Mas Thole adalah semisal dengan itu. Kesadaran bagi lahirnya nusantara baru. Nusantara yang akan dikawal kelahirannya oleh para pinisepuh Pajajaran. Inilah saatnya bergantian kekuasaan di alam semesta ini. Majapahit akan menyerahkan tampuk kekuasaannya kepada anak keturunan Pajajaran. Oleh karena itu tonggak kesadaran harus dicanangkan dipelbagai pelosok nusantara. Terutama mulai dari ujung terluarnya. Begitulah perintah dari KAMI yang harus diikuti Mas Thole. Tidak ada pilihan, hanya sudah dalam keyakinan dirinya. Tonggak-tonggak ini akan memanggil anak cucu Pajajaran untuk kembali ke nusantara. Bersama mereka akan bahu membahu mewujudkan nusantara baru. Nusantara yang menjadi mercusuar dunia. Tonggak kesadaran harus dipancangkan sebagai simbol atas keyakinan diri. Tonggak ini akan berfungsi sebagai ‘repeater’ yaitu penguat sinyal semisal tower operator seluler. Dan tunggulah saatnya, dimana manusia-manusia anak keturunan Pajajaran akan berbondong-bondong kembali ke nusantara. Sebagaimana yang sudah di janjikan KAMI kepada Mas Thole. Mas Thole harus membuktikan keyakinan dirinya ini. Dialah saksi, dialah pewarta akan khabar kebenaran yang akan terjadi nanti. Nusantara baru akan di kawal oleh anak kelahiran Pajajaran. Semoga. Wolohualam
Maka tonggak yang ditancapkan Mas Thole adalah semisal dengan itu. Kesadaran bagi lahirnya nusantara baru. Nusantara yang akan dikawal kelahirannya oleh para pinisepuh Pajajaran. Inilah saatnya bergantian kekuasaan di alam semesta ini. Majapahit akan menyerahkan tampuk kekuasaannya kepada anak keturunan Pajajaran. Oleh karena itu tonggak kesadaran harus dicanangkan dipelbagai pelosok nusantara. Terutama mulai dari ujung terluarnya. Begitulah perintah dari KAMI yang harus diikuti Mas Thole. Tidak ada pilihan, hanya sudah dalam keyakinan dirinya. Tonggak-tonggak ini akan memanggil anak cucu Pajajaran untuk kembali ke nusantara. Bersama mereka akan bahu membahu mewujudkan nusantara baru. Nusantara yang menjadi mercusuar dunia. Tonggak kesadaran harus dipancangkan sebagai simbol atas keyakinan diri. Tonggak ini akan berfungsi sebagai ‘repeater’ yaitu penguat sinyal semisal tower operator seluler. Dan tunggulah saatnya, dimana manusia-manusia anak keturunan Pajajaran akan berbondong-bondong kembali ke nusantara. Sebagaimana yang sudah di janjikan KAMI kepada Mas Thole. Mas Thole harus membuktikan keyakinan dirinya ini. Dialah saksi, dialah pewarta akan khabar kebenaran yang akan terjadi nanti. Nusantara baru akan di kawal oleh anak kelahiran Pajajaran. Semoga. Wolohualam
***
Begitulah tonggak kesadaran yang pertama sudah dipancangkan. Masih ada
tonggak-tonggak lainnya yang meski dipancangkan lagi. Beberapa pulau terluar
harus di datangi Mas Thole, dan semua itu menunggu perintah KAMI. Dan nampaknya
KAMI sudah memberitahukan kepada Mas Thole untuk keberangkatannya ke Papua, menuju
pulau terluarnya disana. Sungguh nyawa menjadi taruhannya disana. Di daerah
dimana tidak ada penghuni. Hanya dedemit dan para siluman. Maka Mas Thole hanya
pasrah atas apa yang menjadi tugasnya ini. Sebuah keyakinan harus ada yang
memulai. Untunglah Ki Ageng selama ini terus mendampingi perjalanannya, dan
muncul sewaktu-waktu jika ada hal yang membahayakan atau hal yang memang
dibutuhkan pemahaman. Maka kami cuplikan sebagian SMS nya, sebagai bagian dari
kisah ini.
6:12 19 Nov - Ki Ageng: Dua gunung api di Indonesia
meletus bersamaan semalam. Sumatra dan Jawa. Sang Merapi mulai memberikan
tandanya. Hati-hati. Saatnya Sabdo Palon aktif.
6:25 19 Nov - Ki Ageng: Minggu sinabung
meletus. Senin Merapi meletus. Beruntun. Semua orang biasa saja dan tidak
perduli. Tdk ada yg menyadari bahaya. Sebagian besar kita sedang tidur nyenyak.
Kesadarannya yg tidur.
6:56 19 Nov - Mas Thole: Apakah ada kaitan
dg penancapan tonggak kesadaran kmrn di pulau Sebatik, wolohualam
7:04 19 Nov - Mas Thole: Ada sesuatukah mas?
7:15 19 Nov - Ki Ageng: Semua terserah
keyakinan kita memaknainya.
7:16 19 Nov - Ki Ageng: Karena demikianlah
yg dijelaskan kitab suci. Kabar berita yg diberitakan utusan yaitu para nabi
pasti tidak akan dipercaya. Di dustakan.
7:17 19 Nov - Mas Thole: Ya mas..
7:17 19 Nov - Ki Ageng: Mereka semua akan
dianggap orang gila bagi masyarakatnya. Padahal mereka hanya mengabarkan saja.
7:18 19 Nov - Mas Thole: subhanalloh
7:18 19 Nov - Ki Ageng: Mereka hanya pembawa
berita belaka. Pasti mereka akan dianggap gila. Dan bila apa yg mereka katakan
terjadi maka mereka akan disebut sebagai tukang sihir.
7:18 19 Nov - Ki Ageng: Dalam bahasa
sekarang adalah paranormal.
7:19 19 Nov - Ki Ageng: Padahal
masyarakatnya mengetahui kebenaran kalimatnya namun tetap saja mereka akan
disebut pembuat puisi atau kalimat indah belaka.
7:20 19 Nov - Ki Ageng: Bertambah sebutan
mereka yaitu sang penyair.
7:21 19 Nov - Ki Ageng: Dan bilamana mereka
memberitakan suatu yg tidak diketahui masyarakat maka mereka dianggap tengah
mendongeng. Maka berita yg disampaikan dianggap dongeng belaka.
7:23 19 Nov - Ki Ageng: Demikianlah kejadian
dan keadaannya sang pembawa berita. Dan ini akan tetap berlangsung seperti ini
seterusnya. Setiap datang seorang yg memberitakan sang alam. Maka sebutan demi
sebutan dan pandangan seperti yg dijelaskan kitab suci akan tetap sama.
7:25 19 Nov - Ki Ageng: Mereka semua tdk
memerlukan penyaksian yg lain
Cukup
Tuhan mereka yg menjadi saksi. Cukup keyakinan mereka. Cukup niat dan
pernyataan hati mereka. Cukup diri mereka menjadi saksi atas diri mereka
sendiri. Sungguh diri mereka bukanlah orang gila.
7:27 19 Nov - Ki Ageng: Sungguh mereka
berlepas diri dari sihir. Sungguh diri mereka mengabarkan kabar alam bukan
tengah berpuisi semata. Sungguh mereka meyakini realitas dan bukanlah dongeng.
Cukup diri mereka nenjadi saksi atas mereka sendiri. Dan Tuhan menyaksikan atas
apa yg ada dalam hati mereka.
7:29 19 Nov - Ki Ageng: Demikianlah keadaan
mereka. Dan mereka orang yg terpilih yg berada dekat dengan putunjuk Tuhan. Dan
Tuhan merahmati mereka. Mereka ridho dengan ketetapan Tuhannya. Dan Tuhan
meridhoi langkah mereka.
7:31 19 Nov - Ki Ageng: Sesungguhnya mereka
sendiri tdk tahu yg gaib. Pengetahuan mereka hanyalah sebatas atas apa yg Tuhan
beri dalam kesadaran mereka. Mereka melakukan yg terbaik dalam batas kemampuan
mereka. Hanya demi tulus ikhlas menyembah kpd Tuhan semata.
7:31 19 Nov - Ki Ageng: Salam sejahtera
untuk mereka.
8:11 19 Nov - Mas Thole: Amin2 ya robb, smg
senantiasa mereka selalu dikuatkan
hatinya.
8:16 19 Nov - Ki Ageng: Tugasmu. Tugas kita.
Membimbing mereka. Menunggu kedatangan mereka. Meyakinkan mereka. Bahwa mereka
tdk gila. Merekalah yg normal.
8:17 19 Nov - Ki Ageng: Kita sudah terlalu
banyak salah dan dosa. Tdk setimpal untuk menjadi mereka. Namun kita diberi
tugas yg tdk kalah penting dg mereka.
8:18 19 Nov - Ki Ageng: Yaitu memberi air
ruhani. Agar benih di hati mereka tumbuh. Sampai mereka memiliki batang yg
kuat.
8:19 19 Nov - Ki Ageng: Ingat masyarakat
akan berusaha sekuat daya membunuh kesadaran mereka. Mengucilkan. Mengasingkan.
Menjadi virus yg tdk dikehendaki masyarakat.
8:20 19 Nov - Ki Ageng: Tugas yg berat.
Paling tdk sekarang kita memiliki pengalaman. Mungkin saja Dia salah satu dari
mereka.
8:21 19 Nov - Ki Ageng: Masih banyak mereka
yg akan datang. Kesadaran mereka itulah yg mungkin disimbolkan dg dal.
8:22 19 Nov - Ki Ageng: Simbol dal yg
berawal dari adam. Dan di akhir kenabian yaitu muhammad.
8:22 19 Nov - Ki Ageng: Apakah benar?.
Wallahu alam.
8:40 19 Nov - Mas Thole: Ya...insyaallah.
Dengan keyakinan ini kt melangkah.
8:54 19 Nov - Ki Ageng: Suka tidak suka.
Rela tidak rela. Kita akan "diseret" takdir kita. Maka sebaiknya dg
suka rela kita naik takdir kita. Menaiki kuda takdir kita dan dibawa kemana
akan pergi. Dg keyakinan kpd Allah. Semoga.
Yah, inilah bagian dari sebuah perjuangan. Perjuangan anak-anak
manusia. Keyakinan atas berdirinya nusantara baru. Nusantara yang memiliki hati
nurani. Nusantara yang akan menjadi mercu suar dunia. Siapakah lagi yang akan
berjuang kearah sana jika bukan kita-kita ini. Meski hanya dengan laku ini.
Namun Tuhan tidaklah tidur. Tuhan Maha Mendengar, inilah sebuah ikhtiar
yang dilakukan. Sebuah iktiar tak biasa, dimana orang-orang akan menyebutnya 'Gila' !.
Wolohualam
Wolohualam
Amin.
BalasHapusSemoga umat muslim khusus nya... membaca kembali al~qur'an. Setidaknya tafsir Al~Qur'an. Fahami & fahami... Semoga Allah membukakan pintu Kesadaran kita semua. Amin.